You are on page 1of 13

Tugas Eksplorasi pertemuan 6

Analisis Permasalahan Pra Nikah (Kekerasan Dalam Berpacaran) Menggunakan Teori


Circumplex dan Perspektif Islam.

Kelompok 6

Ahmad Amikola (15122034)


Mutdrika Deka Putra (15122039)
Diana                         (15122036)
Selvi Rahmawati (15122033)
 

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS ISLAM BANDUNG

2022
A. Kajian tentang Kekerasan dalam Pacaran 
1. Pengertian Kekerasan dalam Pacaran 
Menurut Jill Murray (2006:10) kekerasan dalam pacaran adalah penggunaan
dengan sengaja taktik kekerasan dan tekanan fisik untuk mendapatkan serta
mempertahankan kekuasaan atau kontrol terhadap pasangannya. Tindakan kekerasan
dalam pacaran lebih ditekankan adanya kontrol terhadap pasangannya. Cara yang
digunakan dengan taktik kekerasan (rayuan dan ancaman) dan bahkan menggunakan
tekanan fisik (memukul atau menampar).
Menurut Poerwandari (dalam Achi,2000:20) mengemukakan juga kekerasan
dalam pacaran mencakup usaha-usaha dari pasangan untuk mengintimidasi baik
dengan ancaman atau melalui penggunaan kekuatan fisik pada tubuh
perempuan/barang-barang miliknya. Tujuan dari serangan tersebut adalah untuk
mengendalikan tingkah laku si perempuan untuk memunculkan rasa takut. Deborah
Sinclair (dalam Dian Ungki Yunita Dewi,2008:19) mengemukakan kekerasan
terhadap perempuan dalam relasi atau hubungan mencakup usaha-usaha dari
pasangan untuk mengintimidasi, baik dengan ancaman atau melalui penggunaan
kekuatan fisik untuk menyerang tubuh perempuan atau barang-barang miliknya.
Menurut Sony Set (2009:135) kekerasan dalam pacaran adalah “pola
kekerasan dalam hubungan cinta yang dilakukan seseorang untuk mengendalikan dan
mengatur pasangan agar menuruti semua keinginannya”. Sedangkan menurut Rifka
Annisa(2008:2) kekerasan dalam pacaran adalah “kekerasan yang dilakukan
seseorang terhadap pasangannya dalam masa pacaran yang menimbulkan penderitaan
bagi si korban, baik fisik maupun nonfisik”. Menurut Wolfe dan Feiring dalam (jurnal
psikologi kepribadian dan sosial: 76) mendefinisikan kekerasan dalam pacaran
sebagai segala usaha untuk mengontrol / mendominasi pasangan secara fisik, seksual
atau psikologis yang mengakibatkan luka atau kerugian. Dari definisi-definisi
tersebut, dapat disimpulkan bahwa kekerasan dalam pacaran adalah kekerasan yang
dilakukan oleh seseorang dalam masa pacaran yang berakibat penderitaan bagi si
korban baik segi fisik maupun non-fisik.
2. Bentuk – Bentuk Kekerasan dalam Pacaran 
