Pneumoni 1

You might also like

You are on page 1of 16

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I Pendahuluan
A. Latar Belakang
B. Tujuan
C. Manfaat
BAB II Tinjauan Pustaka
A. Definisi Pneumonia
B. Anatomi dan Fisiologi
C. Etiologi
D. Patofisiologi
E. Manifestasi Klinis
F. Foto Polos thorax
G. Ultrasonografi
H. CT-Scan
I. MRI
J. Penatalaksanaan Pneumonia
BAB III Penutup
Kesimpulan
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pneumonia merupakan infeksi akut di perenkim paru-paru dan sering
mengganggu pertukaran gas. Bronkopneumonia melibatkan jalan napas distal dan
alveoli, pneumonia lobular melibatkan bagian dari lobus, dan pneumonia lobur
melibatkan seluruh lobus. Komplikasi meliputi hipoksemia, gagal respiratorik,
efusipleura, empiema, abses paru, dan bakteremia, disertai penyebaran infeksi ke
bagian tubuh lain yang menyebabkan meningitis, endokarditis,dan perikarditis.
Umumnya, prognosisnya baik bagi orang yang memiliki paru-paru normal dan
ketahanan tubuh yang cukup baik sebelum pneuminia menyerang. Akan tetapi,
pneumonia merupakan penyebab tertinggi ketujuh dari kematian di Amerika Serikat,
dan pada tahun 2003 muncul tipe pneumonia baru dan mematikan yang disebut
sindrom respiratorik akut parah (Paramita, 2011).
Penyakit saluran napas menjadi penyebab angka kematian dan kecacatan
yang tinggi di seluruh dunia. Sekitar 80% dari seluruh kasus baru praktek umum
berhubungan dengan infeksi saluran napas yang terjadi di masyarakat (pneumonia
komunitas) atau di dalam rumah sakit (pneumonia nosokomial). Pneumonia yang
merupakan bentuk infeksi saluran napas bawah akut di parenkim paru yang serius di
jumpai sekitar 15-20%. Pneumonia nosokomial di ICU lebih sering daripada
Pneumonia nosokomial di ruangan umum yaitu 42%: 13%, dan sebagian besar yaitu
sejumlah 47% terjadi pada pasien yang menggunakan alat bantu mekanik. Kelompok
pasien ini merupakan bagian terbesar dari pasien yang meninggal di ICU akibat
Pneumonia nosokomial (Dahlan, 2001).
Pneumonia dapat terjadi pada orang normal tanpa kelainan imunitas yang
jelas. Namun pada kebanyakan pasien dewasa yang menderita pneumonia didapati
adanya satu atau lebih penyakit dasar yang mengganggu daya tahan tubuh.
Pneumonia semakin sering dijumpai pada orang lanjut usia (lansia) dan sering terjadi
pada penyakit paru obstruksi kronik (Dahlan, 2007).
Pneumonia adalah penyakit infeksius yang sering menyebabkan kematian di
Amerika Serikat. Dengan pria menduduki peringkat ke-empat pria dan wanita
peringkat ke-lima sebagai akibathospitalisasi. Penyakit ini juga di obati secara luas
dibagian rawat jalan (Brunner & Suddar, 2002). Pneumonia yang didapat di
masyarakat (community-acquired) mengenai sekitar 12/1000 orang dewasa pertahun.
Satu dari 1000 perlu dirawat di rumah sakit, dan mortalitas dalam pasien ini sekitar
10% ( Rubenstein, Wayne, Bradley, 2008).
Pneumonia sebenarnya bukan penyakit baru, American Lung Association
misalnya, menyebutkan data yang baru pneumonia menjadi penyebab kematian
nomor satu di Amerika. Penggunaan antibiotik membuat penyakit ini bisa di kontrol
beberapa tahun kemudian, namun pada tahun 2000 kombinasi pneumonia dan
influenza kembali merajalela dan menjadi penyebab kematian ke tujuh di negara itu
(Misnardiarly, 2008).

