You are on page 1of 23

MAKALAH

PERENCANAAN PENDIDIKAN

PENDEKATAN, METODE DAN TEKNIK-TEKNIK YANG


DIGUNAKAN DALAM PERENCANAAN PENDIDIKAN
Untuk Memenuhi Tugas
Mata Kuliah Perencanaan Pendidikan

Dosen: Dr. Nurbaiti, M.Pd.

Oleh :

1. Ade Ikhtiar (2.16.04.00.200)


2. Singgih Aji Purnomo (2.16.04.00.221)

PROGRAM MAGISTER (S2)


PROGRAM STUDI MANAJEMEN PENDIDIKAN ISLAM
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM (STAI) ALHIKMAH
JAKARTA
2017
i

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, puji syukur mari kita panjatkan kehadirat Allah SWT,


dengan kasih sayang-Nya, telah melimpahkan nikmat tak terhingga yang takkan
mungkin dapat dihitung meski seluruh lautan dijadikan tinta untuk
menuliskannya. Terlebih atas nikmat terbesar yang telah Dia berikan, yaitu nikmat
iman dan Islam.

Shalawat dan salam semoga tercurah kepada revolusioner terbaik sepanjang


masa, pencetak sejarah kebenderangan dunia, Nabi Muhammad SAW.

Pada kesempatan ini, Kami sangat bersyukur mendapat kesempatan


menyusun karya tulis berbentuk makalah yang berjudul “Pendekatan, Metode dan
Teknik-Teknik yang digunakan dalam Perencanaan Pendidikan”. Makalah ini
merupakan tugas pada mata kuliah Perencanaan Pendidikan Semester II program
studi Manajemen Pendidikan Islam (MPI) Sekolah Tinggi Agama Islam (STAI)
ALHIKMAH Jakarta.

Terima kasih terhatur kepada orang tua Kami yang tak pernah lelah
membimbing Kami dengan segenap cinta kasihnya, kepada dosen mata kuliah
Perencanaan Pendidikan yang dengan gigih memotivasi kita semua untuk terus
maju dan berkarya, serta kepada semua pihak yang tentunya begitu banyak
membantu hingga terselesaikannya penulisan makalah ini.

Semoga Allah SWT senantiasa memberi jalan kepada kita untuk selalu
memperbaiki diri dan memperoleh manfaat dari setiap detik yang berlalu. Amin.

Tangerang Selatan, 9 Maret 2017


Penyusun,
ii

DAFTAR ISI
COVER
KATA PENGANTAR ..................................................................................... i
DAFTAR ISI .................................................................................................... ii
BAB I. PENDAHULUAN
A. Latar Balakang......................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ................................................................... 2
C. Tujuan dan Manfaat ................................................................. 2
BAB II. PEMBAHASAN
A. Pendekatan dalam Perencanaan Pendidikan ............................ 3
B. Metode dalam Perencanaan Pendidikan .................................. 10
C. Teknik-teknik dalam Perencanaan Pendidikan ....................... 13
BAB III. PENUTUP
A. Kesimpulan .............................................................................. 19
B. Saran ........................................................................................ 19
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 20
1

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Perencanaan (planning) merupakan fungsi awal dari serangkaian
aktivitas manajemen dalam mencapai tujuan secara efektif dan efisien,
sebelum fungsi berikutnya yaitu organizing, actuating, dan controlling.
Menurut anderson dalam syafaruddin, perencanaan adalah pandangan masa
depan dan menciptakan kerangka kerja untuk mengarahkan tindakan
seseorang di masa depan.
Perencanaan pendidikan pada hakikatnya adalah proses pemilihan
yang sistematis, analisis yang rasional mengenai apa yang akan dilakukan,
bagaimana melakukannya, siapa pelaksananya dan kapan suatu kegiatan
dilaksanakan dalam rangka meningkatkan mutu pendidikan lebih efektif dan
efisien, sehingga proses pendidikan itu dapat memenuhi tuntutan atau
kebutuhan masyarakat. Dengan demikian seperti dikemukakan oleh
burhanuddin, maka terdapat empat aspek yang berkaitan dengan
perencanaan pendidikan tersebut yaitu berhubungan dengan masa depan,
adanya seperangkat kegiatan, adanya proses yang sistematis, dan adanya
tujuan.
Perencanaan dalam dunia pendidikan, terutama dalam sebuah lembaga
pendidikan, memang sangatlah penting, sebab perencanaan tersebut
kedepannya akan berperan vital sebagai petunjuk dalam gerak langkah
lembaga tersebut. Namun demikian, model perencanaan dalam sebuah
lembaga pendidikan tentunya akan sangat berbeda dengan perencanaan
dalam sebuah perusahaan. Perusahaan yang notabene berorientasi profit,
tentu saja „memproses‟ benda mati, baik berupa barang maupun jasa. Di lain
pihak, lembaga pendidikan, atau dapat disebut sebagai sekolah,
„memproses‟ manusia dengan segala sifat-sifat kemanusiaannya yaitu hidup
dan berkembang.
Perencanaan dalam sebuah lembaga pendidikan, tentunya tidak boleh
melenceng dari tujuan pendidikan itu sendiri, karena tujuan itulah yang
2