Menurut Murray (2007:29) bentuk-bentuk kekerasan dalam pacaran terdiri
atas tiga bentuk, yaitu kekerasan verbal dan emosional, kekerasan seksual dan
kekerasan fisik. 
a. Kekerasan Verbal dan Emosional 
Kekerasan verbal dan emosional adalah ancaman yang dilakukan pasangan
terhadap pacarnya dengan perkataan maupun mimik wajah. 
b. Kekerasan Seksual 
Kekerasan seksual adalah pemaksaan untuk melakukan kegiatan atau
kontak seksual sedangkan pacar mereka tidak menghendakinya (Murray,
2007:60). 
c. Kekerasan Fisik 
Kekerasan fisik adalah perilaku yang mengakibatkan pacar terluka secara
fisik, seperti memukul, menampar, menendang dan sebagainya (Murray,2007:71).
Selain itu, perilaku kekerasan dalam pacaran juga terdiri dari 5 bentuk: 
a. Kekerasan Fisik yaitu perilaku yang membuat pacar terluka secara fisik,
misalnya; memukul, menampar, menjambak rambut, menendang. 
b. Kekerasan Non fisik / psikologis yaitu perilaku yang membuat pacar terluka
secara psikis, misalnya; menghina, mencurigai pasangan berselingkuh,
mengekang, mengancam, posesif.
c. Kekerasan Seksual yaitu pemaksaan untuk melakukan kegiatan atau kontak
seksual, misalnya; rayuan agar dapat melakukan hubungan seksual, sentuhan-
sentuhan yang tidak diinginkan seperti menyentuh bagian-bagian vital seperti
dada, bokong, gurauan gurauan seksual serta pemerkosaan. 
d. Kekerasan Ekonomi yaitu pemerasan terhadap korban seperti mengambil uang
korban, mengatur pengeluaran dari hal sekecil kecilnya dengan maksud
mengendalikan tindakan korban, memaksa korban untuk membiayai
kebutuhannya sehari-hari. 
e. Kekerasan Spiritual yakni dengan merendahkan keyakinan dan kepercayaan
korban, memaksa korban untuk meyakini hal-hal yang tidak diyakininya,
memaksa korban mempraktikkan ritual dan keyakinan tertentu. 
3. Faktor – Faktor Penyebab Kekerasan dalam Pacaran 
a. Faktor individu sebagai pemicu tindak kekerasan dalam pacaran adalah kontrol
diri pelaku yang lemah terhadap suatu masalah, menjadikan ia mudah sekali
melakukan tindak kekerasan dalam menghadapi suatu masalah. Faktor individu
ini juga didapat dari pengalaman pola asuh dalam keluarga, masa lalunya, si
pelaku pernah menjadi korban kekerasan atau terbiasa dengan tindak kekerasan di
masa kecilnya. 
b. Faktor lingkungan adalah faktor di luar dari si pelaku kekerasan. Seperti pengaruh
teman sebaya, mengkonsumsi NAZA yang dapat mengganggu mental dan
perilaku seseorang, sehingga dapat mengganggu mental dan perilaku seseorang

