You are on page 1of 14

METODE PELAKSANAAN

Lokasi : jl. Inpeksi kanal borong tembus aroepala

I. Pendahuluan

I. latar belakang
jalan merupakan kebutuhan yang sangat vital sebagai pendukung utama
dinamika dan aktivitas ekonomu-baik di pusat maupun daerah- dan
mengembangkan wilayah serta sebagai prasarana penunjang yang utama bagi
perekonomian nasional. Pembangunan jalan diharapkan dapat dilaksanakan
dengan baik sehingga tercapailah hasil yang diinginkan sesuai dengan rencana
baik secara kualitas dan kauntitas. Dengan tercapainya kualitas pekerjaan yang
baik maka diharapkan kontruksi jalan dapat bertahan lama dan awet. Untuk itu
perlu disusun suatu metode pelaksanaan jalan tersebut.

II. Maksud dan tujuan


Maksud dan tujuan dari metode pelaksanaan ini adalah untuk menjelaskan
secara garis besar tahapan dari pelaksanaan pekerjaan-pekerjaan utama dan
pekerjaan menunjang sehingga dapat dilihat keterkaitan dari masing-masing
pekerjaan maupun antara pekerjaan terhadap spesifikasi yang telah disyaratkan.
Dalam metode ini juga akan digambarkan pelaksannan pekerjaan dengam
memperkecul gangguan terhadap lalulintas.

III. Lokasi
Lokasi pekerjaan ini tepatnya di jl. Inpeksi kanal borong tembus aroepala

METODE PELAKSANAAN PEKERJAAN

Metode pelaksanaan pekerjaan di bawah ini akan dijelaskan mengenai tahapan


dan tata cara pelaksanaan yang menggambarkan pelaksanaan pekerjaan dari awal
sampai akhir, yang di susun berdasarkan dokumen lelang, gambar teknis, dan
spesifikasi. Penjelasan meliputi :
• Program mobilisasi
• Pengendalian mutu pekerjaan

i. Program mobilisasi
Program mobilisasi yang akan diuraikan di dalam bagian ini adalah untuk
memberikan penjelasan dan jabaran mengenai hal-hal yang akan dilakukan di
dalam masa mobilisasi, program mobilisasi ini meliputi :
a. Daftar mobilisasi porsonil
Pelaksanaan pekerjaan paket proyrk ini mengusulkan staf inti yang terdiri
dari :
- Site manager
- Coordinator pelaksana
- Pelaksana lapangan
- Surveyor/ quality dan quantity control
- Mandor
- Opator
- Logistic
- Tenaga kerja yang akan diadakan / dimobilisasi ke lapangan paket
pekerjaan ini, terdiri dari pekerja terlatih, dan pekerja biasa.
Selurug staf inti proyrk tersebut beserta staf lainnya sesuai dengan usulan
di dalam struktur organinsasi kerja, akan dimobiliasasikan ke lokasi prokry
dalam kurun waktu 7 (tujuh) hari sejak diterbitkan surat perintah mulai
(SPMK). Sedangkan mobilitas tenaga kerja akan di seusaikan dengan
kebutuhan yang tercermin dari rencana kerja/schedule.

b. Mobilitas peralatan
Daftar jenis peralatan yang akan dimobilisasi ke lapangan untuk
menunjang pelaksanaan pekerjaan utama pada paket proyek ini, sesuai
dengan kebutuhan alat untuk melaksanakan pekerjaan.
1). LapisPondasi

Lapis pondasi (base course) terdiri atas satu lapis plat (slab) beton semen mutu
tinggi yang kira-kira setara dengan beton K-350 sampai K- 400.

Dalam perkembangan terakhir, plat beton ini dapat juga terdiri atas beton pratekan.

Lapis pondasi yang terdiri atas plat beton semen ini merupakan konstruksi utama
dari perkerasan kaku, yang apabila kontak langsung dengan roda lalu lintas
(berfungsi sebagai lapis permukaan / surface course), maka permukaannya harus
rata, tidak mudah aus dan tidak licin.

