You are on page 1of 20

LAPORAN PRAKTEK LABOR BAHAN

METALOGRAFI

DISUSUN OLEH

NAMA : MEILENY TRINANDA PUTRI

NO BP : 1901011036

JURUSAN : TEKNIK MESIN

PRODI : D3 TEKNIK MESIN

KELAS :2A
KATA PENGANTAR

Alhamdulilah segala puji bagi allah swt yg telah melimpahkan rahmat dan nikmat nyakepda kita
semua terutama kedapa penulis tentunya,karena berkat rahmat dan karunia itu penulis dapat
meenyelesaikan laporan praktek labor “METALOGRAFI”ini dengan baik dan benar serta tepat
pada waktunya.

Ucapan terimah kasih penulis ucapkan kepada orang tua,teman dan juga kepada instruktur yang
senantiasa membatu penulis selama ini dalam menyelesaikan laporan labor ini tepat pada
waktunya.dan jugha kepada rekan-rekan dan juga kepada pihak yang senantiasa memberikan
saran dan sebagainya kepada penulis.

Penulis menyadari bahwa pada penulisan laporan ini masih jauh dari kata sempurna dan masih
banyak terdapat kekurangan.untuk itu penulis mengharapkan masukkan serta kritikan yang sifat
nya dapat membantu menyempurnakan laporan yang penulis buat ini.dan semoga nanti nya bisa
berguna di masa yang akan datang.

Padang, 31 mei 2021

Meileny Trinanda Putri


DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang

I.2 Tujuan

BAB I LANDASAN TEORI

2.1 Metalografi

2.2 Per lakuan Panas

2.3 Jenis-jenis Perlakuan Panas

BAB III PEMBAHASAN PROFIL PROYEKTOR

3.1 Peralatan dan Bahan

3.2 Langkah Percobaan

BAB IV ANALISA

BAB V PENUTUP

5.1 Kesimpulan

5.2 Saran

DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Logam umumnya sudah menjadi konsumsi masyarakat. Oleh karenanya,
industri-industri logam membuat produk logam sesuai sifat-sifat logam yang
diinginkan oleh konsumen. Sifat-sifat khas bahan industri perlu dikenal secara baik
karena bahan tersebut dipergunakan untuk berbagai macam keperluan dalam berbagai
keadaan. Untuk mengetahui dan mendapatkan suatu sifat logam yang diinginkan
maka perlu dilakukan pengujian. Salah satunya dalam praktikum ini ingin mengetahui
sifat mekanik logam. Banyak cara pegujian sifat mekanik logam diantaranya uji tarik,
uji impak, uji kekerasan serta pengujian metalografi. Pada praktikum ini dilakukan
pengujian metalografi. Metalografi adalah termasuk salah satu jenis pengujian yang
merusak, karena didalam prosesnya dilakukan preparasi spesimen untuk mengetahui
struktur butir specimen yang diuji dalam mikroskop. Dengan cara metalografi ini
dapat diketahui struktur butir, bentuk dan ukuran butir, batas butir serta warna butir.

1.2 Tujuan Percobaan


Tujuan dari praktikum pengujian metalografi ini adalah untuk mempelajari
hubungan antara struktur mikro dari suatu logam dengan sifat mekanisnya, dengan
menggunakan bantuan mikroskop optik.
BAB II
LANDASAN TEORI