4. Dampak Pelaku Kekerasan dalam Pacaran


a. Menurut Mufidah (2006:87) mengemukakan selain trauma psikis, kebanyakan
kasus menunjukkan adanya berbagai perilaku maladaptive (ketidakmampuan
beradaptasi dengan lingkungan sosial) sebagai fiksasi pengalaman usia masa lalu,
depresi, distres emosional, kecemasan, gangguan tidur, penyalahgunaan obat-
obatan terlarang dan usaha bunuh diri. 
b. Dampak pelaku kekerasan dalam pacaran adalah dampak psikologis, seperti rasa
depresi, trauma, perasaan bersalah, menyalahkan diri sendiri, dan mencoba bunuh
diri karena malu. Adapun dampak lain apabila korban tidak terima atas tindak
kekerasan yang dialaminya akan berdampak pada masalah hukum dan tindak
pidana yang menyebabkan pelaku dikenai pasal-pasal dalam Undang-undang
Negara. 
B. Guide Wawancara
1) Bisa ceritakan bagaimana pengalaman kamu terkait kekerasan dalam berpacaran?
2) Ancaman seperti apa yang diberikan oleh mantan kamu?
3) Berapa lama kamu menjalin hubungan dengan mantan kamu yang melakukan
kekerasan saat berpacaran dengan kamu?
4) Sejauh mana kamu mengenal sifat/karakter mantan kamu saat itu?  
5) Apa kamu mengetahui latar belakang keluarga mantan kamu itu? 
6) Bisa ceritakan bagaimana komunikasi kalian saat masih pacaran dulu?
7) Permasalahan apa yang seringkali membuat anda dan pacar anda bertengkar?  
8) Apa yang dilakukan pacar anda ketika sedang emosi? 
9) Tindakan kekerasan seperti apa saja yang terjadi setiap kali pacar anda marah
10)  Apa yang kamu rasakan saat menerima perlakuan kasar seperti itu?
11) Menurut anda apakah anda pantas mendapatkan kekerasan tersebut? 
12) apa yang membuat kamu sadar kalau mantan kamu itu melakukan kekerasan
terhadap kamu?
13) Kejadian ini terjadi kapan?
14) Bagaimana pendapat anda tentang KDP? 
15) Dari semua yang anda alami apakah anda mengetahui bahwa anda mengalami tindak
kekerasan dalam pacaran? 
16) Apakah ada bentuk kekerasan lain yang dilakukan oleh mantanmu selain kekerasan
secara verbal? karena tadi kamu menyinggung tentang pornografi, apakah mantanmu
pernah melakukan kekerasan seksual?
17) Bagaimana pendapat pacar anda tentang kekerasan yang dilakukan pada anda,
apakah pacar anda mengungkapkan alasannya pada anda mengapa ia melakukan hal
tersebut? 
18)  Apakah kamu merasa trauma karena pernah mengalami permasalahan seperti itu? 
19)  Apa yang pacar anda lakukan setelah melakukan kekerasan terhadap anda? 
20) Bagaimana reaksi anda dalam menyikapi sikap yang dilakukan pacar anda setelah
pacar melakukan kekerasan terhadap anda? (membalas, memaafkan) 
21) Bisa ceritakan tindakan apa yang anda lakukan sebagai upaya untuk menghentikan
kekerasan yang dilakukan pacar anda? 
22) Apakah putus hubungan ini menjadi salah satu upaya untuk menghentikan kekerasan
yang dilakukan pacar anda? 
23) Bisa ceritakan dampak yang timbul dari kekerasan yang kamu alami itu baik dari
fisik maupun psikis kamu?
24) Apa alasan kamu menyakiti diri sendiri? apakah karena trauma yang kamu rasakan
tadi?
25) Bisa ceritakan hal positif dan hikmah apa yang dapat kamu ambil dari pengalaman
kamu itu yang mendapat kekerasan dari mantan kamu?
C. Kasus Kekerasan Dalam Berpacaran
Subjek adalah seorang mahasiswi yang memiliki pengalaman mengalami
kekerasan pada saat menjalin hubungan dengan pacarnya terdahulu (mantan). Hubungan
tersebut terjalin selama 1 tahun, dari semester awal kuliah hingga semester 2. Mereka
