Professional Documents
Culture Documents
s7yZs75Yw2 Bab 2
s7yZs75Yw2 Bab 2
TINJAUAN PUSTAKA
yang lentur dan dibentuk oleh sejumlah tulang yang disebut ruas tulang belakang. Tiap
antara dua ruas tulang belakang terdapat bantalan tulang rawan. Jumlah seluruhnya yaitu
33 ruas tulang yang terdiri dari 7 ruas vertebrae cervical, 12 ruas vertebrae thoracal, 5
ruas vertebrae lumbal, 5 ruas vertebrae sacrum, dan 4 ruas vertebrae cocygeus. Kolumna
vertebrae memperlihatkan bentuk kurva jika dilihat dari samping, yaitu daerah cervical
vertebrae memiliki persamaan struktur dasar. Tiap vertebrae terdiri dari corpus,
Keterangan:
1 6 1. Vertebrae cervical
2. Vertebrae Thoracal
3. Vertebrae Lumbal
4. Vertebrae Sacrum
2 7
5. Vertebrae Coccygeus
6. Cervical curve (Lordotic curve)
7. Thoracal curve (Kyphotic curve)
8. Lumbal curve (Lordotic curve)
8 9. Sacrum dan coccygeus curve
3
(Kyphotic curve)
4 9
5
Gambar 2.1 Susunan dan Kurvatura Kolumna Vertebralis (Long et al, 2012)
6
7
pula atipikal dan sedikit dimodifikasi untuk bergabung dengan vertebrae thoracal.
2012).
cm3 saat lahir yang berakhir pertumbuhan dengan 110 cm3. Saat lahir tinggi tiap
antara cervical bagian atas (C1 – C2) dan bagian bawah sangat diperlukan
(Combers, 2010).
lumbal ataupun thoracal yang lebih khas pada penampilannya. Meskipun pada
sebagian besar bagian yang membentuk tipe vertebrae yang khas, beberapa
vertebrae memiliki karakteristik yang unik, seperti ujung processus spinosus ada
lanjutan dari tiap vertebrae cervical selanjutnya membentuk ukuran yang semakin
2018).
8
10
1 Keterangan:
1. Processus odontoideus (C2)
2 2. C1 (atlas)
9 3. C2 (axis)
3
4. C3
4 5. Processus spinosus bifida
5 6. Processus transversus
7. C7 (prominens)
6
8. Processus spinosus (C7)
9. Processus articularis superior (C2)
10. Processus transversus (C1)
7
processus spinosus yang ekstra panjang dan horizontal yang dapat diraba pada
pangkal leher. Penanda tulang yang teraba ini berguna untuk penentuan posisi
Keterangan:
1. Posterior arch
2. Processus transversus
3. Processus articularis
superior dan facet
4. Transverse atlantal
ligament
5. Anterior arch
6. Odontoid
7. Lateral mass
8. Foramen transversus (for
vertebral artery and vein)
Gambar 2.3 Anatomi Atlas (C1) aspek superior (Long et al., 2012)
9
struktur seperti cincin tanpa corpus dan processus spinosus yang sangat pendek.
Atlas terdiri dari beberapa bagian, yaitu anterior arch, posterior arch, dua massa
lateral, dan dua processus transversal. Anterior dan posterior arch membentang
diantara massa lateral serta ligamentum atlantal transversal, yaitu cincin yang
dibentuk oleh arch dibagi menjadi bagian anterior dan posterior oleh ligamen.