B. Tujuan
C. Manfaat
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi Pneumonia
Pneumonia adalah infeksi paru-paru umum yang ditandai dengan pengumpulan
nanah dan cairan lain di kantung udara paru-paru (alveoli). Kantung udara paru-paru
adalah struktur yang membantu pertukaran oksigen dan karbon dioksida. Kumpulan
nanah di dalamnya membuat sulit bernafas.1
Pneumonia adalah infeksi pada salah satu atau kedua paru-paru yang disebabkan
oleh bakteri, virus, atau jamur. Ini adalah infeksi serius di mana kantung udara terisi
dengan nanah dan cairan lainnya.2
Secara klinis pneumonia didefinisikan sebagai suatu peradangan parenkim paru
distal dari bronkiolus terminalis yang mencakup bronkiolus respiratorius dan alveoli
serta menimbulkan konsolidasi jaringan paru dan gangguan pertukaran gas setempat.8
Pnemunonia dibedakan menjadi dua yaitu pneumonia kominiti dan pneumonia
nosokomial. Pneumonia komunitas adalah pneumonia yang terjadi akibat infeksi di luar
rumah sakit, sedangkan pneumonia nosokomial adalah pneumonia yang terjadi lebih
dari 48 jam atau lebih setelah dirawat di rumah sakit.3

B. Anatomi dan Fisiologi


1. Anatomi
Saluran pernafasan bagian bawah terdiri dari :
a. Larynx (Tenggorokan)
Larynx terletak di depan bagian terendah pharnyx yang memisahkan dari kolumna
vertebra, berjalan dari farine-farine sampai ketinggian vertebra servikalis dan masuk ke
dalam trakhea di bawahnya.
b. Trakea
Trakea memiliki panjang kurang lebih 9 cm. Trakea berjalan dari laring sampai kira-
kira ketinggian vertebra torakalis ke lima dan ditempat ini bercabang menjadi dua
bronchus (bronchi).
c. Bronkus
Bronkus yang terbentuk dari percabangan trachea pada ketinggian kira-kira
vertebralis torakalis kelima, mempunyai struktur serupa dengan trachea yang dilapisi
oleh jenis sel yang sama. Cabang utama bronchus kanan dan kiri tidak simetris.
Bronchus kanan lebih pendek, lebih besar dan merupakan lanjutan trachea dengan sudut
lancip. Keanehan anatomis ini mempunyai makna klinis yang penting. Tabung
endotrachea terletak sedemikian rupa sehingga terbentuk saluran udara paten yang
mudah masuk kedalam cabang bronchus kanan.
Cabang utama bronchus kanan dan kiri bercabang-cabang lagi menjadi segmen
lobus, kemudian menjadi segmen bronchus. Percabangan ini terus menerus sampai
cabang terkecil yang dinamakan bronchioles terminalis yang merupakan cabang saluran
udara terkecil yang tidak mengandung alveolus.Bronchiolus terminal kurang lebih
bergaris tengah 1 mm. Bronchiolus tidak diperkuat oleh cincin tulang rawan, tetapi di
kelilingi oleh otot polos sehingga ukurannya dapat berubah.
Diluar bronchiolus terminalis terdapat asinus yang merupakan unit fungsional paru-
paru, tempat pertukaran gas. Asinus terdiri bronchiolus respiratorius, yang kadang-
kadang memiliki kantung udara kecil atau alveoli yang bersal dari dinding mereka.
Duktus alveolaris yang seluruhnya dibatasi oleh alveolus dan sakus alveolaris terminalis
merupakan struktur akhir paru-paru.
d. Paru-Paru
Paru merupakan organ elastik berbentuk kerucut yang terletak dalam rongga toraks
atau dada. Kedua paru-paru saling terpisah oleh mediastinum central yang mengandung
jantung dan pembuluh-pembuluh darah besar. Setiap paru mempunyai apeks (bagian
atas paru) dan dasar. Pembuluh darah paru dan bronchial, bronkus, saraf dan pembuluh
limfe memasuuki tiap paru pada bagian hilus dan membentuk akar paru.Paru kanan
lebih daripada kiri,paru kanan dibagi menjadi tiga lobus dan paru kiri dibagi menjadi
dua lobus. Lobus-lobus tersebut dibagi lagi menjadi beberapa segmen sesuai dengan
segmen bronchusnya.
Paru kanan dibagi menjadi 10 segmen sedangkan paru dibagi 10 segmen.Paru kanan
mempunyai 3 buah segmen pada lobus inferior, 2 buah segmen pada lobus medialis, 5
buah pada lobus superior kiri. Paru kiri mempunyai 5 buah 12 segmen pada lobus
inferior dan 5 buah segmen pada lobus superior.Tiap-tiap segmen masih terbagi lagi
menjadi belahanbelahan yang bernama lobules. Didalam lobolus, bronkhiolus ini
bercabang- cabang banyak sekali, cabang ini disebut duktus alveolus.Tiap duktus
alveolus berakhir pada alveolus yang diameternya antara 0,2- 0,3mm. Letak paru
dirongga dada di bungkus oleh selaput tipis yang bernama selaput pleura.
Pleura dibagi menjadi dua :
1.) pleura visceral (selaput dada pembungkus) yaitu selaput paru yang langsung
membungkus paru.
2.) pleura parietal yaitu selaput yang melapisi rongga dada sebelah luar. Antara
kedua pleura ini terdapat rongga (kavum) yang disebut kavum pleura.
Pada keadaan normal, kavum pleura ini vakum (hampa udara)sehingga paru dapat
berkembang kempis dan juga terdapat sedikit cairan (eksudat) yang berguna untuk
meminyaki permukaannya (pleura), menghindarkan gesekan antara paru dan dinding
sewaktu ada gerakan bernafas. Tekanan dalam rongga pleura lebih rendah dari tekanan
atmosfir, sehingga mencegah kolpas paru kalau terserang penyakit, pleura mengalami
peradangan, atau udara atau cairan masuk ke dalam rongga pleura, menyebabkan paru
tertekan atau kolaps.

