Professional Documents
Culture Documents
My Reason
My Reason
Setelah hari yang melelahkan di sekolah, aku pulang ke kost-kostan yang keluargaku sewa belum
lama ini, kami baru pindah beberapa minggu lalu. Aku melepaskan sepatu dan menaiki tangga kost-
kostan menuju rooftop untuk mencari angin sore. Aku kaget, saat itu aku melihat seorang
perempuan berambut kepang di ujung atap, perempuan itu terlihat seumuran denganku. Dari mulut
pintu, sontak aku berteriak “jangan!”. Akupun kaget kenapa aku teriak begitu, ini bukan urusanku
seharusnya aku pergi dan berpura-pura tidak melihatnya. Perempuan itu menoleh kearahku.
‘aku suka sama cowok tapi dia gasuka sama aku’ jawab perempuan itu.
‘ALASAN APA ITU?!’ kataku. ‘KAMU MAU BUNUH DIRI CUMA GARA-GARA KAMU GABISA DAPETIN
APA YANG KAMU MAU?!’
Aku terbawa emosi ‘MASIH BAGUS KAMU GAPERNAH KEMALINGAN ATAU KERAMPOKAN’.
Perempuan itu tersenyum tipis dan berkata ‘aku udah mendingan, makasih udah dengerin’
Keesokannya lagi-lagi setelah hari yang melelahkan aku pulang ke kost-kostan dan ke atap lagi untuk
mencari angin sore, setelah karena kemarin aku tidak bisa menikmati angin sore. Sesampainya di
atap aku melihat perempuan berbando hitam di ujung atap. Aku mendekat sampai perempuan itu
menyadariku dan menoleh. ‘hai’ kataku. Lagi-lagi aku ikut campur urusan orang lain, nggak biasanya
aku seperti ini.
‘aku baru pindah ke daerah sini, semua orang mengabaikanku, aku tidak cocok dengan siapapun di
sini’ kata perempuan itu.
Alasan perempuan ini masuk akal. Paling tidak lebih masuk akal dari perempuan kemarin.
‘iya tapi kan seenggaknya masih ada yang sayang sama kamu di rumah kamu’ kataku membujuknya.
Gadis itu terlihat murung ketika aku mengatakan itu ‘selalu ada makanan menunggu tiap kali kamu
pulang kan?’
‘aku lapar’ kata gadis berbando itu. Ia pun meneteskan air mata dan melompat.
Aku benar-benar stres, dua hari berturut-turut aku menyaksikan dua kematian orang lain di depan
mataku. Keesokannya sepulang sekolah aku kembali lagi ke atap kost-kostan bukan untuk mencari
angin tapi untuk memastikan tidak ada orang disana. Dan benar saja untuk ketiga kalinya aku
melihat perempuan di ujung atap, gadis itu mengenakan cardigan kuning. Kali ini aku harus
menyelamatkannya apapun itu. Aku mendekat hingga ia menyadariku dan melihat kearahku.
‘bunuh diri’ kata gadis itu. Dia tidak basa-basi sepertinya niatnya sudah bulat.
Gadis itu menarik cardigan di daerah lengannya ‘aku capek tidak pulang kerumah pasti ada luka
baru’ kata gadis itu. ‘aku disini untuk mengakhirinya’. Oh tidak..aku tidak bisa membujuk gadis ini
karna sejujurnya.
aku jatuh berlutut, gadis itu menatapku dengan tatapan kosong. Aku mulai menangis ‘tolong jangan
melihatku dengan tatapan itu’
gadis itu menjauh dari ujung atap ‘sepertinya hari ini bukan hariku’ gadis itu mengurungkan niatnya.
Sekarang aku sendirian, berlutut dan menangis sendirian di atap. Aku berdiri dan menyeka air
mataku melepas kepangan rambutku dan melepas bando di kepalaku. Berjalan mendekat ujung atap
aku melepas cardigan kuningku dan melompat.