Professional Documents
Culture Documents
Abstrak Marice Lasantu. 2018. "Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Dengan
Abstrak Marice Lasantu. 2018. "Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Dengan
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peningkatan hasil belajar siswa dan
proses pembelajaran (kegiatan guru dan kegiatan siswa) melalui penerapan model
pembelajaran Number Head Together (NHT) pada materi sistem reproduksi di SMA
Negeri 1 Gorontalo. Penelitian ini merupakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang
terdiri dari 2 siklus, siklus I menjelaskan tentang struktur dan fungsi organ reproduksi
manusia, gametogenesis, dan fertilisasi sedangkan siklus II menjelaskan tentang
teknologi dalam reproduksi manusia dan kelaianan pada reproduksi manusia. Subjek
penelitian ini adalah siswa kelas XI IPA-5 SMA Negeri 1 Gorontalo. Objek
penelitian ini adalah hasil belajar siswa dalam proses pembelajaran dengan
menggunakan model pembelajaran Number Head Together (NHT). Hasil penelitian
menunjukan hasil belajar siswa untuk siklus I dari 30 orang siswa terdapat 63% atau
19 orang siswa yang tuntas dan 37% atau 11 orang siswa yang tidak tuntas, pada
siklus II memperoleh nilai sebesar 80% atau 24 orang siswa yang tuntas dan 20%
atau 6 orang siswa yang tidak tuntas. Dengan demikian disimpulkan bahwa model
pembelajaran Number Head Together (NHT)dapat meningkatkan hasil belajar siswa
pada materi sistem reproduksi.
Kata kunci : Model pembelajaran Number Head Together (NHT), Hasil Belajar
Siswa, Materi sistem reproduksi.
ABSTRAK
Marice Lasantu. 2018. “Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Siswa dengan
Menggunakan Model Pembelajaran Number Head Together (NHT) pada Kelas XI
IPA-5 di SMA Negeri 1 Gorontalo”. Program Studi Pendidikan Biologi. Jurusan
Biologi. Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Negeri
Gorontalo. Dibimbing oleh Dr. Lilan Dama, M.Pd sebagai pembimbing I dan Drs.
Mustamin Ibrahim, M.Si sebagai pembimbing II.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peningkatan hasil belajar siswa dan
proses pembelajaran (kegiatan guru dan kegiatan siswa) melalui penerapan model
pembelajaran Number Head Together (NHT) pada materi sistem reproduksi di SMA
Negeri 1 Gorontalo. Penelitian ini merupakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang
terdiri dari 2 siklus, siklus I menjelaskan tentang struktur dan fungsi organ reproduksi
manusia, gametogenesis, dan fertilisasi sedangkan siklus II menjelaskan tentang
teknologi dalam reproduksi manusia dan kelaianan pada reproduksi manusia. Subjek
penelitian ini adalah siswa kelas XI IPA-5 SMA Negeri 1 Gorontalo. Objek
penelitian ini adalah hasil belajar siswa dalam proses pembelajaran dengan
menggunakan model pembelajaran Number Head Together (NHT). Hasil penelitian
menunjukan hasil belajar siswa untuk siklus I dari 30 orang siswa terdapat 63% atau
19 orang siswa yang tuntas dan 37% atau 11 orang siswa yang tidak tuntas, pada
siklus II memperoleh nilai sebesar 80% atau 24 orang siswa yang tuntas dan 20%
atau 6 orang siswa yang tidak tuntas. Dengan demikian disimpulkan bahwa model
pembelajaran Number Head Together (NHT)dapat meningkatkan hasil belajar siswa
pada materi sistem reproduksi.
Kata kunci : Model pembelajaran Number Head Together (NHT), Hasil Belajar
Siswa, Materi sistem reproduksi.
BAB I
PENDAHULUAN
pendidikan dituntut harus mampu meningkatkan hasil belajar siswa. Hasil belajar
yang paling banyak mendominasi kegiatan di kelas. Siswa hanya mengamati apa
yang dilakukan oleh guru sehingga siswa hanya mengandalkan pengetahuan yang
ditransfer oleh guru di dalam kelas. Sikap pasif ini menjadi salah satu penyebab
Kondisi tersebut tentu membutuhkan perhatian dan perlakuan khusus agar dapat
Gorontalo, pada guru mata pelajaran Biologi kelas XI IPA ternyata materi Sistem
Reproduksi merupakan salah satu materi yang susah untuk dipahami oleh siswa
dan kemampuan penguasaan konsep siswa masih relatif rendah. Hal ini dibuktikan
dengan rendahnya hasil belajar kognitif siswa pada materi Sistem Reproduksi.
1
2
TAHUN KETUNTASAN
2014/2015 46%
2015/2016 53%
2016/2017 56%
Sumber: SMA Negeri 1 Gorontalo, (2018)
proses pembelajaran siswa hanya bersikap pasif. Pada proses pembelajaran siswa
kurang memperhatikan penjelasan guru tentang materi pelajaran dan siswa kurang
aktif bertanya serta menjawab pertanyaan. Hal ini dapat dilihat saat proses
Selain itu guru lebih banyak mendominasi dalam kegiatan pembelajaran serta
penggunaan buku paket. Oleh karena itu, perlu adanya upaya perbaikan pada
membuat siswa aktif dalam proses pembelajaran sehingga pada saat pembelajaran
sasaran dari proses pembelajaran sehingga memiliki motivasi dalam belajar, sikap
motivasi belajar, sikap belajar dikalangan siswa, mampu berfikir kritis, memiliki
Penggunaan model yang kurang sesuai akan menjadi kendala dan dapat
Salah satu alternatif pembelajaran yang dapat berpusat pada siswa (student
centred) sedangkan guru berperan sebagai fasilitator dan mediator adalah model
dirancang untuk mempengaruhi pola – pola interaksi siswa dalam memiliki tujuan
(NHT) ini melibatkan para siswa dalam menelaah bahan yang tercakup dalam
suatu pelajaran dan dan mengecek pemahaman mereka terhadap isi pelajaran
diharapkan siswa dapat berfikir aktif, mampu bekerja sama dengan kelompok,
antusias siswa dalam belajar sehingga hasil belajarnya akan meningkat. Penerapan
model pembelajaran Number Head Together (NHT) ini akan mempengaruhi cara
4
belajar siswa yang semula cenderung untuk pasif, kearah yang lebih aktif
(Hastari, 2012).
1.2.1 Pada proses pembelajaran cenderung berpusat pada guru dan komunikasi
satu arah.
bervariasi.
