You are on page 1of 21

LAPORAN TUTORIAL KLINIK

“ACUTE DEKOMPENSASI HEART FAILURE”


DI RUANG PERAWATAN TULIP II C (JANTUNG)
RSUD ULIN BANJARMASIN

Untuk Menyelesaikan Tugas Profesi Keperawatan Medikal Bedah


Program Profesi Ners

Disusun Oleh:
Kelompok 2

Afni Anggraini 11194692210129


Ahmad Habibi 11194692210130
Nur Aisah 11194692210148
Siti Irma Nur Aina 11194692210156
Rohandi Yusuf 11194692110120

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


FAKULTAS KESEHATAN
UNIVERSITAS SARI MULIA
BANJARMASIN
2022
A. TAHAP I PROBLEM
I. PENGKAJIAN
Hari/Tanggal pengkajian : Rabu, 21 Oktober 2022
A. Identitas
1. Identitas klien
Nama : Ny. N
Jenis Kelamin : Perempuan
Umur : 42 Tahun
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Alamat : Jl. Simpang Limau
Status Perkawinan : Menikah
Agama : Islam
Suku/bangsa : Banjar
Tanggal masuk RS : Rabu, 21 Oktober 2022
Diagnosa Medis : CAP + ADHF + Syok Kardiomegali
Nomer Rekam Medik : 012xxx
2. Identitas penanggung jawab
Nama : Tn. A
Jenis Kelamin : Laki-laki
Umur : 51 tahun
Pekerjaan : Swasta
Alamat : Jl. Simpang Limau
Hubungan dengan klien : Suami
B. Riwayat kesehatan
1. Keluhan Utama
Pasien mengatakan Sesak nafas
2. Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien masuk IGD pada tanggal 20 Oktober 2022, kemudian di
pindahkan pada tanggal 21 Oktober 2022 ke ICCU. Pasien baru
kiriman ICCU mengatakan sesak nafas sejak 3 hari sebelum masuk
rumah sakit. Sesak memberat jika beraktivitas ringan dan tidur
terlentang. Pasien tidur dengan menggunakan 2 bantal, pasien
mengatakan sering batuk dan dahak berwarna hijau. Pasien
mengatakan demam dan nyeri dada disangkal, nyeri ulu hati 7 hari
sebelum masuk rumah sakit karena tidak makan. Pasien memiliki
riwayat 1 bulan yang lalu sempat berobat ke RS Bhayangkara dengan
keluhan yang sama diserta batuk berdahak yang tidak membaik
disertai lendir berwarna hijau. Hasil cek sputum saat di RS
Bhayangkara negatif TB, riwayat stroke 1,5 tahun yang lalu, dan
riwayat kolesterol, HT, dan Tidak ada riwayat DM.
3. Riwayat Penyakit Dahulu
Pasien mengatakan memiliki riwayat stroke 1,5 tahun yang lalu,
kolesterol, HT.
4. Riwayat Penyakit Keluarga
Pasien mengatakan tidak ada keluarga yang memiliki riwayat penyakit
jantung dan hipertensi dan pasien mengatakan keluarga tidak ada
yang memiliki riwayat penyakit menular seperti HIV/AIDS, Hepatitis,
TBC dll.
5. Riwayat Tumbuh Kembang (khusus pada klien :anak yang berusia 0-
18 tahun)
Tidak terkaji
6. Full Set Vital Sign
TD : 100/70 mmHg
Nadi : 99x/mnt , Irama : Teratur, Pulse : Teraba kuat
Respirasi : 26x/mnt
T : 38,30C
Tingkat Kesadaran : Composmentis
GCS : E:4; V: 5; M:6
BB : 40 kg
TB : 148 cm
IMT : 18.3kg/m2(Underwieght)