Lapis pondasi tidak boleh lekat (unbonded) dengan lapis pondasi bawah (sub base
course).

2). LapisPondasiBawah

Fungsi utama lapis pondasi bawah (sub base course) :

• sebagai lantai kerja (working platform),


• mencegah pumping (pemompaan), dan
• menambah kekuatan tanah dasar, meskipun pada umumnya lapis

pondasi bawah ini tidak diperhitungkan dalam memikul beban lalu lintas
(bersifat non-struktural).

Pumping adalah peristiwa masuknya air hujan dari permukaan plat beton
melalui retakan/celah sambungan pada plat beton tersebut dan terus ke tanah
dasar, yang kemudian dengan terjadinya lendutan plat beton akibat dari
beban lalu lintas berat mengakibatkan air dapat terpompa ke luar lagi dengan
membawa butir-butir halus material tanah dasar; akibatnya lambat laun terjadi
rongga di bawah plat beton sehingga plat beton kehilangan dukungan
sehingga akhirnya retak karena plat beton tidak didesain untuk menahan
momen lentur.

Tahap awal terjadinya pumping dapat dilihat dari munculnya lumpur tanah
merah di permukaan perkerasan di daerah sambungan / retakan plat beton.

Untuk mengatasi pumping ini dapat digunakan material berbutir (granular material /
agregat) untuk memberikan fasilitas drainase bagi air yang masuk ke bawah
perkerasan untuk kemudian disalurkan melalui saluran pembuang di bawah
perkerasan (subdrain).

Agar berfungsi baik sebagai drainase maupun sebagai saringan agar material halus
tanah dasar tidak bisa lewat, maka material berbutir yang dipergunakan harus
memenuhi persyaratan agregat porous (filter material).

Alternatif lainnya, dapat dipergunakan lean concrete (yaitu beton kurus dengan
kekuatan kubus 1,0 MPa, atau dikenal juga sebagai beton B-0) sebagai lapis
pondasi bawah. Dalam hal ini lean concrete dimaksudkan sebagai material
penghambat (blocking) masuknya air ke bawah perkerasan (tanah dasar).

Secara teoritis, antara lapis pondasi bawah dengan plat beton di atasnya tidak boleh
ada ikatan (bonding) sehingga perlu dipasang bond breaker.

3). BondBreaker

Bond breaker dipasang di atas subbase agar tidak ada kelekatan (bonding) atau
gesekan (friction) antara lapis pondasi bawah dengan plat beton. Dalam praktek
bond breaker dibuat dari plastik tebal (minimum 125 mikron).

Untuk mencegah gesekan, maka permukaan lapis pondasi bawah tidak boleh
dikasarkan (grooving atau (brushing).

Pada waktu pemasangan plastik harus dihindari terjadinya “air-trapped” di bawah


plastik karena akan menyebabkan “irregular joint” yang akan menimbulkan gesekan
antara lapis pondasi bawah dengan plat beton di atasnya.

Bila lapis pondasi bawah terdiri atas granular material, tidak diperlukan adanya bond
breaker, kecuali kalau ada kekhawatiran terjadinya “dewatering” campuran beton.

Prinsip Penyebaran Beban

Perkerasan beton semen sebagai perkerasan kaku bersifat sebagai single layer
system, terdiri atas Plat Beton Mutu Tinggi sebagai lapis pondasi, yang berfungsi
memikul seluruh beban lalu lintas di atasnya untuk diteruskan ke tanah dasar pada
daerah yang relatif jauh lebih luas dibandingkan dengan perkerasan lentur, sehingga
tegangan maksimum yang diterima oleh tanah dasar sangat kecil (0,2 – 0,3 kg/cm2).

Lapis pondasi bawah (lean concrete atau batu pecah) di sini pada umumnyat idak
diperhitungkan memikul beban (berfungsi non-struktural).

Pressure only 3 psi (0.2 kg/cm2)

- sangat kecil !!!


Distribusi tegangan akibat beban lalu lintas pada permukaan Tanah Dasar
(Subgrade) oleh Perkerasan Kaku (Rigid Pavement).