2. Fisiologi Pernafasan
a. Pernafasan paru (pernafasan pulmoner)
Fungsi paru adalah pertukaran gas oksigen dan karbondioksida pada pernafasan
melalui paru / pernafasan eksternal, oksigen di pungut melalui hidung dan mulut, pada
waktu bernafas oksigen masuk melalui trachea dan pipa bronchial ke alveoli, dan erat
hubungan dengan darah di dalam kapiler pulmonaris. Hanya satu lapisan membrane
yaitu membrane alveoli kapiler, memisahkan oksigen dari darah, darah menembus dan
dipungut oleh hemoglobin sel darah merah dan dibawa ke jantung. Dari sini dipompa
didalam arteri kesemua bagian tubuh. Darah meninggalkan paru pada tekanan oksigen
mmHg dan pada tingkatan Hb 95% jenuh oksigen.
Didalam paru, karbondioksida salah satu buangan metabolsme menembus membrane
kapiler dan kapiler darah ke alveoli dan setelah melalui pipa bronchial dan trachea di
lepaskan keluar melalui hidung dan mulut.
Empat proses yang berhubungan dengan pernafasan pulmoner (pernafasan eksterna):
1.) Ventilasi pulmoner, gerakan pernafasan yang menukar udara dalam alveoli
dengan udara luar.
2.) Arus darah melaui paru, darah mengandung oksigen masuk keseluruh tubuh,
karbondioksida dari seluruh tubuh masuk paru.
3.) Distribusi arus udara dan arus darah sedemikian sehingga jumlahnya yang bisa
dicapai untuk semua bagian.
4.) Difusi gas yang membrane alveoli dan kapiler, karbondioksida lebih mudah
berdifusi daripada oksigen.

b. Pernafasan jaringan (pernafasan interna)


Darah yang menjenuhkan hemoglobinnya dengan oksigen (oksihemoglobin)
mengitari seluruh tubuh dan mencapai kapiler, dimana darah bergerak sangat lambat.
Sel jaringan memungut oksigen dari hemoglobin untuk memungkinkan oksigen
berlangsung dan darah menerima sebagai gantinya hasil buangan oksidasi yaitu
karbondioksida.
Perubahan – perubahan berikut terjadi dalam komposisi udara dalam alveoli, yang
disebabkan pernafasan eksterna dan pernafasan interna atau pernafasan jaringan. Udara
(atmosfer) yang dihirup: Oksigen : 20% , Karbondioksida : 0-0,4% . Udara yang masuk
alveoli mempunyai suhu dan kelembaban atmosfer. Udara yang dihembuskan:
Nitrogen :79% Oksigen :16% Karbondioksida :4-0,4% . Udara yang dihembuskan jenuh
dengan uap air dan mempunyai suhu yang sama dengan badan (20 persen panas badan
hilang untuk pemanasan uadra yang dikeluarkan ).

