You are on page 1of 10

Laporan Praktikum Biokimia

Darah

Oleh :

Nama :Trie Mulia Hanumsari

NIM: P07120120037

Tingkat/kelas : 1/ A

PRODI : D-III KEPERAWATAN

Politeknik Kesehatan Kemenkes Mataram

2020
Kata Pengantar
Puji syukur penulis panjatkan kehadiran Allah SWT atas segalah limpahan
rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Laporan Praktikum
Biokimia yang disusun berdasarkan data hasil pengamatan praktikum tentang darah
Penulis menyadari bahwa Laporan Praktikum biokimia ini jauh dari
kesempurnaan, mempunyai kesalahan dan kekurangan, kritik dan saran
membangun dikemudian hari sangat menyenangkan hati dan nurani penulis.
Akhirnya penulis berharap semoga laporan Praktikum Biokimia ini dapat
meberikan sumber informasi dan pikiran yang dapat membantu kita dalam
menempuh program studi keperawatan.

Mataram,16 Desember 2020

Trie mulia hanumsari


Daftar Isi
HALAMAN JUDUL…………………………………………………….1

KATA PENGANTAR ............................................................................2

DAFTAR ISI ..........................................................................................3

BIOKIMIA : DARAH

BAB 1 (PENDAHULUAN)

1.1 Judul Praktikum ................................................................................4

1.2 Tujuan Percobaan ..............................................................................4

1.3 Alat Dan Bahan …………...................................................................4

1.4 Prosedur Percobaan…………………………………………………..5

1.5 Data Dan Hasil Pengamatan………………………………………….6

BAB 2 (PENUTUP)

2.1 Kesimpulan..........................................................................................10
BAB I

PENDAHULUAN

1.1JUDUL : BIOKIMIA DARAH

1.2 Tujuan Percobaan : 1).Mengetahui masa pendarahan (BT)

2). Mengetahui Masa pembekuan darah (CT)

3). Mengetahui HB metode sahli

4). Mengetahui golongan darah

1.3 Alat dan Bahan:

1. Masa pendarahan BT
1) Lancet
2) Kapas alcohol 70%
3) Kertas penyaring
4) timer
2. Pembekuan darah CT
1) Tourniquet
2) Spuit/ suntikan
3) Kapas alcohol 70%
4) Tabung reaksi
5) Rak tabung reaksi
6) Timer
3. HB metode sahli
1) 1 set haemometer yang terdiri dari
a) Tabung pengencer haemometer dengan pembagian kadar
g%
b) Pipet sahli dengan volume 20 cmm
c) Batang pengaduk gelas
d) Spuit
e) Pipet
f) HCl
g) Aquades
h) Darah EDTA
4. Pemeriksaan golongan darah
1) Darah kapiler atau darah vena
2) Lancet
3) 1 kit reagen golongan darah ABO yang terdiri dari serum
anti A, anti B dan anti AB
4) Kartu golongan darah
5) Batang pengaduk
6) Kapas alcohol 70%

1.4 Prosedur Percobaan

1. Masa pendarahan BT
1) Pijat cuping telinga
2) Desinfektan menggunakan kapas alcohol 70%
3) Tusuk menggunakan lancet
4) Setiap 30 detik darah di lap menggunaka kertas penyaring
5) Hitung menit keberapa darah mengalami pembekuan
2. Pembekuan darah CT
1) Pasang tourniquet
2) Desinfeksi area yang akan ditusuk
3) Lepas tourniquet
4) Masukan darah ke 3 buah tabung reaksi sebanyak 0,5 ml
5) Diamkan selama 4 menit dan lihat perubahan nya

3. HB metode sahli
1) Isi tabung haemometer dengan HCl 0,1 N sampai tanda 2
gr%
2) Hisap darah dengan pipet HB sampai tanda 20 cmm
3) Bersihkan bagian pipet HB menggunakan tisu
4) Masukan darah EDTA ke dalam tabung pengenceran yang
sudah berisi HCl
5) Homogenkan
6) Inkubasi selama 10 menit untuk pembentukan asam hematin
7) Tambahkan aquades tetes demi tetes sampai didapatkan
warna yang sama dengan warna standar
8) Diaduk menggunakan batang pengaduk