nantinya akan menjadi titik tolak penyusunan sebuah kerangka rencana. Dan
agar sebuah perencanaan dalam lembaga pendidikan tersebut tidak
melenceng dari tujuan pendidikan itu sendiri, harus digunakan sebuah
pendekatan, metode, dan teknik-teknik perencanaan yang sesuai dan tepat.
Oleh karena itu, dalam makalah ini akan dibahas tentang pendekatan,
metode, dan teknik-teknik perencanaan pendidikan.
B. Rumusan Masalah
Adapun masalah yang akan dibahas dalam makalah ini adalah sebagai
berikut:
1. Bagaimana pendekatan yang digunakan dalam perencanaan pendidikan?
2. Bagaimana metode yang digunakan dalam perencanaan pendidikan?
3. Bagaimana teknik-teknik yang digunakan dalam perencanaan
pendidikan?
C. Tujuan dan Manfaat
1. Mahasiswa mengetahui pendekatan dalam perencanaan pendidikan.
2. Memberikan penjelasan kepada mahasiswa mengenai bagaimana
mengetahui metode yang digunakan dalam perencanaan pendidikan.
3. Mahasiswa mengetahui teknik-teknik yang digunakan dalam
perencanaan pendidikan.
3

BAB II
PEMBAHASAN

A. Pendekatan dalam Perencanaan Pendidikan


Menurut para ahli, ada beragam pendekatan perencanaan pendidikan, yaitu:
pendekatan kebutuhan sosial (social demand approach); pendekatan
ketenagakerjaan (manpower approach); pendekatan keefektifan biaya (cost
effectiveness approach), dan pendekatan integratif. Berikut ini akan dijelaskan
secara singkat keempat pendekatan perencanan pendidikan tersebut.
1. Pendekatan Kebutuhan Sosial (social demand approach)
Perencanaan pendidikan yang menggunakan pendekatan kebutuhan
sosial, oleh para ahli disebut pendekatan yang bersifat tradisional, karena
fokus atau tujuan yang hendak dicapai dalam pendekatan kebutuhan sosial ini
lebih menekankan pada: (1) tercapainya pemenuhan kebutuhan atau tuntutan
seluruh individu terhadap layanan pendidikan dasar; (2) pemberian layanan
pembelajaran untuk membebaskan populasi usia sekolah dari tuna aksara
(buta huruf); dan (3) pemberian layanan pendidikan untuk membebaskan
rakyat dari rasa ketakutan dari penjajahan, dari kebodohan dan dari
kemiskinan. Oleh karena itu pendekatan kebutuhan sosial ini biasanya
dilaksanakan pada negara-negara yang baru meraih kemerdekaan dari
penjajahan, dengan kondisi masyarakat pribumi yang terbelakang
pendidikannya dan kondisi sosial ekonominya.
Apabila pendekatan kebutuhan sosial ini dipakai, maka ada beberapa
hal yang perlu dipertimbangkan atau diperhatikan oleh penyusun perencanaan
dalam merancang perencanaan pendidikan, antara lain: (1) melakukan analisis
tentang pertumbuhan penduduknya; (2) melakukan analisis tentang tingkat
partisipasi warga masyarakatnya dalam pelaksanaan pendidikan, misalnya
melakukan analisis persentase penduduk yang berpendidikan dan yang tidak
berpendidikan, yang dapat memberikan kontribusi dalam peningkatan
layanan pendidikan di setiap satuan pendidikan; (3) melakukan analisis
tentang dinamika atau gerak (mobilitas) peserta didik dari sekolah tingkat
dasar sampai perguruan tinggi, misalnya kenaikan kelas, kelulusan, dan
4

