You are on page 1of 13

KELOMPOK 4 KAJIAN ALIRAN FILSAFAT REALISME, IDEALISME,

POSITIVISME, PRAGMANTISME, PROGRESIVISME, DAN


PERENIALISME

1. Laufiensyah Lailatul Qodar Akbar 220154801868


2. Mella Nanda Nurohmah 220154800220
3. Mu’alfani Arsana Putri 220154801972

Berikut list pertanyaan yang belum bertanya via Google Meet:


a. Dalam aliran filsafat idealisme merupakan suatu ilmu yang muncul
dari dalam/jiwa/pikiran manusia, karena idealis sendiri memiliki arti
ide/pemikiran. Penerapan aliran ini dalam pendidikan maupun
pembelajaran saya masih kurang memahami dengan baik, sehingga
saya ingin untuk kelompok 4 memberikan contoh penerapan aliran ini
dalam pendidikan maupun pembelajaran seperti apa dengan bahasa
yang mudah untuk dicerna. (Pawestri Indah Pertiwi)
JAWABAN:
Pengertian filsafat idealisme adalah salah satu aliran yang
berpaham bahwa pengetahuan dan kebenaran tertinggi adalah terletak
pada ide, ide tersebut bisa diartikan sebagai gagasan, sehingga sesuatu
itu bisa terwujud atas dasar pemikiran manusia.
Contoh idealisme dalam pendidikan yaitu guru harus memandang
anak sebagai gagasan tentang masa depan, bukan sabagai alat atau
objek atau benda yang bisa memudahkan pekerjaan kita. Guru harus
bertanya pada dirinya sendiri, apakah dia merupakan contoh yang baik
bagi peserta didiknya. Idealisme memiliki tujuan pendidikan yang
pasti dan abadi, dimana tujuan itu berada di luar kehidupan sekarang
ini. Tujuan pendidikan idealism untuk membimbing peserta didik
menjadi makhluk yang berkepribadian, bermoral serta mencita-
citakan segala hal yang baik.
Guru dalam sistem pengajaran yang menganut aliran idealisme
berfungsi sebagai personifikasi dari kenyataan peserta didik, sebagai
spesialis dalam suatu ilmu pengetahuan dari peserta didik, guru harus
menguasai teknik mengajar secara baik, guru harus menjadi pribadi
terbaik, sehingga disegani oleh para peserta didik, guru harus menjadi
teman dari para peserta didik, guru harus menjadi pribadi yang mampu
membangkitkan gairah peserta didik untuk belajar, guru harus bisa
menjadi idola para peserta didik, guru harus rajin beribadah, sehingga
menjadi insan kamil yang bisa menjadi teladan para siswanya, guru
harus menjadi pribadi yang komunikatif, guru harus mampu
mengapresiasi terhadap subjek yang menjadi bahan ajar yang
diajarkannya, tidak hanya peserta didik, guru pun harus ikut belajar
sebagaimana para peserta didik belajar, guru harus merasa bahagia
jika anak didiknya berhasil, guru haruslah bersikap demokratis dan
mengembangkan demokrasi, guru harus mampu belajar, bagaimana
pun keadaannya.
Dapat disimpulkan bahwa pada dasarnya setiap diri seseorang
mempunyai idealisme, dan merupakan salah satu hal penting dalam
hidup manusia. Dengan idealisme orang dapat melakukan hal yang
luar biasa, bertahan pada suatu prinsip yang diyakini bahkan rela
hidup menderita demi mempertahankan pandangan dan kehormatan.
Ketika seseorang bertanya untuk apa mempertahankan idealisme?
Jawabnya, untuk mendapatkan kepuasan jiwa yang begitu mahal
harganya. Kepuasan dan kebahagiaan itu, tentu saja tidak dapat diukur
dengan nilai uang atau materi. Begitupun aliran Filsafat Idealisme
dalam dunia pendidikan menekankan pada upaya pengembangan
bakat dan kemampuan peserta didik sebagai aktualisasi potensi yang
dimilikinya, untuk mencapainya diperlukan pendidikan yang
berorientrasi pada pengenalan potensi dengan memadukan kurikulum
pendidikan umum dan praktis, kegiatan yang terpusat pada peserta
didik yang dikondisikan oleh tenaga pendidik. Dalam dunia
pendididikan seorang pendidik harus memiliki rasa tanggungjawab
dalam menciptakan lingkungan pendidikan melalui kerja sama
dengan alam. Pendidik memenuhi akal peserta didik dengan hakikat
dan pengetahuan yang tepat. Dengan kata lain guru harus menyiapkan
situasi dan kondisi yang kondusif untuk pembelajaran, serta
lingkungan yang ideal bagi perkembangan mereka, kemudian
membimbing mereka dengan ide-ide yang dipelajarinya hingga
sampai ke tingkat yang setinggi-tingginya.