1.3.1 Model pembelajaran Biologi dibatasi pada model Number Head Together
(NHT).
1.3.2 Materi pokok pada penelitian ini adalah materi sistem reproduksi Kelas XI
1.3.3 Hasil belajar Biologi pada ranah kognitif C2, C3, C4, C5 berdasarkan
yaitu:
bertujuan untuk :
Tujuan penelitian ini yaitu untuk meningkatkan hasil belajar siswa dengan
permasalahan.
6
3) Bagi Guru
sistem reproduksi.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Belajar adalah suatu proses aktif , yang dimaksud dengan proses aktif
disini ialah, bukan hanya aktivitas yang tampak seperti gerakan – gerakan badan,
akan tetapi juga aktifitas – aktivitas mental, seperti proses berfikir, mengingat,
interaksi dengan lingkungan yang relative menetap sebagai hasil pengalaman dan
Belajar adalah suatu proses yang kompleks yang terjadi pada diri setiap
orang sepanjang hidupnya. Proses belajar itu terjadi karena adanya interaksi antara
seseorang dengan lingkungannya. Oleh karena itu, belajar dapat terjadi kapan saja
dan dimana saja. Salah satu pertanda bahwa seseorang itu telah belajar adalah
adanya perubahan tingkah laku pada diri orang itu yang mungkin disebabkan oleh
(Arsyad, 2006).
adalah:
b. Belajar merupakan proses dan penahapan serta kematangan pada diri para
siswa
7
8
c. Belajar akan lebih mantap dan efektif, bila didorong dengan motivasi
f. Belajar dapat dilakukan dengan 3 cara yaitu: (1) diajar secara langsung, (2)
peniruan.
g. Belajar melalu praktik atau mengalami secara langsung agar kebih efektif
mampu membina sikap, keterampilan, cara berfikir kritis, dan lain – lain, bila
i. Bahan pelajaran yang bermakna, lebih mudah dan menarik untuk dipelajari
bahwa belajar adalah usaha yang dilakukan oleh individu dengan sengaja untuk
seorang akan mengalami perubahan tingkah laku dan semakin sering belajar
seberapa jauh seseorang menguasai bahan yang sudah diajarkan. Hasil belajar
(Purwanto, 2010).
Hasil belajar adalah sebagai terjadinya perubahan tingkah laku pada diri
seseorang yang dapat diamati dan diukur bentuk pengetahuan, sikap dan
dan pengembangan yang lebih baik dari sebelumnya dan yang tidak tahu menjadi
disimpulkan bahwa hasil belajar adalah suatu penilaian akhir dari proses
pembelajaran yang telah dilakukan berulang – ulang, serta akan tersimpan dalam
jangka waktu lama karena hasil belajar turut serta dalam bentuk pribadi individu
yang selalu ingin mencapai hasil yang lebih baik lagi sehingga akan merubah cara
Hasil belajar yang dicapai siswa dipengaruhi oleh dua faktor, yaitu faktor
internal yang berasal dari siswa tersebut, dan faktor eksternal yang berasal dari
luar diri siswa tersebut. Faktor dari diri siswa terutama adalah kemampuan yang
kemampuan siswa sekitar 70% dan faktor eksternal yaitu dipengaruhi oleh
lingkungan yaitu sekitar 30%. Selain faktor kemampuan siswa, juga ada faktor
lain seperti motivasi belajar, minat dan perhatian, sikap dan kebiasaan belajar,
membuat siswa belajar dengan cara mengaktifkan faktor internal dan faktor
berasal dari dalam diri siswa meliputi hal-hal seperti: 1) sikap terhadap belajar, 2)
belajar yang tersimpan, 7) kemampuan berprestasi atau unjuk hasil belajar, 8) rasa
percaya diri siswa, 9) intelegensi dan keberhasilan belajar, 10) kebiasaan belajar,
lingkungan sosial siswa di sekolah, dan e) kurikulum sekolah. Dari sisi guru
disimpulkan bahwa faktor – faktor yang dapat mempengaruhi hasil belajar siswa
11
ada dua faktor yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal berasal
dari dalam diri siswa itu sendiri yaitu total capaiannya sekitar 70% sedangkan
untuk faktor eksternal berasal dari lingkungan tempat dia belajar, sarana dan
dengan cara setiap peserta didik diberi nomor, kemudian diberi suatu kelompok.
Selanjutnya secara acak guru memanggil nomor dari peserta didik sebagai ganti
pembelajaran kooperatif tipe NHT ini akan membuat peserta didik tidak jenuh
dalam kegiatan pembelajaran dan peseta didik dapat sharing dengan teman –
temanya untuk memecahkan permasalahan yang diberikan oleh guru, karena guru
mampu membuat peserta didik bertanggung jawab lebih baik lagi yang pada
akhirnya akan meningkatkan hasil belajar peserta didik menjadi lebih baik (Mutia
dkk, 2016).
12
mengedepankan kepada aktifitas peserta didik karena guru hanya bersifat sebagai
1) Peserta didik dibagi dalam kelompok. Setiap peseta didik dalam setiap
4) Guru memanggil salah satu nomor peseta didik dan nomor yang dipanggil
keunggulan, diantaranya:
13
meskipun tidak berperan dalam homeostatis dan esensial bagi kehidupan makhluk
yang dimiliki manusia berbeda antara pria dan wanita (Campbell, 2000).
eksternal adalah skrotum dan penis. Organ reproduksi internal terdiri atas gonad
yang menghasilkan gamet (sel –sel sperma) dan hormon, kelenjar aksesoris yang
14
Gonad pria atau testis terdiri atas banyak saluran yang melilit – lilit yang
dikelilingi oleh beberapa lapis jaringan ikat. Saluran tersebut adalah tubulus
seminiferus tempat sperma terbentuk. Sel – sel leydig yang tersebar diantara
2.4.2.1 Testis
Testis adalah organ lunak berbentuk oval dengan panjang 4-5 cm dan
diameter 2,5 cm. Testis berfungsi untuk menghasilkan spermatozoa dan juga
terletak di dalam skrotum. Skrotum adalah kantong kulit yang melindungi testis
dan berfungsi sebagai tempat bergantungnya testis. Skrotum berwarna gelap dan
berlipat – lipat. Skrotum disusun oleh otot dartos dan otot kremaster,. Otot dartos
merupakan otot yang membatasi antara skrotum kanan dan skrotum kiri. Otot
Jika suhu udara dingin, maka skrotum akan mengerut dan menyebabkan testis
lebih dekat dengan tubuh dan demikian lebih hangat. Sebaliknya jika pada cuaca
panas, maka skrotum akan membesar dan kendur. Otot kremaster merupakan
penerusan otot lurik dinding perut. Otot ini berfungsi untuk mengatur suhu
2.4.2.2 Epididimis
Epididimis adalah saluran – saluran yang lebih kecil dari vas deferens.