menjalin hubungan jarak jauh (LDR) sehingga memiliki komunikasi yang cukup intens.
Namun, subjek merasa bahwa ia mengalami kekerasan secara mental atau verbal, karena
mantannya sering playing vIctim, menyalahkan subjek, merasa yang paling disakiti, suka
mengancam subjek,  melampiaskan amarahnya ke subjek, saat emosi sering merokok
atau mabuk, membentak subjek, menyampaikan kata-kata kasar kepada subjek (seperti
kata “murahan”), keras kepala, dan susah diatur. Perilaku mantannya itulah yang
membuat subjek merasa tertekan dan sempat menyakiti dirinya sendiri (seperti menyayat
bagian tertentu tubuhnya). Beberapa kali subjek memaafkan tindakan kasar mantannya
tersebut karena berpikir bahwa mantannya sudah sadar dan menjadi lebih baik lagi. hal
itu dilakukan subjek karena merasa mantannya saat itu adalah tempat dia pulang, tempat
dia berkeluh kesah. sehingga subjek menerima sifat mantannya tersebut. Namun,
mantannya tetap saja mengulangi perbuatannya. Sehingga, selama menjalin hubungan,
subjek merasa hubungan tersebut berdampak pada fisik dan psikisnya. Secara fisik,
subjek menjadi sering menyakiti diri sendiri dan secara psikis subjek menjadi orang yang
tertutup dan memendam perasaannya. Jadi, subjek berupaya untuk menghentikan
tindakan kekerasan yang dilakukan oleh mantannya tersebut, yaitu dengan cara
berdiskusi bersama untuk menyelesaikan permasalahan mereka. Dan upaya terbaik yang
dilakukan subjek adalah memutuskan hubungan tersebut karena subjek mulai berpikir
bahwa dirinya tidak pantas diperlakukan seperti itu. Berdasarkan pengalaman tersebut,
subjek mendapat beberapa pelajaran seperti lebih hati-hati dan tidak mudah percaya
dengan ucapan orang lain, manusia bukanlah tempat pulang ternyaman. tapi tuhan lah
tempat pulang ternyaman, jadi lebih care ke diri sendiri dan mental.
D. Analisis Kasusnya Berdasarkan Teori Model Circumplex
Teori Circumplex Model berfokus pada tiga dimensi sentral dari sistem
perkawinan dan keluarga. Dimensi tersebut adalah 
a. Kohesi,
b. Fleksibilitas dan 
c. Komunikasi (Olson, 1999). Ketiga dimensi dalam teori ini sangat penting untuk
memahami dan merawat sistem perkawinan dan keluarga.
Olson (1999) menjelaskan bahwa tiga dimensi dalam teori Circumplex Model
muncul dari pengelompokan konseptual 
a. Kohesi didefinisikan sebagai ikatan emosional antar anggota keluarga
b. fleksibilitas didefinisikan kualitas sementara sebagai dan ekspresi kepemimpinan
dan organisasi, hubungan peran, dan aturan-aturan-aturan dan negosiasi dalam
hubungan.
c. Komunikasi sendiri adalah keterampilan komunikasi positif yang digunakan dalam
interaksi anggota dalam keluarga.
Kaitan yang terdapat dalam kasus tersebut adalah  ikatan emosional antara dua
pasangan tersebut sudah memburuk membuat tingkat kohesitas yang rendah, perasaan
yang membuat subjek merasa tidak  nyaman pada pasangannya. Pasangan yang
melakukan tindakan kekerasan pada subjek merupakan hubungan yang sudah tidak baik
lagi membuat keserasian hubungan tersebut telah hilang. Sebagai subjek yang
seharusnya memiliki hak untuk dilindungi dan disayangi namun pasangan subjek
bertindak sebaliknya yang tidak lagi memiliki jiwa seperti pada pasangan lainnya,
pasangan subjek memberikan perasaan tidak aman dan membuat fleksibilitas hubungan
yang rendah. Dan juga hubungan yang seharusnya memberikan kasih sayang dan