b. Dalam aliran filsafat realisme, terdapat prinsip implikasi dalam dunia


pendidikan yaitu menciptakan anak didik untuk menguasai
pengetahuan yang handal dan dapat di percaya melalui kedisiplinan
mental maupun moral. Yang ingin saya tanyakan bagaimana cara
mengimplikasikan hal tersebut kepada anak usia dini? (Arini
Mubarroroh).
JAWABAN:
Pertanyaan tersebut adalah hasil dari tercapainya prinsip inisiatif
dalam pendidikan merupakan tanggung jawab pendidik bukan pada
anak. Bahwasanya pendidik adalah pusat pengendalian utama dalam
konsep pendidikan anak usia dini, pendidik yang baik tentunya sudah
merancang rencana pembelajaran yang terarah sesuai pertumbuhan
dan perkembangan anak. Pendidik yang profesional ini lah yang
menjadi harapan kualitas pendidikan anak usia dini di Indonesia.
Begitupun sebaliknya jika pendidik belum siap mengelola
pembelajaran atau rancangan pembelajaran akan berakibat tidak
terarahnya proses pedagogik, sehingga menyebabkan penurunan
kualitas belajar anak.
Nah dari prinsip itulah melahirkan terciptanya anak didik yang
menguasai pengetahuan yang handal dan dapat di percaya melalui
kedisiplinan mental maupun moral. Cara pendidik dalam menciptakan
generasi sedemikian rupa adalah dengan diberikan stimulus bisa
berupa model pembelajaran yang mengeksplorasi potensi yang
dimiliki anak, anak diberi kebebasan dalam memilih permainan yang
di sukai, responnya adalah dari segi materi (rangsangan) konten
konten yang uptudate sesuai kebutuhan anak di masa kini.
c. Aliran progresivisme dalam pendidikan mempersiapkan dan
mengembangkan sebuah realita kehidupan, agar manusia
bisa survive menghadapi tantangan hidup sesuai kondisi zaman dan
tantangannya. Dari pernyataan tersebut, menurut kelompok 4,
bagaimana bentuk tindakan yang dapat dilakukan oleh pendidik agar
dapat menyiapkan para peserta didiknya menghadapi tantangan hidup
yang akan dilalui? (Atika Zain Nurfathiyah)
JAWABAN:
Menurut aliran progresivisme dalam mempersiapkan dan
mengembangkan realitas tantangan masa depan yang perlu dilakukan
sebagai seorang pendidik adalah memberikan stimulasi yang tepat
sejak dini terutama mengoptimalkan periode sensitif yaitu usia 0-8
tahun. Salah satu stimulasi yang adalah attention (mengarahkan
perhatian), focus (menyelesaikan sesuatu yang dimulai), memory
(kemampuan mengingat), language (kemampuan bahasa), psikomotor
(kemampuan yang berhubungan dengan aktivitas fisik), logic
(menganalisa), reasoning (memahami dan membangun proses
berpikir), dan decision making (pengambilan keputusan).
Salah satu contoh yang harus dilakukan para pendidik di adalah
memberikan ruang-ruang yang cukup bagi peserta didik untuk berani
bereksperimen. Dari sana akan mengahasilkan peserta didik yang
mampu memberi solusi atas berbagai persoalan. Tidak hanya itu,
pendidik harus memiliki kemampuan uptodate terkait coding atau
bahasa pemrograman. Sehingga pendidik perlu mempunyai pemikiran
yang open mind, mempunyai sikap keterbukaan dan bisa
menyesuaikan diri dengan perubahan. Pendidik perlu ikut belajar
keahlian baru di bidang teknologi karena harus menjadi fasilitator
pembelajaran bagi anak-anak generasi Z. Diperlukan semangat
gotong-royong semua pihak mulai dari orang tua, pendidik, dan
pemerintah. Melalui pelatihan, pendidik dan bahkan orang tua sebagai
pendidik pertama anak mendapat pengetahuan baru untuk
mengembangkan inovasi dan lebih kreatif lagi dalam mengajar dan
mendukung proses pendidikan. Alhasil dari berbagai penjabaran
diatas seorang anak didik dapat menghadapi tantangan di masa yang
akan datang.