keluarkan dari penis. Saluran ini bermuara dari epididimis. Saluran vas deferens
semen. Cairan dari vesikula seminalis itu kental, kekuning – kuningan, dan alkalis
saluran kecil. Cairan prostat bersifat ener dan seperti susu, mengandung enzim
antikoagulan, sitrat (nutrient bagi sperma), dan sedikit asam. Kelenjar prostat
merupakan sumber beberapa permasalahan medis yang umum bagi laki – laki di
mensekresikan mucus bening yang menetralkan setiap urin asam yang masih
tersisa dalam uretra. Cairan bulbouretralis juga membawa sebagian sperma yang
dibebaskan sebelum ejakulasi, yang merupakan salah satu alasan tinggginya laju
kegagalan metode keluarga berencana atau kontrol kelahiran dengan cara menarik
2.4.2.7 Uretra
membawa sperma dan urin ke luar tubuh. Uretra memiliki panjang sekitar 20 cm
dan memanjang dari kantung kemih ke distal penis. Uretra dapat dibagi menjadi
3 bagian yaitu uretra prostat yang melewati kelenjar prostat, uretra membran
yang melewati lantai panggul dan dikelilingi oleh sfingter eksternal, dan uretra
spons atau penis uretra yang memperpanjang penis dan terbuka ujungnya (Tate,
2009).
17
2.4.2.8 Penis
Penis adalah organ yang berfungsi untuk tempat keluar urin, semen, serta
sebagai organ kopulasi. Penis terbagi atas 3 bagian yaitu, akar, badan, dan glans
penis yang banyak mengandung ujung – ujung saraf sensorik. Badan penis
terbentuk dari 3 masa jaringan erektil silindris, yang terdiri dari 2 korpus
Ovarium memiliki panjang 3-5 cm dan lebar 2-3 cm dan tebal 1 cm dengan
permukaan merupakan bagian terluar dari ovarium yang disusun oleh epitel
kuboid selapis atau yang biasa disebut dengan epitel germinal. Korteks
disusun oleh jaringan ikat. Medulla merupakan bagian terdalam dari ovarium
bertugas sebagai tempat fertilisasi dan jalan bagi sel ovum menuju uterus dengan
2.4.3.3 Uterus
buah pir terbalik dengan ukuran saat tidak hamil 7 cm, lebar 5 cm, dan diameter
2,3 cm. organ ini terletak dalam rongga pelvis diantara rectum dan kandung
2. Miometrium yaitu lapisan yang kaya akan sel otot dan berfungsi untuk
kontraksi dan relaksasi uterus dengan melebar dan kembali kebentuk semula
setiap bulannya
3. Endometrium merupakan lapisan terdalam yang kaya akan sel darah merah.
Bila tidak terjadi pembuahan, maka dinding endometrium inilah yang akan
2.4.3.4 Serviks
sehingga disebut juga sebagai leher rahim. Menghubungkan uterus dengan saluran
vagina dan sebagai jalan keluarnya janin dari uterus menuju vagina (Irianto,
2004).
19
2.4.3.5 Vagina
kelahiran jalan dan aliran menstruasi yang fungsinya juga sebagai tempat singgah
a. Spermatogenesis
yang terus menerus dan prolifik. Setiap ejakulasi laki – laki mengandung 100 –
650 juta sel sperma, dan seorang laki – laki dapat mengalami ejakulasi setiap hari
2007).
haploid ditudungi oleh badan khusus, yaitu akrosom yang mengandung enzim
b. Oogenesis
dibuahi). Diantara kelahiran dan pubertas, sel – sel telur (oosit primer)
membesar, dan folikel di dalamnya tumbuh. Oosit primer mereplikasi DNA dan
memasuki profase 1 meiosis, tetapi tidak berubah lebih lanjut kecuali diaktifkan
kembali oleh hormon. Mulai saat pubertas FSH atau hormon perangsang folikel
Pada manusia penetrasi sel telur oleh sperma memicu pembembelahan meiosis
a. Fertilisasi
Fertilisasi merupakan proses pertemuan antara sel telur dan sel sperma
pada saat melakukan senggama, pria dapat mengeluarkan ratusan juta sel sperma.
Sperma dapat bertahan dalam saluran reproduksi wanita selama kurang lebih 24 -
ketika bertemu dengan ovum. Kemudian sperma menembus zona pellucida sel
telur. Saat sperma dapat menembus sel telur, hanya kepala sperma yang bisa
masuk. Dari ratusan juta sperma, hanya akan ada satu sperma yang berhasil
21
menembus. Selanjutnya, inti sel sperma memasuki sitoplasma sel telur dan
terjadilah peleburan antara inti sperma dengan ovum sehingga terbentuklah zigot.
Proses pembuahan ini terjadi di ampula tuba falllopi pada wanita (Tate, 2009).
dari rahim yang di keluarkan melalui vagina pada seorang wanita dewasa, sehat,
tidak hamil, dalam masa reproduksi dengan siklus tertentu (rata-rata siklus 28
1. Fase menstruasi
Fase ini terjadi pada hari pertama dan berlangsung selama 3 – 7 hari
sebagai akibat penurunan kadar hormon progesteron. Darah yang keluar, berasal
2. Fase proliferasi
Pada fase ini, endometrium akan tumbuh kembali dan dipersiapkan untuk
perlekatan janin apabila terjadi pembuahan. Selanjutnya pada rentang hari ke-12
sampai 14 akan terjadi pelepasan sel telur (oosit) dari ovarium yang disebut
yang tajam.
22
3. Fase sekresi
menjadi tebal dan akan aktif mrngeluarkan glikogen (nutrisi) yang bertujuan
4. Fase premenstruasi
Fase ini berlangsung selama 3 hari sebelum kembali pada fase menstruasi.
Pada umumnya, siklus menstruasi berlangsung normal dan teratur tiap 28 hari
(Tate, 2009).
2.4.6.1. Kehamilan
terjadi proses perlekatan zigot ke dinding rahim secara sempurna. Kehamilan pada
manusia terjadi sekitar 38 minggu sejak pembuahan. Embrio yang tumbuh akan
didukung oleh adanya membran seperti kantong kuning telur, amnion, korion, dan
alantois. Kantong kuning telur menyediakan nutrisi utama bagi embrio yang akan
korion akan menjadi bagian utama plasenta yang melingkupi amnion dan kantong
kunig telur. Sedangkan alantois merupakan membran vaskular kecil yang mula –
mula sebagai tempat pembentukan darah dan untuk pernapasan, saluran makanan,
2003).
