You are on page 1of 17

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Kongsi Perdagangan Hindia Timur (Vereenigde Oostindische Compagnie atau
VOC) yang didirikan pada tanggal 20 Maret 1602 adalah persekutuan dagang asal Belanda
yang memiliki monopoli untuk aktivitas perdagangan di Asia. Disebut Hindia Timur karena
ada pula VWC yang merupakan persekutuan dagang untuk kawasan Hindia Barat.
[2]
Perusahaan ini dianggap sebagai perusahaan multinasional pertama di dunia sekaligus
[3]
merupakan perusahaan pertama yang mengeluarkan sistem pembagian saham.
Meskipun sebenarnya VOC merupakan sebuah badan dagang saja, tetapi badan
dagang ini istimewa karena didukung oleh negara dan diberi fasilitas-fasilitas sendiri yang
istimewa. Misalnya VOC boleh memiliki tentara dan boleh bernegosiasi dengan negara-
negara lain. Bisa dikatakan VOC adalah negara dalam negara.
VOC memiliki enam bagian (Kamers) di Amsterdam, Middelburg (untuk Zeeland),
Enkhuizen, Delft, Hoorn, dan Rotterdam. Delegasi dari ruang ini berkumpul sebagai Heeren
XVII (XVII Tuan-Tuan). Kamers menyumbangkan delegasi ke dalam tujuh belas sesuai
dengan proporsi modal yang mereka bayarkan; delegasi Amsterdam berjumlah delapan.
Di kalangan orang Indonesia VOC memiliki sebutan populer Kompeni atau
Kumpeni. Istilah ini diambil dari kata compagnie dalam nama lengkap perusahaan tersebut
dalam bahasa Belanda. Tetapi rakyat Nusantara lebih mengenal Kompeni sebagai tentara
Belanda karena penindasannya dan pemerasan kepada rakyat Nusantara yang sama seperti
tentara Belanda.

B. Rumusan Masalah
1) Bagaimana sejarah terbentuknya VOC?
2) Bagaimanakah kegiatan perdagangan VOC di Indonesia?
3) Apa sajakah sebab-sebab di bubarkannya VOC?

C. Tujuan
Tujuan penyusunan makalah ini tidak lain dan tidak bukan adalah untuk memenuhi
tugas Sejarah. Selain itu juga untuk memahami lebih dalam mengenai sejarah VOC di
Indonesia.

Vereenigde Oostindische Compagnie Halaman 1


BAB II
PEMBAHASAN

A. SEJARAH

Galangan kapal Perusahaan Hindia Timur Belanda di Amsterdam, sekitar tahun 1750.

Replika Amsterdam (1749)