c. Daya muat paru


Besarnya daya muat udara dalam paru 4500 ml- 5000 ml (4,5 – 5 liter). Udara
diproses dalam paru (inspirasi dan ekspirasi) hanya 10% kurang lebih 500 ml disebut
juga udar a pasang surut (tidal air) yaitu yang dihirup dan yang dihembuskan pada
pernafasan biasa. Pada seorang laki- laki normal (4-5 liter) dan pada seorang perempuan
(3-4 liter). Kapasitas (h) berkurang pada penyakit paru-paru dan pada kelemahan otot
pernafasan.
C. Etiologi
Pneumonia bakterial dibagi menjadi dua bakteri penyebabnya yaitu
1. Typical organisme
Penyebab pneumonia berasal dari gram positif berupa :
- Streptococcus pneumonia : merupakan bakteri anaerob facultatif. Bakteri patogen
ini di temukan pneumonia komunitas rawat inap di luar ICU sebanyak 20-60%,
sedangkan pada pneumonia komunitas rawat inap di ICU sebanyak 33%. 4
- Staphylococcus aureus : bakteri anaerob fakultatif. Pada pasien yang diberikan obat
secara intravena (intravena drug abusers) memungkan infeksi kuman ini menyebar secara
hematogen dari kontaminasi injeksi awal menuju ke paru-paru. Kuman ini memiliki daya
taman paling kuat, apabila suatu organ telah terinfeks kuman ini akan timbul tanda khas,
yaitu peradangan, nekrosis dan pembentukan abses. Methicillin-resistant S. Aureus
(MRSA) memiliki dampak yang besar dalam pemilihan 10 antibiotik dimana kuman ini
resisten terhadap beberapa antibiotik.4
- Enterococcus (E. faecalis, E faecium) : organisme streptococcus grup D yang
merupakan flora normal usus.4 Penyebab pneumonia berasal dari gram negatif sering
menyerang pada pasien defisiensi imun (immunocompromised) atau pasien yang di rawat
di rumah sakit, di rawat di rumah sakit dalam waktu yang lama dan dilakukan
pemasangan endotracheal tube.
Contoh bakteri gram negatif dibawah adalah :
- Pseudomonas aeruginosa : bakteri anaerob, bentuk batang dan memiliki bau yang
sangat khas.
- Klebsiella pneumonia : bakteri anaerob fakultatif, bentuk batang tidak berkapsul.
Pada pasien alkoholisme kronik, diabetes atau PPOK (Penyakit Paru Obstruktif
Kronik) dapat meningkatkan resiko terserang kuman ini.
- Haemophilus influenza : bakteri bentuk batang anaerob dengan berkapsul atau
tidak berkapsul. Jenis kuman ini yang memiliki virulensi tinggu yaitu
encapsulated type B (HiB)5.
2. Atipikal organisme
Bakteri yang termasuk atipikal ada alah Mycoplasma sp. ,chlamedia sp. Legionella
sp.