2.4.6.2. Persalinan
Persalinan adalah proses pengeluaran hasil konsepsi (janin dan uri) yang
telah cukup bulan dan dapat hidup di luar uterus melalui vagina secara spontan.
Pada akhir kehamilan uterus secara progresif lebih peka sampai akhirnya timbul
2.4.6.3. Laktasi
Laktasi adalah suatu aspek perawatan dan pemeliharaan pasca lahir bagi
pituitari anterior dari umpan balik negatif sehingga terjadi sekresi prolaktin.
Prolaktin merangsang produksi susu setelah ada penundaan selama 2 atau 3 hari.
Pengeluaran susu dari kelenjar susu dikontrol oleh oksitosin (Campbell, 2008).
akibat pertemuan antara sel telur dan sel sperma. Beberapa metode kontrasepsi
mencegah pelepasan telur dan sperma dewasa keluar dari gonad. Metode lain
mencegah pembuahan dengan cara menjaga sperma dan sel telur tetap terpisah
dan tidak pernah bertemu (Rabe, 2003). Berikut ini merupakan beberapa metode
kontrasepsi:
24
1). Kondom
Komdom adalah suatu membran alami tipis atau lapisan karet lateks yang
diafragma yang merupakan tudung karet yang berbentuk kubah yang dipasang
kecil atau perkakas logam yang dimasukan ke dalam rongga uterus, mencegah
(Rabe, 2003).
3). Pil KB
estrogen dan progestin (hormon yang mirip dengan progesteron) sintetik. Kedua
hormon ini bekerja dengan umpan balik negatif untuk menghentikan pelepasan
4). Suntik KB
Suntik KB ini mencegah lepasnya sel telur dari indung telur wanita, dan
kelainan bawaan. Sebagian besar kelainan pada sistem reproduksi disebabkan oleh
25
penyakit dan infeksi. Penyakit yang tergolong PMS (penyakit menular seksual)
Berikut ini adalah beberapa penyakit menular seksual yang terjadi di masyarakat
(Wibowo, 2005).
2.4.8.1 Klamidia
timbul tanpa gejala, bila dengan gejala pada laki-laki biasanya terjadi rasa sakit
ketika buang air kecil, sakit dan pembengkakan pada testis. Pada perempuan
kadang terdapat bercak darah di luar masa menstruasi. Klamidia yang parah dapat
2.4.8.2 Gonorea
kadang keluar cairan kekuningan dari alat kelamin. Pada perempuan keluar cairan
resisten terhadap antibiotik. Oleh karena itu penanganan Gonorea harus secara
2.4.8.3 Sifilis
palladium. Infeksi terjadi pada organ kelamin bagian luar. Sifilis dapat
berkembang ke tahap sekunder dan tersier yang amat sulit diamati. Sifilis
menimbulkan berbagai kerusakan pada tubuh selain pada organ kelamin, otak,
jantung, pembuluh darah, hati, dan lain - lain. Sifilis yang ditularkan pada ibu
26
pada anaknya saat kelahiran, dapat menyebabkan kebutaan dan kematian. Sifilis
dapat diobati dengan penisilin dosis tinggi,, namun kerusakan jaringan yang
herpes simpleks tipe 2 yang menyerang kulit di daerah genital luar, anus, dan
vagina. Gejalanya adalah rasa gatal, pedih, dan kemerahan pada kulit di daerah
kelamin disertai gejala flu seperti sakit kepala dan demam. Kemudian pada daerah
tersebut timbul lepuh kecil-kecil, selanjutnya lepuh menjadi keruh dan pecah,
timbul luka yang sering disertai dengan pembesaran limfa (Wibowo, 2005).
menjadi rentan terhadap berbagai penyakit infeksi. Gejala AIDS sulit diamati
karena mirip gejala penyakit lain. Untuk memastikan seseorang benar terkena
AIDS atau terinfeksi virus HIV diperlukan tes khusus. AIDS menular melalui
hubungan seksual, transfusi darah yang tercemar virus HIV, Penggunaan jarum
suntik yang tidak steril, dan dari ibu kepada bayinya (Wibowo, 2005).
Berdasarkan kajian teori, maka hipotesis tindakan pada penelitian ini yaitu
jika model pembelajaran Number Head Together (NHT) diterapkan pada mata
pelajaran biologi pokok bahasan sistem reproduksi, maka hasil belajar siswa akan
meningkat.
BAB III
METODE PENELITIAN
yaitu bulan Maret sampai dengan Juni 2018 mulai dari persiapan sampai
Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas XI IPA-5 dengan jumlah 30
dengan guru mata pelajaran, kelas XI IPA-5 masih sulit untuk memahami materi
secara bersiklus yang bertujuan untuk mencari solusi yang tepat pada
Kemmis dan Mc. Taggart (dalam Arikunto, 2012) yang terdiri atas empat tahapan
27
28
PELAKSANAAN
SIKLUS I PENGAMATAN
PERENCANAAN
REFLEKSI
PELAKSANAAN
SIKLUS II PENGAMATAN
PERENCANAAN
REFLEKSI
??
Gambar 3.1. Desain PTK model Kemmis dan Mc. Taggart (Arikunto,
2012).
meliputi RPP yang mengacu pada sintaks model Number Head Together (NHT),
LKPD, dan buku – buku yang dapat menunjang pada saat pembelajaran.
guru dan kegiatan siswa. Rencana pelaksanaan Pembelajaran dalam penelitian ini
disesuaikan dengan RPP yang telah dibuat yaitu dengan mengggunakan sintaks
beberapa kelompok yang beranggotakan 4-5 orang siswa dan memberikan nomor
yang berbeda – beda kepada siswa serta membagikan LKPD yang berisi bahan
setiap anggota kelompok mengetahui jawaban dari setiap bahan diskusi yang ada
sedangkan untuk siswa yang lain memberikan tanggapan atau sanggahan. Setelah
siklus I selesai dilaksanakan, maka siswa diberikan evaluasi. Tujuan dari evaluasi
ini adalah untuk mengetahui pemahaman siswa terhadap materi yang telah
dipelajari.
