You are on page 1of 8

1.

PENDAHULUAN

Modal sosial, bersama-sama dengan modal lainnya, mampu


meningkatkan produktivitas, efisiensi dan keberlanjutan proses pembangunan.
Tanpa modal sosial, aktivitas ekonomi akan mengalami kemunduran dan sumber
daya alam akan menghadapi ancaman kerusakan. Sebaliknya, tanpa pertumbuhan
ekonomi, modal sosial akan terganggu (Mitchel, 1999).

Penelitian modal sosial di berbagai negara menunjukkan bahwa modal


sosial dapat dibangun pada tingkat mikro, meso dan makro. Di Indonesia,
Grootaert (2001), Miller et al. (2003) dan Brata (2004), menunjukkan bahwa
modal sosial menjadi salah satu alternatif untuk mengatasi masalah
kemiskinan, kesehatan, pendidikan dan ketersediaan modal di tingkat rumah
tangga. Bahkan menurut Grootaert (2001), kontribusi modal sosial dalam
peningkatan pendapatan rumah tangga di Jambi, Jawa Tengah dan Nusa
Tenggara Timur sebanding dengan kontribusi modal manusia.

Hingga saat ini, perkembangan penelitian mengenai peran modal


sosial dalam upaya peningkatan kesejahteraan rumah tangga (mikro) ternyata
tidak diimbangi dengan perkembangan fakta empiris mengenai keterkaitan
modal sosial dan indikator pembangunan (Human Development Index atau
HDI) di tingkat wilayah (makro), padahal menurut Hayami (2000)
pengukuran kesejahteraan masyarakat tidak akan mencukupi bila hanya
menekankan pada pertumbuhan ekonomi (produk regional domestik bruto
maupun pendapatan per-kapita) sajamelainkan pula harus
mempertimbangkan kinerja sosial budaya pemerintah serta masyarakat.

2. PEMBAHASAN
2.1 Modal Sosial
Menurut Coleman (1990) modal sosial (social capital yaitu kemampuan
masyarakat untuk bekerja bersama demi mencapai tujuan bersama dalam suatu
kelompok dan organisasi. Modal Sosial adalah konsep yang bertujuan
menekankan pentingnya kontak sosial antara kelompok dan dalam kelompok. Ini
terutama berarti bahwa jaringan sosial memiliki nilai yang terkait dan bahwa
mereka tidak selalu merusak seperti yang dipikirkan sebelumnya. Fungsi modal
sosial diantaranya yaitu:

a) Alat untuk menyelesaikan konflik yang ada di dalam masyarakat.

b) Memberikan kontribusi tersendiri bagi terjadinya integrasi sosial.

c) Membentuk solidaritas sosial masyarakat dengan pilar kesukarelaan.

d) Membangun partisipasi masyarakat.

e) Sebagai pilar demokrasi.

f) Menjadi alat tawar menawar pemerintah.

Selain itu juga terdapat unsur dan komponen modal sosial, diantaranya
adalah sebagai berikut :

a) Kepercayaan (Trust)

Menurut Giddens, kepercayaan adalah keyakinan akan reliabilitas


seseorang atau sistem, terkait dengan berbagai hasil dan peristiwa, dimana
keyakinan itu mengekspresikan suatu iman (faith) terhadap integritas cinta
kasih orang lain atau ketepatan prinsip abstrak (pengetahuan teknis).

Kepercayaan berfungsi untuk mereduksi atau meminimalisasi bahaya


yang berasal dari aktivitas tertentu. Kepercayaan biasanya terikat bukan pada
risiko, tapi pada berbagai kemungkinan. Kepercayaan memperbesar
kemampuan manusia untuk bekerja sama bukan didasarkan atas kalkulasi
rasional kognitif, tapi melalui pertimbangan dari suatu ukuran penyangga
antara keinginan yang sangat dibutuhkan dan harapan secara parsial akan
mengecewakan.

b) Nilai dan Norma (Norms)

Nilai dan norma adalah hal dasar yang terdapat pada proses interaksi
sosial. Nilai dan norma mengacu pada bagaimana seharusnya individu
bertindak dalam masyarakat. Norma merupakan bagian dari modal sosial yang
terbentuknya tidak diciptakan oleh birokrat atau pemerintah, tapi melalui
tradisi, sejarah, tokoh karismatik yang membangun sesuatu tata cara perilaku
seseorang atau sesuatu kelompok masyarakat, didalamnya lalu akan timbul
modal sosial secara spontan dalam kerangka menentukan tata aturan yang bisa
mengatur kepentingan pribadi dan kepentingan kelompok.

c) Jaringan Sosial (networks)

Menurut Damsar (2009:214), Jaringan adalah ikatan antar simpul (orang


atau kelompok) yang dihubungkan dengan media (hubungan sosial) yang
diikat dengan kepercayaan. Kepercayaan tersebut dipertahankan oleh norma
yang mengikat kedua belah pihak. Jaringan adalah hubungan antar individu
yang memiliki makna subjektif yang berhubungan atau dikaitkan sebagai
sesuatu sebagai simpul dan ikatan.