Vereenigde Oostindische Compagnie Halaman 2


Datangnya orang Eropa melalui jalur laut diawali oleh Vasco da Gama, yang pada
tahun 1497-1498 berhasil berlayar dari Eropa ke India melalui Tanjung Pengharapan (Cape
of Good Hope) di ujung selatan Afrika, sehingga mereka tidak perlu lagi bersaing dengan
pedagang-pedagang Timur Tengah untuk memperoleh akses ke Asia Timur, yang selama ini
ditempuh melalui jalur darat yang sangat berbahaya. Pada awalnya, tujuan utama bangsa-
bangsa Eropa ke Asia Timur dan Tenggara termasuk ke Nusantara adalah untuk perdagangan,
demikian juga dengan bangsa Belanda. Misi dagang yang kemudian dilanjutkan dengan
politik pemukiman (kolonisasi) dilakukan oleh Belanda dengan kerajaan-kerajaan di Jawa,
Sumatera dan Maluku, sedangkan di Suriname dan Curaçao, tujuan Belanda sejak awal
adalah murni kolonisasi (pemukiman). Dengan latar belakang perdagangan inilah awal
kolonialisasi bangsa Indonesia (Hindia Belanda) berawal.
Selama abad ke 16 perdagangan rempah-rempah didominasi oleh Portugis dengan
menggunakan Lisbon sebagai pelabuhan utama. Sebelum revolusi di negeri Belanda kota
Antwerp memegang peranan penting sebagai distributor di Eropa Utara, akan tetapi setelah
tahun 1591 Portugis melakukan kerjasama dengan firma-firma dari Jerman, Spanyol dan
Italia menggunakan Hamburg sebagai pelabuhan utama sebagai tempat untuk
mendistribusikan barang-barang dari Asia, memindah jalur perdagangan tidak melewati
Belanda. Namun ternyata perdagangan yang dilakukan Portugis tidak efisien dan tidak
mampu menyuplai permintaan yang terus meninggi, terutama lada. Suplai yang tidak lancar
menyebabkan harga lada meroket pada saat itu. Selain itu Unifikasi Portugal dan Kerajaan
Spanyol (yang sedang dalam keadaan perang dengan Belanda pada saat itu) pada tahun 1580,
menimbulkan kekhawatiran tersendiri bagi Belanda. ketiga faktor tersebutlah yang
mendorong Belanda memasuki perdagangan rempah-rempah Interkontinental. Akhirnya Jan
Huyghen van Linschoten dan Cornelis de Houtman menemukan "jalur rahasia" pelayaran
Portugis, yang membawa pelayaran pertama Cornelis de Houtman ke Banten, pelabuhan
utama di Jawa pada tahun 1595-1597.
Pada tahun 1596 empat kapal ekspedisi dipimpin oleh Cornelis de Houtman berlayar
menuju Indonesia, dan merupakan kontak pertama Indonesia dengan Belanda. Ekspedisi ini
mencapai Banten, pelabuhan lada utama di Jawa Barat, disini mereka terlibat dalam
perseteruan dengan orang Portugis dan penduduk lokal. Houtman berlayar lagi ke arah timur
melalui pantai utara Jawa, sempat diserang oleh penduduk lokal di Sedayu berakibat pada
kehilangan 12 orang awak, dan terlibat perseteruan dengan penduduk lokal di Madura
menyebabkan terbunuhnya seorang pimpinan lokal. Setelah kehilangan separuh awak maka

Vereenigde Oostindische Compagnie Halaman 3


pada tahun berikutnya mereka memutuskan untuk kembali ke Belanda namun rempah-
rempah yang dibawa cukup untuk menghasilkan keuntungan.

Kamar Dagang VOC di Amsterdam

Adalah para pedagang Inggris yang memulai mendirikan perusahaan dagang di Asia
pada 31 Desember 1600 yang dinamakan The British East India Company dan berpusat di
Kalkuta. Kemudian Belanda menyusul tahun 1602 dan Perancis pun tak mau ketinggalan dan
mendirikan French East India Company tahun 1604.
Pada 20 Maret 1602, para pedagang Belanda mendirikan Verenigde Oost-Indische
Compagnie - VOC (Perkumpulan Dagang India Timur). Di masa itu, terjadi persaingan sengit
di antara negara-negara Eropa, yaitu Portugis, Spanyol kemudian juga Inggris, Perancis dan
Belanda, untuk memperebutkan hegemoni perdagangan di Asia Timur. Untuk menghadapai
masalah ini, oleh Staaten Generaal di Belanda, VOC diberi wewenang memiliki tentara yang
harus mereka biayai sendiri. Selain itu, VOC juga mempunyai hak, atas nama Pemerintah
Belanda -yang waktu itu masih berbentuk Republik- untuk membuat perjanjian kenegaraan
dan menyatakan perang terhadap suatu negara. Wewenang ini yang mengakibatkan, bahwa
suatu perkumpulan dagang seperti VOC, dapat bertindak seperti layaknya satu negara.

Vereenigde Oostindische Compagnie Halaman 4


Perusahaan ini mendirikan markasnya di Batavia (sekarang Jakarta) di pulau Jawa.
Pos kolonial lainnya juga didirikan di tempat lainnya di Hindia Timur yang kemudian
menjadi Indonesia, seperti di kepulauan rempah-rempah (Maluku), yang termasuk Kepulauan
Banda di mana VOC manjalankan monopoli atas pala dan fuli. Metode yang digunakan untuk
mempertahankan monompoli termasuk kekerasan terhadap populasi lokal, dan juga
pemerasan dan pembunuhan massal.
Pos perdagangan yang lebih tentram di Deshima, pulau buatan di lepas pantai
Nagasaki, adalah tempat satu-satunya di mana orang Eropa dapat berdagang dengan Jepang.
Tahun 1603 VOC memperoleh izin di Banten untuk mendirikan kantor perwakilan,
dan pada 1610 Pieter Both diangkat menjadi Gubernur Jenderal VOC pertama (1610-1614),
namun ia memilih Jayakarta sebagai basis administrasi VOC. Sementara itu, Frederik de
Houtman menjadi Gubernur VOC di Ambon (1605 - 1611) dan setelah itu menjadi Gubernur
untuk Maluku (1621 - 1623).

