You are on page 1of 11

LAPORAN PENDAHULUAN

TUBERCULOSIS PARU
DI RUANG ALAMANDA
RSUD UNGARAN SEMARANG

Disusun Oleh :
Wahyudi Nuridin
72020040076

JURUSAN PROFESI NERS


UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH KUDUS
TAHUN 2020
A. KONSEP DASAR
1. PENGERTIAN
Tuberculosis (TB) merupakan penyakit infeksi menular yang
disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis. Bakteri tersebut kerap
menyerang organ paru dibandingkan organ dalam lainnya dan dapat
ditularkan melalui udara yang membawa droplet nuklei penderita TB
(Izatti, 2015).
Klasifikasi tuberkolusis dari system lama:
a. Pembagian secara patologis
1) Tuberkolusis primer (childood tuberkolusis)
2) Tuberkolusis post-primer (adult tuberkolusis)
b. Pembagian secara aktivitas radiologis Tuberkolusis paru (Koch
Pulmonurn) aktif, non aktif dan quiescent ( bentuk aktif yang
menyembuh)
c. Pembagian secara radiologis (luas lesi)
1) Tuberkolusis minimal
2) Moderately advanced tuberkolusis
3) Far advanced tuberkolusis
2. ETIOLOGI
Penyakit TB Paru disebabkan oleh kuman TB (Mycobacterium
tuberculosis). Kuman ini berbentuk batang, mempunyai sifat khusus
yaitu tahan terhadap asam pada pewarnaan, Oleh karena itu disebut
pula sebagai Basil Tahan Asam (BTA), kuman TB cepat mati dengan
sinar matahari langsung, tetapi dapat bertahan hidup beberapa jam
ditempat yang gelap dan lembab. Dalam jaringan tubuh kuman ini dapat
Dormant, tertidur lama selama beberapa tahun. Sumber penularan
adalah penderita TB BTA positif. Pada waktu batuk atau bersin,
penderita menyebarkan kuman ke udara dalam bentuk Droplet (percikan
Dahak). Droplet yang mengandung kuman dapat bertahan di udara
pada suhu kamar selama beberapa jam. Orang dapat terinfeksi kalau
droplet tersebut terhirup kedalam saluran pernapasan. Selama kuman
TB masuk kedalam tubuh manusia melalui pernapasan, kuman TB
tersebut dapat menyebar dari paru kebagian tubuh lainnya, melalui
sistem peredaran darah, sistem saluran limfe, saluran napas, atau
penyebaran langsung kebagian-bagian tubuh lainnya. Daya penularan
dari seorang penderita ditentukan oleh banyaknya kuman yang
dikeluarkan dari parunya. Makin tinggi derajat positif hasil pemeriksaan
dahak, makin menular penderita tersebut. Bila hasil pemeriksaan dahak
negatif (tidak terlihat kuman), maka penderita tersebut dianggap tidak
menular.

3. TANDA GEJALA
a. Gejala Umum
1) Batuk terus menerus dan berdahak 3 (tiga) minggu atau lebih.
Merupakan proses infeksi yang dilakukan Mycobacterium
Tuberkulosis yang
menyebabkan  lesi  pada  jaringan  parenkim  paru. 
b. Gejala lain yang sering dijumpai
1) Dahak bercampur darah
Darah berasal dari perdarahan dari saluran napas bawah,
sedangkan dahak adalah hasil dari membran submukosa yang
terus memproduksi sputum untuk berusaha mengeluarkan benda
saing.
2) Batuk darah
Terjadi akibat perdarahan dari saluran napas bawah,
akibat iritasi karena proses batuk dan infeksi Mycobacterium
Tuberkulosis.
3) Sesak napas dan nyeri dada
Sesak napas diakibatkan karena berkurangnya luas lapang
paru akibat terinfeksi Mycobacterium Tuberkulosis, serta akibat
terakumulasinya sekret pada saluran pernapasan.
Nyeri dada timbul akibat lesi yang diakibatkan oleh infeksi
bakteri, serta nyeri dada juga dapat mengakibatkan sesak napas.
4) Badan lemah, nafsu makan menurun, berat badan menurun,
rasa kurang enak badan (malaise), berkeringat malam walau
tanpa kegiatan, demam meriang lebih dari sebulan.
Merupakan gejala yang berurutan terjadi, akibat batuk
yang terus menerus mengakibatkan kelemahan, serta nafsu
makan berkurang, sehingga berat badan juga menurun, karena
kelelahan serta infeksi mengakibatkan kurang enak badan dan
demam meriang, karena metabolisme tinggi akibat pasien
berusaha bernapas cepat mengakibatkan berkeringat pada
malam hari.(Departemen Kesehatan  Republik Indonesia, 2006)

