You are on page 1of 11

Perkembangan Anak Autis

makalah psikologi Perkembangan Terhadap Anak Autis


BAB I
PENDAHULUAN

Latar belakang Masalah


Akhir-akhir ini bermunculan berbagai cara / obat / suplemen yang ditawarkan dengan
iming-iming bisa menyembuhkan autisme. Kadang-kadang secara gencar dipromosikan oleh
si penjual, ada pula cara-cara mengiklankan diri di televisi / radio / tulisan-tulisan.
Para orang tua harus hati-hati dan jangan sembarangan membiarkan anaknya
sebagai kelinci percobaan. Sayangnya masih banyak yang terkecoh , dan setelah
mengeluarkan banyak uang menjadi kecewa oleh karena hasil yang diharapkan tidak
tercapai.

Rumusan Masalah
1. Apa pengertian autis ?
2. Apa saja penyebab autis ?
3. Apa saja karakteristik autis ?
4. Bagaimana perlakuan terhadap anak autis usia dini ?
5. Bagaimana pendekatan pembelajaran anak autis ?
6. Bagaimana model pelayanan pendidikan bagi anak autis ?
7. Bagaimana pelaksanaan kegiatan belajar mengajar anak autis ?
8. Bagaimana proses belajar mengajar dan solusinya ?

Tujuan
1. Mengetahui pengertian autis
2. Mengetahui penyebab autis
3. Mengetahui karakteristik autis
4. Mengetahui perlakuan terhadap anak autis usia dini
5. Mengetahui pendekatan pembelajaran anak autis
6. Mengetahui model pelayanan pendidikan bagi anak autis
7. Mengetahui pelaksanaan kegiatan belajar mengajar anak autis
8. Mengetahui proses belajar mengajar dan solusinya 

1 |P s i k o l o g i
Perkembangan Anak Autis

BAB II
PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN AUTIS
Istilah Autisme berasal dari kata "Autos" yang berarti diri sendiri "Isme" yang berarti
suatu aliran. Berarti suatu paham yang tertarik hanya pada dunianya sendiri. Autistik adalah
suatu gangguan perkembangan yang kompleks menyangkut komunikasi, interaksi sosial
dan aktivitas imajinasi. Gejalanya mulai tampak sebelum anak berusia 3 tahun. Bahkan
pada autistik infantil gejalanya sudah ada sejak lahir.
Diperkirakan 75%-80% penyandang autis ini mempunyai retardasi mental, sedangkan 20%
dari mereka mempunyai kemampuan yang cukup tinggi untuk bidang-bidang tertentu
(savant)

B. PENYEBAB AUTIS
Sampai sekarang belum terdeteksi faktor yang menjadi penyebab tunggal timbulnya
gangguan autisme. Namun demikian ada beberapa faktor yang di mungkinkan dapat
menjadi penyebab timbulnya autisme. berikut:
Menurut Teori Psikososial
Beberapa ahli (Kanner dan Bruno Bettelhem) autisme dianggap sebagai akibat hubungan
yang dingin, tidak akrab antara orang tua (ibu) dan anak. Demikian juga dikatakan, orang
tua/pengasuh yang emosional, kaku, obsesif, tidak hangat bahkan dingin dapat
menyebabkan anak asuhnya menjadi autistik.
Teori Biologis
 Faktor genetic:
Keluarga yang terdapat anak autistik memiliki resiko lebih tinggi dibanding populasi
keluarga normal.
 Pranatal, Natal dan Post Natal yaitu:
Pendarahan pada kehamilan awal, obat-obatan, tangis bayi terlambat, gangguan
pernapasan, anemia.
 Neuro anatomi yaitu:
Gangguan/disfungsi pada sel-sel otak selama dalam kandugan yang mungkin
disebabkan terjadinya gangguan oksigenasi, perdarahan, atau infeksi.
 Struktur dan Biokimiawi yaitu:
Kelainan pada cerebellum dengan cel-sel Purkinje yang jumlahnya terlalu sedikit,
padahal sel-sel purkinje mempunyai kandungan serotinin yang tinggi.
 Demikian juga kemungkinan tingginya kandungan dapomin atau opioid dalam darah.
 Keracunan logam berat misalnya terjadi pada anak yang tinggal dekat tambang batu
bara, dsb.
 Gangguan pencernaan, pendengaran dan penglihatan. Menurut data yang ada 60 %
anak autistik mempunyai sistem pencernaan kurang sempurna. Dan kemungkinan
timbulnya gejala autistik karena adanya gangguan dalam pendengaran dan
penglihatan.