B. HAK ISTIMEWA
Hak-hak istimewa yang tercantum dalam Oktrooi (Piagam/Charta) tanggal 20 Maret
1602 meliputi:
 Hak monopoli untuk berdagang dan berlayar di wilayah sebelah timur Tanjung Harapan
dan sebelah barat Selat Magelhaens serta menguasai perdagangan untuk kepentingan
sendiri;
 Hak kedaulatan (soevereiniteit) sehingga dapat bertindak layaknya suatu negara untuk:
1. memelihara angkatan perang,
2. memaklumkan perang dan mengadakan perdamaian,
3. merebut dan menduduki daerah-daerah asing di luar Negeri Belanda,
4. memerintah daerah-daerah tersebut,
5. menetapkan/mengeluarkan mata-uang sendiri, dan
6. memungut pajak.

Vereenigde Oostindische Compagnie Halaman 5


Sebuah saham Perusahaan Hindia Timur Belanda, tertanggal 7 November 1623, untuk jumlah
2.400 florin

C. GARIS WAKTU
Pada 1652, Jan van Riebeeck mendirikan pos di Tanjung Harapan (ujung selatan
Afrika, sekarang ini Afrika Selatan) untuk menyediakan kapal VOC untuk perjalanan mereka
ke Asia Timur. Pos ini kemudian menjadi koloni sungguhan ketika lebih banyak lagi orang
Belanda dan Eropa lainnya mulai tinggal di sini. Pos VOC juga didirikan di Persia (sekarang
Iran), Benggala (sekarang Bangladesh) dan sebagian India), Ceylon (sekarang Sri Lanka),
Malaka (sekarang Malaysia), Siam (sekarang Thailand), Cina daratan (Kanton), Formosa
(sekarang Taiwan) dan selatan India. Pada 1662, Koxinga mengusir Belanda dari Taiwan.
Pada 1669, VOC merupakan perusahaan pribadi terkaya dalam sepanjang sejarah, dengan
lebih dari 150 perahu dagang, 40 kapal perang, 50.000 pekerja, angkatan bersenjata pribadi
dengan 10.000 tentara, dan pembayaran dividen 40%.
Perusahaan ini hampir selalu terjadi konflik dengan Inggris; hubungan keduanya
memburuk ketika terjadi Pembantaian Ambon pada tahun 1623. Pada abad ke-18,
kepemilikannya memusatkan di Hindia Timur. Setelah peperangan keempat antara Provinsi
Bersatu dan Inggris (1780-1784), VOC mendapatkan kesulitan finansial, dan pada 17 Maret

Vereenigde Oostindische Compagnie Halaman 6


1798, perusahaan ini dibubarkan, setelah Belanda diinvasi oleh tentara Napoleon Bonaparte
dari Perancis. Hindia Timur diserahkan kepada Kerajaan Belanda oleh Kongres Wina di
1815.

D. TUJUAN VOC
Tujuan utama dibentuknya VOC seperti tercermin dalam perundingan 15 Januari
1602 adalah untuk “menimbulkan bencana pada musuh dan guna keamanan tanah air”. Yang
dimaksud musuh saat itu adalah Portugis dan Spanyol yang pada kurun Juni 1580 –
Desember 1640 bergabung menjadi satu kekuasaan yang hendak merebut dominasi
perdagangan di Asia. Untuk sementara waktu, melalui VOC bangsa Belanda masih menjalin
hubungan baik bersama masyarakat Nusantara.