d. Menurut Kelompok 4, bagaimana teori progresivisme bisa


memposisikan peserta didik dalam pembelajaran guna untuk anak
berkembang dg optimal (Ida Afifa fitriyah)
JAWABAN:
Pada aliran progresivisme itu sendiri merupakan suatu aliran
filsafat pendidikan yang memandang bahwa pendidikan harus
diarahkan untuk mempersiapkan diri menghadapi tantangan dunia
yang terus bergerak maju (progres). Ketika proses pembelajaran pada
aliran progresivisme ini dilakukan dengan metode Play-based
learning yang merupakan ghagasan dari pemikiran Rousseau,
Froebel, Dewey yang menyoroti pengaruh play-based- practices
dalam kegiatan belajar anak usia dini. Menurut Rousseau, seorang
anak yang sedang belajar haruslah tetap menjadi seorang anak.
Artinya, ia tidak boleh melupakan bahwasanya dia sebagai anak,
misalnya bersikap seperti orang dewasa yang kaku dan serius.
Sedangkan bagi Dewey, membangun lingkunganyang mampu
menyediakan pengalaman dan memungkinkan bagi anak untuk
bermain dan belajar adalah hal yang penting dalam pendidikan.
Seorang anak, sebagaimana dikatakan Froebel, akan merasakan
nyaman belajar ketika dia sembari bermain.
Seorang anak biasanya cenderung memilih belajar hal yang
membuatnya tertarik. Namun di dalam play-based learning,
ketertarikan itu justru menjadi tanggung jawab bagi guru. Seorang
guru dituntut untuk dapat menciptakan permainan yang menarik bagi
anak, sehingga bisa menjadi sarana bagi anak untuk bermain. Play-
based learning menggambarkan hasrat alami anak untuk mendapatkan
pengalaman berdasarkan ketertarikan, kekuatan dan kemampuan yang
dimiliki. Untuk memaksimalkan kegiatan bermain anak, Play-based
learning bisa diarahkan pada lima area permainan. Area ini dapat
dijadikan fokus pengembangan potensi anak yang bisa dicapai melalui
bermain, yakni kognitif, psikomotor, bahasa, simbolik, dan
emosional. Area permainan tersebut adalah:

1) Creative play. Area permainan ini merupakan area permainan


kreatif. Permainan ini berguna bagi anak sebagai sarana untuk
mengekspresikan diri.
2) Dramatic play. Permainan drama dilakukan dalam aktivitas anak
dengan memerankan peran, menembus batas realita dan
menemukan sesuatu yang baru dan berbeda di luar dirinya. Anak-
anak diajak berimajinasi dan membayangkan sesuatu yang ada di
luar dirinya. Permainan ini misalnya dilakukan dengan bermain
masak-masakan, bermain menjadi seorang polisi-penjahat, dan
lain-lain. Permainan ini juga bergunan untuk mengasah
kemampuan anak menganalisis masa depannya, misalnya untuk
bermimpi dan bercita-cita untuk kehidupannya kelak.
3) Exploratory play. Permainan ini adalah jenis permainan
petualangan. Anak-anak bisa diajak menjelajah lingkungan di
sekitarnya, atau diajak mengunjungi suatu tempat yang baru.
Permainan petualangan ini dapat meningkatkan kemampuan anak
untuk melakukan observasi, menemukan hal-hal baru,
menganalisis, dan memecahkan masalah.
4) Manipulative play. Permainan ini bertujuan untuk melatih
kemampuan berpikir anak serta koordinasi antar indera. Permainan
ini dimanipluasi agar anak dapat berpikir sekaligus bertindak
secara cepat dan tepat. Contoh permainan manipulative adalah
permainan puzzle. Anak-anak dilatih untuk menggunakan otaknya
untuk berpikir, berimajinasi, menyelesaikan suatu persoalan atau
tantangan sekaligus tangannya bertindak menyusun kepingan-
kepingan sampai selesai.
5) Sensory play. Area permainan yang terakhir ini digunakan untuk
merangsang anak untuk menggunakan indera-indera yang ada di
dalam dirinya. Misal bermain bola, dan sebagainya.
Sehingga dalam proses pembelajaran yang optimal bagi
pertumbuhan dan perkembangan anak adalah belajar melalui
bermain.

