You are on page 1of 6

Standar Minimum Rules Pelayanan Medis Di Lembaga*Pemasyarakatan*Kelas*IIA

Yogyakarta

Disusun oleh:

Rizqi Ridho Atmadja 4250

POLITEKNIK ILMU PEMASYARAKATAN


BADAN PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA HUKUM DAN HAM
KEMENTERIAN HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA RI
2022
Standar Minimum Rules Pelayanan Medis Di Lembaga*Pemasyarakatan*Kelas*IIA
Yogyakarta

Pada salah satu Unit Pelaksana Teknis (UPT) di Yogyakarta yaitu Lembaga
Pemasyarakatan.Kelas.II.A.Yogyakarta yang berada di Jalan Tamansiswa.Nomor.6
Yogyakarta dulu dikenal dengan nama Gevangenis Laan Wirogunan yang diambil dari
bahasa Belanda, yang mana luas area tersebut kurang lebih sebesar 3,8 hektar. Sebelum
dilakukan renovasi Lapas Kelas IIA yogyakarta terdiri dari tiga bagian utama bangunan
antar lain kantor untuk petugas, blok sel berjumlah enam blok untuk warga binaan laki-
laki dan terdapat blok sel untuk perempuan yang berjumlah satu. tetapi sejak
dibangunnya Lapas Khusus Perempuan Kelas IIB Yogyakarta pada tahun 2016 yang
bertemt di Wonosari, Gunung Kidul, semua sel yang ada di Lapas Yogyakarta dialih
fungsikan untuk warga binaan laki-laki. Lapas Kelas II A Yogyakarta memiliki kapasitas
daya tampung warga binaan sebanyak 496 orang. Di dalam area lapas juga terdapat
Balai Kesehatan Lapas kelas llA Yogyakarta yang terdiri dari 3 kamar untuk pelaksanaan
program kesehatan untuk warga binaan serta Ada juga fasilitas lainya seperti dapur,
gedung aula, tempat ibadah seperti masjid dab gereja, serta ada pula gedung bimbingan
kerja (bimker). Dengan penanganan pelayanan terhadap warga binaan yang
mengutamakan asas kemanusiaan dalam pelaksanaan pembinaan warga binaan di
Lembaga Pemasyarakatan kelas IIA Yogyakarta. Dimana dalam analisis kasus ini penulis
berfokus pada standar pelayanana medis yang tersedia di poliklinik. Yang membahas
mengenai pelayanan kesehatan yang sudah sesuai dengan Standart Minimum Rules
serta kendala yang terjadi atau masih dialami. Alasan penulis mengambil pembahasan
ini adalah dikarenakan aspek medis atau kesehatan warga binaan menjadi poin penting
dalam kelayakan warga binaan di dalam Lembaga Pemasyarakatan apakah mereka
mendapatkan hak-hak mereka atau tidak, serta dengan melihat masih banyak UPT yang
masih belum bisa memberikan layanan kesehatan yang dikarenakan terjadinya
kelebihan kapasitas di UPT, akses kendaraan atau wilayah geografi UPT pada daerah
tertentu.

Pelayanan Kesehatan merupakan pemberian atau pelayanan dalam peningkatan


kesehatan melalui tindakan pencegahan, pemulihan dan penyembuhan dalam
menangani gangguan kesehatan seperti penyakit, cedera, gangguan fisik dan gangguan
mental yang dialami pasien. Dalam pelayanan Medis yang berfokus pada Lembaga
Pemasyarakatan dimana dalam penerapanya tiap-tiap (UPT)Unit Pelayananan Teknis
Pemasyarakaan memiliki pelaksanaan yang memiliki standar yang sudah ditetapkan.
Hanya saja terdapat kendala yang dapat mempengruhi pemenuhan standar tersebut.
Antara lain seperti ketersediaan alat-alat kesehatan, ketersediaan Tenaga Kesehatan,
Lokasi UPT Pemasyarakatan, serta kapasitas dari Lembaga Pemasyarakatan itu sendiri.
Seperti yang tercantum dalam standard minimum rules for the treatment of prisoners
pada pasal 22 ayat 1 dan 2 yang berbunyi :

Pasal 22 standard minimum rules for the treatment of prisoners.

(1) disemua lapas, harus tersedia layanan kesehatan dengan sekurangnya satu petugas
kesehatan yang memenuhi syarat yang harus memilki sedikit pengetahuan mengenai
psikiatri. Layanan kesehatan harus diatur bekerjasama secara erat dengan Lembaga
kesehatan umum di masyarakat atau negara. Leyanan tersebut meliputi layanan
psikiatri untuk melakukan diagnose dan, dalam kasus-kasus tertentu, layanan negara
pada kasus ketidaknormalan mental.

(2) narapidana yang sakit yang memerluakan perawatan dokter spesialis dapat
dipindahkan ke Lembaga khusus atau rumah sakit umum. apabila fasilitas dari rumah
sakit yang tersedia di dalam suatu Lembaga Pemasyarakatan seperti, peralatan, perabot
dan obat-obatan yang harus memenuhi kebutuhan untuk melakuakan perawatan medis
dan merawat warga binaan yang mengalami sakit, dan harus disediakan staf terlatih
yang sesuai.

