Professional Documents
Culture Documents
Tugas Dokter Penanggung Jawab
Tugas Dokter Penanggung Jawab
PENDAHULUAN
Definisi
Dokter penanggung jawab pelayanan (DPJP) adalah dokter yang
bertanggung jawab sepenuhnya atas pengelolaan asuhan medis seorang pasien,
sesuai dengan kewenangan klinis dokter atau dokter gigi tersebut terkait penyakit
pasien, memberikan asuhan medis lengkap (paket) kepada satu pasien dengan satu
patologi / penyakit, dari awal sampai dengan akhir perawatan di rumah sakit, baik
pada pelayanan rawat jalan dan rawat inap (apabila pasien hanya perlu asuhan
medis dari 1 orang dokter).
Asuhan medis lengkap artinya melakukan asesmen medis sampai dengan
implementasi rencana serta tindak lanjutnya sesuai kebutuhan pasien. DPJP
Utama adalah dokter koordinator yang memimpin proses pengelolaan asuhan
medis bagi pasien yang harus dirawat bersama oleh lebih dari 1 orang dokter. Bila
pasien dikelola oleh lebih dari satu DPJP, maka asuhan medis tsb dilakukan
secara terintegrasi atau secara tim diketuai oleh seorang DPJP Utama. Peran DPJP
Utama adalah sebagai coordinator proses pengelolaan asuhan medis bagi pasien
ybs (“Kapten Tim“), dengan tugas menjaga terlaksananya asuhan medis
komprehensif – terpadu – efektif, keselamatan pasien, komunikasi efektif,
membangun sinergisme, mencegah duplikasi.DPJP Tambahan : adalah dokter
yang ikut memberikan asuhan medis pada seorang pasien, yang oleh karena
kompleksitas penyakitnya memerlukan perawatan bersama oleh lebih dari 1 orang
dokter.
Pasien dengan lebih dari satu penyakit dikelola oleh lebih dari satu DPJP
sesuai kewenangan klinisnya, dalam pola asuhan secara tim atau terintegrasi.
Contoh : pasien denganDiabetes Mellitus, Katarak dan Stroke, dikelola oleh lebih
dari satu DPJP :Dokter Spesialis Penyakit Dalam, Dokter Spesialis Mata dan
Dokter Spesialis Saraf. Dokter yang memberikan pelayanan interpretatif, misalnya
memberikan uraian / data tentang hasil laboratorium atau radiologi, tidak dipakai
istilah DPJP, karena tidak memberikan asuhan medis yang lengkap.
Asuhan pasien (patient care) diberikan dengan pola Pelayanan Berfokus
pada Pasien (Patient Centered Care), dan DPJP merupakan Ketua (Team Leader)
dari tim yang terdiri dari para professional pemberi asuhan pasien / staf klinis
dengan kompetensi dan kewenangan yang memadai, yang a.l. terdiri dari dokter,
perawat, ahli gizi, apoteker, fisioterapis dsb.
Manajer Pelayanan Pasien adalah professional di rumah sakit yang
melaksanakan manajemen pelayanan pasien, yaitu proses kolaboratif mengenai
asesmen, perencanaan, fasilitasi, koordinasi asuhan, evaluasi dan advokasi untuk
opsi dan pelayanan bagi pemenuhan kebutuhan pasien dan keluarganya yang
komprehensif, melalui komunikasi dan sumber daya yang tersedia sehingga
memberi hasil (outcome) yang bermutu dengan biaya-efektif.
Kebijakan
1. Staf medik fungsional harus menunjuk salah satu dokter untuk menjadi
DPJP.
2. DPJP wajib membuat rencana pelayanan
3. DPJP wajib memberikan penjelasan secara jelas dan benar kepada pasien
dan keluarganya tentang rencana dan hasil pelayanan, pengobatan, atau
prosedur untuk pasien termasuk kemungkinan terjadinya kejadian yang
tidak diinginkan.
Hak DPJP :
1. Mengelola asuhan medis seorang pasien secara mandiri dan otonom, yang
mengacu pada standar pelayanan medis rumah sakit, secara komprehensif
mulai dari diagnosa, terapi, tindak lanjut sampai rehabilitasi.
Kewajiban DPJP :
1. Membuat rencana pelayanan pasien dalam berkas rekam medis yang
memuat segala aspek asuhan medis yang akan dilakukan, termasuk
konsultasi, rehabilitasi dll.
1. Melakukan koordinasi proses asuhan medis pasien oleh DPJP yang terlibat
Kebijakan :
1. Setiap pasien yang berobat di rumah sakit Proklamasi harus memiliki
DPJP.
2. Apabila pasien berobat di unit rawat jalan maka DPJP nya adalah dokter
klinik terkait.
3. Apabila pasien berobat di IGD dan tidak dirawat inap, maka DPJP nya
adalah dokter jaga IGD
4. Apabila pasien dirawat inap maka DPJP nya adalah dokter spesialis
disiplin yang sesuai.