dropout; (4) melakukan analisis tentang minat atau keinginan warga


masyarakat tentang jenis layanan pendidikan di sekolah; (5) melakukan
analisis tentang tenaga pendidik dan kependidikan yang dibutuhkan, dan
dapat difungsikan secara maksimal dalam proses layanan pendidikan; dan (6)
melakukan analisis tentang keterkaitan antara output satuan pendidikan
dengan tuntutan masyarakat atau kebutuhan sosial di masyarakat (Sa‟ud, S.
dan Makmun A,S. 2007; Usman, H. 2008).
Ada beberapa kelebihan dan kekurangan penggunaan pendekatan
kebutuhan sosial dalam perencanaan pendidikan. Diantara sisi positif
pendekatan ini antara lain: (1) pendekatan ini lebih cocok untuk diterapkan
pada masyarakat atau negara yang baru merdeka dengan kondisi kebutuhan
sosial, khususnya layanan pendidikan masih sangat rendah atau masih banyak
yang buta huruf; dan (2) pendekatan ini akan lebih cepat dalam memberikan
pemerataan layanan pendidikan dasar yang dibutuhkan pada warga
masyarakat, karena keterbelakangan di bidang pendidikan akibat penjajahan,
sehingga layanan pendidikan yang diberikan langsung bersentuhan dengan
kebutuhan sosial yang mendasar yang dirasakan oleh masyarakat. Sedangkan
sisi kelemahan pendekatan kebutuhan sosial ini antara lain: (1) pendekatan ini
cederung hanya untuk menjawab persoalan yang dibutuhkan masyarakat pada
saat itu, yaitu pemenuhan kebutuhan atau tuntutan layanan pendidikan dasar
sebesar-besarnya, sehingga mengabaikan pertimbangan efisiensi pembiayaan
pendidikan; (2) pendekatan ini lebih menekankan pada aspek kuantitas
(jumlah yang terlayani sebanyak-banyaknya), sehingga kurang
memperhatikan kualitas dan efektivitas pendidikan, oleh karena itu
pendekatan ini terkesan lebih boros; (3) pendekatan ini mengabaikan ciri-ciri
dan pola kebutuhan man power yang diperlukan di sektor kehidupan
ekonomi, dengan demikian hasil atau output pendidikan cenderung kurang
bisa memenuhi tuntutan kebutuhan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi
terkini; dan (4) pendekatan ini lebih menekankan pada aspek pemerataan
pendidikan (dimensi kuantitatif) dan kurang mementingkan aspek kualitatif.
Disamping itu pendekatan ini kurang memberikan jawaban yang
5

komprehensif dalam upaya pencapaian tujuan pendidikan, karena lebih


menekankan pada aspek pemenuhan kebutuhan sosial, sementara aspek atau
bidang kehidupan yang lain kurang diperhatikan.
2. Pendekatan Ketenagakerjaan (manpower approach)
Yang dimaksud dengan pendekatan ketenagakerjaan (manpower
approach) menurut A. W. Guruge (1972): “Gearing on educational eforts to
the fulfiment of national man power requirement.” Jadi menurut Guruge
pendekatan ini bertujuan mengarahkan kegiatan pendidikan kepada usaha
untuk memenuhi kebutuhan nasional akan tenaga kerja (man power atau
person power).1
Perencanaan pendidikan yang menggunakan pendekatan ini lebih
mengutamakan keterkaitan antara output (lulusan) layanan pendidikan di
setiap satuan pendidikan dengan tuntutan atau keterserapan akan kebutuhan
tenaga kerja di masyarakat. Apabila pendekatan ini dipakai oleh para
penyusun perencanaan pendidikan, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan,
antara lain: (1) melakukan kajian atau analisis tentang beragam kebutuhan
yang diperlukan oleh dunia kerja yang ada di masyarakat secermat mungkin;
(2) melakukan kajian atau analisis tentang beragam bekal pengetahuan dan
ketrampilan apa yang perlu dimiliki oleh peserta didik agar mereka mampu
menyesuaikan diri secara cepat (adaptif) terhadap perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi yang terjadi di dunia kerja; dan (3) mengkaji atau
menganalisis tentang sistem layanan pendidikan yang terbaik dan mampu
memberikan bekal yang cukup bagi siswa untuk terjun di dunia kerja, oleh
karena itu perlu dilakukan analisis peluang kerja dan menjalin kerjasama
antara lembaga pendidikan dengan dunia usaha dan industri (link and match).
Ada beberapa kelebihan dan kelemahan dari perencanaan pendidikan
yang menggunakan pendekatan ketenagakerjaan, yaitu: Pertama, beberapa
kebaikan dari pendekatan perencanaan pendidikan ketenagakerjaan, antara
lain: (1) proses pembelajaran atau layanan pendidikan di satuan pendidikan