2.1 Metalografi
Metalografi merupakan disiplin ilmu yang mempalajari karakteristik
mikrostruktur dan makrostruktur suatu logam, paduan lgam dan material lainnya serta
hubungannya dengan sifat-sifat material atau biasa juga dikatakan suatu proses
mengukur suatu material bahan secara kualitatif maupun kuantitatif berdasarkan
informasi-informasi yang didapatkan dari material yang diamati. Dalam ilmu
metalurgi struktur mikro merupakan hal yang sangat penting untuk dipelajari karena
struktur mikro sangat berpengaruh pada sifat-sifat mekanik suatu logam. Struktur
mikro yang kecil akan membuat kekerasan logam meningkat dan juga sebaiknya,
struktur mikro yang besar akan membuat logam menjadi ulet atau kekerasannya
menurun. Struktur mikro itu sendiri dipengaruhi oleh komposisi kimia dari logam
tersebut serta yang dialaminya. Metalografi bertujuan mendapatkan struktur makro
dan mikro dari suatu logam sehingga dapat dianalisa sifat mekanik dari suatu logam
tersebut. Pengamatan metalografi dibagi menjadi dua, yaitu:
1. Metalografi makro
2. Metalografi mikro
Untuk mengamati struktur mikro yang terbentuk pada logam yang diamati
biasanya memakai mikroskop optik. Sebelum benda uji diamati dengan mikroskop
optik, benda uji terebut harus melewati tahap-tahap preparasi. Tujuannya agar pada sat
mengamati benda yang diuji, struktur mikronya terlihat dengan jelas. Semakin sempurna
preparasi benda yang akan diuji, semakin sempurna gambar yang akan diperoleh Pertumbuhan
perlit meliputi pertumbuhan ferit dan sementit sekaligus secara besamaan. Pertumbuhan
dimulai dengan terjadinya pengintian sementit pada batas-batas butir austenite. Sementit ini
kemudian tumbuh dengan didahului oleh difusi atom-atom karbon. Sehingga di sekitar pelat atau
lapisan sementit merupakan daerah kekurangan karbon, maka bagian ini terjadi pelat-pelat ferit
yang mempunyai kelarutan karbon maksimum 0.025 persen. Petumbuhan sementit terjadi di
mana-mana yang diikuti oleh pertumbuhan ferit, sehingga akhirnya seluruhnya berubah menjadi
perlit.

Struktur mikro meliputi fasa yang setimbang. Fasa yang setimbang adalah fasa yang
terbentuk dari fasa cair ke fasa padat dengan laju pendinginan sangat lambat. Jenis
fasa ini terdiri dari perlit, ferit, austenit dll. yang dapat dianalisis dengan
menggunakan diagram fasa (Fe-C). Fasa yang tidak seimbang adalah fasa yang
terbentuk akibat pendinginan cepat. Jenis ini terdiri atas martensit, bainit, yang dapat
dianalisis dengan menggunakan diagram CCT (Continous-Cooling Tansformation).
Sedangkan ditinjau dari bentuk butir logam memiliki dua bentuk butir, yaitu equxial
dan elongation. Terdapat dua skala pengamatann yaitu:
1. Skala pengamatan makro, yaitu pengamatan dengan perbesaran 10 kali atau
lebih kecil. Yang diamati: Porositas, segregasi pada produk cor, pengotor, jennis perpatahan, dan
homogenitas struktur las.

2. Skala pengamatan mikro yaitu pengamatan 100 kali atau lebih besar. Yang
diamati: fasa, besar butir dan endapan.

Pada metalografi yang diperoleh


dengan suatu analisa kimia dan metalografi logam atau paduannya dan potongannya. Disebabkan
oleh pembawan heteroen dari logam tersebut. Pembawaan ketidak

homogenan dalam suatu logam lebih ditentukan dengan macroetching dan


pemasarannya dapat dilakukan dengan menggunakan luas power mikropis, ini
dinotasikan olah jenis metalografi data yang diperlukan atau dibutuhkan. Pengamatan
microetching dapat memberikan gambaran kondisi dalam mental yang berhubungan
dengan satu arah lebih. Untuk hal-hal berikut:
1. Crystalin Heterogencity, hadir dan meluas yang tergantung pada jalannya
solidifikasi akan tumbuhnya kristalin dari logam atau paduannya.
2. Chemicalin Heterogencity, disebabkan oleh tidak berisinya logam atau
padannya dan lokasi pemisah dari susunan kimia tertentu. Pemisah serupa
dapat dengan sengaja (karbon dalam permukaan baja selama proses
karburasi).
3. Mechanical Heterogencity, timbul dari Cold working atau setiap proses yang
menimbulkan tegangan-tegangan permanen dalam logam yang dituangi.
Sebelum dilakukan pengamatan mikrostruktur dengan mikroskop maka
diperlukan preparassi sampel. Tahapan kerja preparasi sampel:

1. sampel
Dalam pemotongan dan pengambilan sampel, perlu diperhatikan wilayah daerah kerja
sampel yang akan diamati yang biasanya disebut sebagai bidang orientasi dasar,
yaitu:
 Bidan transversal: tegak lurus terhadap sumbu deformasi panas.
 Bidang planar: sejajar dengan sumbu pengerjaan dan memiliki luas
permukaan yang paling besar dan yang paling sering bersinggungan dengan
rol
 Bidang longitudinal: tegak lurus terhadap bidang planar dan sejejar dengan
arah pengerjaan.

2. Pemotongan sampel
Teknik pemotongan sampel dapat dilakukan dengan:
 Pematahan: untuk bahan getas dan keras
 Pengguntingan: untuk baja karbon rendah yang tipis dan linak
 Penggergajian: untuk bahan yang lebih lunak dari 350 HB
 Pemotongan abrasi

3. Pemasangan sampel (mounting)


Prosedur mounting dilakukan apabila sampel terlalu kecil, tak beraturan, sangat lunak
mdah pecah dan berongga. Caranya adalah dengan meletakkan sampel ke dalam
cetakan mounting, lalu masukkan resin yang telah dicampur dengan hardener.
Larutan mounting harus memiliki sifat:
 Tidak beraksi denngan sampel.
 Tidak beraksi denngan sampel.
 Kekentalannya sedang dalam bentuk cair dan bebas udara pada bentuk
padatnya
 Adhesi yang baik dengan sampel
 Kekuatan dan ketahanan yang sama besar dengan sampel
 Kemampuan susut yang rendah permukaan sampel yang akan diuji harus ada
dibagian bawah. Setelah dibiarkan selama 15 menit maka bahan mounting
telah siap dan sampel telah siap dipreparasi dengan langkah berikutnya.

4. Pengamplasan
Pengamplasan bertujuan untuk meratakan dan menghaluskan permukaan sampel yang
akan diamati. Pengamplasan ini dilakukan secara berurutan yaitu dengan memakai
amplas kasar hingga amplas halus. Pemngamplasan kasar dilakukan dengan
menggunakan amplas dengn nomor dibawah 180#, sedangkan pengamplasan halus
menggunakan amplas dengan nomor lebih tinggi dari 180#. Pengamplasan dimulai
dengan meletakkan sampel pada kertas amplas dengan permukaan yang aka diamati
bersentuhan langsung dengan bagian kertas amplas tang kasar, kemudian sampel
ditekan dengan gerakan searah. Selama pengamplasan terjadi gesekan antara
permukaan sampel dan kertas amplas yang memungkinkan terjadinya keaikan suhu
yang dapat mempengaruhi mikrostruktur sampel sehingga diperlukan pendinginan
dengan cara dialiri air. Apabila ingin mengganti arah pengamplasan, Sampel
diusahakan berada pada kedudukan tegak lurus terhadap arah mula-mula.
Pengamplasan selesai spabila tidak teramati lagi adanya goresan-goresan pada
permukaan sampel, selanjutnya sampel siap dipoles.

