You are on page 1of 3

PERHATIAN

 Dalam memberikan tanggapan dalam setiap diskusi,


kemukakanlah pendapat Anda dengan kalimat Anda sendiri.
 Jangan mengcopy dari tanggapan yang sudah diberikan oleh
teman Anda sebelumnya.
 Jangan mengambil dari artikel di internet dan langsung
mengunggah dalam diskusi. Artikel dalam internet hanya
sebagai ide/masukan untuk Anda dalam memberikan tanggapan
dalam diskusi
 Jika salah satu dari 2 hal tersebut Anda lakukan maka akan ada
penalti dalam nilai diskusi.
 Kami lebih menghargai tanggapan dari hasil pemikiran Anda
sendiri.

Dalam diskusi kedua ini, mahasiswa diharapkan telah mengenali dengan


baik tentang perspektif dalam sosiologi dan kegunaannya.

Kemukakan pendapat Anda tentang perbedaan cara pandang dari


perspektif struktural fungsional dan perspektif konflik dalam melihat
masyarakat yang sekarang mengalami pandemic Covid 19.

Cara pandang dari perspektif dalam bidang sosiologi pada awalnya


berkembang di benua Eropa, yaitu pada saat terjadinya revolusi industry
pada abad ke 18-19 serta revolusi Perancis pada tahun 1979. Cara
pandang ini mengajarkan kita untuk dapat berpikir berdasarkan ilmu
sosiologis. Apa itu cara berpikir secara sosiologis? Cara ini adalah sebuah
cara berpikir dengan cara yang tidak biasa, berisi tentang kepentingan
tertentu, system nilai, kepercayaan, tradisi dan lain-lain

Fungsi dan manfaat dari cara pandang ini dalam kehidupan manusia
sehari-harinya diantaranya:

1. Membantu untuk merumuskan suatu kebijakan atau hukum


2. Membantu meningkatkan kemampuan pribadi untuk dapat lebih peduli
dan kritis dalam kehidupan sehari-hari
3. Membantu mempersiapkan diri untuk dapat memasuki dunia kerja
dengan membantu kita untuk dapat berpikir secara lebih objektif,
berpikiran lebih luas, dan tidak bersifat commonsense.

Pandemic Covid 19 menyerang seluruh dunia secara mendadak dan tidak


terduga. Pada awal tahun 2020, kasus pertama positif Covid 19 akhirnya
ditemukan di Indonesia. Hal ini tentu lambat laun, cepat ataupun lambat
akhirnya mempengaruhi segala aspek kehidupan rakyat kita. Pemerintah
Indonesia kemudian berusaha untuk mengambil kebijakan-kebijakan yang
bertujuan untuk memutus mata rantai penyebaran virus dan melindungi
seluruh aspek kehidupan masyarakat. Kebijakan-kebijakan antara lain
misalnya menerapkan social distancing. Aktifitas perkantoran ditiadakan
dan dilakukan secara online dari rumah, atau work from home (WFH).
Aktifitas belajar mengajar juga ditiadakan untuk berlangsung secara tatap
muka, dan diganti dengan belajar dari rumah. Masyarakat dilarang
bepergian tanpa alasan yang mendesak. Pembatasan wilayah
diberlakukan. Pertemuan, acara dan kegiatan yang bersifat massal tidak
diijinkan untuk dilakukan. Hal ini dilakukan dengan tujuan untuk
mengurangi penyebaran virus corona.
Berdasarkan cara pandang dari perspektif structural fungsional,
masyarakat Indonesia masih cenderung kurang baik. Masih banyak
masyarakat yang secara sembrono melakukan aktifitas mereka seperti
biasa, tidak menggunakan masker, tidak menerapkan social distancing,
masih berkumpul atau bahkan menghadiri kegiatan yang melibatkan
banyak orang yang belum dapat dipastikan apakah orang-orang yang
ditemui tersebut terinfeksi virus ataupun tidak yang menunjukkan bahwa
masyarakat Indonesia masih memiliki stabilitas dan struktur yang belum
terkordinasi dengan baik antara satu dan lainnya , belum dapat bekerja
sama dengan baik untuk dapat bersama-sama menurunkan angka
penularan virus corona.

Sedangkan dalam cara pandang dari perspektif konflik, yang notabene


berbanding terbalik dengan cara pandang perspektif structural fungsional,
dikarenakan masa pandemic ini menyebabkan perubahan besar dalam
segala aspek kehidupan masyarakat Indonesia sehingga mengakibatkan
konflik dan masalah baru yang harus dihadapi oleh masyarakat, misalnya
saja banyak pekerja yang mengalami pemutusan hubungan kerja atau
PHK sehingga mereka kehilangan mata pencaharian untuk mencari nafkah
dan mengakibatkan permasalahan baru bagi masyarakat, terutama dalam
bidang ekonomi.

You might also like