4. PATOFISIOLOGI
Ketika seorang klien TB paru batuk, bersin, atau berbicara, maka
secara tak sengaja keluarlah droplet nuklei dan jatuh ke tanah, lantai,
atau tempat lainnya. Akibat terkena sinar matahari atau suhu udara yang
panas, droplet nuklei tadi menguap. Menguapnya droplet bakteri ke udara
dibantu dengan pergerakan angin akan membuat bakteri tuberkolosis
yang terkandung dalam droplet nuklei terbang ke udara. Apabila bakteri
ini  terhirup oleh orang sehat, maka orang itu berpotensi terkena infeksi
bakteri tuberkolosis. Penularan bakteri lewat udara disebut dengan air-
borne infection. Bakteri yang terisap akan melewati pertahanan mukosilier
saluran pernapasan dan masuk hingga alveoli. Pada titik lokasi di mana
terjadi implantasi bakteri, bakteri akan menggandakan diri (multiplying).
Bakteri tuberkolosis dan fokus ini disebut fokus primer atau lesi primer
(fokus Ghon). Reaksi juga terjadi pada jaringan limfe regional, yang
bersama dengan fokus primer disebut sebagai kompleks primer. Dalam
waktu 3-6 minggu, inang yang baru terkena infeksi akan menjadi sensitif
terhadap tes tuberkulin atau tes Mantoux.
5. PATHWAY

Droplet nucler / dahak yang mengandung


basil TBC (Mycobacterium Tuberculosis)

Faktor dari luar:


Batuk, bersin Faktor dari dalam:
- Faktor toksik (alkohol, rokok)
- Usia muda/bayi
- Sosial ekonomi rendah
- Gizi buruk
- Terpapar penderita TBC Dihirup masuk paru - Lanjut usia
- Lingkungan buruk

Mycobacterium menetap/dormant

Imunitas tubuh menurun

Membentuk sarang TB

Premonia Kecil/sarang primer

Broncus Pleura Infiltrasi setengah


Iritasi bagian paru
Menyebabkan
infiltrasi pleura Sesak napas
Peradangan
pada bronkus
Terjadi gesekan inspirasi
dan eksperasi
Malaise Batuk Pembuluh
darah pecah
Distres pernapasan