5. Pemolesan (Polishing)
Pemolesan bertujuan untuk lebih menghaluskan dan melicinkan permuaan 2sampel
yang akan diamati setelah pengamplasan. Seperti halnya pengamplasan, pemolesan
dibagi dua yaitu pemolesan kasar dan halus. Pemolesan kasar menggunakan
abrasive dalam range sekitar 30 - 3 µm, sedangkan pemolesan halus menggunakan
abrasive sekitar 1 µm atau dibawahnya. Sebelum pemolesan dilakukan, sampel
terlebih dahulu dibersihkan dengan air. Pemolesan dimulai dengan menyalakan mesin
poles sambil dialiri air. Sampel digerakkan secara radial dengan bagian permukaan
sampel yang telah dipoles harus dilihat secara berkala. Berikutnya dilakukan
pemolesan halus dengan cara yang sama seperti di atas tetapi dengan mennganti air
dengan autosol.

6. Etsa (etching)
Etsa/etching dilakukan dengan mengikis daerah batas butir sehingga struktur bahan
dapat diamati dengan jelas dengan bantuan mikroskop optik. Zat etsa bereaksi dengan
sampel secara kimia pada laju reaksi yang berbeda tergantung pada batas butir,
kedalaman butir dan komposisi dari sampel. Sampel yang akan dietsa haruslah bersih
dan kering. Selama etsa, permukaan sampel diusahakan harus selalu erendam dalam
etsa. Waktu etsa harus diperkirakan sedemikian sehingga permukaan sampel yang
dietsa tidak sampai gosong karena pengikisan yang terlalu lama. Oleh karena itu
sebelum dietsa, sampel sebaiknya diolesi alkohol untuk memperlambat reaksi. Pada
pengetsaan masing-masing zat etsa yang digunakan memiliki karakteristik tersendiri
sehingga pemilihannya disesuaikan dengan sampel yang akan diamati. Zat etsa yang
umum digunakan untuk baja ialah nitral dan prical. Setelah reaksi etsa selesai, zat esta
dihilangkan dengan cara mencelukan sampel ke dalam air panas. Seandainya tidak
memungkinkan dapat digunakan air bersuhu ruang dan dilanjutkan dengan
pengeringan dengan alat pengering. Permukaan sampel yang telah dietsa tidak boeh
disentuh untuk mencegah permukaan menjadi kusam. Setelah dietsa, sampel siap
untuk diperiksa dibawah mikroskop.

2.2 Perlakuan Panas


Perlakuan panas adalah proses pemanasan dan pendinnginan sebuah logam
dalam keadaan padat untuk mendapatkan perubahan sifat fisik yang diinginkan pada
logam. Satu yang terpenting sifat-sifat mekanik pada baja adalah kemampuan baja
untuk dikeraskan agar tahan karat dan aus atau dilunakkan untuk menigkatkan
kelenturan dan kemampuan pada permesinan. Baja juga mendapatkan perlakuan
panas untuk menghilangkan tegangan dalam, mengurangi ukuran butir-butir atau
meningkatkan kekuatan pada baja. Selama pembuatan, unsur-unsur tertentu
ditambahkan ke baja untuk menghasilkan baja khusus ketika logam mendapatkan
perlakuan panas dengan semestinya. Perlakuan panas pada logam dilakukan dalam tanur
pengatur khusus yang menggunakan gas, minyak atau dengan listrik untuk

memberikan panas. Tanur ini juga harus dilengkapi alat keselamatan tertentu, seperti
pengatur dan alat penunjuk untuk memelihara suhu yang dibutuhkan dalam
pekerjaan. Semua pemasanhan tanur harus dilengkapi tutup uap dan kipas
pembuangan untuk membuang asap hasil dari operasi perlakuan panas atau dalam hal
pemasangan gas untuk pembuangan uap gas. Aplkikasi yang dpaling umum adalah
untuk material logam walaupun perlakuan panas juga digunakan dalam pembuatan
berbagai materi lain, seperti kaca.
Secara umum perlakuan panas adalah memanaskan atau dendinginkan
materia, biasanya dalam suhu ekstrem, untuk mencapai hasil yang diinginkan seperti
pengerasan atau pelunakan material. Yang termasuk teknik perlakuan panas adalah
annealing, case hardening, precipitation strengthening, tempering dan quenching.
Perlu dicatat bahwa walaupun perlakuan panas sengaja dilakukan untuk tujuan
mengubah sifat, pemanasan dan pendinginan sering terjadi secara kebetulan selama
proses manufaktur lain seperti pembentukan panas (hot forming) atau pengelasan.