E. PEMBUBARAN VOC
Pada pertengahan abad ke-18 VOC mengalami kemunduran karena beberapa sebab
sehingga dibubarkan. Alasannya adalah sebagai berikut:
 Banyak pegawai VOC yang curang dan korupsi
 Banyak pengeluaran untuk biaya peperangan contoh perang melawan Hasanuddin
dari Gowa
 Banyaknya gaji yang harus dibayar karena kekuasaan yang luas membutuhkan
pegawai yang banyak
 Pembayaran Devident (keuntungan) bagi pemegang saham turut memberatkan setelah
pemasukan VOC kekurangan
 Bertambahnya saingan dagang di Asia terutama Inggris dan Perancis
 Perubahan politik di Belanda dengan berdirinya Republik Bataaf 1795 yang
demokratis dan liberal menganjurkan perdagangan bebas.
Berdasarkan alasan di atas VOC dibubarkan pada tanggal 31 Desember 1799 dengan
hutang 136,7 juta gulden dan kekayaan yang ditinggalkan berupa kantor dagang, gudang,
benteng, kapal serta daerah kekuasaan di Indonesia.

Vereenigde Oostindische Compagnie Halaman 7


F. TOKOH-TOKOH
1. Johannes van den Bosch

Graaf Johannes van den Bosch. Lukisan potret dibuat oleh Raden Saleh.
Untuk Menteri Perang Belanda pada tahun 1860-an, lihat Johannes Adrianus van den
Bosch.
Johannes graaf van den Bosch (lahir di Herwijnen, Lingewaal, 1 Februari
1780 –meninggal di Den Haag, 28 Januari 1844 pada umur 63 tahun) adalah
Gubernur-Jenderal Hindia Belanda yang ke-43. Ia memerintah antara tahun 1830 –
1834. Pada masa pemerintahannya Tanam Paksa (Cultuurstelsel) mulai direalisasi,
setelah sebelumnya hanya merupakan konsep kajian yang dibuat untuk menambah kas
pemerintah kolonial maupun negara induk Belanda yang kehabisan dana karena
peperangan di Eropa maupun daerah koloni (terutama di Jawa dan Pulau Sumatera).
Biografi
Van den Bosch dilahirkan di Herwijnen, Provinsi Gelderland, Belanda. Kapal yang
membawanya tiba di Pulau Jawa tahun 1797, sebagai seorang letnan; tetapi
pangkatnya cepat dinaikkan menjadi kolonel. Pada tahun 1810 sempat dipulangkan ke
Belanda karena perbedaan pendapat dengan Gubernur Jenderal Herman Willem
Daendels. Setelah kepulangannya ke Belanda pada bulan November 1813, Van den

Vereenigde Oostindische Compagnie Halaman 8


Bosch beragitasi untuk kembalinya Wangsa Oranje. Dia diangkat kembali sebagai
kolonel di ketentaraan dan menjadi Panglima Maastricht. Di Belanda karier militernya
membuatnya terlibat sebagai komandan di Maastricht dengan pangkat sebagai mayor
jenderal. Di luar kegiatan karier, Van den Bosch banyak membantu menyadarkan
warga Belanda akan kemiskinan akut di wilayah koloni. Pada tahun 1827, dia
diangkat menjadi jenderal komisaris dan dikembalikan ke Batavia (kini Jakarta),
hingga akhirnya menjadi Gubernur Jenderal pada tahun 1830. Van den Bosch kembali
ke Belanda sesudah lima tahun. Dia pensiun secara sukarela pada tahun 1839.

2. Herman Willem Daendels

Meester in de Rechten Herman Willem Daendels (lahir di Hattem,


Gelderland, Republik Belanda, 21 Oktober 1762 – meninggal di Elmina, Belanda
Pantai Emas, 2 Mei 1818 pada umur 55 tahun), adalah seorang politikus Belanda yang
merupakan Gubernur-Jenderal Hindia Belanda yang ke-36. Ia memerintah antara
tahun 1808 – 1811. Masa itu Belanda sedang dikuasai oleh Perancis.