2 |P s i k o l o g i
Perkembangan Anak Autis

C. KARAKTERISTIK AUTIS
Anak autis mempunyai masalah/gangguan dalam bidang:

1. Komunikasi:
 Perkembangan bahasa lambat atau sama sekali tidak ada.
 Anak tampak seperti tuli, sulit berbicara, atau pernah berbicara tapi kemudian sirna,
 Kadang kata-kata yang digunakan tidak sesuai artinya.
 Mengoceh tanpa arti berulang-ulang, dengan bahasa yang tak dapat dimengerti orang lain
 Bicara tidak dipakai untuk alat berkomunikasi
 Senang meniru atau membeo (echolalia)
 Bila senang meniru, dapat hafal betul kata-kata atau nyanyian tersebut tanpa mengerti
artinya
 Sebagian dari anak ini tidak berbicara ( non verbal) atau sedikit berbicara (kurang verbal)
sampai usia dewasa
 Senang menarik-narik tangan orang lain untuk melakukan apa yang ia inginkan, misalnya
bila ingin meminta sesuatu

2. Interaksi sosial:
 Penyandang autistik lebih suka menyendiri
 Tidak ada atau sedikit kontak mata, atau menghindar untuk bertatapan
 Tidak tertarik untuk bermain bersama teman
 Bila diajak bermain, ia tidak mau dan menjauh

3. Gangguan sensoris:
 sangat sensistif terhadap sentuhan, seperti tidak suka dipeluk
 bila mendengar suara keras langsung menutup telinga
 senang mencium-cium, menjilat mainan atau benda-benda
 tidak sensitif terhadap rasa sakit dan rasa takut

4. Pola bermain:
 Tidak bermain seperti anak-anak pada umumnya,
 Tidak suka bermain dengan anak sebayanya,
 tidak kreatif, tidak imajinatif
 tidak bermain sesuai fungsi mainan, misalnya sepeda dibalik lalu rodanya di putar-putar
 senang akan benda-benda yang berputar, seperti kipas angin, roda sepeda,
 dapat sangat lekat dengan benda-benda tertentu yang dipegang terus dan dibawa kemana-
mana

5. Perilaku:
 Dapat berperilaku berlebihan (hiperaktif) atau kekurangan (hipoaktif)
 Memperlihatkan perilaku stimulasi diri seperti bergoyang-goyang, mengepakkan tangan
seperti burung, berputar-putar, mendekatkan mata ke pesawat TV, lari/berjalan bolak
balik, melakukan gerakan yang diulang-ulang
 Tidak suka pada perubahan
 Dapat pula duduk bengong dengan tatapan kosong

6. Emosi:
 sering marah-marah tanpa alasan yang jelas, tertawa-tawa, menangis tanpa alasan
 temper tantrum (mengamuk tak terkendali) jika dilarang atau tidak diberikan keinginannya
 kadang suka menyerang dan merusak
 Kadang-kadang anak berperilaku yang menyakiti dirinya sendiri