2.3 Jenis-jenis Perlakuan Panas


Adapun jenis-jenis perlakuan panas, yaitu:

1. Normalisasi (normalizing)
Pengerjaan ini dilakukan dengan memanaskan baja hingga menjadi
fasa austenite penuh dan didinginkan di udara (pendinginan tungku) hingga
mencapai suhu kamar. Fasa yang dihasilkan berstruktur ferrite dan pearlite
tergantung komosisi unsur karbon. Proses normalizing bertujuan untuk
memperbaiki dan menghilangkan struktur butiran kasar dan ketidak
seragaman struktur dalam baja manjadi berstruktur yang normal kembali yang
otomatis mengembalikan keuletan baja lagi. Struktur butiran kasar terbentuk
karena waktu pemanasan dengan temperatur tinggi atau austenite yang
menyebabkan baja berstruktur butiran kasar. Pada proses normalizing ini baja dipanaskan secara
pelan-pelan sampai suhu 20˚C sampai 30˚C diatas suhu

pengerasan, ditahan sebentar lalu didinginkan dengan perlahan dan kontinue.


Proses normalizing ini dilakukan juga sebelum kita melakukan proses soft
annealing.

2. Annealing
Annealing adalah proses pemanasan baja yang diikuti dengan pendinginan
lambat didalam tungku yang dimatikan. Tujuan dari annealing untuk
memperbaiki; mampu mesin, mampu bentuk, keuletan, kehomogenan
struktur, menghilangkan tegangan dalam, dan lain sebagainya.

3. Pengerasan (quenching)
Perlakuan baja ini dilakukan dengan memanaskan baja hingga fasa menjadi
austenite dan didinginkan secara cepat. Media pendinginan cepat seperti air,
oli, garam atau mesia pendinginan lainnya. Tujuan utama perlakuan ini untuk
meningkatkan kekerasan baja. Pengerjaan temper (tempering treatment)
dengan pencelupan cepat. Suhu pemanasan adalah agak rendah dibawah suhu
transformasi eutectoid. Tujuan utama yaitu mengurangi nilai kekerasan logam
sehingga keuletan (ductility) logam akan naik. Beberapa variabel penting
dalam perlakuan temper adalah temperatur, waktu pemanasan dan lain-lain.

4. Pembebasan tegangan (stress relieving)


Perlakuan ini bertujuan untuk menghilangkan tegangan sisa di dalam
logam baja akibat perlakuan logam seperti proses las, produk cor-coran,
pengerjaan dingin, pencelupan cepat dan sebagainya. Proses ini dengan
memanaskan hingga temperatur mendekati suhu temperatur, ditahan untuk
beberapa saat kemudian didinginkan di udara.

5. Speroidisasi (speroidizing)
Perlakuan ini bertujuan untuk menghilangkan tegangan sisa di dalam
logam baja akibat perlakuan logam seperti proses las, produk cor-coran,
pengerjaan dingin, pencelupan cepat dan sebagainya. Proses ini dengan
memanaskan hingga temperatur mendekati suhu temperatur, ditahan untuk
beberapa saat kemudian didinginkan di udara. Perlakuan pemanasan untuk
menghasilkan karbida yang berbentuk bulat (globular) di dalam logam baja.
BAB III
METODE PENGUJIAN

