Professional Documents
Culture Documents
Disusun oleh:
1. ALVESH FAR FAR 2021010462055
2. ANASTASIA SARAH JOSELINDA 2021010462042
UNIVERSITAS JAYABAYA
JAKARTA
2022
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
B. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang yang kami paparkan di atas, kami
menyimpulkan bahwa yang menjadi rumusan masalah di dalam penulisan
ini adalah:
C. TUJUAN PENELITIAN
Adapun tujuan dari penelitian ini dibedakan menjadi 2 (dua) tujuan yaitu,
tujuan umum dan tujuan khusus.
1. Tujuan umum dari penelitian yang dilakukan adalah untuk
mengetahui apa saja akibat dari wanprestasi dalam perjanjian
waralaba (franchise)
PEMBAHASAN
2
Subekti dan Tjitrosoedivio, Kamus Hukum, Pradnya Pramita, Jakarta, 1996, Hlm.110.
3
https://smartlegal.id/smarticle/2018/11/16/pengusaha-wajib-ketahui-soal-wanprestasi/ di
akses tanggal 2 April 2022
4
Muhammad Syaifuddin, Hukum Kontrak Memahami Kontrak Dalam Perspektif Filsafat,
Teori Dogmatik Dan Praktik Hukum (Seri Pengayaan Hukum Perikatan), CV Mandar
Maju, Semarang, 2012, Hal. 339.
undang-undang bagi mereka yang membuatnya”. Ketentuan ini
mengisyaratkan betapa kuatnya kedudukan hukum suatu perjanjian
meskipun perjanjian tersebut dibuat oleh para pihak yang bukan tergolong
pejabat publik. Perjanjian berlaku sebagai undang-undang (Asas Pacta
Sunt Servanda) dengan rumusan pasal 1338 ayat 1 Kitab Undang-undang
Hukum Perdata, sebagai kreditur yang tidak memperoleh pelaksanaan
kewajiban oleh debitur dapat atau berhak memaksakan pelaksanaannya
dengan meminta bantuan kepada pejabat negara yang berwenang yang
akan memutuskan dan menentukan sampai seberapa jauh suatu prestasi
yang telah gagal, tidak sepenuhnya atau tidak sama sekali dilaksanakan,
atau dilaksanakan tidak sesuai dengan yang diperjanjikan masih dapat
dilaksanakan.5
6
Adrian Sutedi, Hukum Waralaba, Ghalia Indonesia, Jakarta, 2008, Hal.80.
7
Agustinah, Dwi, Isdiyana Kusuma Ayu dan M. Taufik, Penyelesaian Sengketa Antara
Franchisee Dan Franchisor Dalam Perjanjian Waralaba, Jurnal Dinamika Ilmu Hukum
Vol. 27,13, 2021,Hal.12-13.
1. Pengadilan negeri
8
Ibit, Hal.13
oleh pihak yang bersengketa. Pada dasarnya, untuk menyelesaikan
permasalahannya sebagian besar pengusaha lebih memilih jalur non-
litigasi. Tidak terkecuali dalam bisnis waralaba, penyelesaian
sengketa yang ditempuh dengan menggunakan musyawarah dan apabila
tidak mencapai mufakat maka dalam penyelesaian sengketa tersebut
akan menggunakan cara arbitrase dengan jasa arbitrator.
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Maka dari itu ada sanksi yang akan diberikan kepada pihak yang
melakukan wanprestasi yaitu dengan memberikan ganti kerugian.
sebagai contoh dalam hal pihak franchisee tidak membayar fee
kepada franchisor sesuai dengan yang dijanjikan, maka pihak
franchisor dapat menuntut pihak franchisee untuk membayar kerugian
atas wanprestasi tersebut. Berdasarkan Pasal 1266 KUH Perdata
dij elaskan bahwa apabila salah satu pihak wanprestasi maka
pihak yang dirugikan dapat menempuh upaya hukum
penyelesaian sengketanya. Penyelesaian sengketa dapat menggunakan
juga jalur litigasi yaitu melalui lembaga peradilan maupun jalan non
litigasi. Seperti Pengadilan Negeri dan Arbitrase Pengaturan upaya hukum
atau penyelesaian sengketa atau yang di lakukan oleh pihak frencisor
melalui arbitrase diatur dalam Undang-Undang Nomor 30 tahun 1999
tentang Arbitrase dan Alternatif Penyelesaian Sengketa. Pasal 5 ayat
(1). Pada dasarnya, untuk menyelesaikan permasalahannya sebagian
besar pengusaha lebih memilih jalur non-litigasi. Tidak terkecuali
dalam bisnis waralaba, penyelesaian sengketa yang ditempuh dengan
menggunakan musyawarah dan apabila tidak mencapai mufakat maka
dalam penyelesaian sengketa tersebut akan menggunakan cara arbitrase
dengan jasa arbitrator.
DAFTAR PUSTAKA