Bagian anterior dari cincin menerima dens (processus odontoid) dari axis, dan
bagian posterior mentrasmisikan proximal spinal cord. Tulang atlas tidak memiki
corpus dan sebagai struktur utamanya adalah massa lateral yang disebut dengan
pilar artikular. Processus tranversus dari atlas tampak lebih panjang daripada
dengan vertebrae cervical lainnya dan menonjol ke lateral serta sedikit ke inferior
dari bagian lateral. Terdapat processus articularis superior dan inferior pada
setiap massa lateral. Processus superior pada bidang horizontal, berukuran besar
dan cukup cekung serta dibentuk untuk menerima kondilus dari tulang occiptal
Keterangan:
1. Processus odontoid (dens)
2. Ligament atlantal transversus
3. Processus transversus
4. Posterior arch (with posterior
tubercle)
5. Superior facet (part of
atlantoccipital joint with skull)
6. Processus articularis superior
7. Lateral mass
8. Anterior arch (with posterior
tubercle)
Gambar 2.4 Anatomi Axis (C2) aspek posterior superior (Lampignano and
Kendrick, 2018)
10
Vertebrae cervical kedua (C2) atau disebut juga dengan axis, mempunyai
struktur yang lebih kompleks dan memiliki struktur berbeda dengan adanya
arah kranial dari permukaan anterior dari corpus. Atlanta dens interval merupakan
ruang antara processus odontoideus dan arcus anterior dari os atlas yang
memiliki ukuran tidak lebih dari 3 mm pada orang dewasa ketika kepala
melakukan gerakan fleksi – ekstensi dan untuk anak – anak diperkirakan memiliki
jarak sebesar 4 mm pada posisi fleksi. Dens bersendi pada arcus anterior os atlas
Axis memiliki ciri yaitu dens seperti gigi besar yang memanjang ke
superior dari corpus vertebrae. Permukaan dens anterior memiliki segi oval untuk
artikulasi dengan arcus anterior dari atlas. Kedua permukaan superolateral dens
memiliki kesan melingkar yang memiliki fungsi sebagai tempat perlekatan untuk
ligamen alar yang kuat yang terdapat satu di setiap sisi menghubungkan dens ke
medial permukaan kondilus occipital. Ligamen alar ini dapat memberika rotasi
yang cukup banyak pada kepala dan atlas relatif terhadap axis (Drake et al.,
2019).
sisi dari dens pada permukaan superior corpus vertebrae terdapat processus
articularis inferior dari atlas. Sendi tersebut berbeda pada posisi dan arah dari
11
sendi zygapophyseal cervical lainnya yang dapat divisualisasi dengan jelas pada
proyeksi anteroposterior (AP) jika pasien berada pada posisi yang tepat. Lamina
dari axis tebal dan lebar serta processus spinosus berada pada posisi horizontal
jika terjadi cedera pada bagian tersebut dapat mengakibatkan kelumpuhan bahkan
kematian. Arcus anterior C1 yang terletak di depan dens tidak terlihat pada
proyeksi AP open mouth karena merupakan tulang yang tipis dibandingkan dens
thoracal. Ciri khususnya yaitu memiliki processus spinosus lebih panjang dan
ini memiliki bentuk segi empat dengan ukuran yang semakin membesar kebawah
untuk menopang vertebrae terhadap berat kepala, leher dan anggota bagian atas
relatif pendek dan bercabang dua dan processus tranversusnya ada foramen yang
disebut juga foramen transversum. Ciri pembeda lainnya yaitu pada C7 dilewati
Yueniwati, 2014).
Vertebrae cervical tipikal (C3 – C6) mempunyai ciri corpus yang kecil,
articularis. Processus tranversus pada cervical tipikal ini dibentuk dari sebagian
12
sisi dari corpus dan sebagian lagi berasal dari arcus vertebrae. Processus tersebut
pendek dan lebar yang terdapat foramen tranversal berfungsi untuk transmisi
arteri dan vena vertebralis serta terdapat cekungan yang dalam dari permukaan
atas bagian dari syaraf tulang belakang. Vertebrae cervical semuanya terdapat tiga
macam foramen, yaitu foramen transversal kanan dan kiri serta foramen
posterior. Lanjutan dari arcus vertebrae yaitu sejumlah processus yang digunakan
untuk perlekatan dan artikulasi otot dengan tulang yang berdekatan. Corpus
vertebrae yaitu bagian yang menahan beban dari vertebrae dan dihubungkan ke
Seiring jumlah beban yang didukung meningkat maka ukuran corpus vertebrae
meningkat secara inferior. Bagian lateral dan posterior dari foramen vertebrae
dibentuk oleh arcus vertebrae. Foramen vertebrae dari semua vertebrae secara
tulang belakang. Pada bagian atas, kanal vertebrae lanjutan yang melewati
foramen magnum dari cranium dengan rongga tengkorak kepala (Drake et al.,
2019).