1
Udin Syaifuddin Sa‟ud dan Abin Syamsuddin Makmun, Perencanaan Pendidikan Suatu
Pendekatan Komprehensif, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2011), Cet Ke-5, h. 240.
6

mempunyai aspek korelasional yang tinggi dengan tuntutan dunia kerja yang
dibutuhkan masyarakat; dan (2) pendekatan ini mengharuskan adanya
keterjalinan yang erat antara lembaga pendidikan dengan dunia usaha dan
industri, hal ini tentu sangat positif untuk meminimalisir terjadinya
kesenjangan antara dunia pendidikan dengan dunia industri-usaha.
Kedua, beberapa kelemahan dari pendekatan perencanaan pendidikan
ketenagakerjaan, antara lain: (1) mempunyai peranan yang terbatas terhadap
perencanaan pendidikan, karena pendekatan ini telah mengabaikan peran
sekolah menengah umum, dan lebih mengutamakan sekolah menengah
kejuruan untuk memenuhi kebutuhan dunia kerja. Dalam realitasnya masih
banyak lulusan sekolah menengah kejuruan yang menganggur (output-nya
tidak terserap di dunia kerja); (2) perencanaan ini lebih menggunakan
orientasi, klasifikasi, dan rasio antara permintaan dan persediaan; dan (3)
tujuan utamanya untuk memenuhi tuntutan dunia kerja, sedangkan disisi lain
tuntutan dunia kerja selalu berubah-ubah (bersifat dinamik) begitu cepat,
sehingga lembaga pendidikan kejuruan sering kurang mampu
mengantisipasinya dengan baik (Vebriarto. 1982; Abin, S. Makmun, dkk.
2001; Usman, H. 2008).
3. Pendekatan Keefektifan Biaya (cost effectiveness approach)
Pendekatan ini berorientasi pada konsep Investment in human capital
(investasi pada sumber daya manusia). 2 Pendekatan ini sering disebut
pendekatan untung rugi. Diantara ciri-ciri pendekatan ini antara lain: (1)
pendidikan memerlukan biaya investasi yang besar, oleh karena itu
perencanaan pendidikan yang disusun harus mempertimbangkan aspek
keuntungan ekonomis; (2) pendekatan ini didasarkan pada asumsi, bahwa: (a)
kualitas layanan pendidikan akan menghasilkan output yang baik dan secara
langsung akan memberi kontribusi pada pertumbuhan ekonomi masyarakat;
(b) sumbangan seseorang terhadap pendapatan nasional adalah sebanding
dengan tingkat pendidikannya; (c) perbedaan pendapatan seseorang di
masyarakat, ditentukan oleh kualitas pendidikan bukan ditentukan oleh latar

2
Ibid., h. 245.
7

belakang sosialnya; (3) perencanaan pendidikan harus betul-betul


diorientasikan pada upaya meningkatkan kualitas SDM (penguasaan Iptek),
dan dengan tersedianya kualitas SDM, maka diharapkan income masyarakat
akan meningkat; dan (4) program pendidikan yang mempunyai nilai
ekonomis tinggi akan menempati prioritas pembiayaan yang besar.
Ada beberapa kelebihan dan kelemahan dari perencanaan pendidikan
dengan pendekatan keefektifan biaya, yaitu. Pertama, kelebihan pendekatan
keefektifan biaya, antara lain: (a) perencanaan pendidikan yang disusun akan
mempunyai aspek fungsional dan keuntungan ekonomis, sehingga bentuk-
bentuk layanan pendidikan yang dianggap kurang produktif bisa ditiadakan
melalui pendekatan efisiensi investasi; dan (b) pendekatan ini selalu memilih
alternaif yang menghasilkan keuntungan lebih banyak daripada biaya yang
dikeluarkan.
Kedua, kelemahan pendekatan keefektifan biaya, antara lain: (a) akan
mengalami kesulitan dalam menentukan secara pasti biaya dan keuntungan (cost and
benefit) dari layanan pendidikan, terlebih apabila digunakan mengukur keuntungan
untuk periode atau masa yang akan datang; (b) sangat sulit untuk mengukur secara
pasti atau menghitung keuntungan (benefit) yang dihasilkan oleh seseorang dalam
lapangan pekerjaan yang dikaitkan dengan layanan pendidikan sebelumnya; (c)
pendekatan ini mengabaikan hubungan antara penghasilan seseorang dengan faktor
internal individu (misalnya, motivasi, disiplin nurani, kelas sosial, orientasi hidup
individu, dan sejenisnya), dan hanya melihat hubungan antara tingkat pendidikan
dengan penghasilan; (d) perbedaan pendapatan seseorang sebenarnya tidak semata-
mata menunjukkan kemampuan produktivitas individual, tetapi ada faktor lain yang
ikut menentukan yaitu faktor konvensi sosial atau banyak dipengaruhi dari kerja
kelompok; dan (e) keuntungan dari pendidikan pada dasarnya tidak hanya diukur
berupa keuntungan finansial (material), tetapi juga dapat dilihat dari keuntungan
sosial-budaya (Abin, S. Makmun, dkk. 2001; Sa‟ud, S. dan Makmun A,S. 2007).
4. Pendekatan Integratif
Perencanaan pendidikan yang menggunakan pendekatan integrasi
(terpadu) dianggap sebagai pendekatan yang lebih lengkap dan relatif lebih
baik daripada ketiga pendekatan di atas. Pendekatan ini sering disebut dengan
8