C. Pemeriksaan fisik
1. Keadaan Umum
Pasien tampak berbaring dan duduk di tempat tidur, sesak dan perlu
bantuan oksigenasi. Kesadaran pasien composmentis TTV : Tekanan
darah : 100/70 on NE 0.1 mcg/kgbb/jam, Nadi : 99x/mnt, Suhu : 38,3
o
C, RR : 26x/mnt, dan SpO2 : 100 % terpasang oksigen nc 4 lpm
2. Kulit
Inspeksi : Tampak tidak adanya ikterik, tidak adanya sianosis, kuku
tampak sedikit bersih, kuku tampak berwarna merah muda, tidak
terdapat luka.
Palpasi : turgor kulit pasien< 2 detik, elastisitas kulit pasien < 2
detik, CRT< 2 detik.
3. Kepala dan Leher
Inspeksi : rambut tampak berwarna hitam, tidak ada kutu maupun
ketombe, rambut tampak bersih, pertumbuhan rambut tampak merata,
bentuk kepala tampak normal dan simetris.
Palpasi : tidak teraba adanya benjolan atau edema, tidak adanya
pembesaran kelenjar tiroid dan JVP = 5-1 cm.
4. Penglihatan dan Mata
Inspeksi :mata tampak bersih, sklera mata berwarna putih, konjungtiva
tidak anemis, tidak ada ikterik, pupil tampak normal, tidak ada
nitagmus, pasien tidak menggunakan kacamata, tidak ada kelainan
antara 2 bola mata, dan nampak simetris.
Palpasi :tidak ada benjolan maupun nyeri tekan
5. Penciuman dan Hidung
Inspeksi : lubang hidung tampak simetris, tampak tidak adanya
pernapasan menggunakan cuping hidung, tidak tampak adanya polip,
tidak tampak adanya peradangan, tampak tidak adanya stomatitis,
tidak tampak adanya gangguan pada saat menelan
Palpasi : tidak terdapat adanya fraktur, lesi, jejas maupun benjolan
pada hidung, pasien tidak tampak adanya gangguan pada penciuman,
tidak adanya fraktur pada tulang hidung.
6. Pendengaran dan Telinga
Inspeksi :telinga tampak simestris, tidak ada lesi atau benjolan pada
telinga, telinga tampak bersih, pendengaran pasien sedikit terganggu
dan berkurang dan tidak ada penggunaan alat bantu pendengaran
Palpasi:tidak ada nyeri tekan, benjolan, maupun fraktur telinga.
7. Mulut dan Gigi
Inspeksi : mulut tampak bersih, tidak adanya sariawan, mukosa bibir
tampak lembab, mukosa bibir tampak berwarna merah muda, gigi
tampak rapi, tidak terdapat gigi palsu di bagian atas, pasien tidak
mengalami gangguan menelan, tidak adanya peradangan pada mulut,
bentuk mulut tampak simetris dan normal
8. Dada, Pernafasan dan Sirkulasi
Inspeksi : dinding dada pasien tidak simetris, respirasi pasien
26x/menit, Spo2: 100% on nc 4 lpm
Palpasi : dada teraba ada nyeri tekan , taktil premitus normal
Perkusi : hasil perkusi didapatkan sonor
Auskultasi : suara napas terdengar ronchi sinistra dan dextra paru,
bunyi jantung murmur 5/6, cor : BJ S1-S2, tidak ada suara gallop
Sirkulasi : CRT < 2 detik, tidak terdapat sianosis pada jari, akral pasien
hangat dan tidak terdapat edema di bagian ekstremitas.
9. Abdomen
Diisi hasil pengkajian yang meliputi:
Inspeksi : nampak tidak ada lesi, benjolan dan nampak bersih
Auskultasi : terdengar bising usu normal 5-34 kali/menit
Palpasi : tidak ada nyeri tekan
Perkusi : Pekak pada bagian dekstra (hepar)
10. Genetalia dan Reproduksi
Inspeksi : pertumbuhan rambut pubis yang merata dan berwarna
hitam, pasien terpasang selang DC. Pasien mengatakan tidak ada
nyeri tekan atau pun benjolan pada genelatia
11. Ekstremitas Atas dan Bawah
Inspeksi : tangan pasien terpasang infus pump NE 0.1 mcg/kgbb/min
Palpasi : tidak adanya nyeri tekan , akral teraba hangat
Keterangan :
0 :tidak ada pergerakan otot
5555 5555 1:pergerakan otot terlihat, tidak ada pergerakan
sendi
2 :pergerakan sendi namun tidak melawan
gravitasi
5555 5555 3 :pergerakan melawan gravitasi, tidak
melawan tahanan
4 :pergerakan melawan tahanan namun kurang
dari normal
5 : kekuatan normal
D. Kebutuhan fisik, psikologi, sosial dan spiritual
1. Aktivitas dan Istirahat (di rumah/sebelum sakit dan di rumah sakit/saat
sakit)
Di Rumah : Aktivitas :pasien mengatakan melakukan pekerjaan rumah
lain seperti menyapu, mengepel, cuci piring, cuci baju, memasak untuk
keluarga, merawat anak dll. Istirahat : Pasien mengatakan tidur malam 6
jam, tidak tidur siang
Di RS : Aktivitas :pasien mengatakan sesak bertambah berat jika
beraktivitas ringan dan tidur terlentang. Istirahat : Pasien mengatakan
tidur malam <6 jam kesulitan tidur
2. Personal Hygiene
Di Rumah: pasien mengatakan dirumah mandi 2 kali sehari dengan sabun
dan sampo dengan berkeramas setiap kali mandi, 2 kali sehari
menggosok gigi dengan odol, dan 1-2 kali memotong kuku.
Di RS : pasien mengatakan cuman diseka-seka saja
3. Nutrisi
Di Rumah : pasien mengatakan dirumah makan 2-3 kali sehari
dengan lauk ikan, ayam buah, nasi dan air putih. Minum air putih
sebanyak ± 2 botol besar (1,5 liter)
Di RS : pasien mengatakan dirumah sakit makan 3 kali sehari
dengan menu makan yang disiapkan oleh bagian rumah sakit. Minum air
putih sebanyak ± 2 botol besar (1,5 liter)
4. Eliminasi (BAB dan BAK)
Di Rumah : BAB : 1 kali sehari berwana kuning, BAK : 6-7 kali sehari
warna urine kuning terang
Di RS : BAB : 3 hari sekali berwarna kuring, BAK :1265 cc/ 14jam
menggunakan dc, warna urine kuning terang
5. Seksualitas
Pasien sudah menikah dan mempunyai 4 orang anak, 2 laki-laki dan 2
perempuan, tidak ada permasalahan pada seksualitas pasien. Hanyasaja
ketika sakit pasien tidak dapat melakukan hubungan suami-istri.
6. Psikososial
Psiko : Pasien tampak sesak dan berserah kepada tuhan tetapi masih
bersemangat ketika menjawab pertanyaan dari perawat, pasien merasa
sedih dengan musibah yang terjadi karena anak dan suami tidak terurus.
Sosial :Pasien mengatakan tidak berinteraksi dengan orang lain atau
sesame pasien dikarenakan dengan kondisi lemah pasien.
7. Spiritual
Pasien mengatakan sering bedoa cepat sembuh saat dirumah sakit.