3.1 Alat dan Bahan


a. Alat
 Mesin gerinda dan perlengkapannya
 Mesi poles dan perlengkapannya
b. Bahan
 Benda uji (baja, kuningan, aluminium)
 Kertas amplas grit 880, 120, 150, 240, 400, 800, 1000, dan 1500
 Pasta aluminium kompon
 Larutan etsa nithal
 Resin (C7H802)
3.2 Langkah Kerja
1. Mounthing
 Pasang trust cup diatas trust pad pada posisisi menutup
 Plug dipasang pada bagian bawah cylinder mould
 Bahan yang telah dipotong dimasukkan pada mould cylinder
 Tuas pompa naik turunkan sehingga trust cup naik sampai diatas
 Masukan resin pda mould cylinder
 Pasang plug pada bagian atas mould cylinder dan tempatkan trust pin pada mulut
cylinder mould
 Heater dipanaskan selama 3 menit
 Tuas pompa dinaik turunkan sampai tekanan tertentu selama 6 menit untuk
bakalit dan DAP tekanannya : 150 – 300 bar
 Heater dimatikan dan tekanan diturunkandengan memutar tombol pelepas tekanan
 Air pendingin dialirkan selama 2 menit
 Trust cup dibalik, tuas pompa dinaik turunkan sampai benda kerja masuk ke trust
cup
 Ambil benda kerja kemudian lihat hasilnya
 Benda kerja dilanjutkan ke mesin poles

2. Pengamplasan
 Pasang amplas dengan ukuran paling kasar yaitu grit 80 pada piringan mesin.
Lalu lakukan pengamplasan selama 15 menit
 Kontrol aliran air saat mengamplas
 Setelah selesai tukar kertas amplas secara bertahap dari kasar ke halus, lakukan
seperti sebelumnya
 Pastikan benda haasil pengamplasan datar
3. Polishing
 Pasang kain amplas khusus (polishing cloth)
 Oleskan pasta aluminium compon pada benda uji
 Letakkan benda uji di atas kain amplas tadi dengan bagian yang dioleskan
menghadap kain
 Hidupkan mesin dan lakukan pemolesan selama 30 menit supaya bagian benda
yang di amplas tadi mengkilap
 Setelah selasai ambil benda kerja, lalu bersihkan dengan tissue

4. Mengetsa
 Teteskan reagen etsa pada cawan secukupnya
 Jepit benda kerja denga penjepit
 Benda kerja dicelupkan kedalam reagenetsa selama beberapa detik
 Setelah beberapa detik angkat benda kerja lalu bersihkan dengan air mengalir lalu
dilanjutkan dibersihkan dengan alkohol
 Benda kerja dibersihkan dengan kertas pembersih
 Keringkan benda kerja dengan alat pengering

5. Mengamati
 Siapkan mikroskop dengan perlengkapannya
 Letakkan benda uji dibawah lensa objektif mikroskop
 Pengamatan dilakukan dengan lensa objektif yang paling kecil
 Seteleh itu dilanjutkan dengan memeriksa struktur mikro di bawah mkroskop
 Mulailah dengan jarak paling dekat antara lensa objektif denga bendaa kerja
untuk menghindari terjadinya benturan antara lensa dengan benda kerja
 Setelah terlihat amati struktur mikro benda tersebut

6. Memotret
 Pasangkah film kedalam kamera
 Pasangkan kamera pada mikroskop
 Buanglah zexpose dari film tersebut
 Fokuskan jarak antara lensa dengan benda kerja dengan memutar roda tangan dari
mikroskop
 Atur fokus kamera dengan benda kerja dengan memutar lensa pengatur fokus
 Atur ASA konttrol sesuai dengan ASA film yang digunakan
 Setelah pas lakukanlah pemotretan

BAB IV
ANALISA

A. Baja
Bahan etsa    :      Selama 5 detik
Pembesaran  :      Pembesaran 100X
Pembesaran 200X
Pembesaran 400X
Pembesaran 1000X
Benda uji diberi larutan etsa dan dicuci dengan alkohol selama beberapa detik bila melebihi waktu
maka permukaan akan terlihat semacam terbakar, oleh karena itu pengetsaan dilakukan selama 5 – 10
detik. Permukaan tersebut tampak seperti pada gambar dibawah ini pada pembesaran 100X, 200X,
400X, dan 1000X.