3 |P s i k o l o g i
Perkembangan Anak Autis

 tidak mempunyai empati dan tidak mengerti perasaan orang lain

D. PERLAKUAN TERHADAP ANAK AUTIS USIA DINI


Sebelum/sembari mengikuti pendidikan formal (sekolah). Anak autistik dapat dilatih melalui
terapi sesuai dengan kondisi dan kebutuhan anak antara lain:
 Terapi Wicara: untuk melancarkan otot-otot mulut agar dapat berbicara lebih baik.
 Terapi Okupasi : untuk melatih motorik halus anak.
 Terapi Bermain : untuk melatih mengajarkan anak melalui belajar sambil bermain.
 Terapi medikamentosa/obat-obatan (drug therapy) : untuk menenangkan anak melalui
pemberian obat-obatan oleh dokter yang berwenang.
 Terapi melalui makan (diet therapy) : untuk mencegah/mengurangi tingkat gangguan
autisme.
 Auditory Integration Therapy : untuk melatih kepekaan pendengaran anak lebih sempurna
 Biomedical treatment/therapy : untuk perbaikan dan kebugaran kondisi tubuh agar terlepas
dari faktor-faktor yang merusak (dari keracunan logam berat, efek casomorphine dan
gliadorphine, allergen, dsb)
 Hydro Therapy : membantu anak autistik untuk melepaskan energi yang berlebihan pada diri
anak melalui aktifitas di air.
 Terapi Musik : untuk melatih auditori anak, menekan emosi, melatih kontak mata dan
konsentrasi.

E. PENDEKATAN PEMBELAJARAN ANAK AUTIS


1.            Discrete Tial Training (DTT) : Training ini didasarkan pada Teori Lovaas yang mempergunakan
pembelajaran perilaku. Dalam pembelajarannya digunakan stimulus respon atau yang dikenal
dengan orperand conditioning. Dalam prakteknya guru memberikan stimulus pada anak agar anak
memberi respon. Apabila perilaku anak itu baik, guru memberikan reinforcement (penguatan).
Sebaliknya perilaku anak yang buruk dihilangkan melalui time out/ hukuman/kata “tidak”
2.            Intervensi LEAP (Learning Experience and Alternative Programfor Preschoolers and
Parents): menggunakan stimulus respon (sama dengan DTT) tetapi anak langsung berada dalam
lingkungan sosial (dengan teman-teman). Anak auitistik belajar berperilaku melalui pengamatan
perilaku orang lain.
3.            Floor Time : merupakan teknik pembelajaran melalui kegiatan intervensi interaktif. Interaksi
anak dalam hubungan dan pola keluarga merupakan kondisi penting dalam menstimulasi
perkembangan dan pertumbuhan kemampuan anak dari segi kumunikasi, sosial, dan perilaku anak.
4.            TEACCH (Treatment and Education for Autistic Childrent and Related Communication
Handicaps): merupakan pembelajaran bagi anak dengan memperhatikan seluruh aspek layanan
untuk pengembangan komunikasi anak. Pelayanan diprogramkan dari segi diagnosa,
terapi/treatment, konsultasi, kerjasama, dan layanan lain yang dibutuhkan baik oleh anak maupun
orangtua.

F. MODEL PELAYANAN PENDIDIKAN BAGI ANAK AUTIS


Pendidikan untuk anak autis usia sekolah bisa dilakukan di berbagai penempatan. Berbagai model
antara lain:

1. Kelas transisi
Kelas ini diperuntukkan bagi anak autistik yang telah diterapi memerlukan layanan khusus
termasuk anak autistik yang telah diterapi secara terpadu atau struktur. Kelas transisi sedapat
mungkin berada di sekolah reguler, sehingga pada saat tertentu anak dapat bersosialisasi dengan
anak lain. Kelas transisi merupakan kelas persiapan dan pengenalan pengajaran dengan acuan
kurikulum SD dengan dimodifikasi sesuai kebutuhan anak.

4 |P s i k o l o g i
Perkembangan Anak Autis

2. Program Pendidikan Inklusi


Program ini dilaksanakan oleh sekolah reguler yang sudah siap memberikan layanan bagi
anak autistik. Untuk dapat membuka program ini sekolah harus memenuhi persyaratan antara lain:
 Guru terkait telah siap menerima anak autistik
 Tersedia ruang khusus (resourse room) untuk penanganan individual
 Tersedia guru pembimbing khusus dan guru pendamping.
 Dalam satu kelas sebaiknya tidak lebih dari 2 (dua) anak autistik.
 Dan lain-lain yang dianggap perlu.