E. Pemeriksaan penunjang
1. Foto rontgen Thorax :

Interpretasi foto thorax:


Trakea sejajar
Corakan bronkovaskular kedua paru tidak baik, terdapat adanya
infiltrat
CTR : 69%
Pinggang jantung tidak terlihat
Sudut costafrenik dan cardiofrenik kiri dan kanan tumpul
Kesimpulan : cardiomegali

2. Hasil laboratorium :
PEMERIKSAAN HASIL NILAI RUJUKAN
Hemoglobin 10.9* 12,0-16.0
Lekosit 27.8 4.0-10.5
Eritrosit 3.72 4.00-5.30
Hematokrit 35.3 37.0-47.0
Trombosit 155 150-450
RDW-CV 19.6 12.1-14.0
MCV, MCH, MCHC
MCV 94.9 80.0-92.0
MCH 29.3 28.0-32.0
MCHC 30.9 33.0-37.0
HITUNG JENIS
Basofil% 0.1 0.0-1.0
Eosinofil% 0.5 1.0-3.0
Neutrofil% 86.9 50.0-81.0
Limfosit% 6.7 20.0-40.0
Monosit% 5.8 2.0-8.0
Basofil# 0.04 <1.00
Eosinofil# 0.14 <3.00
Neutrofil# 24.10 2.50-7.00
Limfosit# 1.87 1.25-4.00
Monosit# 1.61 0.30-1.00
HFLC 220
HFLC 1
HATI DAN PANKREAS
SGOT 51 5-34 U/L
SGPT 253 0-55 U/L
ELEKTROLIT
Natrium 135 136-145 Meg/dl
Kalium 2.8 3,5-5,1 Meg/dl
Chlorida 101 98-107 Meg/dl
Calsium 7.7 8.4-10.0mg/dl