kehangatan seperti pasangan pada umumnya sudah tidak lagi dirasakan oleh pasangan
tersebut.
Rasa saling menghormati antara pasangan juga sudah tidak ada lagi, yang mana
subjek sering dihina oleh pasangannya dan memberikan kata-kata yang tidak pantas
untuk di katakan kepada orang lain. Subjek yang awalnya sulit membuka diri karena
hubungan tersebut membuat subjek menjadi orang yang tertutup dan memendam
perasaannya. Komunikasi yang buruk antara subjek an pasangannya lantaran menjalin
hubungan jarak jauh (LDR) membuat komunikasi yang jauh. Sementara pemecahan
masalaha antara subjek dan pasangan yang sudah tidak ada lagi dan mmbuat subjek
mengakhiri hubungan tersebut, karena permasalahan terhadap pasangan dan hubungan
yang sudah sulit untuk diselesaikan.
E. Analisis Kasus Berdasarkan Perspektif Islam
Pada umumnya, sangat sedikit masyarakat yang tahu adanya kekerasan yang
terjadi dalam pacaran.Hal tersebut dikarenakan bahwa masa pacaran adalah masa yang
penuh dengan hal-hal yang indah.Ini adalah salah satu bentuk ketidaktahuan masyarakat
akibat kurangnya informasi dan data dari laporan korban mengenai kekerasan
tersebut.Kekerasan yang sebagian besar korbannya adalah perempuan ini sering
diakibatkan oleh adanya ketimpangan antara laki-laki dan perempuan yang dianut oleh
masyarakat pada umumnya.Perempuan menurut pandangan laki-laki merupakan makhluk
yang lemah, penurut, dan pasif, sehingga menjadi alasan utama terjadinya perlakuan yang
semena-mena. (Subhan. 2004 : 12). 
Walaupun termasuk dalam kekerasan terhadap perempuan, sebenarnya kekerasan
ini tidak hanya dialami oleh perempuan atau remaja putri saja.Remaja putra pun
mengalami kekerasan yang dilakukan oleh pacarnya. Akan tetapi perempuan lebih banyak
menjadi korban dibandingkan laki-laki karena pada dasarnya kekerasan ini terjadi akibat
adanya ketimpangan kekuasaan antara laki-laki dan perempuan yang dianut oleh
masyarakat.
Kekerasan yang terjadi pada perempuan berasal dari orang-orang terdekatnya,
seperti suami atau pacar.Hal ini tidak hanya terjadi di dalam rumah tangga, namun juga
dalam hubungan lain di luar pernikahan, seperti pacaran. Sayangnya kekerasan yang
terjadi pada relasi pacaran seakan akan ditutupi keberadaanya. Dan bila diperhatikan kasus
kekerasan dalam pacaran ini adalah buah dari liberalisme. Atas nama kebebasan remaja,
saat ini bebas bergaul laki-laki dan perempuan tanpa ada batasan. Dan atas nama hak asasi
manusia remaja dianggap sah saja untuk melakukan aktivitas pacaran. 
Berdasarkan kaitan dengan konsep islam mengenai pacaran, Islam memandang
pacaran adalah perbuatan yang dilarang karena bisa mengantarkan pada perzinaan. bahkan
aktivitas berdua-duan tanpa mahram pun juga dilarang. jadi di dalam islam mempunyai
seperangkat aturan pergaulan yang sangat menjaga wanita dan menempatkannya sebagai
sosok yang terhormat, dengan adanya seperangkat aturan pergaulan berdasarkan pada Al-
quran dan sunnah, kekerasan seksual, baik fisik maupun hal yang terkait selama pacaran
tentu tidak akan terjadi karena pacaran itu dihukumi haram. Sehingga pacaran pun tidak
terjadi. Untuk itulah permasalahan kekerasan dalam pacaran ini perlu diurai dan dicari
akar masalahnya sehingga dapat mencari solusi yang mumpuni pula, jadi kita sudah saat
nya kembali pada penataan Islam secara kaffah yang terbukti menjadi solusi dalam
memberantas kekerasan pacaran yang sedang marak saat sekarang.