b. Virus
Disebabkan oleh virus influenza yang menyebar melalui droplet , biasanya
menyerang pada pasien dengan imunodefisiensi. Diduga virus penyebabnya adalah
cytomegalivirus9 , herpes simplex virus, varicella zooster virus.4
Sering diamati bahwa spesies virus menjajah nasofaring pasien dengan CAP. Apakah
mereka adalah penyebab utama atau berkontribusi pada patogenesis oleh penyebab
bakteri sekunder masih diselidiki. Namun, beberapa agen virus yang paling sering terlibat
dalam CAP di Amerika Serikat termasuk virus influenza diikuti oleh virus pernapasan
syncytial, virus parainfluenza, dan adenovirus.5
c. Fungi
Infeksi pneumonia akibat jamur biasanya disebabkan oleh jamur oportunistik,
dimana spora jamur masuk kedalam tubuh saat menghirup udara. Organisme yang
menyerang adalah Candida sp. , Aspergillus sp. ,Cryptococcus neoformans.
Infeksi jamur biasanya terjadi pada pasien dengan predisposisi keadaan
immunocompromised tertentu seperti HIV dan penerima transplantasi organ, antara lain.
Namun, sering diabaikan, beberapa spesies jamur dapat menyebabkan pneumonia pada
individu imunokompeten yang mengakibatkan keterlambatan dalam diagnosis dan
menyebabkan hasil yang tidak menguntungkan. 3 yang paling umum di Amerika Utara
termasuk Histoplasma, Blastomyces, dan Coccidioides.5

D. Patofisiologi
There is an intricate balance between the organisms residing in the lower respiratory
tract and the local and systemic defense mechanisms (both innate and acquired) which
when disturbed gives rise to inflammation of the lung parenchyma, i.e., pneumonia.
Common defense mechanisms that are compromised in the pathogenesis of pneumonia
include:
a. Systemic defense mechanisms like humoral and complement-mediated
immunity that is compromised in diseases like common variable
immunodeficiency (CVID), X-linked agammaglobulinemia (inherited), and
functional asplenia (acquired). Impaired cell-mediated immunity predisposes
individuals to infection by intracellular organisms like viruses and organisms of
low virulence like Pneumocystis pneumonia (PJP), fungal causes, among others
b. The mucociliary clearance that is often impaired in cigarette smokers, post-
viral state, Kartergerner syndrome, and other related conditions
c. Impaired cough reflex seen in comatose patients, certain substances of abuse
d. Accumulation of secretions as seen in cystic fibrosis or bronchial obstruction
The resident macrophages serve to protect the lung from foreign pathogens.
Ironically, the inflammatory reaction triggered by these very macrophages is what is
responsible for the histopathological and clinical findings seen in pneumonia. The
macrophages engulf these pathogens and trigger signal molecules or cytokines like
TNF-a, IL-8, and IL-1 that recruit inflammatory cells like neutrophils to the site of
infection. They also serve to present these antigens to the T cells that trigger both
cellular and humoral defense mechanisms, activate complement and form antibodies
against these organisms. This, in turn, causes inflammation of the lung parenchyma and
makes the lining capillaries "leaky," which leads to exudative congestion and underlines
the pathogenesis of pneumonia.
Patofisiologi pneumonia mencakup interaksi antara mikroorganisme penyebab yang

masuk melalui berbagai jalan, dengan daya tahan tubuh pasien, mikroorganisme

penyebab pneumonia memiliki tiga bentuk transmisi primer :

1. Aspirasi sekret yang berisi mikroorganisme patogen yang telah berkolonisasi

di orofaring.

2. Inhalasi aerosol yang infeksius


3. Penyebaran hematoge'n dari bagian ekstrapulmonar

Asprasi dan inhalasi agen-agen infeksius adalah dua cara tersering yang

menyebabkan pneumonia, sementara penyebaran secara hematogen lebih jarang terjadi.

Pada saluran nafas bagan bawah, kuman menghadapi dayatahan tubuh berupa sistem

pertahanan mukosilier, daya tahan selular makrofag alveolar, limfosit bronkial, dan

netrofil. Juga daya tahan humoral igA dan igG dari sekresi bronkial.

Terjadinya pneumonia tergantung kepada virulensi MO, tingkatan kemudahan dan

luasnya daerah paru yang terkena serta penurunan daya tahan tubuh.Pneumonia dapat

terjadi pada orang normal tanpa kelainan imunitas yang jelas.Namun pada kebanyakan

pasien dewasa yang menderita pneumonia didapati adanya satu atau lebih penyakit

dasar yang mengganggu daya tahan tubuh.