Dalam penerapan standard minimum rules for the treatment of prisoners Lembaga
Pemasyarakatan Kelas IIA Yogyakarta yang meliputi aspek sebagai berikut :

1. Ketersediaan alat-alat kesehatan


Di Lembaga Pemasyarakatan Kelas IIA Yogyakarta dalam aspek ketersediaan
alat-alat kesehatan dapat dikatakan lengkap. Dimana terdapat poliklinik yang
memiliki peralatan medis yang berfungsi dan dapat dimanfaatkan oleh
Warga Binaan Pemasyarakatan yang mengalami keluhan kesehatan serta
Poliklinik sudah bermitra dengan Rumah Sakit yang ada di Yogyakarta,
sehingga apabila ada Warga Binaan Pemasyarakatan yang mengalami gejala
kesehatan serius dapat dilakukan rujukan ke Rumah Sakit yang dapat
melakukan penanganan dengan lebih baik. Kemudian didukung dengan
ketersediaan akomodasi mobil ambulan yang masih bagus dengan
kelengkapan alat di dalamnya seperti tabung oksigen, tandu pasien dan alat
kesehatan lainya.
Di Lembaga Pemasyarakatan Kelas IIA Yogyakarta terdapat 5 tenaga
kesehatan yang sudah bersertifikasi dan memenuhi syarat sebagai tenaga
kesehatan yang bertugas di poliklinik, dua sebagai perawat dan tiga sebagai
pengolahan data kesehatan. Sehingga segala proses pelayanan maupun
kendala yang terjadi di poliklinik dapat tercatat dan dilaporkan kepada
Kalapas sehingga selalu termonitor.
Akan tetapi kendala yang dialami dalam ketersediaan alat-alat kesehatan
yang ada di Lembaga Pemasyarakatan adalah jumlah alat kesehatan yang
masih terbatas apabila terjadi pemenuhan pasien seperti ketika pandemi
Covid-19 yang memenuhi polikinik dan kemungkinan alat yang akan lebih
cepat mengalami kerusakan akibat sangat sering digunakan dengan waktu
dan proses perawatan yang kurang akibat rentan waktu penggunaan yang
sering digunakan.
2. Kontroling kondisi Warga Binaan Pemasyarakatan
Proses kontroling yang dilaksanakan oleh petugas kesehatan Lembaga
Pemasyarakatan Kelas IIA Yogyakarta dilakukan dengan pembagian dalam
kelompok usia, dimana pemeriksaan rutin dan kontroling dilaksanakan
kepada Warga Binaan berusia lanjut dan Pengidap Penyakit Kronis dimana
pada kelompok ini memiliki persentase resiko yang lebih besar dibandingkan
dengan Warga Binaan yang memiliki usia yang masih muda. Dalam hal ini
petugas medis melakukan pencatatan mengenai perkembangan dari warga
binaan itu sendiri serta pemberian obat yang disesuaikan dengan kebutuhan
Warga Binaan dan disesuaikan dosisnya. Khususnya pada saat pandemi
Covid-19 yang selama dua tahun lebih melanda Indonesia dimana banyak
dari Warga Binaan yang terpapar dari yang tidak bergejala hingga bergejala
berat. Dalam penangananya Lembaga Pemasyaratan Kelas IIA Yogyakarta
menyediakan tempat isolasi dan pengecekan swab untuk mendeteksi
penambahan Warga Binaan yang terpapar Covid-19. Serta dengan membuat
selter darurat di tempat isolasi untuk mempermudah pemantuan pada
Warga Binaan yang terpapar apabila menunjukan gejala yang parah agar
dapat segera diberikan penanganan lebih lanjut seperti dirujuk ke Rumah
Sakit yang khusus melakukan penanganan pasien yang terpapar Covid-19.
Dengan demikian angka penularan dapat berkurang dan tidak menyebar
semakin luas.
3. Kapasitas Lembaga Pemasyarakatan
Hubunganya dengan kapasitas Lembaga Pemasyarakatan yang berhubungan
dengan kelayakan tempat hunian yang mana di Lembaga Pemasyarakatan
Kelas IIA Yogyakarta tidak mengalami over kapasitas. Kapasitas dari Lembaga
Pemasyarakatan Kelas IIA Yogyakarta yang diambil dari data sdp ditjenpas
sebanyak 496 orang dengan di isi sebanyak 318 Warga Binaan
Pemasyarakatan. Sehingga tidak terjadinya over kapasitas yang artinya
Warga Binaan memiliki kelayakan dan kebersihan tempat tinggal yang baik
dan lebih terjamin. Dengan demikian proses pemeriksaan akan lebih mudah
dan kondusif dengan ketersediaan obat-obatan yang lebih terjamin dan
pemeriksaan yang akan lebih terjadwal dan pelaporan akan lebih jelas
nantinya.
Dapat disimpulkan bahwa dari segi aspek penanganan kesehatan Lembaga
Pemasyarakatan Kelas llA Yogyakarta dapat dikatakan memuaskan atau bagus. Dimana
faktor utamanya adalah penghuni lapas yang dibawah kapasitas dari lapas tersebut
seingga tidak terjadi kelebihan kapasitas dan juga akses yang mudah dimana berada di
tengah kota serta sudah bermitra dengan Rumah Sakit yang dapat diandalkan pada
situasi darurat. Akan tetapi kendala terbesarnya adalah ketika terjadi pandemi pada
2019 yang angkanya terus meningkat hingga tahun 2022 yang sudah mengalami banyak
penurunan. Selain itu dengan adanya tenaga kesehatan yang berjumlah banyak yang
sudah memiliki kualifikasi yang dibutuhkan untuk menjadi tenaga kesehatan

Berikut adalah data pegawai

JFT (Perawat)

1. DEVI SEPTIANANINGRUM, S.Kep, Ners


2. LILINGGAWATI, S.Kep, Ners

JFU Pengolahan Data Kesehatan

1. ANITA MARWATI, A.M.K, S.H


2. ARIF JUMHAN, S.K.M.
3. ANNA RISTIAWATI, A.Md.Kep

You might also like