pelaksanaan tindakan yaitu kegiatan guru dan kegiatan siswa. Kegiatan guru
diamati oleh 2 observer yakni guru mata pelajaran biologi dan kegiatan siswa
Tahap refleksi ini sangat penting dalam proses penelitian tindakan kelas.
yaitu dengan menganalisis proses pembelajaran yang dilakukan oleh guru dan
kegiatan siswa di dalam kelas saat diterapkan model pembelajaran Number Head
Together (NHT) . Refleksi ini dilakukan untuk mengetahui apakah tindakan yang
3.3.6.1 Tes
Tes yang digunakan dalam penelitian ini adalah tes berbentuk objektif
untuk mengukur hasil belajar siswa pada ranah kognitif tingkat C2 (memahami),
belajar terjadi dengan penerapan model Number Head Together (NHT) pada
3.3.5. 2 Observasi
terhadap aktivitas guru (berupa aktivitas mengajar dan langkah pembelajaran yang
kelas XI IPA-5. Cara yang ditempuh observer dalam melakukan penilaian yaitu
dengan membubuhkan tanda ceklis () pada setiap kolom indikator sesuai dengan
pada (Lampiran 3) untuk aktivitas guru dan (Lampiran 5) untuk kegiatan siswa.
pelajaran selaku observer dan untuk kegiatan siswa dilakukan oleh teman sejawat
instrumen untuk kegiatan guru dapat dilihat pada (Lampiran 3) dan untuk kegiatan
analisis deskriptif kualitatif. Untuk kegiatan guru dan kegiatan siswa dianalisis
% capaian = /
100%
Tabel 3.4. Kategori Predikat Untuk Hasil Pengamatan Kegiatan Guru Dan
Kegiatan Siswa
No Interval Kategori
1 90-100% Sangat baik
2 70-89% Baik
3 50-69% Cukup
4 30-49% Kurang
5 19-29% Sangat kurang
Keterangan: Patokan keberhasilan minimal 75% dan apabila kurang dari 75%
diperlukan perbaikan.
(Arikunto, 2012)
Bentuk tes yang digunakan dalam penelitian ini adalah tes tertulis
dalam bentuk objektif yang terdiri dari 15 butir. Data hasil belajar diperoleh dari
dalam kelas. Rumus yang akan digunakan untuk melihat ketuntasan hasil belajar
yaitu:
a. Ketuntasan individu
(Purwanto, 2012)
b. Ketuntasan Klasikal
(Purwanto, 2012).
c. Nilai Rata-rata
(Purwanto, 2012).
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
2017/2018 pada materi Sistem Reproduksi. Kelas yang diberikan tindakan dalam
penelitian ini yaitu kelas XI IPA-5 dengan jumlah siswa sebanyak 30 orang yang
terdiri dari 9 siswa laki – laki dan 21 siswa perempuan. Peneliti menggunakan
Negeri 1 Gorontalo.
dan siklus II hanya terdiri dari 1 kali pertemuan. Setiap pertemuan yaitu 2 x 45
siswa tentang materi yang telah dipelajari. Pada siklus I masih terdapat banyak
4.1.1 Siklus I
35
36
Berikut ini disajikan data hasil capaian kegiatan guru siklus I pada Tabel 4.1.
Jumlah 45.3
Kategori 75.4%
Cukup
Keterangan : Data setiap aspek aktivitas guru pada pertemuan 1 dan 2 merupakan
rata-rata dari nilai yang diberikan oleh 2 orang observer. Rincian
data yang diberikan oleh observer 1 dan 2 (yang belum di rata-
ratakan) dapat dilihat pada lampiran 4.
37
Berdasarkan Tabel 4.1 dapat dilihat bahwa hasil pengamatan aktivitas guru
Number Head Together (NHT), dari 15 aspek kegiatan guru terdapat 6 aspek yang
75.4% atau termasuk dalam kategori cukup (Lampiran 4). Aspek – aspek inilah
SMA Negeri 1 Gorontalo dilakukan oleh observer (rekan peneliti). Data hasil
hasil diskusi, 6) Respon positif terhadap teman yang bertanya atau menyangga, 7)
Berikut ini disajikan data hasil capaian aktivitas siswa siklus I pada Tabel
4.2.
Rata-rata 70.5%
Kategori CUKUP
aktivitas siswa yang terendah yaitu: 1) Memberikan tanggapan atas apersepsi yang
pendapat (Lampiran 6). Aspek – aspek inilah yang akan diperbaiki pada siklus II.
Hasil belajar yang dimaksud pada penelitian ini berfokus pada hasil belajar
ranah kognitif (pengetahuan). Hasil belajar siswa pada siklus I diukur dengan tes
39
objektif sebanyak 15 butir. Berikut data hasil belajar siswa dapat dilihat pada
Tabel 4.3
Berdasarkan Tabel 4.3, dapat dilihat bahwa hasil belajar kognitif siswa
dilakukan oleh guru belum berhasil meningkatkan hasil belajar kognitif siswa
karena belum mencapai kriteria ketuntasan yang ditentukan yaitu 75%. Dari hasil
tes terdapat 63,3% yaitu 19 orang siswa yang tuntas dan 11 orang siswa yang
hasil belajar kognitif siswa. Hasil data yang diperoleh dari proses tindakan pada
bahwa proses tindakan pada siklus I belum terlaksana sesuai dengan yang
diharapkan, karena masih banyak aspek yang menyangkut aktivitas guru, aktivitas
mencapai kriteria keberhasilan aspek aktivitas guru dan aktivitas siswa, maka
siklus II.
40
Refleksi ini dilakukan setiap kali pertemuan pada saat akhir pembelajaran.
Berdasarkan hasil refleksi yang dilakukan pada setiap kali pertemuan yakni:
a. Aktivitas Guru
oleh observer, terdapat 6 aspek yang memperoleh nilai kriteria kurang, antara lain
Berdasarkan Tabel 4.4, dari hasil refleksi yang dilakukan pada siklus I
bersama observer, masih terdapat aspek dalam belajar mengajar yang belum
optimal. Aspek tersebut mempengaruhi aktivitas siswa dan hasil belajar siswa
yang belum meningkat sesuai dengan standar ketuntasan yang telah ditetapkan.
rencana tindakan pada siklus II. Rencana tindakan yang tidak terlaksana pada
b. Aktivitas Siswa
oleh observer, terdapat 4 aspek yang memperoleh nilai kriteria kurang, antara lain
Berdasarkan Tabel 4.5, hasil refleksi bersama observer masih ada beberapa
aspek dalam aktivitas siswa yang tidak terlaksana dengan baik atau sesuai dengan
yang telah direncanakan sehingga berpengaruh pada hasil belajar siswa, maka
4.1.2 Siklus II
penyempurnaan pada siklus II. Aspek dalam belajar mengajar yang menyangkut
aktivitas guru dan aktivitas siswa yang masih berkategori cukup. Pada siklus II
aspek yakni sesuai dengan rancangan yang terdapat dalam RPP. Hasil pengamatan
aktivitas guru siklus II dapat dilihat pada Tabel 4.6. berikut ini:
Jumlah 54.5
Kategori 90.8%
SANGAT
BAIK
Keterangan : Data setiap aspek aktivitas guru pada pertemuan 1 merupakan rata-
rata dari nilai yang diberikan oleh 2 orang observer.