5. Apabila pasien dirawat bersama oleh lebih dari 1 orang dokter spesialis ,
maka harus ditunjuk seorang sebagai DPJP utama dan yang lain sebagai
DPJP tambahan.
Penentuan DPJP ;
1. Penentuan DPJP harus dilakukan sejak pertama pasien masuk rumah sakit
(baik rawat jalan, IGD maupun rawat inap) dengan mempergunakan cap
stempel pada berkas rekam medis pasien.
2. Cap stempel “ DPJP Dr ...... “ untuk pasien yang dirawat oleh seorang
dokter.
3. Cap stempel “ DPJP UTAMA Dr ......” untuk pasien yang dirawat bersama
beberapa dokter.
Apabila dari IGD maupun rawat jalan DPJP belum ditentukan, maka petugas
ruangan wajib segera melakukan klarifikasi tentang siapa DPJP pasien tersebut.
Apabila pasien dirawat bersama petugas ruangan juga wajib melakukan klarifikasi
siapa DPJP Utama dan siapa DPJP Tambahannya.
d. Hasil rapat Komite medis pada kasus tertentu ; pada kasus yang sangat
kompleks atau sangat spesifik maka penentuan DPJP berdasarkan erapat
komite medis .
Rawat Bersama :
2. DPJP awal akan melakukan konsultasi kepada dokter pada disiplin lain
sesuai kebutuhan.
3. Segera ditentukan siapa yang menjadi DPJP Utama dengan beberapa cara
antara lain;
Perubahan DPJP Utama ini harus dicatat dalam berkas rekam medis dan
ditentukan sejak kapan berlakunya.
Apabila pasien dirawat di ICU, maka otomatis DPJP ICU yang menjadi DPJP
Utama yang berwenang mengendalikan pengelolaan pasien dengan tetap
berkoordinasi dengan DPJP awal pasien atau DPJP Utama (bila pasien dirawat
bersama sebelum masuk ICU).
DPJP Utama di OK
Adalah dokter operator yang melakukan operasi dan bertanggung jawab atas
seluruh kegiatan pembedahan, sedangkan dokter anestesi sebagai DPJP tambahan.
Dalam melaksanakan tugas mengikuti SOP masing-masing, akan tetapi semua
harus mengikuti prosedur Save Surgery check list (sign in, time out dan sign out)
serta dicatat dalam berkas rekam medis.
Pada pelayanan di IGD, dalam memenuhi respons time yang adekwat dan demi
keselamatan pasien, maka apabila konsulen jaga tidak dapat dihubungi dapat
dilakukan pengalihan DPJP kepada konsulen lain yang dapat segera dihubungi.
6. Dalam keadaan tertentu seperti konsul diatas meja operasi, lembar konsul
bisa menyusul , sebelumnya melalui telepon
7. Konsultasi dari dokter jaga IGD kepada konsulen jaga bisa lisan pertelepon
yang kemudian ditulis dalam berkas rekam medis oleh dokter jaga.
Asuhan Medis
Asuhan pasien dalam konteks Pelayanan Fokus pada Pasien (Patient
Centered Care), dilakukan oleh semua professional pemberi asuhan,yaitu dokter,
perawat, ahli gizi, apoteker dsb, disebut sebagai Tim interdisiplin. Asuhan pasien
yang dilakukan oleh masing-masing pemberi asuhan, terdiri dari 2 blok kegiatan,
yaitu Asesmen pasien dan Implementasi rencana
1. Asesmen pasien terdiri dari 3 langkah :
a. Pengumpulan informasi, a.l. anamnesa, pemeriksaan fisik,
pemeriksaan penunjang, dsb
b. Analisis informasi menghasilkan diagnosis, masalah atau kondisi,
untuk mengidentifikasi kebutuhan pelayanan pasien
c. Menyusun rencana (care plan) pelayanan dan pengobatan, untuk
memenuhi kebutuhan pelayanan pasien
2. Implementasi rencana dan monitor
1. Setiap pasien yang mendapat asuhan medis di rumah sakit baik rawat jalan
maupun rawat inap harus memiliki DPJP
2. Di unit / instalasi gawat darurat dokter jaga menjadi DPJP pada pemberian
asuhan medis awal / penanganan kegawat-daruratan. Kemudian
selanjutnya saat dikonsul / rujuk ditempat (on side) atau lisan ke dokter
spesialis, dan dokter spesialis tsb memberikan asuhan medis (termasuk
instruksi secara lisan) maka dokter spesialis tsb telah menjadi DPJP pasien
ybs, sehingga DPJP berganti.
3. Apabila pasien mendapat asuhan medis lebih dari satu DPJP, maka harus
ditunjuk DPJP Utama yang berasal dari para DPJP pasien terkait.