3. Program Pendidikan Terpadu


Program Pendidikan Terpadu dilaksanakan disekolah reguler. Dalam kasus/waktu tertentu,
anak-anak autistik dilayani di kelas khusus untuk remedial atau layanan lain yang diperlukan.
Keberadaan anak autistik di kelas khusus bisa sebagian waktu atau sepanjang hari tergantung
kemampuan anak.

4. Sekolah Khusus Autis


Sekolah ini diperuntukkan khusus bagi anak autistik terutama yang tidak memungkinkan
dapat mengikuti pendidikan di sekolah reguler. Anak di sekolah ini sangat sulit untuk dapat
berkonsentrasi dengan adanya distraksi sekeliling mereka. Pendidikan di sekolah difokuskan pada
program fungsional seperti bina diri, bakat, dan minat yang sesuai dengan potensi mereka.

5. Program Sekolah di Rumah


Program ini diperuntukkan bagi anak autistik yang tidak mampu mengikuti pendidikan di
sekolah khusus karena keterbatasannya. Anak-anak autistik yang non verbal, retardasi mental atau
mengalami gangguan serius motorik dan auditorinya dapat mengikuti program sekolah di rumah.
Program dilaksanakan di rumah dengan mendatangkan guru pembimbing atau terapis atas
kerjasama sekolah, orangtua dan masyarakat.

6. Panti (griya) Rehabilitasi Autis


Anak autistik yang kemampuannya sangat rendah, gangguannya sangat parah dapat
mengikuti program di panti (griya) rehabilitasi autistik. Program dipanti rehabilitasi lebih terfokus
pada pengembangan:
(1) Pengenalan diri
(2) Sensori motor dan persepsi
(3) Motorik kasar dan halus
(4) Kemampuan berbahasa dan komunikasi
(5) Bina diri, kemampuan sosial
(6) Ketrampilan kerja terbatas sesuai minat, bakat dan potensinya.

Dari beberapa model layanan pendidikan di atas yang sudah eksis di lapangan adalah Kelas
transisi, sekolah khusus autistik dan panti rehabilitasi.

G. KEGIATAN BELAJAR MENGAJAR


Prinsip-prinsip pengajaran dan pendidikan
Pendidikan dan pengajaran anak autistik pada umumnya dilaksanakan berdasarkan pada prinsip-
prinsip sebagai berikut:

a. Terstruktur
Pendidikan dan pengajaran bagi anak autistik diterapkan prinsip terstruktur, artinya dalam
pendidikan atau pemberian materi pengajaran dimulai dari bahan ajar/materi yang paling mudah

5 |P s i k o l o g i
Perkembangan Anak Autis

dan dapat dilakukan oleh anak. Setelah kemampuan tersebut dikuasai, ditingkatkan lagi ke bahan
ajar yang setingkat diatasnya namun merupakan rangkaian yang tidak terpisah dari materi
sebelumnya.

Sebagai contoh, untuk mengajarkan anak mengerti dan memahami makna dari instruksi
"Ambil bola merah". Maka materi pertama yang harus dikenalkan kepada anak adalah konsep
pengertian kata "ambil", "bola". Dan "merah". Setelah anak mengenal dan menguasai arti kata
tersebut langkah selanjutnya adalah mengaktualisasikan instruksi "Ambil bola merah" kedalam
perbuatan kongkrit.
Struktur pendidikan dan pengajaran bagi anak autistik meliputi :
- Struktur waktu
- Struktur ruang, dan
- Struktur kegiatan

b. Terpola
Kegiatan anak autistik biasanya terbentuk dari rutinitas yang terpola dan terjadwal, baik di
sekolah maupun di rumah (lingkungannya), mulai dari bangun tidur sampai tidur kembali. Oleh
karena itu dalam pendidikannya harus dikondisikan atau dibiasakan dengan pola yang teratur.
Namun, bagi anak dengan kemampuan kognitif yang telah berkembang, dapat dilatih dengan
memakai jadwal yang disesuaikan dengan situasi dan kondisi lingkungannya, supaya anak dapat
menerima perubahan dari rutinitas yang berlaku (menjadi lebih fleksibel). Diharapkan pada akhirnya
anak lebih mudah menerima perubahan, mudah menyesuaikan diri dengan lingkungan (adaptif) dan
dapat berperilaku secara wajar (sesuai dengan tujuan behavior therapi).