posterior dari corpus, superior dan inferior vertebral notches hampir sama
cervical memiliki processus yang pendek, ujung seperti tanduk ganda (bifida), dan
tepat di bagian posterior dan hampir inferior. Ujungnya jelas pada level
interspace dibawah corpus pada vertebrae yang timbul (Long et al., 2012). Antara
13
corpus vertebrae dan asal mula dari processus articularis, setiap pedicle berlekuk
membentuk batas superior dan inferior dari foramen tersebut. Foramen tersebut
terletak pada sudut 45o pada bidang midsagital, terbuka ke arah anterior dan
mengarah pada sudut inferior sebesar 15o akibat dari overlapping vertebrae
cervical. Akibat hal tersebut, posisi oblique 45o yang dikombinasikan dengan arah
sumbu sinar – X15o diperlukan pada saat memerlukan demonstrasi dari foramen
B. Biomekanika Cervical
vertebrae cervical dan memiliki anatomi yang unik dan pergerakan untuk
transitori. Dari segi kinematika, sistem ini sangat kompleks. Fungsi utama tulang
belakang sebagai unit kerjasama, dan kinematika leher dapat dianalisa dengan
Pergerakan cervical pada setiap arah titik dibatasi oleh tahanan anatomi
yang melindungi korda spinalis dan struktur vaskuler. Gangguan pada bagian
mekanik dan anatomi dapat menyebabkan simptom klinis. Perubahan terkait usia
malfungsi pada vertebrae cervical, pengertian dari karakteristik dan fungsi normal
14
sangat normal. Ketiga fungsi dari vertebrae antara lain untuk menyokong tubuh
1) Translasi: pergerakan tubuh yang kaku dimana sumbu lurus tetap pada posisi
pararel.
2) Rotasi: pergerakan tubuh yang kaku, dimana sumbu lurus tidak selalu berada
3) Center of Rotaton (COR): ketika tubuh bergerak kesatu arah, ada satu titik
5) Posisi netral: postur erect vertebrae dimana stres internal pada kolumna
dihitung dari posisi netral. Dibagi menjadi dua bagian, yaitu zona netral dan
zona elastik.
7) Zona netral: bagian dari gerakan fisiologi intervertebralis yang dihitung dari
posisi netral dimana resistensi internal yang terbentuk minimal. Zona ini
sangat fleksibel.
8) Zona Elastik: bagian dari gerakan fisiologi intervertebrae dihitung dari akhir
zona netral sampai limit akhir secara fisiologis. Zona ini sangat kaku.
Rentang gerak cervical sekitar 80o – 90o fleksi, 70o ekstensi, 20o – 45o fleksi
lateral, dan rotasi sampai 90o pada kedua sisi. Namun, gerakan di cervical adalah
gerakan antara level cervical, dan pergerakan ke dalam rentang apapun tidak
sederhana walaupun berupa gerakan yang sama dari satu vertebrae ke vertebrae
berikutnya.
vertebrae yang dapat menyebabkan kerusakan parsial maupun komplit pada tiap
pegerakan. Perubahan yang paling besar terlihat rotasi aksial pada transeksi yang
berlawanan.
Ligamen alar berinteraksi dengan ligamen kapsular yang utuh meningkatkan level
untuk menjaga relasi normal antar vertebrae dan memastikan gerakan harmonis
pada pemberian bebas, postur dan fisiologis. Pada kondisi normal, karakteristik
ligamen bersamaan menjaga pergerakan tiap segmen yang stabil. Ketika kondisi
kehilangan ‘stiffness’ pada gerakan segmen sebagi respon terhadap berat. Secara
diberikan dan hasil gerakan. Ketidakstabilan ini dapat merupakan akibat dari
banyak bergerak, sehingga termasuk bagian yang paling rawan dari konstruksi
tulang belakang. Trauma pada bagian cervical memiliki risiko tertinggi terjadinya
defisit neurologis akibat spinal cord injury (SCI) serta dapat menimbulkan
spinal cord atau untuk menangani trauma lain yang menyertai (Hadley et al.,
2013).