Respon yang di timbulkan juga bergantung dari agen penyebabnya.Streptococus

pneumonla (pneumococus), adalah penyebab yang paling sering dari pneumonia

bakteri, baik yang didapat di masyarakat maupun dari semua kasus rumah sakit.Di

antara semua pneumonia bakteri, pneumonia pneumokokus merupakan yang paling

banyak diselidiki.Pneumokokus umumnya mencapai alveoli lewat percikan mukus atau

saliva.Lobus bagian bawah paling sering terkena karena efek gravitasi. Setelah

mencapai alveoli, maka pneumokokus menimbulkan respon khas yang terdiri dari 4

tahap berurutan yaitu:

1. Kongesti (4 sampai 12 jam pertama):eksudat serosa masuk ke dalam alveoli

melalui pembuluh darah yang berdilatasi dan bocor.


2. Hepatisasi merah (48 jam berikutnya): paru tampak merah dan bergranula

(hepatisasi = seperti hepar) karena sel-sel darah merah, fibrin, dan leukosit PMN

mengisi alveoli.

3. Hepatisasi kelabu (3 sampai 8 hari) : paru tampak kelabu karena

leukosit dan fibrin mengalami konsolidasi di dalam alveoli yang terserang.

4. Resolusi (7 sanrpai 11 hari) : eksudat mengalami lisis dan direabsorbsi oleh

makrofag sehingga jaringan kembali pada struktur semula.

Awitan pneumonia pneumokokus bersifat mendadak disertai menggigil, demam,

nyeri pleuritik, batuk dan sputum yang berwarna seperti karat.Ronki basah dan gesekan

pleura dapat terdengar di atas jaringan yang terserang oleh karena eksudat dan fibrin

dalam alveolus dan dapat pula dalam permukaan pleura.Hampir selalu terdapat

hipoksemia dalam tingkat tertentu, akibat pirau darah melalui daerah paru yang tak

mengalami ventilasi dan konsilodasi.Untuk membantu dalam menegakkan diagnosis

dan mengikuti perjalanan pneumonia dapat dilakukan radiogram dada, hitung leukosit

dan pemeriksaan sputum terdiri dari pemeriksaan dengan mata telanjang dan

mikroskopik serta biakan.

Pneumonia diharapkan sembuh setelah terapi mencapai 2-3 minggu. Bila

lebih lama perlu di curigai adanya infeksi kronik oleh bakteri anaerob atau non bakteri

seperti oleh jamur, mikobacterium atau parasit. Karena itu perlu penyelidikan lebih

lanjut terhadap MO penyebab pneumonia Pada umumnya pasien dengan gangguan

imunitas yang berat mempunyai prognosis yang lebihburuk dan kemungkinan rekurensi

yang lebih besar.


E. Klasifikasi pneumonia
Klasifikasi pneumonia didasarkan pada faktor lingkungan pasien, keadaan pasien

dan mikroorganisme, atau mengaitkannya dengan data-data klinis, epdemiologi dan

pemeriksaan penunjang.

Klasifikasi tradisional berdasarkan ciri radiologis dan gejala klinis, dibagi atas:

1. Pneumonia tipikal yang bercirikan tanda-tanda pneumonia lobaris klasik.

Gambaran radiologisnya berupa opasitas lobus atau lobaris yang disebabkan oleh

kuman tipikal terutama S.pneumonia, K.pneumonia, atau H.Influenza

2. Pneumonia Atipikal, ditandai oleh gangguan respirasi yang lambat dengan

gambaran infiltrate paru bilateral yang difus. Penyebabnya adalah Mycoplasma

pneumonia, virus Legionella pneumophila dan Clamidia psittae. Klasifikasi ini sudah

tidak digunakan lagi karena ditemukan bahwa gambaran radiologis atau laboratorium

saling tumpang tindih dan tidak mencakup pneumonia gambaran yang khas.

- Klasifikasi secara radiologis sesuai dengan lokasi anatomisnya:

1. Pneumonia alveolar. Misalnya Pneumonia pneumococal. Eksudat pada

alveolar memberi gambaran konsolidasi homogen pada perifer yang terbentang menuju

hilus dan cenderung memotong garis segmental. air-bronkogram biasanya di temukan

pada pneumonia jenis ini.