44
Berdasarkan data aktivitas guru pada Tabel 4.6, dapat dilihat bahwa rata-
rata persentase capaian aktivitas guru meningkat dari 75.4% pada siklus I menjadi
90.8% pada siklus II dan termasuk dalam kategori sangat baik. Beberapa aspek
yang memperoleh nilai terendah pada siklus I antara lain: 1) Melakukan kegiatan
dari kategori cukup menjadi kategori baik dan sangat baik pada siklus II.
Rata-rata 87.7%
Kategori BAIK
45
Berdasarkan data aktivitas siswa pada Tabel 4.7, dapat dilihat bahwa rata-
rata persentase capaian aktivitas siswa meningkat dari 70.5% pada siklus I
menjadi 87.7% pada siklus II dan termasuk dalam kategori baik. Persentase setiap
aspek aktivitas siswa juga sudah mencapai indikator yang ditetapkan sebelumnya
yaitu minimal 75%. Beberapa aspek yang memperoleh nilai terendah pada siklus I
antara lain: 1) Memberi tanggapan atas apersepsi yang disampaikan oleh guru, 2)
kategori cukup menjadi kategori baik dan sangat baik pada siklus II (Lampiran
11).
Hasil belajar siklus II seperti halnya pada siklus I juga diukur dengan tes
sebanyak 15 butir soal objektif yang telah divalidasi. Hasil analisis ketuntasan
belajar siswa secara individu dan klasikal pada materi sistem reproduksi siklus II
Berdasarkan Tabel 4.8 dapat dilihat bahwa hasil belajar siswa setelah
dilakukan tes pada siklus II sudah dapat dikatakan tuntas. Terjadi peningkatan
jumlah siswa yang tuntas pada siklus II yaitu mencapai 24 orang dan siswa yang
tidak tuntas sebanyak 6 orang. Ketuntasan klasikal kelas XI IPA-5 pada siklus II
46
sudah mencapai 80% dan sudah memenuhi standar ketuntasan yang ditetapkan
(Lampiran 14).
diterapkan model pembelajaran Number Haed Together (NHT). Hal ini dapat
dapat dilihat dari grafik peningkatan aktivitas guru pada Gambar 4.1 berikut ini:
120.0
Aktivitas Guru
100.0
80.0
60.0
SIKLUS I
SIKLUS II
40.0
20.0
0.0
AG AG AG AG AG AG AG AG AG AG AG AG AG AG AG
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15
pada Gambar 4.1 dapat dilihat kemajuan aktivitas guru sangatlah baik. Kemajuan
aktivitas guru dapat dipresentasikan melalui grafik nilai rata-rata aktivitas guru
60.0 Siklus I
Siklus II
40.0
20.0
0.0
Siklus I Siklus II
Gambar 4.2. Grafik nilai rata - rata aktivitas guru siklus I dan II
aktivitas guru pada siklus I adalah 75.4 sedangkan untuk siklus II 90.8. Dengan
diterapkan model pembelajaran Number Haed Together (NHT). Hal ini dapat
dapat dilihat dari grafik peningkatan aktivitas guru pada Gambar 4.3 berikut ini:
Aktivitas siswa
100.0
80.0
60.0
Siklus I
40.0 Siklus II
20.0
0.0
AS 1 AS 2 AS 3 AS 4 AS 5 AS 6 AS 7 AS 8
pada Gambar 4.3 dapat dilihat kemajuan aktivitas siswa sangatlah baik. Kemajuan
aktivitas siswa dapat dipresentasikan melalui Grafik nilai rata-rata aktivitas siswa
Gambar 4.4. Grafik nilai rata – rata aktivitas siswa siklus I dan II
aktivitas siswa pada siklus I adalah 70.5 sedangkan untuk siklus II 87.7 Dengan
Together (NHT). Hal ini dapat dapat dilihat dari grafik peningkatan aktivitas guru
60%
Siklus I
40% Siklus II
20%
0%
Siklus I Siklus II
Gambar 4.5. Grafik peningkatan hasil belajar dilihat dari ketuntasan klasikal
siklus I dan II
individu hanya 19 siswa yang tuntas atau secara klasikal hanya 63% dari 30 siswa
yang mencapai nilai KKM (≥75), namun pada siklus II terjadi peningkatan
ketuntasan individu yaitu sebanyak 24 siswa tuntas atau 80% dari 30 siswa sudah
4.2 Pembahasan
oleh guru yang sekaligus sebagai peneliti dengan cara merancang, melaksanakan
kualitas proses pembelajaran di kelas melalui suatu tindakan tertentu dalam suatu
siklus. Hal ini sesuai dengan yang di jelaskan oleh Mulyasa (2009) bahwa:
proses dan hasil belajar sekelompok peserta didik melalui proses pembelajaran di
Number Head Together (NHT) untuk meningkatkan hasil belajar siswa pada mata
pelajaran biologi dengan materi ajar sistem reproduksi. Model pembelajaran ini
dipilih peneliti untuk memotivasi siswa agar terlihat aktif dalam pembelajaran.
Pengambilan data diperoleh dari hasil pengamatan seluruh kegiatan guru dan
kegiatan siswa selama proses pembelajaran berlangsung. Hal ini dapat dilihat dari
pembelajaran. Dari ke 15 aspek tersebut ada beberapa aspek kegiatan guru yang
belum mencapai indikator yang telah ditentukan. Hal ini disebabkan karena
kesiapan guru yang masih kurang dan sulitnya guru membangun komunikasi
dengan siswa. Beberapa aspek yang masih kurang di siklus 1 antara lain: 1)
Aspek-aspek inilah yang menjadi fokus perbaikan oleh peneliti di siklus II.