Vereenigde Oostindische Compagnie Halaman 9


Daendels di Hindia Belanda
Potret anumerta Herman Willem Daendels, Gubernur Jenderal Hindia Belanda
1808-1810, berdasarkan miniatur tanggal 1816 oleh seniman Perancis SJ Rochard.
Bagian dari seri Gubernur Jenderal.
Maka setelah perjalanan yang panjang melalui Pulau Kanari, Daendels tiba di
Batavia pada tanggal 5 Januari 1808 dan menggantikan Gubernur-Jenderal Albertus
Wiese. Daendels diserahi tugas terutama untuk melindungi pulau Jawa dari serangan
tentara Inggris. Jawa adalah satu-satunya daerah koloni Belanda-Perancis yang belum
jatuh ke tangan Inggris setelah Isle de France dan Mauritius pada tahun 1807. Namun
beberapa kali armada Inggris telah muncul di perairan utara laut Jawa bahkan di dekat
Batavia. Pada tahun 1800, armada Inggris telah memblokade Batavia dan
menghancurkan galangan kapal Belanda di Pulau Onrust sehingga tidak berfungsi
lagi. Pada tahun 1806, armada kecil Inggris di bawah laksamana Pellew muncul di
Gresik. Setelah blokade singkat, pimpinan militer Belanda, Von Franquemont
memutuskan untuk tidak mau menyerah kepada Pellew. Ultimatum Pellew untuk
mendarat di Surabaya tidak terwujud, tetapi sebelum meninggalkan Jawa Pellew
menuntut Belanda agar membongkar semua pertahanan meriam di Gresik dan
dikabulkan. Ketika mendengar hal ini, Daendels menyadari bahwa kekuatan Perancis-
Belanda yang ada di Jawa tidak akan mampu menghadapi kekuatan armada Inggris.
Maka iapun melaksanakan tugasnya dengan segera. Tentara Belanda diisinya dengan
orang-orang pribumi, ia membangun rumah sakit-rumah sakit dan tangsi-tangsi
militer baru. Di Surabaya ia membangun sebuah pabrik senjata, di Semarang ia
membangun pabrik meriam dan di Batavia ia membangun sekolah militer. Kastil di
Batavia dihancurkannya dan diganti dengan benteng di Meester Cornelis (kini
Jatinegara). Di Surabaya dibangunnya Benteng Lodewijk. Proyek utamanya, yaitu
Jalan Raya Pos, sebenarnya dibangunnya juga karena manfaat militernya, yaitu untuk
mengusahakan tentara-tentaranya bergerak dengan cepat.
Terhadap raja-raja di Jawa, ia bertindak keras, tetapi kurang strategis sehingga
mereka menyimpan dendam kepadanya. Di mata Daendels, semua raja pribumi harus
mengakui raja Belanda sebagai junjungannya dan minta perlindungan kepadanya.
Bertolak dari konsep ini, Daendels mengubah jabatan pejabat Belanda di kraton Solo
dan kraton Yogya dari residen menjadi minister. Minister tidak lagi bertindak sebagai
pejabat Belanda melainkan sebagai wakil raja Belanda dan juga wakilnya di kraton
Jawa. Oleh karena itu Daendels membuat peraturan tentang perlakuan raja-raja Jawa