F.Kesimpulan
Berdasarkan kasus atau hasil wawancara dapat diketahui bahwa subjek pernah
mengalami kekerasan dalam berpacaran 2 tahun yang lalu. Dimana, ia mendapatkan
bentuk kekerasan secara verbal oleh pacarnya saat itu (sekarang sudah menjadi mantan).
Subjek menerima hinaan, ancamana, dan perkataan kasar dari mantannya tersebut. Faktor
yang menyebabkan ternjadinya kekerasan tersebut ialah karena adanya konflik di antara
mereka (seperti perbedaan sifat), control diri pelaku (mantan subjek) yang lemah terhadap
suatu masalah, background keluarga pelaku, sikap pelaku yang dinilai oleh subjek sebagai
pribadi yang keras kepala dan susah diatur, serta cara pelaku menghadapi masalah yang
kurang tepat (misalnya dengan cara melampiaskan emosi ke subjek atau dengan cara
mabuk-mabukan). Dari kekerasan verbal yang dilakukan oleh pelaku, subjek menjadi
trauma, menyakiti diri sendiri, menjadi pribadi yang tertutup, sulit kembali mempercayai
seseorang, dan memilih untuk memendam perasaannya sendiri.
Berdasarkan kasus tersebut yang kemudian dianalisis menggunakan teori model
circumplex, dapat dipahami bahwa ikatan emosional antara dua pasangan tersebut sudah
memburuk membuat tingkat kohesitas yang rendah, perasaan yang membuat subjek
merasa tidak nyaman pada pasangannya. Dan komunikasi yang buruk antara subjek dan
pasangannya lantaran menjalin hubungan jarak jauh (LDR) membuat komunikasi yang
jauh.
Sedangkan berdasarkan analisis menggunakan konsep Islam, dapat dipahami
bahwa Islam memandang pacaran adalah perbuatan yang dilarang karena bisa
mengantarkan pada perzinaan. Jadi, di dalam islam mempunyai seperangkat aturan
pergaulan yang sangat menjaga wanita dan menempatkannya sebagai sosok yang
terhormat, dengan adanya seperangkat aturan pergaulan berdasarkan pada Al-quran dan
sunnah, kekerasan seksual, baik fisik maupun hal yang terkait selama pacaran tentu tidak
akan terjadi karena pacaran itu dihukumi haram. Untuk itulah permasalahan kekerasan
dalam pacaran ini perlu diurai dan dicari akar masalahnya sehingga dapat mencari solusi
yang mumpuni pula, jadi kita sudah saat nya kembali pada penataan Islam secara kaffah
yang terbukti menjadi solusi dalam memberantas kekerasan pacaran yang sedang marak
saat sekarang.
G. Rekomendasi
Untuk mencegah agar kekerasan dalam berpacaran tidak meluas, untuk itu
dilakukan upaya-upaya pencegahan, yaitu:
a. Diperlukan pengawasan dari orang tua agar dapat memberikan perhatian, nasehat, dan
dampak-dampak negative dan positif dari suatu hubungan pacaran, karena tidak
sedikit pemuda saat ini terjerumus dalam seks bebas dan juga tindak kekerasan.
Sebaiknya pacaran tidak dilakukan karena tidak sesuai dengan konsep Islam.
b. Dalam menjalin suatu hubungan pacaran perlu ditanamkan rasa saling menghargai,
menghormati, keterbukaan, pengertian, kerjasama, dan musyawarah dalam
memutuskan sesuatu bagi keutuhan dan kelangsungan dari suatu hubungan.
Diperlukan keterbukaan dari pihak korban yang mengalami kekerasan dalam pacaran,
hal ini bertujuan agar korban yang mengalami kekerasan tersebut bisa dapat diberikan
bantuan. Kekerasan dalam pacaran merupakan hal yang sifatnya pribadi sehingga para
korban seolah-olah menutup-nutupi apa yang dialaminya dan cenderung menganggap
kekerasan yang dilakukan pacar adalah hal yang wajar sebagai bentuk rasa cinta.
H. Lampiran