Setelah dilakukan perbaikan pada siklus II, terjadi peningkatan aspek aktivitas
Peningkatan aktivitas guru pada Gambar 4.2, yaitu pada siklus I 75.4%
meningkat menjadi 90.8% pada siklus II, hal terjadi karena adanya usaha guru
dilakukan pada siklus I yaitu lebih meningkatkan lagi kesiapan guru dan
dengan meningkatnya semua aspek aktivitas guru pada siklus II yang dapat dilihat
menjadi 87.5%. Pada siklus I kegiatan apersepsi dan motivasi yang dilakukan oleh
guru memperoleh kategori cukup. Hal ini disebabkan karena apersepsi dan
motivasi yang disampaikan guru kurang menarik minat dan perhatian siswa
dan motivasi seharusnya bisa merangsang siswa untuk dapat berpikir dan
menimbulkan motivasi belajar siswa, sebab siswa yang diberi motivasi belajar
akan lebih siap belajar dari pada siswa yang tidak diberi motivasi belajar.
guru harus mengaitkan dengan materi sebelumnya dan guru harus lebih
53
memotivasi siswa dalam belajar sehingga siswa lebih memiliki daya tarik dalam
belajar.
tidak heterogen sehingga hasil yang didapatkan tidak sesuai kriteria yang telah
ditentukan. Namun pada siklus II, pembagian kelompok terlebih dibentuk secara
yang tinggi diberikan nomor urutan pertama kemudian urutan yang selanjutnya
siswa yang memiliki kemampuan yang sedang. Hal ini sejalan dengan pendapat
Pradana (2010) sistem kelompok yang heterogen melatih siswa untuk berinteraksi
sosial dengan sesama teman sehingga dapat menimbulkan percaya diri. Hal inilah
87.5%.
Pada siklus I penyampaian aturan main diskusi model NHT terlalu panjang
dan terbelit – belit sehingga masih banyak siswa yang belum paham sehingga
berdampak pada hasil yang belum mencapai kriteria yang telah ditentukan. Hal ini
pembelajaran yang panjang dan monoton dapat membuat siswa merasa jenuh
diterapkan. Sehingga pada siklus II, peneliti dan guru Biologi selaku observer
diskusi model NHT langsung pada poin – poin pentingnya saja agar siswa tidak
merasa bingung dengan penjelasan yang terbelit – belit, sehingga siswa tahu
bahwa model pembelajaran Number Head Together (NHT) mereka dituntut untuk
54
monoton yaitu hanya terfokus pada beberapa kelompok saja sehingga berdapak
pada hasil yang tidak sesuai dengan kriteria yang telah ditentukan. Namun pada
siklus II, peneliti dibantu oleh guru Biologi selaku observer telah beriskusi dan
mendapat solusinya yaitu dengan tidak hanya terfokus pada beberapa kelompok
saja akan tetapi semua kelompok harus mendapat bimbingan dan arahan dalam
berdiskusi kelompok. Guru juga harus menjalin interksi dengan siswa sesering
mungkin pada saat diskusi kelompok berlangsung. Hal inilah yang menyebabkan
peningkatan pada aspek membibing siswa dalam diskusi kelompok dari 68.8%
menjadi 87.5%.
presentasi dan diskusi sama seperti membimbing siswa dalam diskusi kelompok
masih bersifat monoton yaitu hanya terfokus pada beberapa siswa saja sehingga
berdampak pada hasil yang tidak sesuai dengan indikator yang telah ditentukan.
Namun pada siklus II, peneliti dibantu oleh guru Biologi selaku observer telah
beriskusi dan mendapat solusinya yaitu dengan tidak hanya terfokus pada
beberapa siswa saja akan tetapi semua siswa harus mendapat bimbingan dan
arahan dalam berdiskusi kelompok serta dapat membimbing semua siswa yang
55
sedang melakukan diskusi. Hal inilah yang menyebabkan peningkatan dari 62.5%
menjadi 75%.
Pada siklus I guru hanya mengoreksi konsep yang didiskusikan oleh siswa saja.
Namun pada siklus II guru mengoreksi konsep dengan cara menampilkan materi
yang pada pada power point dan menjelaskan berdasarkan hasil diskusi siswa
guru tidak menyimpulkan materi secara keseluruhan . Namun pada siklus II guru
Aktivitas siswa sangatlah penting agar hasil belajar yang diperoleh siswa
lebih optimal, karena akivitas siswa sangat menentukan hasil belajar. Aktivitas
siswa ditunjukan dengan berbagai tindakan atau kegiatan yang mendukung proses
mengerjkan tugas sesuai dengan materi yang diberikan. Hal ini sesuai dengan
kegiatan belajar mengajar sangat diperlukan agar belajar menjadi efektif dan dapat
ada beberapa aspek aktivitas siwa yang masih kurang karena dalam proses
pembelajaran siswa masih banyak yang tidak fokus serta suasana kelas yang
sedikit gaduh. Beberapa aspek yang maish kurang pada siklus I yaitu 1)
Peningkatan aktivitas siswa pada Gambar 4.4, yaitu pada siklus I 70.5%
dan pada meningkat menjadi 87.7%, hal terjadi karena adanya usaha guru untuk
aktivitas siswa pada siklus II. Peningkatan masing-masing aspek aktivitas siswa
pada siklus I tergolong rendah yaitu hanya 67.6%, termasuk kategori cukup. Pada
yaitu 65.3% termasuk ketegori cukup. Hal ini sejalan dengan penelitian Firdaus
dan Muhamad (2011) pada saat guru menjelaskan materi pelajaran, mereka tidak
memperhatikan dengan baik materi yang disampaikan oleh guru, bahkan sebagian
dari mereka hanya mengerjakan tugas mata pelajaran lain. Pada siklus II guru
memahami kondisi siswa dalam kelas dan cara menyampaikannya pun harus keras
agar bisa didengar oleh semua siswa dan akan memberikan sanksi kepada siswa
yang kedapatan mengerjakan tugas mata pelajaran lain. Sehingga pada siklus II
Aspek respon positif pada teman yang bertanya atau menyangga pada
siklus I tergolong rendah yaitu 65.7 termasuk kategori rendah. Pada siklus II guru
berusaha agar aspek respon positif pada teman yang bertanya atau menyangga
meningkat dengan cara memberikan penghargaan berupa nilai plus bagi siswa
yang paling banyak dan paling aktif dalam bertanya ataupun menyangga sehingga
siswa akan termotivas untuk bertanya ataupun menyangga. Sehingga pada siklus
% hal ini terjadi karena siswa merasa tidak berani dan kurang percaya diri.