3. EKG :

Interpretasi EKG :
Sinus Takikardi
Irama :Ireguler
Atrial prematur (Junctional Prematur)
LVH
Kesimpulan : Hipertropi atrium kiri
F. Terapi farmakologi (obat-obatan)
N Nama Dosi Cara Komp Golong Indikasi/ Efek
o Obat s Pem osisi an Obat Kontaindika Samping
(Isi) beri si
an
1. Ceftria 2x1 IV Ceftria Antibioti Mengatasi pe Nyeri
xone gr xone k nyakit ditempat
sodium akibat infeksi suntikan,
bakteri, sakit kepala,
seperti pusing,
gonore, mual
meningitis, muntah,
otitis media, diare, ruam
sifilis, dan kulit,
penyakit mengantuk,
Lyme uram pada
vagina atau
keputihan.
2. Furose 20m IV Tromet Anti Nyeri akut Sakit
mide g hamine inflamas sedang kepala,
i non sampai berat pusing,
steroid setelah mengantuk,
(OAINS) prosedur berkeringat.
bedah
3. Clopid 2x50 Oral Clopid Anti Mengurangi Pemakaian
ogrel mg ogrel platelet, kejadian obat pada
75 mg anti aterosklerosi umumnya
agregasi s (infark memiliki
dan miokard, efek
mengha stroke dan samping
mbat kematian tertentu dan
pemben vaskular) sesuai
tukan pada pasien dengan
trombus dengan masing-
aterosklerosi masing
s individu.
Jika terjadi
efek
samping
yang
berlebih dan
bahaya
konsultasika
n dengan
dokter.
4. Omefr 1 IV Omepr Prutun Tukak Mual,
azole x40 azole pump lambung dan muntah,
mg 20 mg inhibitor tukak diare
(PPI) duodenum sembelit