c. Terprogram
Prinsip dasar terprogram berguna untuk memberi arahan dari tujuan yang ingin dicapai dan
memudahkan dalam melakukan evaluasi. Prinsip ini berkaitan erat dengan prinsip dasar
sebelumnya. Sebab dalam program materi pendidikan harus dilakukan secara bertahap dan
berdasarkan pada kemampuan anak, sehingga apabila target program pertama tersebut menjadi
dasar target program yang kedua, demikian pula selanjutnya.

d. Konsisten
Dalam pelaksanaan pendidikan dan terapi perilaku bagi anak autistik, prinsip konsistensi
mutlak diperlukan. Artinya : apabila anak berperilaku positif memberi respon positif terhadap susatu
stimulan (rangsangan), maka guru pembimbing harus cepat memberikan respon positif
(reward/penguatan), begitu pula apabila anak berperilaku negatif (Reniforcement) Hal tersebut juga
dilakukan dalam ruang dan waktu lain yang berbeda (maintenance) secara tetap dan tepat, dalam
arti respon yang diberikan harus sesuai dengan perilaku sebelumnya.

Konsisten memiliki arti "Tetap", bila diartikan secara bebas konsisten mencakup tetap dalam
berbagai hal, ruang, dan waktu. Konsisten bagi guru pembimbing berarti; tetap dalam bersikap,
merespon dan memperlakukan anak sesuai dengan karakter dan kemampuan yang dimiliki masing-
masing individu anak autistik. Sedangkan arti konsisten bagi anak adalah tetap dalam
mempertahankan dan menguasai kemampuan sesuai dengan stimulan yang muncul dalam ruang
dan waktu yang berbeda. Orang tua pun dituntut konsisten dalam pendidikan bagi anaknya, yakni
dengan bersikap dan memberikan perlakukan terhadap anak sesuai dengan program pendidikan
yang telah disusun bersama antara pembimbing dan orang tua sebagai wujud dari generalisasi
pembelajaran di sekolah dan dirumah.

e. Kontinyu
Pendidikan dan pengajaran bagi anak autistik sebenarnya tidak jauh berbeda dengan anak-
anak pada umumnya. Maka prinsip pendidikan dan pengajaran yang berkesinambungan juga mutlak

6 |P s i k o l o g i
Perkembangan Anak Autis

diperlukan bagi anak autistik. Kontinyu disini meliputi kesinambungan antara prinsip dasar
pengajaran, program pendidikan dan pelaksanaannya. Kontinyuitas dalam pelaksanaan pendidikan
tidak hanya di sekolah, tetapi juga harus ditindaklanjuti untuk kegiatan dirumah dan lingkungan
sekitar anak. Kesimpulannya, therapi perilaku dan pendidikan bagi anak autistik harus dilaksanakan
secara berkesinambungan, simultan dan integral (menyeluruh dan terpadu).

f. Kurikulum
Dalam pelaksanaan pendidikan dan pengajaran bagi anak autistik tentunya harus
berdasarkan pada kurikulum pendidikan yang berorientasi pada kemampuan dan ketidak mampuan
anak dengan memperhatikan deferensiasi masing-masing individu.

g. Pendekatan dan Metode


Pendidikan dan pengajaran bagi anak autistik menggunakan Pendekatan dan program
individual. Sedangkan metode yang digunakan adalah merupakan perpaduan dari metode yang ada,
dimana penerapannya disesuaikan kondisi dan kemampuan anak serta materi dari pengajaran yang
diberikan kepada anak. Metode dalam pengajaran anak autistik adalah metode yang memberikan
gambaran kongkrit tentang "sesuatu", sehingga anak dapat menangkap pesan, informasi dan
pengertian tentang "sesuatu" tersebut.