4. Golongan darah
1) Isi identitas pasien
2) Beri tanda A,B dan AB pada kartu golongan darah
3) Disinfeksi menggunakan kapas alcohol 70% dijari yang akan
ditusuk
4) Pijat jari yang akan ditusuk
5) Kemudian tusuk jari menggunakan lancet
6) Teteskan satu tetes darah kapiler atau darah vena
7) Tutup bekas tusukan pada jari menggunakan kapas
8) Teteskan secara berturut-turut satu tetes serum anti A, anti B,
Dan Anti AB sesuai tempat yang diberi tanda
9) Homogenkan menggunakan batang pengaduk
10) Perhatikan adanya aglutinasi berupa gumpalan aglutinasi

1.6 Data dan hasil pengamatan

1. Masa pendarahan BT

Bleeding time adalah proses terjadinya perdarahan berkepanjangan setelah


trauma superfisial yang terkontrol, merupakan petunjuk bahwa ada
defisiensi trombosit. Masa perdarahan memanjang pada kedaan
trombositopenia ( < 75.000 mm3 ), penyakit Von Willbrand, sebagian besar
kelainan fungsi trombosit dan setelah minum obat aspirin (Tjokronegoro,
1992).

Pembuluh kapiler yang tertusuk akan mengeluarkan darah sampai luka itu
tersumbat oleh trombosit yang menggumpal. Bila darah keluar dan
menutupi luka , terjadilah pembekuan dan fibrin yang terbentuk akan
mencegah perdarahan yang lebih lanjut . Pada tes ini darah yang keluar
harus dihapus secara perlahan-lahan sedemikian rupa sehingga tidak
merusak trombosit. Setelah trombosit menumpuk pada luka , perdarahan
berkurang dan tetesan darah makin lama makin kecil (Tjokronegoro, 1992).
Waktu bleeding time untuk yang kita dapat saat praktikum selama 2 menit 4
detik/ 1 menit diusap. Dan orang tersebut termasuk normal karena bleeding
time yang normal selama 2-6 menit.

2. Masa pembekuan darah

Clotting Time adalah waktu yang di perlukan darah untuk membeku


atau waktu yang di perlukan saat pengambilan darah sampai saat terjadinya
pembekuan. Hal ini menunjukkan seberapa baik platelet berinteraksi dengan
dinding pembuluh darah untuk membentuk pembekuan darah. Trombin
waktu membandingkan tingkat pasien pembentukan gumpalan dengan
sampel dari normal plasma dikumpulkan. Trombin yang ditambahkan pada
sampel plasma. Jika plasma tidak segera membeku, itu berarti kekurangan
(fibrinogen kuantitatif) atau cacat kualitatif (fibrinogen disfungsional).
Reptilase memiliki tindakan yang mirip dengan trombin tetapi tidak seperti
trombin tidak dihambat oleh heparin. Trombin waktu dapat diperpanjang
oleh: heparin, produk degradasi fibrin, antikoagulan lupus (Pramudianti,
2011)
Dalam bidang tes koagulasi, Clotting time adalah salah satu yang
paling prosedural sederhana. Setelah membebaskan plasma dari seluruh
darah dengan sentrifugasi, Trombin yang ditambahkan pada sampel plasma.
bekuan ini terbentuk dan terdeteksi optikal atau mekanis dengan alat
koagulasi. Waktu antara penambahan trombin dan pembentukan gumpalan
dicatat sebagai Clotting time (Pramudianti, 2011).

Dari praktikum kemarin pada menit ke 4 tabung 1 sudah mengalami


pembekuan darah, jarak setiap darah dalam tabung untuk membeku adalah
selama 30 detik.
3. HB metode sahli

Pada metode Sahli, hemoglobin dihidrolisis dengan HCl menjadi


globin ferroheme. Ferroheme oleh oksigen yang ada di udara dioksidasi
menjadi ferriheme yang akan segera bereaksi dengan ion Cl membentuk
ferrihemechlorid yang juga disebut hematin atau hemin yang berwarna
cokelat. Warna yang terbentuk ini dibandingkan dengan warna standar
(hanya dengan mata telanjang). Untuk memudahkan perbandingan, warna
standar dibuat konstan, yang diubah adalah warna hemin yang terbentuk.
Perubahan warna hemin dibuat dengan cara pengenceran sedemikian rupa
sehingga warnanya sama dengan warna standar. Karena yang
membandingkan adalah dengan mata telanjang, maka subjektivitas sangat
berpengaruh. Di samping faktor mata, faktor lain, misalnya ketajaman,
penyinaran dan sebagainya dapat mempengaruhi hasil pembacaan.
Meskipun demikian untuk pemeriksaan di daerah yang belum
mempunyai peralatan canggih atau pemeriksaan di lapangan, metode sahli
ini masih memadai dan bila pemeriksaannya telat terlatih hasilnya dapat
diandalkan.