5. Norepi 0.1 IV Norepi Agonis Indikasi : Nyeri,


nephri mcg/ nephri alfa dan Mengatasi terbakar,
ne kgbb ne beta/vas hipotensi iritasi,
(NE) /min (NE) okonstri yang perubahan
ktor mengancam warna kulit,
nyawa dan di tempat
menangani penyuntikan
kondisi henti Mati rasa,
jantung lemas, atau
terasa
Kontraindika dingin
si Detak
penggunaan jantung
norepinephri lambat,
ne pada cepat, atau
hipotensi tidak teratur
dengan Sianosis
etiologi atau bibir
sekunder dan kuku
akibat berwarna
mekanisme kebiruan
kardiogenik Sakit
dan hipotensi kepala,
terkait pandangan
hipovolemia kabur,
kecuali bicara
sebagai cadel, atau
tindakan sulit
darurat untuk menjaga
mempertaha keseimbang
nkan perfusi an
arteri koroner Bingung,
dan serebral cemas,
sampai terapi gemetar
penggantian (tremor),
volume lelah yang
darah dapat tidak biasa,
dilakukan atau
keringat
yang
berlebihan
G. Data Fokus
DS :
1. Pasien mengatakan sesak nafas, sesak memberat jika beraktivitas
ringan dan tidur terlentang
2. Pasien mengeluh batuk, dahak berwarna hijau. Pasien mengeluh nyeri
ulu hati
DO :
A. Pasien nampak lesu
B. TTV :
TD : 100/70mmHg on NE 0.1 mcg/kgbb/min
N : 99x/mnt, RR : 26x/mnt
T : 38.3 C
SpO2 : 100% on NK 4 lpm
Output : 1265cc/14 jam
Input : 888cc/14 jam
BB : 40 kg
TB : 148 cm
IMT : 18.3 kg/m2
C. Suara nafas terdengar ronchi sinistra dan dextra
D. Akral hangat
E. Skala aktivitas pasien
Makan : Butuh bantuan 1
Mandi : Butuh bantuan 0
Perawatan diri : Butuh bantuan 0
Berpakaian : sebagian dibantu 1
Buang air kecil : pakai kateter 0
BAB : 1
Penggunaan toilet : sebagian dibantu 1
Tranfer : butuh bantuan 1 orang 2
Mobilitas : 2 berjalan menggunakan 1 orang
Naik turun tangga : tidak mampu 0
Total : 10 ketergantungan sedang
B. TAHAP II HIPOTESIS
H. Analisa Data
Data Fokus Masalah Etiologi
DS :
1. Pasien mengeluh batuk disertai
dahak berwarna hijau
DO:
1. Hasil foto thorax: Terdapat
corakan bronkovaskular kedua
paru tidak baik, terdapat adanya
infiltrat Sekresi yang tertahan
Bersihan jalan
2. Terdengar suara napas ronchi (ketidakadekuatan
napas tidak
pompa jantung dalam
sinistra dan dextra paru-paru efektif
proses forward)
3. Hasil ttv :
TD : 100/70mmHg on NE 0.1
mcg/kgbb/min
N : 99x/mnt
RR : 26x/mnt
T : 38.3 C
SpO2 : 100% on NK 4 lpm
DS : Intoleransi Ketidakseimbangan
aktivitas antara suplai dan
1. Pasien mengatakan sesak
kebutuhan oksigen
napas, sesak memberat jika
beraktivitas ringan dan tidur
terlentang
DO:
1. Pasien tampak lesu
2. Hasil interpretasi EKG : sinus
takikardi, irama ireguler, atrial
prematur (Junctional Prematur),
LVH, Kesimpulan : Hipertropi
atrium kiri
3. Hasil ttv :
TD : 100/70mmHg on NE 0.1
mcg/kgbb/min
N : 99x/mnt
RR : 26x/mnt
T : 38.3 C
SpO2 : 100% on NK 4 lpm
Faktor resiko :
1. Perubahan afterload
TD : 100/70mmHg on NE 0.1
mcg/kgbb/min
N : 99x/mnt
Output : 1265cc/14 jam
Input : 888cc/14 jam Resiko
penurunan
2. Perubahan kontraktilitas :
curah jantung
Pasien mengeluhkan batuk
3. Hasil interpretasi EKG : sinus
takikardi, irama ireguler, atrial
prematur (Junctional Prematur),
LVH, Kesimpulan : Hipertropi
atrium kiri
C. TAHAP III Mekanisme
I. Rumusan Diagnosa Keperawatan
1. Bersihan jalan napas tidak efektif b.d Sekresi yang tertahan
(ketidakadekuatan pompa jantung mengedarkan darah ke dalam proses
forward)
2. Intoleransi aktivitas b.d Ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan
oksigen
3. Resiko penurunan curah jantung
II. Pathway Diagnosa Keperawatan

ADHF ADHF

Gagal jantung kiri


Ventrikel tidak mampu
memompa darah
Suplai O2 ke tubuh Penurunan aliran darah
menurun sistemik
Tekanan ventrikel kiri
meningkat Energi hasil Metabolisme aerob
metabolisme terganggu

Permeabilitas kapiler paru


meningkat Dispnea dan Intoleransi Aktivitas
Fatique

Peningkatan cairan masuk


ADHF
ke intravaskuler paru

Gagal jantung kiri


Cairan keluar dari intravaskuler paru
Suplai O2 ke tubuh
menurun
Penumpukan cairan di paru

Beban tekanan
Bersihan Jalan Napas Edem afterload dan preload
Tidak Efektif Paru berlebihan