JENIS-JENIA PERKERASAN BETON SEMEN

1) Perkerasan beton semen dengan sambungan tanpa tulangan (Jointed


Unreinforced/Plain Concrete Pavement / JPCP);

2) Perkerasan beton semen dengan sambungan dengan tulangan (Jointed


Reinforced Concrete Pavement / JRCP);

3) Perkerasan beton semen menerus (tanpa sambungan) dengan tulangan


(Continuously Reinforced Concrete Pavement / CRCP);

4) Perkerasan beton semen pratekan (Prestressed Concrete Pavement / PCP).

Kontruksi perkerasan jalan beton di proyek pelebaran jalan

Slab perkerasan beton pratekan yang telah sesuai dengan bahu jalan dari perkerasan beton
konvensional.
PENYIAPAN PERALATAN PELAKSANAAN PERKERASAN JALAN
BETON

4.2.1. Identifikasi Peralatan Pelaksanaan

Untuk dapat mengidentifikasi jenis peralatan diperlukan data-data sebagai berikut:

• Jenis, volume pekerjaan beton, spesifikasi teknik, lokasi pekerjaan dan kondisi
lapangan;

•Jadwal waktu yang disediakan untuk masing-masing tahapan pelaksanaan


pekerjaan beton semen;

• Metode kerja pelaksanaan pekerjaan yang akan digunakan;

Pelaksanaan pekerjaan perkerasan jalan beton memerlukan peralatan utama yang


meliputi:

• Peralatan pencampur dan pengecoran beton (Batching Plant dan Truck Mixer
/ Dump Truck),
• Penghamparan dan pemadatan beton (Concrete Paver / Concrete Finisher),
serta
• Peralatan penyelesaian akhir (finishing) permukaan beton (Texturing and
Curing Machine).

Jenis-jenis peralatan utama yang akan diuraikan berikut ini:

• Peralatan Pencampur (Batching Plant) dan Pengangkut Beton


• Mesin Penghampar Jenis Acuan Bergerak (Slipform Concrete Paver)
• Mesin Penghampar Jenis Acuan Tetap (Fixform Concrete Finisher)
• Peralatan Pembuat Tekstur Permukaan Beton dan Perapihan Tepi
Gergaji Beton

Peralatan Pencampur (Batching Plant) dan Pengangkut Beton

Pembuatan campuran beton yang bermutu tinggi memerlukan perhatian yang


sangat teliti pada setiap tahapan kegiatannya, mulai dari penetapan dan
penakaran komposisi bahan pembentuk beton, pencampuran, sampai kepada
pengangkutannya ke lokasi pengecoran. Pada umumnya, proses produksi
campuran beton meliputi kegiatan–kegiatan sebagai berikut:

• Penakaran bahan-bahan beton


• Pencampuran
• Pengengkutan ke lokasi pengecoran
• Penempatan/pengecoran
• Pemadatan(konsolidasi)
• Perawatan (curing)
• Penyelesaian akhir/ perapihan (finishing)
Kegiatan penakaran bahan-bahan pembentuk beton dalam bahasa asing
disebut batching. Penakaran dapat dilakukan berdasarkan berat maupun
berdasarkan volume bahan tersebut. Tetapi, penakaran berdasarkan berat
lebih umum dilakukan karena dipandang lebih praktis.

Batcher equipment adalah kontainer yang berfungsi sebagai penampung dan


untuk mengukur material beton sebelum dituangkan ke dalam Concrete
Mixer. Untuk menentukan batcher yang harus digunakan, kapasitas batcher
tersebut minimal 3 (tiga) kali kapasitas alat pencampur (concrete mixer).

Peralatan pembuatan campuran beton yang ditempatkan secara terpusat dan


biasanya mempunyai kapasitas tinggi, sehingga cocok untuk pekerjaan-
pekerjaan beton dengan volume besar, disebut Batching Plant.

Peralatan Batching Plant dengan alat pengangkut Dump Truck.

Peralatan Batching Plant dan alat pengangkut (Truck Mixer atau Agitator Truck
Mixer) harus sesuai dengan ketentuan mengenai peralatan dalam Spesifikasi Beton
dari Spesifikasi Umum.