h. Sarana Belajar Mengajar


Sarana belajar diperlukan, karena akan membantu kelancaran proses pembelajaran dan
membantu pembentukan konsep pengertian secara kongkrit bagi anak autistik. Pola pikir anak
autistik pada umumnya adalah pola pikir kongkrit. sehingga sarana belajar mengajarnyapun juga
harus kongkrit. Beberapa anak autistik dapat berabstraksi, namun pada awalnya mereka dilatih
dengan sarana belajar yang kongkrit

i. Evaluasi
Untuk mengukur berhasil atau tidaknya pendidikan dan pengajaran perlu dilakukan adanya
evaluasi (penilaian). Dalam pendidikan dan pengajaran bagi anak autistik evaluasi dapat dilakukan
dengan cara:

1. Evaluasi Proses
Evaluasi Proses ini dilakukan dengan cara seketika pada saat proses kegiatan
berlangsung dengan cara meluruskan atau membetulkan perilaku menyimpang atau
pembelajaran yang sedang berlangsung seketika itu juga. Hal ini dilakukan oleh
pembimbing dengan cara memberi reward atau demonstrasi secara visual dan kongkrit.
Di samping itu untuk mengetahui sejauh mana progres yang dicapai anak dapat
diketahui dengan cara adanya catatan khusus/buku penghubung.

2. Evaluasi Bulan
Evaluasi ini bertujuan untuk memberikan laporan perkembangan atau
permasalahan yang ditemukan atau dihadapi oleh pembimbing di sekolah. Evaluasi
bulanan ini dilakukan dengan cara mendiskusikan masalah dan perkembangan anak
antara guru dan orang tua anak autistik guna mendapatkan pemecahan masalah (solusi
dan pemecahan masalah), antara lain dengan mencari penyebab dan latar belakang
munculnya masalah serta pemecahan masalah macam apa yang tepat dan cocok untuk
anak autistik yang menjadi contoh kasus. Hal ini dapat dilakukan oleh guru dan orang
tua dengan mengadakan diskusi bersama atau case conference.

3. Evaluasi Catur Wulan

7 |P s i k o l o g i
Perkembangan Anak Autis

Evaluasi ini disebut juga dengan evaluasi program yang dimaksud sebagai tolok
ukur keberhasilan program secara menyeluruh. Apabila tujuan program pendidikan dan
pengajaran telah tercapai dan dapat dikuasai anak, maka kelanjutan program dan
kesinambungan program ditingkatkan dengan bertolak dari kemampuan akhir yang
dikuasai anak, sebaliknya apabila program belum dapat terkuasai oleh anak maka
diadakan pengulangan program (remedial) atau meninjau ulang apa yang menyebabkan
ketidak berhasilan pencapaian program.

H. HAMBATAN PROSES BELAJAR MENGAJAR DAN SOLUSINYA

1. Masalah Perilaku
Masalah perilaku yang sering muncul yaitu : stimulasi diri dan stereotip.
Bila perilaku tersebut muncul yang dapat kita lakukan :
 Memberikan Reinforcement.
 Tidak memberi waktu luang bagi anak untuk asyik dengan diri sendiri
 Siapkan kegiatan yang menarik dan positif
 Menciptakan situasi yang kondusif bagi anak, tidak menyakiti diri.

2. Masalah Emosi :
Masalah ini menyangkut kondisi emosi yang tidak stabil, misalnya; menangis, berteriak,
tertawa tanpa sebab yang jelas, memberontak, mengamuk, destruktif, tantrum.
Cara mengatasinya :
 Berusaha mencari dan menemukan penyebabnya
 Berusaha menenangkan anak dengan cara tetap bersikap tenang.
 Setelah kondisi emosinya mulai membaik, kegiatan dapat dilanjutkan.

3. Masalah Perhatian (Konsentrasi)


Perhatian anak dalam belajar kadang belum dapat bertahan untuk waktu yang lama dan
masih berpindah pada obyek/kegiatan lain yang lebih menarik bagi anak. Untuk itu maka usaha yang
harus diupayakan oleh pembimbing adalah:
 Waktu untuk belajar bagi anak ditingkatkan secara bertahap.
 Kegiatan dibuat semenarik mungkin, dan bervariasi.
 Istirahat sebentar kemudian kegiatan dilanjutkan kembali, dimaksudkan untuk mengurangi
kejenuhan pada anak, misal: menyanyi, bermain.