Vereenigde Oostindische Compagnie Halaman 10


kepada para Minister di kratonnya. Jika pada zaman VOC para residen Belanda
diperlakukan sama seperti para penguasa daerah yang menghadap raja-raja Jawa,
dengan duduk di lantai dan mempersembahkan sirih sebagai tanda hormat kepada raja
Jawa, Minister tidak layak lagi diperlakukan seperti itu. Minister berhak duduk sejajar
dengan raja, memakai payung seperti raja, tidak perlu membuka topi atau
mempersembahkan sirih kepada raja, dan harus disambut oleh raja dengan berdiri dari
tahtanya ketika Minister datang di kraton. Ketika bertemu di tengah jalan dengan raja,
Minister tidak perlu turun dari kereta tetapi cukup membuka jendela kereta dan boleh
berpapasan dengan kereta raja. Meskipun di Surakarta Sunan Paku Buwono IV
menerima ketentuan ini, di Yogyakarta Sultan Hamengku Buwono II tidak mau
menerimanya. Daendels harus menggunakan tekanan agar Sultan Yogya bersedia
melaksanakan aturan itu.Tetapi dalam hati kedua raja itu tetap tidak terima terhadap
perlakuan Daendels ini. Jadi ketika orang-orang Inggris datang, maka mereka
bersama-sama dengan para raja "mengkhianati" orang Belanda.
Berbeda dengan apa yang dipercaya orang selama ini, Daendels selama masa
pemerintahannya memang memerintahkan pembangunan jalan di Jawa tetapi tidak
dilakukan dari Anyer hingga Panarukan. Jalan antara Anyer dan Batavia sudah ada
ketika Daendels tiba. Oleh karena itu menurut het Plakaatboek van Nederlandsch
Indie jilid 14, Daendels mulai membangun jalan dari Buitenzorg menuju Cisarua dan
seterusnya sampai ke Sumedang.Pembangunan dimulai bulan Mei 1808. Di
Sumedang, proyek pembangunan jalan ini terbentur pada kondisi alam yang sulit
karena terdiri atas batuan cadas, akibatnya para pekerja menolak melakukan proyek
tersebut dan akhirnya pembangunan jalan macet. Akhirnya Pangeran Kornel turun
tangan dan langsung menghadap Daendels untuk meminta pengertian atas penolakan
para pekerja. Ketika mengetahui hal ini, Daendels memerintahkan komandan pasukan
zeni Brigadir Jenderal von Lutzow untuk mengatasinya. Berkat tembakan artileri,
bukit padas berhasil diratakan dan pembangunan diteruskan hingga Karangsambung.
Sampai Karangsambung, proyek pembangunan itu dilakukan dengan kerja upah. Para
bupati pribumi diperintahkan menyiapkan tenaga kerja dalam jumlah tertentu dan
masing-masing setiap hari dibayar 10 sen per orang dan ditambah dengan beras serta
jatah garam setiap minggu.
Setibanya di Karangsambung pada bulan Juni 1808, dana tiga puluh ribu
gulden yang disediakan Daendels untuk membayar tenaga kerja ini habis dan di luar
dugaannya, tidak ada lagi dana untuk membiayai proyek pembangunan jalan tersebut.

Vereenigde Oostindische Compagnie Halaman 11


Ketika Daendels berkunjung ke Semarang pada pertengahan Juli 1808, ia
mengundang semua bupati di pantai utara Jawa. Dalam pertemuan itu Daendels
menyampaikan bahwa proyek pembangunan jalan harus diteruskan karena
kepentingan mensejahterakan rakyat (H.W. Daendels, Staat van Nederlandsch
Indische Bezittingen onder bestuur van Gouverneur Generaal en Marschalk H.W.
Daendels 1808-1811, 's Gravenhage, 1814). Para bupati diperintahkan menyediakan
tenaga kerja dengan konsekuensi para pekerja ini dibebaskan dari kewajiban kerja
bagi para bupati tetapi mencurahkan tenaganya untuk membangun jalan. Sementara
itu para bupati harus menyediakan kebutuhan pangan bagi mereka. Semua proyek ini
akan diawasi oleh para prefect yang merupakan kepala daerah pengganti residen
VOC. Dari hasil kesepakatan itu, proyek pembangunan jalan diteruskan dari
Karangsambung ke Cirebon. Pada bulan Agustus 1808 jalan telah sampai di
Pekalongan. Sebenarnya jalan yang menghubungkan Pekalongan hingga Surabaya
telah ada, karena pada tahun 1806 Gubernur Pantai Timur Laut Jawa Nicolaas
Engelhard telah menggunakannya untuk membawa pasukan Madura dalam rangka
menumpas pemberontakan Bagus Rangin di Cirebon (Indische Tijdschrift, 1850). Jadi
Daendels hanya melebarkannya. Tetapi ia memang memerintahkan pembukaan jalan
dari Surabaya sampai Panarukan sebagai pelabuhan ekspor paling ujung di Jawa
Timur saat itu.
Kontroversi terjadi tentang pembangunan jalan ini. Pada masa Daendels
banyak pejabat Belanda yang dalam hatinya tidak menyukai Perancis tetapi tetap setia
kepada dinasti Oranje yang melarikan diri ke Inggris. Namun mereka tidak bisa
berbuat banyak karena penentangan terhadap Daendels berarti pemecatan dan
penahanan dirinya. Hal itu menerima beberapa orang pejabat seperti Prediger
(Residen Manado), Nicolaas Engelhard (Gubernur Pantai Timur Laut Jawa) dan
Nederburgh (bekas pimpinan Hooge Regeering). Mereka yang dipecat ini kemudian
kembali ke Eropa dan melalui informasi yang dikirim dari para pejabat lain yang
diam-diam menentang Daendels (seperti Peter Engelhard Minister Yogya, F.
Waterloo Prefect Cirebon, F. Rothenbuhler, Gubernur Ujung Timur Jawa), mereka
menulis keburukan Daendels. Di antara tulisan mereka terdapat proyek pembangunan
jalan raya yang dilakukan dengan kerja rodi dan meminta banyak korban jiwa.
Sebenarnya mereka sendiri tidak berada di Jawa ketika proyek pembangunan jalan ini
dibuat. Ini terbukti dari penyebutan pembangunan jalan antara Anyer dan Panarukan,
padahal Daendels membuatnya dimulai dari Buitenzorg. Sayang sekali arsip-arsip