berisiko bagi pasien. Trauma merupakan penyebab paling umum dari cedera
cervical yang dapat disebabkan oleh kecelakaan bermotor, jatuh, trauma tumpul,
17
cedera terkait olahraga maupun menyelam. Cedera cervical ini dapat disebabkan
oleh fleksi, ekstensi, rotasi, kontusio, dan kompresi dari spinal cord. Cedera
cervical lebih sering terjadi pada pria daripada wanita dengan prevalensi tertinggi
pada usia 15 – 30 tahun dan lebih tua dari 65 tahun. Penyebab yang paling umum
pada anak dibawah 15 tahun adalah kecelakaan kendaraan bermotor, jatuh, dan
cedera yang berhubungan dengan olahraga. Area cedera yang umum terjadi pada
Arah dan kekuatan gaya yang diberikan dapat memprediksi jenis cedera,
kompresi (axial loading). Cedera yang parah mungkin pada awalnya tidak terlihat.
Lesi yang awalnya tampak tidak lengkap dapat berkembang menjadi lesi lengkap.
Pada cedera medulla spinalis, banyak proses patofisiologis yang terjadi. Hal ini
disebabkan oleh free radicals, edema vasogenik, dan perubahan aliran darah yang
stabil dan cedera tidak stabil. Untuk cedera stabil jika hanya bagian medulla
spinalis anterior yang terkena tekanan, komponen dari vertebrae tidak bergeser
spinalis tidak terganggu, contohnya yaitu fraktur kompresi dan burst fraktur.
Pengertian dari cedera tidak stabil yaitu cedera yang dapat bergeser dengan
gerakan normal karena ligamen posteriornya rusak atau robek. Kondisi ketika
fraktur medulla spinalis tidak stabil jika kehilangan integritas dari ligamen
anterior. Mekanisme cedera ada beberapa tipe pergeseran yang penting, antara lain
distraksi posterior, fleksi yang digabungkan dengan rotasi dan translasi horizontal.
beberapa hal yang meliputi dislokasi facet bilateral, dislokasi facet unilateral, dan
facet perch atau subluxation bilateral. Beberapa hal tersebut harus didiagnosis
dengan cepat dan akurat dari cedera vertebrae cervical. Hal tersebut dilakukan
seperti cedera syaraf, cervical deformity, nyeri kronis, dan bahkan kematian
vertebrae bagian posterior hancur yang dapat mengakibatkan fragmen tulang dan
diskus dapat bergeser ke kanalis spinalis. Gangguan pada fungsi neurologik dapat
terganggu jika vertebrae berkurang lebih dari 50%, sehingga gaya mekanik pada
2012).
19
lain cedera occipital – cervical merupakan cedera dari occipital hingga C2. C3 –
dari fleksi. Fraktur burst merupakan hasil dari kompresi vertikal. Fraktur laminar
bisa vertikal atau horizontal dan biasanya berhubungan dengan jenis fraktur lain.
C2. Dislokasi atlanto – axial merupakan cedera rotasi – fleksi yang melibatkan C1
dan C2. Fraktur Jefferson merupakan fraktur C1 yang tidak stabil akibat kompresi
terjadi mekanisme yang lebih rendah, seperti jatuh dari permukaan tanah.
complex (DLC). Cedera yang terjadi pada tiga ruas tulang sub-axial
terkait pada discus atau capsule. Cedera pada posterior tension band
terjadi karena axial loading yang terjadi pada vertebrae cervical dengan
sedikit fleksi. Cedera pada ligamen anterior dapat terjadi dengan gangguan
b) Fraktur kompresi
Gambar 2.6 Hasil Radiograf Proyeksi Lateral Fraktur Kompresi (C4) (Cox
et al., 2017)
Menurut Wahyuni (2012) fraktur kompresi merupakan salah satu
Sesaat setelah cedera, pasien akan mengalami masa spinal shock yang
beberapa jam atau hari bahkan mencapai 6 bulan. Reflek di bawah level
hiperaktif, namun pada level cedera reflek dapat tidak kembali bahkan
menetap menjadi arcus reflek yang terputus – putus. Seperti yang terdapat
pada gambar 2.6 yang ditunjukkan dengan tanda panah yang menunjukkan
vertebrae.