Gambar 3.5 Benda uji Pembesaran 100X setelah etsa


Gambar 3.6 Benda uji Pembesaran 200X setelah etsa

Gambar 3.7 Benda uji Pembesaran 400X setelah etsa

Gambar 3.8 Benda uji Pembesaran 1000X setelah etsa

Dari hasil pengamatan dapat dilihat struktur yang paling dominan terdapat dalam unsur baja
karbon adalah struktur ferrite dan pearlite baik pembesaran 100X, 200X, 400X, dan 1000X. Pada gambar
terlihat tampak sebagian hitam dan putih serta putih yang dipisahkan oleh garis yang tidak beraturan.
Bercak – bercak putih ini dinamakan dengan ferrite yang memiliki sifat lunak (soft), ulet (ductile), dan
magnetik (magnetic) hingga temperatur tertentu, sedangkan bercak – bercak yang tampak hitam dan
putih  pada gambar dinamakan dengan pearlite memiliki sifat yang lebih keras dan kuat daripada ferrite,
ini disebabkan oleh adanya fase cementite atau carbide dalam bentuk lamel-lamel.
Garis yang tidak beraturan ini adalah pembatas butir antara satu butir dengan butir lainnya oleh
karena garis pembatas tersebut maka dapat dilihat bahwa ukuran butir menjadi sangat beragam mulai
dari yang paling kecil, sedang hingga yang terbesar dengan bentuk yang tidak beraturan juga.
Banyak jumlah butir didalam logam ini pada pembesaran 1000X adalah sebagai berikut            :
Jumlah butir         : - Full    :   
-  Half : 

Jadi jumlah butir secara keseluruhan pada pembesaran 1000X ini berjumlah 18 butir.

B. Kuningan
Perbesaran 100X

Kuningan dengan Zn 28% pasca pegecoran.

(Dendrit-dendrit kristal α inhomogen)

Perbesaran 100X
Kuningan dengan Zn 47,5% pasca pegecoran.

Perbesaran 100X

Kuningan dengan Zn 52% pasca pengecoran

C. Aluminium
Gambar diatas terlihat penampang memanjang dan melintang dari struktur mikro eutektik
aluminium dan Al3 Ni. Bagian yang lebih terang adalah matrik kontinu aluminium. Fasa yang
gelap adalah serabut Al3 Ni yang keras dan merupakan ikatan antara aluminium dan nikel.
Strukturmikro ini secara geometrik sebanding dengan polimer yang diperkuat degan serabut
gelas.

BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Setelsh melakukan percobaan dan menganalisa data yang didapat penulisdapat
mengambil kesimpulan:
1. Dengan melakukan percobaan metalogarfi maka kita dapat mengetahui struktuk mikro
dan fasa yang terdapat pada logam dan paduannya
2. Jika larutan etsa diberikan lebih dari 10 detik maka permukaan rusak atau terlihat seperti
hangus
3. Fasa-fasa pearlite, ferrite, cementite, metansite, ladaburite, dan lainnya adalah jenis-jenis
mikro struktur yang terdapat pada logam

5.2 Saran
1. Sebelum melakukan percobaan hendaklah berdoa dahulu supaya diberikan kelancaran
dan keselamatan
2. Setelah itu siapkan bahan dan peralatan yang diperlukan
3. Sebelum melakukan pratikum paastikan memami setiap langkah kerjanya
4. Jaga selalu keselamatan diri, alat, dan lingkungan selama praktikum

DAFTAR PUSTAKA

Davis, H.E, dan G.E, Troxell, “The Testing and Inspection of Engineering
Material”, Mc. Graw-Hill, New York, 1964.

“Job sheet Labor Pengujian Bahan dan Metrologi 2”, D3 Teknik Mesin, Politeknik Negeri
Padang, Padang, Sumatera Barat, 2021.

You might also like