Jaringan sosial biasanya akan diwarnai oleh suatu tipologis khas sejalan
dengan karakteristik dan orientasi kelompok. Kelompok sosial biasanya
terbentuk secara tradisional atas dasar kesamaan garis turun temurun (repeated
sosial experiences) dan kesamaan kepercayaan pada dimensi kebutuhan
(religious beliefs) cenderung memiliki kohesif tinggi, namun rentang jaringan
maupun trust yang terbangun sangat sempit.

Konsep modal sosial telah memperoleh dasar yang signifikan sebagai


sarana untuk meningkatkan kualitas dan efektivitas secara keseluruhan khususnya
yang melibatkan aksi masyarakat skala besar. Banyak organisasi yang telah
merancang konstruksi praktis untuk membuat ide tersebut menjadi sebuah sesuatu
yang layak. 

Keberhasilan modal sosial tergantung dari kapasitas anggota kelompok


untuk melibatkan diri dalam suatu jejaring sosial. Dalam hal ini sinergi
antaranggota kelompok/masyarakat mempengaruhi kuat tidaknya modal sosial di
dalam kelompok. Semakin sering berpartisipasi di dalam aktivitas, maka akan
semakin besar peluang untuk mendapatkan modal sosial yang tumbuh dalam
kolektivitas. Partisipasi masyarakat dalam hubungan sosial dilakukan atas
beberapa prinsip, yakni prinsip kesukarelaan (voluntary), kesamaan (equality),
kebebasan (freedom), dan keadaban (civility). Partisipasi seseorang dalam
jaringan akan menimbulkan keterikatan dengan anggota jaringan. Semakin tinggi
intensitas partisipasi anggota, maka akan semakin kuat jaringan sosial tersebut.
Kekuatan jaringan inilah bagian dari modal sosial yang akan menjadikan
kekuatan.

2.2 Pengembangan Bisnis Berkelanjutan

Menurut Bantacut (2012), bisnis berkelanjutan merupakan integrasi


manajemen lingkungan dalam pengembangan bisnis. Pengembangan bisnis
bergantung pada alam yaitu sebagai pemasok dan tempat pembuangan limbah.
Alam memberikan pondasi keberlangsungan bisnis. Bisnis tetap berjalan ketika
ekosistem alam masih terjaga dan masih mampu menopang sistem produksi.
Pencemaran lingkungan mengurangi kapasitas alam dalam mendukung sistem
produksi. Ketika alam sudah tidak mampu mendukung sistem produksi, maka
perusahaan tidak dapat mengendalikan biaya yang muncul akibat kehilangan
sumber daya.

Menurut Wilson (2015), terdapat 3 (Tiga) kategori bisnis berkelanjutan


yaitu people, planet, and profit. Bisnis berkelanjutan merupakan pengembangan
usaha dengan memerhatikan dampak ekonomi, lingkungan, sosial. Pengembangan
usaha membentuk pertumbuhan ekonomi dan sosial dengan tetap menjaga,
mempertahankan dan memperbaiki lingkungan. Setiap perusahaan harus
memerhatikan dampak pencemaran lingkungan, perubahan iklim, kesehatan
masyarakat dan hak manusia. Oleh karena itu, pengembangan bisnis berkelanjutan
membutuhkan strategi dengan memerhatikan faktor lingkungan internal dan
eksternal bagi perusahaan.

Berikut merupakan 3 (Tiga) kategori bisnis berkelanjutan yaitu :

a) Pengelolaan keuangan dari segi ekonomi (Profit)

Setiap bisnis pasti berharap untuk mendapatkan profit, sehingga


fokus dari kegiatan bisnis adalah mengejar profit. Aktifitas yang dilakukan
untuk mendapatkan profit adalah dengan mendongkrak produktifitas dan
melakukan efisiensi pada biaya. Peningkatan produktifitas juga dapat
dilakukan dengan memperbaiki manajemen kerja, misalnya dengan
melakukan penyederhanaan proses, mengurangi aktifitas yang tidak
efisien, menghemat waktu proses dan pelayanan. Efisiensi biaya dapat
dilakukan dengan melakukan penggunaan material sehemat mungkin dan
memangkas biaya serendah mungkin.

b) Tanggung jawab sosial (People)