Pernyataan ini sejalan dengan pendapat oleh Pariadi (2015) kurangnya percaya
pendapat dan cepat putus asa jika pendapatnya tidak diterima. Pada siklus II guru
setelah ia menerima pengalaman belajar (Sudjana, 2000). Hasil belajar siswa pada
siklus I diperoleh melalui tes objektif dengan 15 butir soal yang diberikan oleh
guru belum mencapai kriteria keberhasilkan yang ditentukan. Dari 30 siswa yang
Materi sistem reproduksi dengan KKM 75 hanya sebanyak 19 siswa atau sebesar
63.3% yang dinyatakan tuntas dan 11 lainnya atau sebesar 30.7% tidak tuntas
(Lampiran 9). Rendahnya hasil belajar kognitif siswa pada siklus I karena guru
(peneliti) masih kurang dalam penguasaan kelas dan terdapat beberapa siswa tidak
berdampak pada hasil belajar yang rendah. Sedangkan pada siklus II terjadi
peningkata yaitu siswa yang tidak tuntas hanya 6 orang atau 20% sedangkan yang
yang tepat (Ibrahim dkk, 2009). Hal ini sesuai dengan hasil penelitian Megawati
(2010) dan Mirawati (2009) bahwa model Number Head Together (NHT) dapat
yang sudah didesain dengan menggunakan pendekatan atau metode serta strategi
meningkatkan hasil belajar siswa dan aktivitas belajar siswa adalah model
kerja sama yang baik dalam kelompok. Penggunaan model pembelajaran Number
Head Together (NHT) selama pelaksanaan siklus I dan siklus II, membuat siswa
menjadi terbiasa dengan suasana kerja kelompok, sehingga kerja sama siswa
dalam satu kelompok pada setiap pertemuan menjadi semakin baik dan kompak
dalam memecahkan tugas kelompok yang diberikan oleh guru. Pernyataan ini
kelompok yang mengakibatkan siswa aktif dalam diskusi kelompok dan menuntut
60
siswa untuk memiliki tanggung jawab dalam menguasai konsep – konsep atau
materi pelajaran.
tingkah laku pada siswa. Perubahan perilaku ini ditandai dengan pemahaman
siswa pada materi sistem repoduksi menjadi lebih baik. Awalnya proses
pembelajaran hanya terpaku pada guru saja sehingga membuat pemahaman siswa
model Number Head Together (NHT) membuat siswa menjadi aktif dan
Head Together (NHT) siswa dilatih untuk bekerja sama dengan baik, siswa juga
haruskan fokus ketika guru mengajukan pertanyaan, karena guru akan menunjuk
salah satu nomor yang dimiliki masing – masing siswa untuk mempresentasikan
jawabannya.
laku pada siswa yang ditandai dengan pemahaman siswa yang meningkat. Hal ini
sesuai dengan pendapat (Rofiqoh, 2015) yang menyatakan bahwa hasil belajar
aktivitas. Bukti bahwa seseorang telah belajar adalah terjadi perubahan tingkah
5.1 KESIMPULAN
meningkatkan hasil belajar siswa. Hasil belajar diperoleh melalui tes yang
dilaksanakan pada akhir siklus I dan siklus II. Hasil belajar siswa pada siklus
meningkatkan aktivitas guru dan aktivitas siswa. Pada siklus I aktivitas guru
76.3% meningkat menjadi 90.8% pada siklus II, sedangkan aktivitas siswa
siklus II.
5.2 SARAN
penelitisebagai berikut:
61
62
(3) Perlu adanya penelitian lebih lanjut tentang model Number Head Together
(NHT) pada materi reproduksi untuk meningkatkan hasil belajar pada aspek
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, Suharsimi. 2012. Penelitian Tindakan Kelas. PT Bumi Aksara: Jakarta.
Arsyad, Azhar. 2006. Media Pembelajaran. Raja Grafindo Persada: Jakarta.
Campbell, dkk. 2008. Biologi Edisi 8 Jilid 3. Jakarta: Erlangga.
Campbell, N.A., Reece, J.B., dan Nitchel, L.G. 2000. Biologi: Edisi Kelima Jilid
3. Erlangga: Jakarta.
Chotimah, Husnul., & Yuyun Dwitasari. 2009. Strategi – Strategi Pembelajaran
Untuk Penelitian Tindakan Kelas. Surya Pena Gemilang. Malang
Dalyono, M. 2009. Psikologi Pendidikan. Jakarta: PT. Rineka Cipta
Dimyati, Mudjiono. 2006. Belajar dan Pembelajaran. PT Rineka Cipta. Jakarta.
Firdaus, Mohamad. 2016. Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe
Number Head Together (NHT) Di Tinjau Dari Aktivitas Belajar Siswa
Kelas VIII SMP. Jurna Formatif. Vol. 6 No. 2. 2016
Hamalik, O. 2013. Proses BelajarMengajar. Bumi Aksara, Jakarta.
Hamdani, 2011. Strategi Belajar Mengajar. Pustaka Setia. Bandung
Hastari, Marwinda. 2012. Penerapan Metode Number Head Together (NHT)
Untuk Meningkat Hasil Belajar Mata Diklat Teknik Penggunaan
Suhu Rendah Di SMKN 1 Pandak. Skripsi
Ibrahim, dkk. 2009. Pembelajaran Kooperatif. Surabaya: University Press
Irianto, K. 2004. Struktur dan Fungsi Tubuh Manusia Untuk Paramedis.
Bandung: Yrama Widia.
Isjoni, Mohd Arif. (2008). Model – Model Pembelajaran. Yogyakarta: Pustaka
Pelajar.
Mahmud, Nur. 2005. Pembelajaran Kooperatif. Surabaya: UNESA
Megawati, Ruth. 2010. Peningkatan Hasil Belajar Biologi Konsep Sistem
Pernapasan pada Manusia Melalui Penerapan Model Pembelajaran
Kooperatif Tipe Number Head Together (NHT) Bagi Siswa Kelas VII
SMP Negeri 1 Burau. Jurnal penelitian
Muhamidin, Syah. 2008. Psikologi Pendidikan Dengan Pendekatan Baru.
Bandung: Remaja Rosdakarya
Mulyasa, H. E. 2009. Praktik Penelitian Tindakan Kelas. Bangdung: PT Remaja
Rosdakarya
Mutia, A. M, dkk. 2016. Penerapan Model Kooperatif Tipe NHT Untuk
Meingkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Materi Kenampakan Alam
Dan Sosial Budaya. Jurnal penelitian
Nurhasnawati. 2008. Strategi Pengajaran Mikro. Pekanbaru: Suska Pres.
64