2. Pneumonia lobular (bronkopneumonia) sering ditemukan pada pneumonia

yang disebabkan oleh infeksi stapilococus pada paru, terlihat gambaran konsolidasi

berdensitas tinggi pada satu segmen atau lobus atau bercak yang mengikut sertakan

alveoli yang tersebar

3. Pneumonia interstisial yang dapat ditemukan pada infeksi virus dan

Dari beberapa bagian diatas, hanya pneumonia komunitas dan nosokomial yang

lazim dipakai. Mengingat gambaran pneumonia nosokomial yang khas berbeda dtri

pneumonia komunitas, maka diagnosis pneumonia jenis ini menggunakan kriteria

Centre for Disease and Preventoin, USA.

F. Foto Polos thorax


Foto thorax merupakan pemeriksaan yang pertama dilakukan bila ada keluhan batuk,
sesak , maupun nyeri dada. Manfaat dari pemerikaan ini adalah untuk melihat gambaran
secara keseluruhan di rongga dada.
Gambaran Radiologis pada foto thorax pada penyakit pneumonia antara lain:
a. Perselubungan homogen atau inhomogen sesuai dengan lobus atau segment paru
secara anantomis.
b. Batasnya tegas, walaupun pada mulanya kurang jelas.
c. Volume paru tidak berubah, tidak seperti atelektasis dimana paru mengecil. Tidak
tampak deviasi trachea/septum/fissure/ seperti pada atelektasis.
d. Silhouette sign (+) : bermanfaat untuk menentukan letak lesi paru ; batas lesi
dengan jantung hilang, berarti lesi tersebut berdampingan dengan jantung atau di
lobus medius kanan.
e. Seringkali terjadi komplikasi efusi pleura.
f. Bila terjadinya pada lobus inferior, maka sinus phrenicocostalis yang paling akhir
terkena.
g. Pada permulaan sering masih terlihat vaskuler.
h. Pada masa resolusi sering tampak Air Bronchogram Sign (terperangkapnya udara
pada bronkus karena tiadanya pertukaran udara pada alveolus).
Foto thorax saja tidak dapat secara khas menentukan penyebab pneumonia, hanya
merupakan petunjuk ke arah diagnosis etiologi, misalnya penyebab pneumonia lobaris
tersering disebabkan oleh Streptococcus pneumoniae, Pseudomonas aeruginosa sering
memperlihatkan infiltrat bilateral atau gambaran bronkopneumonia sedangkan
Klebsiela pneumonia sering menunjukan konsolidasi yang terjadi pada lobus atas
kanan meskipun dapat mengenai beberapa lobus

G. Ultrasonografi
H. CT-Scan
I. MRI
J. Penatalaksanaan Pneumonia

DAFTAR PUSTAKA
1. Types of pneumonia. NIH website; Available from http://www.nhlbi.nih.gov/
health/health-topics/topics/pnu/types. US Department of Health & Human
Services; March 1, 2011. Accessed 11 Dec 2015.

2. Nathwani D, Lawson W, Dryden M, Stephens J, Corman S, Solem C, et all.


Implementing criteria- based early switch/early discharge programmes: a
European perspective. Clin Microbiol Infect. 2015;21:S47-55.
3. Bartlett JG. Diagnostic tests for agents of community-acquired pneumonia. Clin
Infect Dis. 2011 May;52 Suppl 4:S296-304. [PubMed]
4. Jain S, Self WH, Wunderink RG, Fakhran S, Balk R, Bramley AM, Reed C,
Grijalva CG, Anderson EJ, Courtney DM, Chappell JD, Qi C, Hart EM, Carroll
F, Trabue C, Donnelly HK, Williams DJ, Zhu Y, Arnold SR, Ampofo K, Waterer
GW, Levine M, Lindstrom S, Winchell JM, Katz JM, Erdman D, Schneider E,
Hicks LA, McCullers JA, Pavia AT, Edwards KM, Finelli L., CDC EPIC Study
Team. Community-Acquired Pneumonia Requiring Hospitalization among U.S.
Adults. N Engl J Med. 2015 Jul 30;373(5):415-27. [PMC free article] [PubMed]

5. Hage CA, Knox KS, Wheat LJ. Endemic mycoses: overlooked causes of
community acquired pneumonia. Respir Med. 2012 Jun;106(6):769-76.
[PubMed]

6.

You might also like