Kapasitas Batching Plant harus cukup besar untuk dapat memasok kebutuhan alat
Slipform Concrete Paver sehingga alat penghampar tersebut dapat terus bergerak
tanpa berhenti akibat kekurangan atau keterlambatan pemasokan campuran beton.

Apabila di lapanganterjadi satu proyek menggunakan beberapa Batching Plant,


bahkan dari beberapa perusahaan pemasok, maka diperlukan kecermatan yang
lebih tinggi dari Pelaksana Lapangan yang

bersangkutan untuk dapat mengendalikan mutu maupun jumlah campuran beton


yang harus diterimanya agar tetap konsisten dengan jadwal pelaksanaan pekerjaan.
Batching Plant jenis pan mixer dengan Truk Ready Mix.

4.2.1.2. Mesin Penghampar Jenis Acuan Bergerak (Slipform Concrete Paver)

Mesin penghampar beton jenis ini merupakan satu unit mesin yang mempunyai
fungsi menghampar, meratakan, memadatkan dan membentuk perkerasan
sekaligus memberi arah dan mengatur elevasi sesuai kebutuhan dalam sekali gerak
maju.

Mesin jenis acuan bergerak (Slipform Concrete Paver) mempunyai lebar minimum
4.0 m yang bertumpu pada 4 (empat ) roda kelabang (crawler track), dilengkapi
sensor arah gerak (steering sensors), sensor elevasi (level control sensors) masing-
masing di depan dan di belakang pada kedua sisi, dan sensor kelandaian –
kemiringan (slope sensor). Semua sensor ini dikendalikan secara otomatis dengan
komputer (computerized control).

Mesin Penghampar Jenis Acuan Bergerak (Slipform Concrete Paver) yang banyak
dipergunakan di Indonesia.
Prinsip kerja CONCRETE PAVER

Prinsip kerja Concrete Paver (jenis acuan bergerak) dan komponen-komponen


mesin penghampar tipikal

4.2.1.3. Mesin Penghampar Jenis Acuan Tetap (Fixform Concrete Finisher)

Jika lokasi perkerasan sempit atau bentuknya tidak beraturan yang tidak
memungkinkan beroperasinya mesin Slipform Concrete Paver, maka dapat
digunakan alat berikut ini:

1. Mesin Penghampar dan Penempa (Spreading and Finishing Machines) Jenis


mesin penghampar harus sedemikian rupa sehingga dapat memperkecil
kemungkinan segregasi campuran beton. Alat penempa (finishing machines) harus
dilengkapi dengan tranverse screeds yang dapat bergerak bolak-balik (oscillating
type) atau alat lain yang serupa.

2. Vibrator (Penggetar)
Vibrator, untuk menggetarkan seluruh lebar perkerasan beton, dapat berupa surface
pan type atau internal type dengan tabung celup (immersed tube) atau multiple
spuds.
Vibrator dapat dipasang pada mesin penghampar atau alat penempa. Vibrator tidak
boleh menyentuh sambungan, load transfer devices, subgrade dan acuan (form)
samping.

3. Acuan

Acuan lurus terbuat dari logam dengan ketebalan tidak kurang dari 5 mm dan
disediakan dalam bentuk bagian-bagian dengan panjang tidak kurang dari 3 m, dan
sekurang-kurangnya mempunyai kedalaman sama dengan ketebalan plat beton
perkerasan tanpa sambungan horisontal dan lebar dasar acuan tidak kurang dari
kedalamannya.

Acuan yang mudah disesuaikan atau lengkung dengan radius yang memadai
digunakan untuk tikungan dengan radius 30,0 m atau kurang.
Acuan harus dapat menahan segala benturan dan getaran dari alat penghampar dan
penempa.

Batang flens (flange braces) harus melebihi keluar dari dasar tidak kurang dari 2/3
tinggi acuan.

Permukaan atas acuan tidak boleh berbeda lebih dari 3 mm sepanjang 3 m dari
suatu bidang datar sebenarnya dan bidang tegak tidak berbeda melebihi 6 mm.
Acuan ini juga harus dilengkapi pengunci pada ujung-ujung bagian yang
bersambungan.