Anoreksia Skret kental

BB Menurun Batuk darah


Resiko kerusakan
pertukaran gas

Nutrisi kurang Bersihan jalan napas


dari kebutuhan tidak efektif
6. PEMERIKSAAN PENUNJANG
a) Pemeriksaan Laboratorium
1) Kultur Sputum : Positif untuk Mycobacterium tuberculosis pada
tahap aktif penyakit
2) Ziehl-Neelsen (pemakaian asam cepat pada gelas kaca untuk
usapan cairan darah) : Positif untuk basil asam-cepat.
3) Tes kulit (Mantoux, potongan Vollmer) : Reaksi positif (area
indurasi 10 mm atau lebih besar, terjadi 48-72 jam setelah
injeksi intradcrmal antigen) menunjukkan infeksi masa lalu dan
adanya antibodi tetapi tidak secara berarti menunjukkan
penyakit aktif. Reaksi bermakna pada pasien yang secara klinik
sakit berarti bahwa TB aktif tidak dapat diturunkan atau infeksi
disebabkan oleh mikobakterium yang berbeda.
4) Anemia bila penyakit berjalan menahun
5) Leukosit ringan dengan predominasi limfosit
6) LED meningkat terutama pada fase akut umumnya nilai
tersebut kembali normal pada tahap penyembuhan.
7) GDA : mungkin abnormal, tergantung lokasi, berat dan sisa
kerusakan paru.
8) Biopsi jarum pada jaringan paru : Positif untuk granuloma TB;
adanya sel raksasa menunjukkan nekrosis.
9) Elektrolit : Dapat tak normal tergantung pada lokasi dan
beratnya infeksi; contoh hiponatremia disebabkan oleh tak
normalnya retensi air dapat ditemukan pada TB paru kronis
luas.
b) Pemeriksaan RadiologisFoto thorak : Dapat menunjukkan infiltrasi
lesi awal pada area paru atas, simpanan kalsium lesi sembuh
primer, atau effusi cairan. Perubahan menunjukkan lebih luas TB
dapat termasuk rongga, area fibrosa.
B. Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian primer
a. Airway: penilaian akan kepatenan jalan napas, meliputi pemeriksaan
mengenai adanya obstruksi jalan napas, adanya benda asing. Pada
klien yang dapat berbicara dapat dianggap jalan napas bersih.
Dilakukan pula pengkajian adanya suara napas tambahan seperti
snoring.
b. Breathing: frekuensi napas, apakah ada penggunaan otot bantu
pernapasan, retraksi dinding dada, adanya sesak napas. Palpasi
pengembangan paru, auskultasi suara napas, kaji adanya suara
napas tambahan seperti ronchi, wheezing, dan kaji adanya trauma
pada dada.
c. Circulation: dilakukan pengkajian tentang volume darah dan cardiac
output serta adanya perdarahan. Pengkajian juga meliputi status
hemodinamik, warna kulit, nadi.
d. Disability: nilai tingkat kesadaran, serta ukuran dan reaksi pupil.
2. Pengkajian sekunder
a. Pemeriksaan fisik
1) Kepala
Kelainan atau kulit kepala dan bola mata, telinga bagian luar dan
membrana timpani, cedera jaringan lunak periorbital
2) Mata : Konjungtiva tidak anemis, sklera tidak icteric, pupil isokor,
gerakan bola mata mampu mengikuti perintah.
3) Mulut : Kesulitan menelan, kebersihan penumpukan ludah dan
lendir, bibir tampak kering, terdapat afasia.
4) Leher
Adanya luka tembus leher, vena leher yang mengembang
5) Neurologis
Penilaian fungsi otak dengan GCS
6) Dada
a) Inspeksi: Inspirasi dan ekspirasi pernafasan, frekuensi,
irama, gerakan cuping hidung, terdengar suara nafas
tambahan bentuk dada, batuk
b) Palpasi: Pergerakan asimetris kanan dan kiri, taktil fremitus
raba sama antara kanan dan kiri dinding dada
c) Perkusi: Adanya suara-suara sonor pada kedua paru, suara
redup pada batas paru dan hepar.
d) Auskultasi : Terdengar adanya suara vesikuler di kedua
lapisan paru, suara ronchi dan weezing.
7) Jantung
a) Inspeksi: pembesaran
b) Perkusi: ukuran
c) Palpasi: pembesaran, nyeri tekan
d) Auskultasi : bunyi jantung pertama akibat penutupan katub
mitralis dan trikuspidalis (“lub”), bunyi jantung kedua akibat
penutupan katup aorta dan pulmonalis (“dub”)
8) Abdomen
a) Inspeksi: bentuk, kesimetrisan,gerak perut
b) Palpasi: bentuk, ukuran, nyeri tekan
c) Perkusi: gas, cairan, massa, normal timpani
d) Auskultasi : peristaltik usus
9) Pelvis dan ekstremitas
Kaji adanya fraktur, denyut nadi perifer pada daerah trauma,
memar dan cedera yang lain