Vereenigde Oostindische Compagnie Halaman 12


mereka lebih banyak ditemukan dan disimpan di arsip Belanda, sementara data-data
yang dilaporkan oleh Daendels atau para pejabat yang setia kepadanya (seperti J.A.
van Braam, Minister Surakarta) tidak ditemukan kecuali tersimpan di Perancis karena
Daendels melaporkan semua pelaksanaan tugasnya kepada Napoleon setelah
penghapusan Kerajaan Belanda pada tahun 1810. Sejarawan Indonesia yang banyak
mengandalkan informasi dari arsip Belanda ikut berbuat kesalahan dengan menerima
kenyataan pembangunan jalan antara Anyer-Panarukan melalui kerja rodi.
Kontroversi lain yang menyangkut pembangunan jalan ini adalah tidak pernah
disebutkannya manfaat yang diperoleh dari jalan tersebut oleh para sejarawan dan
lawan-lawan Daendels. Setelah proyek pembuatan jalan itu selesai, hasil produk kopi
dari pedalaman Priangan semakin banyak yang diangkut ke pelabuhan Cirebon dan
Indramayu padahal sebelumnya tidak terjadi dan produk itu membusuk di gudang-
gudang kopi Sumedang, Limbangan, Cisarua dan Sukabumi. Begitu juga dengan
adanya jalan ini, jarak antara Surabaya-Batavia yang sebelumnya ditempuh 40 hari
bisa disingkat menjadi 7 hari. Ini sangat bermanfaat bagi pengiriman surat yang oleh
Daendels kemudian dikelola dalam dinas pos.
Di sisi lain dikatakan bahwa Daendels mebuat birokrasi menjadi lebih efisien
dan mengurangi korupsi. Tetapi ia sendiri dituduh korupsi dan memperkaya diri
sendiri. Akhirnya ia dipanggil pulang oleh Perancis dan kekuasaan harus diserahkan
kepada Jan Willem Janssens, seperti diputuskan oleh Napoleon
Bonaparte.Pemanggilan pulang ini dipertimbangkan oleh Napoleon sendiri. Dalam
rangka penyerbuan ke Rusia, Napoleon memerlukan seorang jenderal yang handal
dan pilihannya jatuh kepada Daendels. Dalam korps tentara kebanggaan Perancis
(Grande Armee), ada kesatuan Legiun Asing (Legion Estranger) yang terdiri atas
kesatuan bantuan dari raja-raja sekutu Perancis. Di antaranya adalah pasukan dari
Duke of Wurtemberg yang terdiri atas tiga divisi (kira-kira 30 ribu tentara). Tentara
Wurtemberg ini sangat terkenal sebagai pasukan yang berani, pandai bertempur tetapi
sulit dikontrol karena latar belakang mereka sebagai tentara bayaran pada masa
sebelum penaklukan oleh Perancis. Napoleon mempercayakan kesatuan ini kepada
Daendels dan dianugerahi pangkat Kolonel Jenderal.
Ketika tiba di Paris dari perjalanannya di Batavia, Daendels disambut sendiri
oleh Napoleon di istana Tuiliries dengan permadani merah. Di sana ia diberi instruksi
untuk memimpin kesatuan Wurtemberg dan terlibat dalam penyerbuan ke Rusia pada
tanggal 22 Juni 1812.