Mesin Penghampar Jenis Acuan Tetap Secara Mekanis (Fixform Concrete Finisher)
Penghamparan dan pemadatan beton secara manual

4.2.1.4. Peralatan Pembuat Tekstur Permukaan Beton dan Perapihan Tepi

Setelah sambungan dan tepi perkerasan selesai, sebelum bahan perawatan (curing)
digunakan, permukaan beton harus dikasarkan dengan membuat tekstur permukaan
pada arah melintang atau memanjang garis sumbu (centre line) jalan, yang dapat
dilakukan dengan cara brushing atau grooving.

Pembuatan tekstur permukaan jalan ini dimaksudkan untuk mencegah


aquaplaning atau hydroplaning, yaitu fenomena tidak adanya kontak antara ban
kendaraan dengan permukaan jalan pada waktu adanya lapisan air di permukaan
jalan. Hal ini sangat berbahaya terutama pada lalu lintas dengan kecepatan tinggi,
karena kendaraan menjadi tidak bisa dikendalikan. Dengan adanya tekstur
permukaan jalan maka akan tersedia fasilitas drainase di bawah ban kendaraan.

Kedalaman tekstur rata-rata tidak boleh kurang dari 1/16” (1,5 mm).
Cara grooving dilakukan dengan menggunakan alat grooving manual atau mekanis,
yang mempunyai batang-batang penggaruk setebal 3 mm dan masing-masing
berjarak antara 15 sampai 20 mm.

Perapihan tepi perkerasan beton di sepanjang acuan dan pada sambungan


dilakukan secara manual menggunakan alat khusus manual pada saat beton mulai
mengeras, dengan membentuk tepian untuk membentuk permukaan lengkung yang
halus dengan radius tertentu. bila tak ditentukan lain pada Gambar Rencana, ialah
12 mm. Perapihan dilakukan supaya ujung-ujung beton yang bersudut tidak mudah
gompal.
Peralatan Pembuat Tekstur Permukaan Beton Secara Mekanis

pembuatan tekstur permukaan beton secara manual


Penemprotan Curing Compound Secara Manual

4.2.1.5. Gergaji Beton

Bila ditentukan sambungan dibentuk dengan penggergajian (saw joints), maka harus
disediakan peralatan gergaji dalam jumlah dan kapasitas yang memadai untuk
membentuk sambungan,

Gergaji beton terdiri dari gergaji bermata intan dan berpendingin air atau dengan
abrasive wheel sesuai ukuran yang ditentukan, dan paling sedikit satu gergaji selalu
siap dioperasikan (standby) dengan cadangan pisau gergaji secukupnya, serta
fasilitas penerangan untuk pekerjaan malam.

Gergaji Beton
4.2.2 Pemilihan Peralatan

Pemilihan Peralatan dilakukan terutama untuk peralatan utama.

Untuk dapat memilih peralatan yang akan digunakan dalam pekerjaan perkerasan
jalan beton, Pelaksana Lapangan perlu mendapatkan data- data/informasi tentang :

1. Owning Cost dan Operating Cost alat;


2. Uraian Analisa Alat;
3. Uraian Analisa Harga Satuan untuk seluruh item pekerjaan yang ada

dalam berkas penawaran.

Yang dimaksud dengan owning cost adalah biaya kepemilikan alat yang harus
diperhitungkan selama alat yang bersangkutan dioperasikan, apabila alat tersebut
milik sendiri.

Sedangkan untuk menghitung owning cost, harus diperhitungkan:

• Depresiasi,
• Suku bunga,
• Pajak,
• Asuransi, dan
• Biaya penyimpanan alat.

Faktor-faktor yang mempengaruhi besarnya operating cost alat ialah:

• Biaya bahan bakar,


• Biaya pelumas,
• Biaya perawatan,
• Biaya perbaikan,
• Biaya operator, dan
• Biaya pembantu operator;

Hasil akhir dari uraian Analisa alat_alat berat adalah biaya sewa alat per jam kerja

You might also like