Hasil yang kami dapatkan yaitu 12,2


4. Golongan darah

Penggolangan darah sistem ABO pertama kali diperkenalkan oleh


ilmuwan Austria bernama Karl Landsteiner pada tahun 1930. Penggolongan
darah sistem ABO dilakukan berdasarkan ada atau tidak adanya antigen
(aglutinin) tipe α (anti - A) dan tipe β (anti - B) di dalam plasma darahnya.
Penggolongan darah sistem ABO dapat dilihat pada tabel dibawah ini.

Sedangkan Penggolongan darah sistem rhesus ditemukan oleh Karl


Landsteiner dan Wiener pada tahun 1940 setelah ia melakukan penelitian
terhadap darah kera rhesus (Macaca mulatta), yakni spesies kera yang
banyak dijumpai di India dan Tiongkok.

Penggolongan darah sistem rhesus berdasarkan ada atau tidak


adanya aglutinogen (antigen) pada permukaan sel darah merah. Antigen
RhD berperan dalam reaksi imunitas tubuh. Individu yang memiliki antigen
RhD disebut Rh+ (rhesus positif), sedangkan individu yang tidak memiliki
antigen RhD disebut Rh - (rhesus negatif). Individu Rh – (rhesus negatif)
tidak memiliki aglutinin anti – RhD dalam plasma darahnya, tetapi akan
memproduksi aglutinin anti – RhD jika bertemu dengan darah Rh+
(mengandung antigen RhD).

Pada praktikum kali ini, setelah kami melakukan tes golongan darah
pasien mempunyai golongan darah B+ karena setlah kami teteskan anti A,
anti B, dan anti AB. Terjadi penggumpalan di anti B

BAB II
KESIMPULAN

Bleeding time adalah proses terjadinya perdarahan berkepanjangan


setelah trauma superfisial yang terkontrol Sedangkan Clotting Time adalah
waktu yang di perlukan darah untuk membeku atau waktu yang di perlukan
saat pengambilan darah sampai saat terjadinya pembekuan. Faktor – faktor
yang mempengaruhi pembekuan darah yaitu dari faktor I – XIII. Metode
yang digunakan untuk pemeriksaan Bleeding time ada 2 yaitu :Metode
Duke : Nilai Normal 1 – 3 menit ,Metode Ivy : Nilai Normal 1 – 6 menit..
Metode yang digunakan untuk pemeriksaan Clotting time ada 3 yaitu :
Metode Duke : Nilai Normal 6 menit ,Metode Objek glass : Nilai Normal 2
– 6 menit,Metode Tabung Reaksi : Nilai Normal 6 – 12menit

bahwa dalam mengukur kadar hemoglobin dapat menggunakan


metode sahli. Metode Sahli merupakan metode estimasi kadar
hemoglobin yang tidak teliti, karena alat hemoglobinometer tidak dapat
distandarkan dan pembandingan warna secara visual tidak teliti. Metode
sahli juga kurang teliti karena karboxyhemoglobin, methemoglobin dan
sulfhemoglobin tidak dapat diubah menjadi hematin asam. Prinsip metode
ini adalah hemoglobin diubah menjadi hematin asam kemudian warna yang
terjadi dibandingkan secara visual dengan standart warna pada alat
hemoglobinometer. Dalam penetapan kadar hemoglobin, metode sahli
memberikan hasil 2% rendah dari pada metode lain

Uji golongan darah dilakukan dengan serum. Serum anti – A, anti –


B, dan anti – AB digunakan dalam sistem penggolongan darah ABO.
Sementra itu, uji golongan darah sistem Rh (rhesus) menggunakan serum
anti – D (anti – Rho ). Analisis golongan darah dilakukan berdasarkan hasil
reaksi penggumpalan atau aglutinasi dalam terhadap jenis serum yang
digunakan.

You might also like