b. Diagnosa keperawatan
1. Bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan sekret
kental atau sekret darah, kelemahan, upaya batuk buruk, edema
trakeal/faringeal.
2. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan berkurangnya
keefektifan permukaan paru, atelektasis, kerusakan membran
alveolar kapiler, sekret yang kental, edema bronchial.
3. Perubahan kebutuhan nutrisi, kurang dari kebutuhan
berhubungan dengan: Kelelahan, Batuk yang sering, adanya
produksi sputum, Dispnea, Anoreksia, Penurunan kemampuan
finansial.
c. Intervensi keperawatan

Diagnosa
No Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi
Keperawatan
1. Bersihan jalan napas Setelah dilakukan tindakan  Kaji fungsi pernapasan
tidak efektif keperawatan, Pola nafas pasien contoh : Bunyi nafas,
berhubungan dengan efektif dengan kecepatan, irama,  kedalaman
sekret kental atau KH: dan penggunaan otot
sekret darah,  Mendemonstrasikan batuk efektif aksesori
kelemahan, upaya dan suara nafas yang bersih, tidak  Catat kemampuan untuk
batuk buruk, edema ada sianosis dan dyspneu (mampu mengeluarkan mukosa / batuk
trakeal/faringeal. mengeluarkan sputum, mampu efektif : catat karakter, jumlah
bernafas dengan mudah, tidak ada sputum, adanya emoptisis
pursed lips)  Berikan pasien posisi semi
 Menunjukkan jalan nafas yang atau fowler tinggi. Bantu
paten (klien tidak merasa tercekik, pasien untuk batuk dan
irama nafas, frekuensi pernafasan latihan napas dalam
dalam rentang normal, tidak ada  Bersihkan sekret dari mulut
suara nafas abnormal) dan trakea : penghisapan
 Tanda Tanda vital dalam rentang sesuai keperluan
normal (tekanan darah, nadi,  Kolaborasi dengan tim medis
pernafasan) dalam pemberian obat-obatan
2. Gangguan Setelah dilakukan tindakan  Monitor TTV
pertukaran gas keperawatan, Pertukaran gas  Kaji adanya gangguan bunyi
berhubungan kembali normal atau pola nafas
dengan KH:  Tingkatkan tirah baring/batasi
berkurangnya  Permukaan paru kembali aktivitas
keefektifan efektif  Kolaborasi : berikan
permukaan paru,  Penurunan dispneu tambahan oksigen yang
atelektasis,  BB meningkat sesuai
kerusakan membran
alveolar kapiler,
sekret yang kental,
edema bronchial.

3. Perubahan Setelah dilakukan tindakan  Kaji status nutrisi


kebutuhan nutrisi, keperawatan, Kebutuhan nutrisi  Pastikan pola makanan yang
kurang dari kembali terpenuhi biasa klien sukai
kebutuhan KH:  Dorong klien untuk makan
berhubungan  BB meningkat sedikit tapi sering
dengan: Kelelahan,  Kolaborasi : ahli diit untuk
Batuk yang sering, komposisi diit
adanya produksi
sputum, Dispnea,
Anoreksia,
Penurunan
kemampuan
finansial.

DAFTAR PUSTAKA
Huda Amin. 2013. Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis &
NANDA NIC-NOC Jilid 1. Yogyakarta : Media Action
Publishing.

Huda Amin. 2013. Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis &


NANDA NIC-NOC Jilid 2. Yogyakarta : Media Action
Publishing

Izzati, A., Basyar, M., & Nazar, J. 2015. Faktor Resiko Yang Berhubungan
Dengan Kejadian Tuberculosis Paru Di Wilayah Kerja Puskesmas
Andalas tahun 2013. Jurnal Kesehatan Andalas.

Herdman, T. Heather. 2012. “Diagnosis Keperawatan Definisi dan


Klasifikasi 2012 – 2014”. Jakarta: EGC

You might also like