4. Masalah Kesehatan
Bila kondisi kesehatan siswa kurang baik, maka kegiatan belajar mengajar tidak dapat
berjalan secara efektif, namun demikian kegiatan belajar tetap dapat dilaksanakan, hanya saja dalam
pelaksanaannya disesuaikan dengan kondisi anak.

5. Orang Tua
Untuk memberikan wawasan pada orang tua, perlu dibentuk Perkumpulan Orang Tua Siswa,
sebagai sarana penyebaran berbagi pengalaman sesama seperti informasi baru dari informasi
internet, buku-buku bahkan jika mungkin tatap muka dengan tokoh yang berkaitan dalam
pendidikan untuk anak autistik atau anak dengan kebutuhan khusus.

6. Masalah Sarana Belajar


Dengan menyediakan materi-materi yang mungkin diperlukan untuk kepentingan terapi anak-
anaknya misalnya :
- Textbook berbahasa Inggris dan Indonesia,
- Buku-buku pelajaran siswa,
- Kartu-kartu PECS, Compics, Flashcard, dlsb,

8 |P s i k o l o g i
Perkembangan Anak Autis

- Pegs, balok kayu, puzzle dan mainan edukatif lainnya.

BAB III
PENUTUP

Kesimpulan
Autistik adalah suatu gangguan perkembangan yang kompleks menyangkut komunikasi,
interaksi sosial dan aktivitas imajinasi. Gejalanya mulai tampak sebelum anak berusia 3 tahun

PENYEBAB AUTIS
Menurut Teori Psikososial
Teori Biologis
Keracunan logam berat misalnya terjadi pada anak yang tinggal dekat tambang batu bara
Gangguan pencernaan, pendengaran dan penglihatan

KARAKTERISTIK AUTIS
 Komunikasi
 Interaksi sosial
 Gangguan sensoris
 Pola bermain
 Perilaku
 Emosi

PERLAKUAN TERHADAP ANAK AUTIS USIA DINI


 Terapi Wicara
 Terapi Okupasi
 Terapi Bermain
 Terapi medikamentosa/obat-obatan (drug therapy)
 Terapi melalui makan (diet therapy)
 Auditory Integration Therapy
 Biomedical treatment/therapy
 Hydro Therapy
 Terapi Musik  

PENDEKATAN PEMBELAJARAN ANAK AUTIS


 Discrete Tial Training (DTT)
 Intervensi LEAP (Learning Experience and Alternative Programfor Preschoolers and Parents)
 Floor Time
 TEACCH (Treatment and Education for Autistic Childrent and Related Communication
Handicaps)

MODEL PELAYANAN PENDIDIKAN BAGI ANAK AUTIS


 Kelas transisi
 Program Pendidikan Inklusi
 Program Pendidikan Terpadu
 Sekolah Khusus Autis
 Program Sekolah di Rumah
 Panti (griya) Rehabilitasi Autis

9 |P s i k o l o g i
Perkembangan Anak Autis

KEGIATAN BELAJAR MENGAJAR


 Prinsip-prinsip pengajaran dan pendidikan
 Kurikulum
 Pendekatan dan Metode
 Sarana Belajar Mengajar
 Evaluasi

HAMBATAN PROSES BELAJAR MENGAJAR DAN SOLUSINYA


 Masalah Perilaku
 Masalah Emosi
 Masalah Perhatian (Konsentrasi)
 Masalah Kesehatan
 Orang Tua
 Masalah Sarana Belajar

10 |P s i k o l o g i
Perkembangan Anak Autis

DAFTAR PUSTAKA

Source (Sumber) : Dikdasmen Depdiknas


www.ditplb.or.id
http://sekolahautismeal-ihsan.com/artikel/sekilas-tentang-autisme.html

11 |P s i k o l o g i

You might also like