You are on page 1of 3

Nama : Mohamad Anggi Faurahmansyah

NRP : 04211940000071
Tugas : Essay Ship Seaworthiness

Toward the Safer Ship and Cleaner Ocean through Marine Surveying

Transportasi laut memiliki peran yang sangat penting bagi negara kepulauan.
Indonesia yang memiliki 17.000 pulau dan disatukan lautan yang luas, transportasi laut
menjadi "Urat Nadi" bagi perekonomian Indonesia. Mengingat sangat vitalnya
transportasi bagi perekonomian, maka transpotasi laut harus dikembangkan dengan
baik dan benar untuk menunjang pertumbuhan perekonomian. Oleh karena itu,
diperlukan sebuah transportasi laut yang aman bagi kapal, penumpang, awak kapal, dan
lingkungan.
Untuk meningkatkan keamanan pada kapal diperlukan pengawasan guna untuk
memberi perlindungan dan mencegah terjadinya kecelakaan kapal. Untuk menjamin
keselamatan kapal ada beberapa hal yang perlu dipenuhi seperti persyaratan material,
konstruksi, bangunan, permesinan dan pelistrikan, stabilitas, tata susunan serta
perlengkapan termasuk perlengkapan alat penolong dan radio elektronik Kapal, yang
dibuktikan dengan sertifikat setelah dilakukan pemeriksaan dan pengujian. Selain
keselamatan kapal, ada hal yang perlu diperhatikan juga yaitu kelaiklautan kapal.
Kapal dianggap laik laut jika memenuhi persyaratan keselamatan kapal, pencegahan
pencemaran perairan dari kapal, pengawakan, garis muat, pemuatan, kesejahteraan
Awak Kapal dan kesehatan Penumpang, status hukum Kapal, manajemen keselamatan
dan pencegahan pencemaran dari Kapal, dan manajemen keamanan Kapal untuk
berlayar di perairan tertentu.
Selain keselamatan dan kealiakan yang perlu diperhatikan pada kapal, kapal
perlu memiliki bendera (flag state). Flag state adalah negara yang benderanya
dikibarkan oleh sebuah kapal. Pengibaran bendera sebuah negara menandakan terdapat
hubungan hukum antara kapal dan negara tersebut. Dalam konteks FSR, berarti negara
yang benderanya dikibarkan tersebut memiliki tanggung jawab terhadap kapal
tersebut. Flag state regulation kapal diatur dalam Pasal 94 UNCLOS, yaitu kontrol yang
efektif terhadap aspek administratif, teknis dan sosial dari kapal yang mengibarkan
bendera negara tersebut. Selain flag state terdapat port state. Port state memiliki
peran untuk membantu investigasi pelanggaran IUU fishing dan pelanggaran Hak Asasi
Manusia di atas kapal. Penahanan kapal oleh Port State dapat dilakukan tidak dengan
tuduhan pelanggaran hak asasi manusia namun dengan tuduhan kapal tidak laiklaut.
Kerangka hukum yang digunakan adalah Port State Control (Paris MoU, Tokyo MoU,
Mediterranean MoU, dan lain-lain) atau Port State Measures Agreement dalam konteks
IUU fishing. Indonesia merupakan bagian dari Tokyo Memorandum of Understanding on
Port State Control in the Asia-Pacific Region dan juga telah meratifikasi FAO Agreement
on Port State Measures to Prevent, Deter and Eliminate Illegal, Unreported and
Unregulated Fishing.
Untuk menjaga dan meningkatkan keselamatan serta kelaiklautan kapal perlu
dilakukan kegiatan inspeksi. Inspeksi merupakan kegiatan yang detail, hati-hati, formal
dan lebih spesifik kepada suatu benda atau alat tertentu. Kegiatan inspeksi kapal perlu
memiliki pelatihan dan keterampilan yang dibutuhkan dalam melakukan penilaian
terperinci dari kondisi kapal tersebut. Inspeksi kapal harus dilakukan untuk memenuhi
standar operasional prosedur atau disingkat SOP. Hal ini bertujuan untuk memberi
pelayanan yang efektif dan efisien, bagi para penumpang maupun crew kapal. Dalam
kegiatan penyusunan dan implementasi SOP memerlukan partisipasi dari semua pihak
yang ada di dalam institusi kapal tersebut, karena merekalah yang paling tahu kondisi
yang terjadi di lapangan serta merekalah yang akan langsung terkena dampak dari
penerapan SOP tersebut. SOP yang dibuatpun harus disesuaikan dengan kondisi dimana
SOP itu akan diberlakukan. Secara sederhana, standar operasional prosedur atau SOP
merupakan sebuah panduan yang dikemukakan secara jelas tentang apa yang
diharapkan dan diisyaratkan dari semua crew dalam menjalankan kegiatan sehari- hari.
Selain itu SOP juga merupakan acuan bagi semua crew dalam menjalankan tugas demi
terciptanya keamanan atau keselamatan kerja. Sebagai contoh, dalam bidang
pelayanan jasa lewat laut.
Untuk menciptakan keamanan dan keselamatan dalam transportasi laut tidak
lepas dari proses awal dalam mendesain, merancang, dan membangun sebuah kapal.
Dalam proses pembangunan kapal dibutuhkan sebuah metode pembangunan kapal
untuk meyelesaikan proses pembuatan kapal tersebut. Metode proses produksi kapal ini
berkembang setiap saat. Perkembangan metode ini bertujuan untuk mempermudah
dalam proses pengerjaan agar kapal dapat diselesaikan dengan waktu yang cepat.
Sampai saat ini perkembangan metode pengerjaan kapal terdiri dari empat tahapan.
Perkembangan ini berdasarkan teknologi yang digunakan dalam proses pengerjaan
lambung dan outfitting. Adapun metode dalam pembangunan kapal yaitu metode
konvensional, metode blok konvensional (hull block construction method and pre
outfittng), dan metode modern (full outfitting blovk system).
Setelah kapal jadi, kapal perlu diregister oleh badan klasifikasi kapal. kapal
tersebut harus memenuhi persyaratan dan peraturan teknik yang ada. Untuk kapal yang
dibangun dengan persyaratan peraturan klasifikasi akan ditetapkan notasi kelas
tersebut pada saat selesainya pemeriksaan secara keseluruhan melalui survei klasifikasi
dengan nilai memuaskan. Untuk kapal yang sudah beroperasi, Badan Klasifikasi juga
melaksanakan survei periodik untuk menjamin bahwa kapal masih memenuhi
persyaratan klasifikasi tersebut.
Selain badan klasifikasi terdapat owner surveyor, owner surveyor atau bisa juga
disebut orang yang mewakili kepentingan pemilik kapal yang ditunjuk oleh si pemilik
modal (Owner) untuk mengawasi pembangunan atau reparasi kapal mereka. Mereka
dituntut untuk memastikan beberapa hal terkait pembangunan atau reparasi kapal.
Berikut hal-hal yang perlu diawasi oleh owner surveyor yaitu prosedur kerja,
perencanaan, desain, spesifikasi, dan teknis.
Keamanan, keselamatan, dan kelaiakan kapal di laut juga diatur dalam konvensi
maritim. Macam-macam konvensi maritim yaitu MARPOL, COLREG, SOLAS, ISM Code,
ISPS Code, dan Load Lines. Tujuan Konvensi Maritim ini untuk memastikan perlindungan
bagi hak-hak tenaga kerja pelaut di seluruh dunia dan memberikan standar pedoman
bagi setiap negara dan pemilik kapal untuk menyediakan lingkungan kerja yang aman
dan nyaman bagi tenaga kerja pelaut.

You might also like