Vereenigde Oostindische Compagnie Halaman 13


3. Thomas Stamford Bingley Raffles

Thomas Stamford Raffles


Sir Thomas Stamford Bingley Raffles (lahir di Jamaica, 6 Juli 1781 –
meninggal di London, Inggris, 5 Juli 1826 pada umur 44 tahun) adalah Gubernur-
Jenderal Hindia Belanda yang terbesar. Ia adalah seorang warganegara Inggris. Ia
dikatakan juga pendiri kota dan negara kota Singapura. Ia salah seorang Inggris yang
paling dikenal sebagai yang menciptakan kerajaan terbesar di dunia.
Raffles di Hindia Belanda
Raffles diangkat sebagai Letnan Gubernur Jawa pada tahun 1811, ketika
Kerajaan Inggris mengambil alih jajahan-jajahan Kerajaan Belanda dan ia tidak lama
kemudian dipromosikan sebagai Gubernur Sumatera, ketika Kerajaan Belanda
diduduki oleh Napoleon Bonaparte dari Perancis.
Sewaktu Raffles menjabat sebagai penguasa Hindia Belanda, ia telah
mengusahakan banyak hal, yang mana antara lain adalah sebagai berikut: beliau
mengintroduksi otonomi terbatas, menghentikan perdagangan budak, mereformasi
sistem pertanahan pemerintah kolonial Belanda, menyelidiki flora dan fauna

Vereenigde Oostindische Compagnie Halaman 14


Indonesia, meneliti peninggalan-peninggalan kuno seperti Candi Borobudur dan
Candi Prambanan, Sastra Jawa serta banyak hal lainnya. Tidak hanya itu, demi
meneliti dokumen-dokumen sejarah Melayu yang mengilhami pencarian Raffles akan
Candi Borobudur, ia pun kemudian belajar sendiri Bahasa Melayu. Hasil
penelitiannya di pulau Jawa dituliskannya pada sebuah buku berjudul: History of
Java, yang menceritakan mengenai sejarah pulau Jawa. Dalam melakukan
penelitiannya, Raffles dibantu oleh dua orang asistennya yaitu: James Crawfurd dan
Kolonel Colin Mackenzie.
Istri Raffles, Olivia Mariamne, wafat pada tanggal 26 November 1814 di
Buitenzorg dan dimakamkan di Batavia, tepatnya di tempat yang sekarang menjadi
Museum Prasasti. Di Kebun Raya Bogor dibangun monumen peringatan untuk
mengenang kematian sang istri.

Vereenigde Oostindische Compagnie Halaman 15


BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN
VOC datang pada tahun 1695 dipimpin oleh Cornelis De Houtman yang tujuan
awalnya adalah berdagang di wilayah Indonesia. Tapi seiring berjalannya waktu, VOC
memperluas wilayah perdagangannya dan karena Indonesia kaya akan rempah-rempah
maka timbul keinginan VOC agar menguasai Indonesia beserta sumber daya alamnya.

B. SARAN
Keberadaan VOC membawa banyak pengaruh bagi bangsa Indonesia. Baik dalam
bidang ekonomi, sosial, maupun politik. Pengaruh yang ada harus kita evaluasi dengan
baik. Jangan sampai kita kembali terjajah dengan kedatangan bangsa dan organisasi asing
seperti VOC. Indonesia memiliki banyak sumber daya yang harus kita kelola sepandai-
pandainya agar tidak mudah dikuasai oleh bangsa asing yang akan menjadikan kita budak
di negara sendiri. Sebagai generasi bangsa kita harus mengisi kemerdekaan dan menjaga
keutuhan serta kasatuan wilayah Indonesia supaya masa penjajahan tidak terulang lagi.

Vereenigde Oostindische Compagnie Halaman 16


DAFTAR PUSTAKA

Kartonagoro,Soewidji. 1975. Belajar Membaca Sejarah Nasional Indonesia.PN Balai


Pustaka:Jakarta.

Notosusanto,Nugroho. 1984. Sejarah Nasional Indonesia IV. PN Balai Pustaka:Jakarta.

Ricklefs, sejarah Indonesia Modern 1200 – 2008,(Jakarta:PT Serambi Ilmu Semesta, 2008),
hlm 51.

M.C. Ricklefs. Sejarah Indonesia Modern. tr. Dharmono Hardjowidjono. Yogyakarta: Gajah
Mada University Press. 1994 hlm 201.

Vereenigde Oostindische Compagnie Halaman 17

You might also like