Informed Concent
INFORMASI
Kami Mahasiswa yang mengikuti program Pertukaran Mahasiswa Merdeka di Universitas
Islam Bandung dengan PT asal yaitu Universitas Jambi. Saat ini kami sedang menempuh
semester lima (5) Program Studi Psikologi. Kelompok kami beranggotakan:
1. Selvi Rahmawati (15122033)
2. Diana (15122036)
3. Ahmad Amikola (151220)
4. Mutdrika Deka Putra (15122039 ) 
Sehubungan dengan hal ini kami sedang melakukan tugas mata kuliah Psikologi Keluarga,
Universitas Islam Bandung.

Tujuan :
Untuk mengetahui permasalahan kekerasan dalam Berpacaran (permasalahan pranikah) 

Mengapa Anda Terpilih :


Saudara/i terpilih diikut sertakan sebagai responden/interviewee dalam tugas ini karena
saudara/i adalah individu yang memenuhi kriteria seperti berikut:
1. Mahasiswa atau orang dewasa yang memiliki pengalaman mengalami kekerasan dalam
berpacaran
2. Bersedia menjadi responden/interviewee

Manfaat :
 Manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Dapat menambah wawasan dan pengetahuan mengenai permasalahan kekerasan dalam
berpacaran (pra nikah) dan solusinya
2. Menambah rasa peduli terhadap seseorang yang pernah mengalami kekerasan dalam
berpacaran
3. Memberikan dorongan dan insight kepada seseorang yang pernah mengalami
permasalahan kekerasan dalam berpacaran

Potensi   Ketidaknyamanan  dan  Resiko :


Selama penelitian ini, tidak ada resiko fisik bagi saudara/i sebagai partisipan, melainkan
hanya dibutuhkan kesediaan dan kesabaran untuk meluangkan waktu dalam proses
wawancara. Oleh karena itu, kami mohon agar saudara/i dapat menjawab setiap pertanyaan
secara terbuka dan sesuai dengan apa yang saudara pikirkan, rasakan, dan alami sehingga
hasil penelitian akan dapat berguna untuk mencapai tujuan penelitian.

Keterlibatan Partisipan :
Selama Saudara/i berpartisipasi pada penelitian ini, kami membutuhkan kesediaan Saudara/i
untuk dapat meluangkan waktunya dalam proses wawancara ini. Interviewee diperkenankan
untuk menjawab tiap pertanyaan yang diberikan sesuai dengan pengalaman dan hal yang
dirasakan.

Penjelasan Prosedur :
Kami akan meminta saudara/i untuk menjadi responden dalam tugas kami dan melakukan
wawancara terkait pengalaman saudara/i. Saudara/I hanya perlu menjawab pertanyaan yang
kami berikan selama sesi wawancara berlangsung. Proses wawancara tersebut akan di record
sebagai bukti atau dokumentasi tugas ini dan membantu kami dalam mengolah data tersebut
setelah melakukan wawancara. Kemudian record tersebut akan dihapus.

Jaminan Kerahasiaan :
Sebagai kerahasian data terkait profil pribadi, peneliti akan meminta izin terlebih dahulu
kepada saudara/i untuk mencatumkan nama atau inisial saudara/i sebagai responden dalam
tugas kami. Hasil tugas ini akan diketik kemudian di olah dan menjadi rahasia (tidak
disebarluaskan, hanya untuk kepentingan tugas).

Pertanyaan :
Jika terdapat pertanyaan sehubungan dengan penelitian ini, saudara dapat menghubungi salah
satu dari peneliti yaitu Selvi Rahmawati melalui Telp/Whatsapp: 087852101654.
FORMULIR INFORMED CONSENT
(KESEDIAAN MENJADI RESPONDEN)
 
Dengan ini saya,
Nama/Inisial                        : Febrika Bulvia
Tempat Tanggal Lahir         : Jambi, 22 Februari 2003
Usia                                     : 19
Pendidikan Terakhir         : SMA
Alamat                         :Jl. Pembangunan No.120, Padang Bulan, Kec. Medan Baru,
Kota Medan, Sumatera Utara 20155
No Telephone                      : 082320815020

Menyatakan bersedia menjadi responden dalam tugas ini terkait permasalahan pra nikah,
yaitu kekerasan dalam berpacaran. Apabila terdapat hal-hal yang tidak berkenan pada saya,
maka saya berhak untuk mengajukan permohonan untuk berhenti dari kegiatan penelitian ini.
 
Interviewer                                                                     Medan, 3 November 2022
                                                                                                Responden

 
(        Selvi Rahmawati      )                                             (  Febrika Bulvia   )
Dokumentasi

You might also like