e. Menurut pendapat kelompok 4, bagaimana konsep pendidikan


menurut aliran realisme dan seberapa besar pengaruhnya dalam
perkembangan pendidikan anak usia dini (Hidjriah Fitriawati)
JAWABAN:
konsep pendidikan aliran filsafat realisme ini dibuktikan dari
keterkaiatan erat dari pandangan John Locke bahwa akal, pikiran, dan
jiwa merupakan tabularasa, yang artinya manusia lahir seperti kertas
kosong yang kemudian terisi dengan seiring perkembangan dan
pertumbuhannya yang dipengaruhi oleh lingkungan dan pembentukan
dari keluarganya. Maka dari itu, pendidikan sangatlah penting bagi
setiap anak karena perlunya pembentukan individu-individu yang
baik. Sehingga proses pendidikan dalam konsep realisme diibaratkan
sebagai upaya pelaksanaan teori behaviorism eke dalam
pembelajaran. Teori ini berkaitan dengan stimulans tidak lain adalah
lingkungan belajar anak, baik yang internal maupun eksternal yang
menjadi penyebab belajar. Sedangkan respons adalah akibat atau
dampak, berupa reaksi fisik terhadap stimulans.
Pengaruh aliran realisme berawal dari temuan atau gagasan
Crezh, salah seorang pendidik di Mosenius pada abad ke-17 dengan
karya Orbic Pictusnya. Pada periode itu, temuan Orbic Pictus sempat
mengejutkan dunia pendidikan dan dipandan sebagai gagasan baru.
Hal ini disebabkan pada zaman tersebut belum ada pemikiran tentang
memasukan alat bantu visual seperti gambar-gambar, yang perlu
diajarkan dalam pembelajaran anak-anak, terutama dalam
mempelajari Bahasa. Diabat selanjutnya, yaitu abad ke-18 menjelang
abad 19, gagasan Morvi ini menginspirasi seorang pastalozzi. Dia
menghadirkan objek-objek peraga fisik dalam ruang pengajaran
dalam kelas.
Comenius mejelaskan dalam buku yang dia tulis dengan judul
“Didatik Besar”, dan “Dunia Panca Indra dengan Gambar-Gambar)
merupakan pencetus dasar didatik modern. Dia berusaha merubah
cara berfikir anak yang deduktif dengan cara berfikir yang induktif,
yang merupakan kajian metode ilmiah. Peragaan merupakan hal yang
harus dilakukan dalam proses pembelajaran, sehingga Comenius
disebut sebagai bapak peraga dalam belajar dan pembelajaran.

f. Seberapa besar pengaruh aliran realisme dalam perkembangan


pendidikan (Ema Susanti)
JAWABAN:
Seperti dijelaskan diatas bahwasanya pengaruh aliran realisme
ini sangat berpengaruh besar terhadap pendidikan. Dalam pandangan
realisme kemampuan dasar dalam proses kependidikan yang di alami
lebih ditentukan perkembangannya oleh pendidikan atau lingkungan
sekitar, karena empiris (pengalaman) pada hakikatnya yang
membentuk manusia.
Pandangan realita terhadap tugas pengembangan kepribadian
manusia adalah dipikul orang tua dan para pendidik pada tiap periode
berlangsung, yaitu anak didik harus semakin bertambah kegiatan
belajarnya utuk menghayati kehidupan dari kelompoknya.
(masyarakatnya) serta mau meneriama tanggung jawab yang wajar
dalam kaitannya dengan kehidupan tersebut kaum realis menyatakan
kebudayaan adalah tugas besar pertama dalam pendidikan. Tujuan
utama dan asli dalam pedidikan sangat dirasakan oleh orang tua dan
pendidik yang bertanggung jawab pada tiap periode yang berjalan,
bahwa anak harus bertambah kegiatan belajarnya untuk menghayati
kehidupan kelompoknya (masyarakatnya) serta menerima tanggung
jawab secara wajar terhadap hal-hal yang berkaitan dengan
kehidepannya.