Resiko Penurunan
curah jantung
D. TAHAP IV MORE INFO
1. Hasil laboratorium
Natrium: 135 Meg/dl
Kalium: 2.8 Meg/dl
2. Hasil rontgen
Trakea sejajar
Corakan bronkovaskular kedua paru tidak baik, terdapat adanya nfiltrat
CTR: 69%
Pinggang jantung tidak terlihat
Sudut costafrenik dan cardiofrenik kiri dan kanan tumpul
Kesimpulan: cardiomegali
3. Hasil EKG
Sinus Takikardi
Irama:Ireguler
Atrial prematur (Junctional Prematur)
LVH
Kesimpulan: Hipertropi atrium kiri
E. TAHAP V DON’T KNOW
1. Pertanyaan dari : Ahmad Habibi
Pertanyaan : Mengapa dari hasil lab natrium dan kalium dapat meningkat
ataupun menurun pada pasien-pasien penyakit jantung dan apakah ada
tindakan yang dapat dilakukan serta apakah ada hubungannya?
Jawaban : Peningkatan atau penurunan natrium dan kalium pada pasien-
pasien jantung disebabkan karena pada pasien jantung seringkali terjadi
peningkatan tekanan darah dimana fungsi dari natrium dan kalium di dalam
tubuh salah satunya adalah mengatur tekanan darah. Kemudian untuk
tindakan yang dapat dilakukan adalah dengan memberikan diet rendah
natrium.
2. Pertanyaan dari : Afni Anggraini
Pertanyaan : Pencegahan yang dapat dilakukan dari penurunan curah
jantung serta tindakan keperawatannya?
Jawab : dapat diberikan obat Ne 0,1, dilihat dari intake output cairan, lalu
lihat dari hasil EKG apakah sinus takikardia ataupun ada LVH, untuk
peningkatan curah jantung dapat dilakukan pada kesadaran pasien, urine,
akral dan hemodinamik pasien, serta perawat juga dapat memberikan pasien
dengan posisi semi fowler dan berikan oksigen jika saturasi oksigen pasien
menurun
3. Pertanyaan dari : Siti Irma Nur Aina
Pertanyaan : Dari fisioterapi dada yang diberikan di intervensi, mengapa
tidak memberikan nebulizer saja dan apakah dari fisioterapi dada tersebut
akan di edukasikan ataupun perawat dapat mengajarkan fisioterapi tersebut
ke keluarga dan pasien nya?
Jawab : Terkait dengan fisioterapi dada dapat dilakukan dengan kolaborasi
dari dokter atau sesuaikan dengan advis yang diberikan dokter, namun untuk
nebulizer dapat diberikan pula untuk penanganannya. Pasien dapat
diberikan nebulizer dan untuk fisioterapi dada dapat kita edukasikan atau kita
ajarkan kepada keluarga dan pasien agar dapat mempraktikkannya di rumah
dan pasien serta keluarga tidak ketergantungan kepada obat saja namun
bisa juga menggunakan tindakan fisioterapi.
4. Pertanyaan dari : Rohandi Yusuf
Pertanyaan : Pasien yang di berikan omz tersebut di dapatkan dari pasien
mengalami ulu hati atau pada pasien yang mengalami nyeri dada?
Jawab : Dapat dilihat kembali dari RPS pasien, pasien mengeluh nyeri ulu
hati dari 1 hari yang lalu dan dapat mengobati ulu hati tersebut dengan
mengonsumsi omz agar tidak nyeri, serta dapat dijelaskan juga dari ventrikel
kiri yang membawa darah ke seluruh tubuh dan salah satunya ialah lambung
sehingga karena adanya perburukkan gagal jantung kiri membuat pasien
dapat meningkatkan asam lambung naik sehingga pasien di berikan obat
omz
F. TAHAP VI LEARNING ISSUE
Topik-topik atau area keilmuan yang harus diperhatikan dalam kasuk Tutorial
klinik ini adalah sebagai berikut:
1. Anatomi fisiologi jantung, Patofisiologi jantung, dan pemeriksaan
penunjang penyakit jantung.
2. Konsep dasar asuhan keperawatan jantung dan konsep penyakit Acute
Dekompensasi Heart Failure (ADHF)
3. Asuhan keperawatan pasien jantung, keperawatan medikal bedah, dan
keperawatan dasar.
G. TAHAP VII PROBLEM SOLVING
1. Pemberian fisioterapi dada ini dapat digunakan untuk meningkatkan
saturasi oksigen dan berkaitan erat dengan pemberian postural drainase
yang dikombinasikan dengan teknik-teknik tambahan yang dapat
meningkatkan bersihan jalan napas. Teknik yang dilakukan pada