People atau masyarakat adalah merupakan stakeholder yang sangat


penting bagi bisnis yang dijalankan. Dukungan dari masyarakat sangat
diperlukan untuk menjalankan kelangsungan hidup bisnis dan
perkembangan bisnis. Oleh sebab itu, perlu ada komitmen untuk
memberikan imbal balik manfaat kepada masyarakat dengan pemikiran
bahwa kegiatan bisnis yang dilakukan mempunyai dampak kepada
masyarakat . Oleh sebab itu, harus dipikirkan juga untuk membantu
pemenuhan kebutuhan dari masyarakat tersebut

c) Tanggung jawab lingkungan ( Planet)

Planet atau lingkungan adalah sesuatu yang dikaitkan dengan


segala sendi kehidupan manusia. Contohnya adalah air yang diminum,
udara yang kita hirup. Namun sayangnya masih banyak dari kita yang
tidak peduli dengan lingkungan dikarenakan tidak merasakan keuntungan
secara langsung. Pemikiran ini harus diubah. Pelestarian dan pemeliharaan
lingkungan sangat berkaitan dengan kelanjutan bisnis. Dengan lingkungan
yang terjaga, maka manfaat besar yang didapatkan antara lain
terpeliharanya kesehatan, kenyamanan serta ketersediaan sumber daya.

2.3 Modal Sosial dalam Pengembangan Bisnis Berkelanjutan

Modal sosial merupakan energi pembangunan. Hal ini dikarenakan modal


sosial akan mempengaruhi kekuatan masyarakat dan dasar kemasyarakatan dalam
memecahkan permasalahan yang timbul. Modal sosial selalu memiliki hubungan
baik secara langsung ataupun tidak langsung terhadap suatu keberhasilan bisnis.
Keberhasilan bisnis ini tidak hanya dapat dilihat dari peningkatan perekonomian
saja namun juga dapat dilihat dari pengembangan bisnis, keberlanjutan bisnis,
pemberdayaan anggota dan kesejahteraan anggota. Modal sosial yang efektif akan
memberikan dampak yang baik, begitupun sebaliknya, modal sosial yang tidak
efektif memberikan dampak yang tidak baik. Secara tidak langsung modal sosial
menjadi tolak ukur dalam pengembangan bisnis bagi para anggota.

Unsur-unsur dalam modal sosial sangat diperlukan bagi pembangunan


berkelanjutan di mana modal/capital berupa natural capital, physical atau
produced capital, dan human capital akan memberikan dampak signifikan bagi
pembangunan jika didukung social capital yang baik dalam sebuah negara
(Grootaert, 1997).

Modal sosial dapat diterapkan untuk berbagai kebutuhan, namun yang


paling banyak adalah untuk upaya pemberdayaan masyarakat. Perhatian mengenai
peran modal sosial semakin mengarah pada persoalan pembangunan ekonomi
yang bersifat lokal, termasuk mengenai pengurangan tingkat kemiskinan. Dan
dengan adanya ikatan modal sosial yang melibatkan kerjasama yang erat dari
jaringan masyarakat cukup membantu dalam pembentukan iklim kepercayan di
antara kelompok-kelompok tertentu dari pengusaha lokal sehingga dapat
mengangkat tingkat kerjasama perusahaan. Kepercayaan yang tinggi yang bahkan
dapat menguntungkan sehingga ikatan modal sosial dan kerjasama yang erat serta
menyebar luasnya jaringan mengangkat tingkat proses pengembangan usaha
dalam kelompok.

Modal sosial terbukti mempengaruhi pertukaran ekonomi (economic


exchange) dalam dua bentuk, yaitu kepercayaan dan emosi dalam kelompok atau
jaringan, dan keuntungan yang diperoleh secara langsung secara individual atau
sebuah perusahaan dengan mengenal pihak lain secara mendalam melalui jaringan
ataupun pelanggan (interconnected agents).
3. KESIMPULAN

Modal sosial yang didayagunakan secara efektif dapat memberikan


dorongan untuk pengembangan usaha, sedangkan modal sosial yang tidak
dimanfaatkan secara efektif bisa menghambat peluang dalam pengembangan
usaha. Hubungan etnis yang kuat dan modal sosial memberikan peran penting
dalam mengembangkan usaha. Contoh, para pengelola usaha/bisnis bisa
mendapatkan akses pinjaman kredit dengan bunga sedikit, meminjam satu sama
lain, saling memberi informasi dan lain-lain sehingga jaringan yang mereka miliki
semakin meluas. Kepercayaan yang tinggi yang bahkan dapat menguntungkan
sehingga ikatan modal sosial dan kerjasama yang erat serta menyebar luasnya
jaringan mengangkat tingkat proses pengembangan usaha dalam kelompok.
DAFTAR PUSTAKA

Asytuti, Rinda. 2014. Urgensi Modal Sosial Dalam Liberalisasi Perekonomian Bagi Usaha
Kecil Menengah Di Indonesia. Diakses dalam
https://media.neliti.com/media/publications/208906-urgensi-modal-sosial-
dalam-liberalisasi.pdf pada tanggal 18 Maret 2020.

You might also like