g. Menurut kelompok 4 implementasi aliran progresivisme apa dampak


positif dan negatif terhadap pembelajaran PAUD? (Risqa Fina
Fauziyah)
JAWABAN:
Sifat-sifat umum aliran progresivisme dapat diklasifikasikan
kedalam dua kelompok: (a) sifat-sifat negatif, dan (b) sifat-sifat
positif.
Sifat itu dikatakan negatif dalam arti bahwa, progresivisme menolak
otoritarisme dan absolutisme, dalam segala bentuk seperti misalnya
terdapat dalam agama, politik etika, dan epistomologi. Positif dalam
arti bahwa progresivisme menaruh kepercayaan terhadap kekuatan
alamiah dari manusia, kekuatan-kekuatan yang diwarisi oleh manusia
dari alam sejak ia lahir (man’s natural powers). Terutama yang
dimaksud adalah kekuatan-kekuatan manusia untuk terus-menerus
melawan dan mengatasi kekuatan-kekuatan, takhayul-takhayul, dan
kegawatan yang timbul dari lingkungan hidup yang selamanya
mengancam.
Progresivisme yakin bahwa manusia mempunyai kesanggupan-
kesanggupan untuk mengendalikan hubungannya dengan alam,
sanggup meresapi rahasia-rahasia alam, dan sanggup menguasai alam.
Akan tetapi di samping keyakinan- keyakinan ini ada juga kesangsian.
Dapatkah manusia menggunakan kecakapannya dalam ilmu
pengetahuan alam, juga dalam ilmu pengetahuan sosial? dalam
hubungannya dengan sesama manusia? Pragmatis dan progresivisme
yakin bahwa manusia mempunyai kesanggupan itu, tetapi apakah
manusia dapat belajar bagaimana mempergunakan kesanggupan itu
dalam hal ini, disini timbul sedikit kesangsian, tetapi walau demikian
progresivisme tetap bersikap optimis, tetap percaya bahwa manusia
dapat menguasai seluruh lingkungannya, lingkungan alam dan
lingkungan sosial.
Sehingga dalam dalam pembelajaran PAUD dampak negatif
yang muncul pada aliran ini adalah ketika merancang suatu proyek
atau pembelajaran untuk anak pendidik menganggap bahwasanya
anak itu mampu, pada kenyataanya banyak anak yang bertumbuh
dengan berbagai tahapan yang berbeda-beda dan tidak sama.
Sehingga timbullah pertanyaan apakah setiap anak mampu dan
sanggup dalam melakukan segala hal tersebut? Sehingga banyak
permasalahan anak tidak sanggup atau tidak dapat melakukan
pembelajaran tersebut dengan baik.
Dampak positifnya adalah aliran progresivisme juga memiliki
keyakinan bahwa setiap manusia memiliki kemampuan atau stiap
manusia sanggup dalam melakukan suatu hal, akan tetapi, sehingga
dalam implementasi positifnya adalah sifat optimis yang tertanam
pada diri pendidik dan peserta didik.