Kesemua DPJP tsb bekerja secara tim dalam tugas mandiri maupun
kolaboratif. Peran DPJP Utama adalah sebagai koordinatorproses
pengelolaan asuhan medis bagi pasien ybs (sebagai “Kapten Tim“),
dengan tugas menjaga terlaksananya asuhan medis komprehensif – terpadu
– efektif, keselamatan pasien, komunikasi efektif, membangun sinergisme,
mencegah duplikasi
4. Setiap penunjukan DPJP harus diberitahu kepada pasien dan atau keluarga
5. Koordinasi dan transfer informasi antar DPJP dilakukan secara lisan dan
tertulis sesuai kebutuhan. Bila ada pergantian DPJP pencatatan di rekam
medis harus jelas tentang alih tanggung jawabnya.
6. Di unit pelayanan intensif DPJP Utama adalah dokter intensifis.
Koordinasi dan tingkatan keikut-sertaan para DPJP terkait, tergantung
kepada sistem yang ditetapkan misalnya sistem terbuka / tertutup / semi
terbuka.
7. Di kamar operasi DPJP Bedah adalah ketua dalam seluruh kegiatan pada
saat di kamar operasi tsb.
8. Pada keadaan khusus misalnya seperti konsul saat diatas meja operasi /
sedang dioperasi, dokter yang dirujuk tsb melakukan tindakan /
memberikan instruksi, maka otomatis menjadi DPJP juga bagi pasien tsb.
9. Dalam pelaksanaan pelayanan dan asuhan pasien, bila DPJP dibantu oleh
dokter lain (a.l. dokter ruangan, residen), maka DPJP yang bersangkutan
harus memberikan supervisi, dan melakukan validasi berupa pemberian
paraf / tandatangan pada setiap catatan kegiatan tsb di rekam medis
10.Asuhan pasien dilaksanakan oleh para professional pemberi asuhan yang
bekerja secara tim interdisiplin sesuai konsep Pelayanan Fokus pada
Pasien (Patient Centered Care), DPJP sebagai ketua tim (Team Leader)
harus proaktif melakukan koordinasi dan mengintegrasikan asuhan pasien,
serta berkomunikasi intensif dan efektif dalam tim
5. DPJP harus aktif dan intensif dalam pemberian edukasi/informasi kepada
pasien karena merupakan elemen yang penting dalam konteks Pelayanan
Fokus pada Pasien (Patient Centered Care), selain juga merupakan
kompetensi dokter dalam area kompetensi ke 3 (Standar Kompetensi
Dokter Indonesia, KKI 2012; Penyelenggaraan Praktik Kedokteran Yang
Baik di Indonesia, KKI 2006))
12. Pendokumentasian yang dilakukan oleh DPJP di rekam medis harus
mencantumkan nama dan paraf / tandatangan. Pendokumentasian tsb
dilakukan a.l. di form asesmen awal medis, catatan perkembangan pasien
terintegrasi / CPPT (Integrated note), form asesmen pra anestesi/sedasi,
instruksi pasca bedah, form edukasi/informasi ke pasien dsb. Termasuk
juga pendokumentasian keputusan hasil pembahasan tim medis, hasil
ronde bersama multi kelompok staf medis / departemen, dsb.
13. Pada kasus tertentu DPJP sebagai ketua tim dari para professional pemberi
asuhan bekerjasama erat dengan Manajer Pelayanan Pasien (Hospital
Case Manager), sesuai dengan Panduan Pelaksanaan Manajer Pelayanan
Pasien (dari KARS, edisi I 2013), agar terjaga kontinuitas pelayanan.
14. Pada setiap rekam medis harus ada pencatatan tentang DPJP, dalam satu
formulir yang diisi secara periodik sesuai kebutuhan, yaitu nama dan gelar
setiap DPJP, tanggal mulai dan akhir penanganan pasien, DPJP Utama
nama dan gelar, tanggal mulai dan akhir sebagai DPJP Utama. Daftar ini
bukan berfungsi sebagai daftar hadir
15. Rumah sakit di daerah terpencil, penetapan kebijakan tentang asuhan
medis yang sifatnya khusus agar dikonsultasikan dengan pemangku
kepentingan a.l. Komite Medis, Fakultas Kedokteran ybs bagi residen,
Organisasi Profesi, IDI, Dinas Kesehatan, Badan Pengawas Rumah Sakit
Propinsi, Kolegium dsb.
16. Keterkaitan DPJP dengan Alur Perjalanan Klinis/Clinical Pathway, setiap
DPJP bertanggung jawab mengupayakan proses asuhan pasien (baik
asuhan medis maupun asuhan keperawatan atau asuhan lainnya) yang
diberikan kepada pasien patuh pada Alur Perjalanan Klinis / Clinical
Pathway yang telah ditetapkan oleh RS. Tingkat kepatuhan pada Alur
Perjalanan Klinis / Clinical Pathway ini akan menjadi objek Audit Klinis
dan Audit Medis
BAB III
KESIMPULAN