fisioterapi dada yaitu perkusi manual dan vibrasi. Sehingga pada
fisioterapi dada ini dapat bermanfaat untuk memperbaiki kinerja otot
pernapasan dan pengurangan desaturasi oksigen jika digunakan sebagai
kombinasi. Sedangkan pada terapi pemberian nebulizer merupakan
pemberian obat yang diberikan secara langsung ke dalam saluran napas
melalui penghisapan dengan keuntungan obat dapat berlangsung pada
saluran napas, onset kerjanya cepat, dosis yang digunakan kecil serta
efek samping yang minimal karena konsentrasi obat dalam darah sedikit
atau rendah. Terapi nebulizer ini menggunakan oksigen sebagai
penghasil uap, masih efektif terhadap perubahan suara napas dari
takipnea menjadi apnea, dapat meningkatkan SPO2 dalam darah dan
penurunan RR dan perubahannya pola napas yang dari ronkhi/wheezing
menjadi vesikuler. Sehingga dapat disimpulkan bahwa penggunaan
fisioterapi dada dan nebulizer dapat digunakan sewaktu-waktu agar
pasien tidak ketergantungan dengan obat yang diberikan walaupun obat
dari nebulizer memberikan efek samping yang minim namun keluarga
juga dapat melakukan fisioterapi dada untuk mengeluarkan dahak yang
ada di dalam paru-paru pasien yang membuat adanya suara tambahan
seperti rokhi atau weezing (Setiawan, Purwono, & Immawati, 2021).
2. Posisi semi fowler adalah posisi duduk dimana kepala di tinggikan paling
sedikit 45o. Kemiringan 45o menggunakan gravitasi membantu
mengembangkan dada dan mengurangi tekanan abdomen dan
diafragma. Pada saat gravitasi terjadi akan menarik diafragma ke bawah
serta memungkinkan ekspansi dada dan ventilasi paru yang lebih besar.
Posisi ini dibantu penopang sandaran yang sering digunakan dua bantal
yang diletakkan di punggung dan kepala, Setelah melakukan pengkajian
kemudian penulis menganalisa data dan menentukan diagnosa
keperawatan yang menjadi prioritas utama berdasarkan kondisi pasien
yaitu Penurunan Curah Jantung berhubungan dengan Perubahan
Kontraktilitas. Manajemen cairan merupakan strategi yang penting dalam
pengobatan untuk pasien CHF. Menurut Heart Failure Society of America,
2010 dalam Prihtiningsih & Sudyasih, (2018). Panduan penanganan
gagal jantung merekomendasikan pembatasan cairan < 2 liter per hari
bagi pasien dengan hiponatremia dan juga bagi semua pasien dengan
retensi cairan yang sulit dikontrol dengan penggunaan diuretik (Novela &
Minardo, 2019).
3. Gray, (2002) dalam nagarai et. al (2016) menjelaskan kondisi Gagal
jantung dapat menurunkan perfusi ginjal yang dapat menstimulasi sistem
reninangiotensin-aldosteron (RAA) sehingga menyebabkan peningkatan
kadar renin, angiotensisn II plasma, dan aldosteron. Angiotensin II
merupakan vasokonstriktor kuat pada arteriol eferen ginjal, yang
menstimulasi pelepasan norepinefrin dari ujung saraf simpatik,
menghambat tonus vagal, dan membantu pelepasan aldosteron dari
adrenal yang menyebabkan retensi natrium dan air serta ekskresi kalium
sehingga menyebabkan kadar kalium dan natrium pada pasien jantung
biasanya meningkat maupun menurun dari batas normal (Nagari, Wulan,
& Rahayuningsih, 2016)
4. Tindakan kolaboratif Pemberian Omeprazole (PPI) diberikan Pasien
Penyakit Jantung, Padahal pasien mengeluhkan nyeri pada ulu hati.
Pemberian omeprazole diindikasikan pada pasien dengan permasalahan
di lambung, contohnya GERD (gastroesofhangeal reflux desease). Gejala
khas GERD adalah mulas dan regurgitasi isi makanan. Namun, banyak
pasien dengan gerd memiliki gejala ekstraesofageal Seperti nyeri dada.
Hal tersebut dimungkinkan karena asam lambung menstimulasi nervous
Vagal sehingga hal tersebut menyebabkan desaturasi oksigen yang
mempengaruhi kinerja Jantung untuk mengalirkan oksigen (Hui, et al.,
2015).

You might also like