h. Menurut kelompok 4 Di makalah bagian Implikasi Aliran Filsafat


Idealisme Terhadap Pendidikan di jelaskan mengapa Pendidikan perlu
mengetahui secara jelas tentang Implikasi Aliran Filsafat Idealisme?
(Dahlia Amalia)
JAWABAN:
Dalam dunia pendidikan banyak sekali aliran filsafah yang
tentunya sangat berpengaruh bagi tumbuh kembang pemikiran
seorang pelajar, salah satunya adalah Idealisme karena dalam
pandangan ini menjelaskan proses untuk mengetahui dapat
dilakukan dengan mengenal atau mengenang kembali ide-ide
tersembunyi yang telah terbentuk dan telah ada dalam pikiran.
Dengan mengenang kembali, pikiran manusia dapat menemukan
ide-ide tentang pikiran makrokosmik dalam pikiran yang
dimiliki séseorang. Jadi, pada dasarnya mengetahui itu melalui
proses mengenal atau mengingat, memanggil dan memikirkan
kembali ide-ide yang tersembunyi atau tersimpan yang
sebetulnya telah ada dalam pikiran. Apa yang akan diketahui
sudah ada dalam pikiran.
Implikasi aliran filsafati idealisme yang berangkat dari hal-hal
yang bersifat ideal dan spritual, sangat menentukan cara pandang
ketika memasuki dunia pendidikan. Dengan kata lain bahwa hal-hal
yang bersifat ideal dapat menentukan pandangan dan pemikiran
terhadap berbagai hal dalam pendidikan yaitu dari segi tujuan, materi,
pendidik, peserta didik dan hakikat pendidikan secara keseluruhan.
Untuk melihat implikasi idealisme lebih lanjut, maka berikut ini akan
ditelaah aspek-aspek pendidikan dalam tinjauan filsafat idealisme,
meliputi peserta didik, pendidik, kurikulum, metode pendidikan,
tujuan pendidikan dan pandangannya terhadap sekolah.
1) Anak didik, anak didik harus dipandang sebagai individu yang
memiliki potensi akal pikir dan potensi moral. Potensi inteleknya
dikembangkan sehingga memiliki pengetahuan yang benar, dan
potensi moralnya diaktualkan agar ia memiliki kepnibadian yang
utama sebagai manusia yang bermoral.
2) Pendidik, Dalam mendidik, guru berperan sebagai tokoh sentral
dan model di mana keberadaannya menjadi panutan bagi anak
didiknya. Dengannya, anak didik menjadi punya pegangan.
Sebagai model bagi anak didiknya, guru harus menghargai anak
didiknya dan membantunya untuk menyadari kepribadian yang
mereka miliki. Dengan demikian idealisme rupanya
menempatkan sosok guru menjadi posisi sentral yang selalu
mengarahkan anak didiknya.
3) Kurikulum, kurkulum merupakan organ materi intelektual atau
disiplin keilmuan yang bersifat ideal dan konseptual. Sistem
konseptual yang bervariasi tersebut menjelaskan dan didasarkan
pada manifestasi khusus dari yang Absolut
4) Metode pembelajaran, metode pengajaran dalam pandangan
idealisme salah satunya adalah penyampaian melalui uraian kata-
kata, sehingga materi yang diberikan ke anak didik terkesan
verbal dan abstrak. Atas dasar itu, maka idealisme rupanya
kurang punya gairah untuk melakukan kajian-kajian yang
langsung bersentuhan dengan objek fisik, karena dalam
pandangannya kegiatan-kegiatan tersebut berkaitan dengan
bayang-bayang inderawi daripada realitas puncak.
5) Tujuan pendidikan, Tujuan pendidikan menurut idealisme adalah
mendorong anak didik untuk mencari kebenaran. Mencari
kebenaran dan hidup dalam kebenaran tersebut berarti bahwa
individu-individu pertama kali harus mengetahui kebenaran
tersebut. Pendidikan idealisme mempunyai tujuan yaitu merubah
pribadi untuk menuju Tuhan, bersikap benar dan baik.
Berdasarkan paparan diatas sangat jelas implikasi filsafat
idealisme sangat penting bagi peranan pendidikan anak usia dini
di Indonesia, karena aspek-aspek pendidikan dalam tinjauan
filsafat idealisme, meliputi peserta didik, pendidik, kurikulum,
metode pendidikan, tujuan pendidikan dan pandangannya
terhadap sekolah saling berkesinambungan untuk menciptakan
generasi yang unggul.

i. Aliran filsafat pragmatisme merupakan hasil penekanan dari


pengamatan atau eksperimen. Nah menurut kelompok 4 dari
penjelasan di atas implementasi atau contoh dari aliran pragmatisme
itu seperti apa? (Yayuk Suryaningsih)
JAWABAN:
Salah satu metode yang di ajarkan pada filsafat pragmatisme ini
adalah metode learning by doing yang artinya proses belajar anak usia
dini yang menitik beratkan pada usaha belajar sambil beraktivitas.
Aktivitas di sini maksudnya adalah aktivitas yang sesuai dengan
karakteristik anak usia dini yaitu bermain.
Contoh implementasi filsafat filsafat pragmatisme adalah dengan
Memperkenalkan anak pada dunia wirausaha melalui pembelajaran
learning by doing dengan tema profesi saat pembelajaran tema cita-
citaku atau profesi, anak-anak akan diperkenalkan oleh aneka
pekerjaan titik pekerjaan favorit bagi anak-anak adalah dokter, pilot,
astronaut, olahragawan, pengusaha, dan lainnya. Para pendidik
memperkenalkan aneka profesi kepada anak-anak usia dini dengan
media gambar, dongeng, film, dan lainnya. Selain jenis-jenis
pekerjaan, anak juga perlu melakukan kegiatan praktek tentang suatu
pekerjaan titik salah satu kegiatan praktek yang sangat digemari anak-
anak adalah dengan memperagakan aktivitas jual beli yang termasuk
dalam jenis pengalaman anak secara langsung (eksperimen)

You might also like