22
terputusnya arcus refleks dan paralysis flaccid dari otot pada medulla
spinalis yang lesi yang dapat membuat otot – otot penting pada anggota
gerak bawah mengalami flaccid paralysis. Hal sama dapat terjadi jika lesi
articularis superior dari massa lateral C1 yang merupakan hasil dari axial
loading. Pola fraktur ini berkolerasi dengan posisi kepala selama impaksi.
23
dan posterior arch atlas. Ini merupakan fraktur yang paling tidak stabil.
Pada foto polos x – ray lateral, sebuah pelebaran predental space antara
massa lateral C2. Jika penjumlahan jarak offset dari sisi kanan dan kiri
yang terlalu ekstrim. Keadaan pasien yang hidup menjadi tidak stabil
24
Namun jika ada cedera arteri vertebralis memiliki tanda dan gejala,
2019).
tanpa angulasi.
e) Fraktur odontoid
Gambar 2.9 Hasil Radiografi Proyeksi Lateral Fraktur Odontoid Tipe III
(Pope and Harris, 2013)
fraktur ini adalah gerakan fleksi. Beberapa tipe dari fraktur ini, yaitu:
Tipe III : Fraktur meluas ke arah lateral dari facet articularis superior
leher selama prosedur yang dilakukan, memberikan pereda nyeri yang mencukupi,
26
serta penatalaksanaan lebih lanjut tergantung pada tingkat keparahan pada cedera
Fraktur minor pada cervical tanpa defisit neurologis dapat diobati dengan
manajemen konservatif dari manajemen nyeri, penyangga, dan tindak lanjut. Jika
cedera cervical tidak stabil, intervensi bedah mungkin diperlukan yang mungkin
bervariasi tergantung pada cederanya. Fusi dari vertebrae cervical mungkin dapat
dilakukan dengan atau tanpa fiksasi internal dengan pelat logam atau sekrup.
axial sering memerlukan fiksasi eksternal dengan pin eksternal guna menstabilkan
vertebrae. Tujuan utama dari pengobatan adalah untuk mengurangi tekanan pada
2020).
1. Pengertian
yang digunakan untuk melihat anatomi atau menegakkan diagnosis jika ada
2. Persiapan Pemeriksaan
a. Persiapan Pasien
27
1) Pesawat sinar – X
2) Marker
1) Posisi Pasien
2) Posisi Objek
Bidang Mid Sagital Plane (MSP) tubuh diposisikan tegak lurus dengan
3) Pengaturan teknis:
a) Arah sumbu sinar yang digunakan yaitu horizontal dan tegak lurus
cartilage).
diinginkan.
maksimal).
4) Kriteria evaluasi:
Keterangan:
1) Processus odontoideus (C2)
2) Intervertebral joint space (C6
– C7)
3) Corpus vertebrae (C7)
4) Zygapophyseal joint (C4 –
C5)
5) Vertebrae prominens (C7)
dari cervical dan menampilkan jika adanya gerakan akibat trauma atau
penyakit.
normal atau tidak adanya gerakan akibat trauma ataupun penyakit dengan
sublukasi.
31
Gambar 2.12 Posisi Lateral Dinamik Cervical – Fleksi (kiri) dan Ekstensi
(kanan)(Lampignano and Kendrick, 2018)
1) Posisi pasien
Pasien ditempatkan pada posisi true lateral tanpa adanya rotasi dari
2) Posisi objek
garis tengah IR. Pasien diminta untuk rileks serta depresikan bahu
3) Pengaturan teknis:
a) Arah sumbu sinar yang digunakan yaitu horizontal dan tegak lurus
cartilage).
32
mendemonstrasikan C7.
diinginkan.
4) Kriteria evaluasi:
dan zygapophyseal joint. Tidak ada rotasi dari kepala yang ditunjukkan
Keterangan:
1. Posterior arch (C1)
2. Zygapophyseal (facet) joint
1 (C3 – C4)
6
3. Intervertebral joint (C4 – C5)
2 7 4. Processus articularis
superior (C6)
3
8 5. Processus articularis inferior
4
(C6)
5
9 6. Dens (C2)
7. Corpus vertebrae (C3)
8. Intervertebral joint (C5 – C6)
9. Processus spinosus (C7)
Gambar 2.13 Hasil radiografi cervical dinamik fleksi (kiri) – ekstensi (kanan)
(Lampignano and Kendrick, 2018)