„pendekatan sistemik atau pendekatan sinergik‟. Diantara ciri atau


karakteristik pendekatan integratif adalah, bahwa perencanaan pendidikan
yang disusun berdasarkan pada: (1) keterpaduan orientasi dan kepentingan
terhadap pengembangan individu dan pengembangan sosial (kelompok); (2)
keterpaduan antara pemenuhan kebutuhan ketenagakerjaan (bersifat
pragmatis) dan juga mempersiapkan pengembangan kualitas akademik
(bersifat idealis) untuk mempersiapkan studi lanjut; (3) keterpaduan antara
pertimbangan ekonomis (untung rugi), dan pertimbangan layanan sosial-
budaya dalam rangka memberikan kontribusi terhadap terwujudnya integrasi
sosial-budaya; (4) keterpaduan pemberdayaan terhadap sumber daya
lembaga, baik sumber daya internal maupun sumber daya eksternal; (5)
konsep bahwa seluruh unsur yang terlibat dalam proses layanan pendidikan
(pelaksanaan program) di setiap satuan pendidikan merupakan „suatu sistem’;
dan (6) konsep bahwa kontrol dan evaluasi pelaksanaan program
(perencanaan pendidikan) melibatkan semua pihak yang berkaitan dengan
proses layanan kualitas pendidikan, dengan tetap berada dalam komando
pimpinan atau kepala satuan pendidikan. Sedangkan pihak-pihak yang dapat
terlibat dalam proses evaluasi pelaksanaan perencanaan pendidikan di setiap
satuan pendidikan adalah: (a) Kepala sekolah; (b) Guru; (c) Siswa; (d)
Komite Sekolah, (e) Pengawas sekolah; dan (f) Dinas pendidikan (Vebriarto.
1982; Soenarya, E. 2000; Depdiknas, 2001, 2006).
Sedangkan kelebihan dan kelemahan pendekatan perencanaan
pendidikan integrasi atau terpadu adalah: Pertama, kelebihan pendekatan
terpadu antara lain: (1) semua sumber daya (internal-eksternal) yang dimiliki
dalam proses pengembangan pendidikan akan terberdayakan secara baik dan
seimbang; (2) dalam proses pelaksanaan program atau perencanaan
pendidikan memberikan peluang secara maksimal kepada setiap warga
sekolah (kepala sekolah, guru, karyawan, siswa dan komite sekolah (tokoh
dan orang tua wali siswa) untuk berkontribusi secara positif sesuai dengan
status dan peran masing-masing; (3) peluang untuk pencapaian tujuan
pendidikan yang telah dirumuskan akan lebih efektif, karena dalam
9

perencanaan terpadu memberikan porsi yang cukup besar bagi


pemberdayakan semua potensi yang dimiliki secara kelembagaan, dan
menuntut partisipasi aktif dari semua warga sekolah; (4) perencanaan
pendidikan yang terpadu akan mampu menghadapi perubahan atau dinamika
kehidupan sosial, ekonomi dan budaya atau tingkat kompetisi yang begitu
tinggi di semua bidang kehidupan di era globalisasi; (5) pelaksanaan
pendekatan perencanaan pendidikan terpadu secara baik akan mampu
mensosialisasi dan menginternalisasi setiap warga sekolah, untuk
membangun sikap mental dan pola perilaku yang integral atau
multidimensional atau komprehensif dalam memahami dan melaksanakan
setiap agenda kehidupan di masyarakat; dan (6) output dari proses layanan
pendidikan pada peserta didik akan lebih menampilkan potret hasil
pendidikan yang lengkap, baik kualitas akademiknya, kualitas kepribadiannya
dan kualitas ketrampilannya.
Kedua, kelemahan pendekatan terpadu antara lain: (1) pendekatan ini
memerlukan ketersediaan kualitas sumber daya manusia (pendidik dan tenaga
kependidikan), khususnya kualitas pengetahuan, mentalitas atau
kepribadiannya, dan spiritualnya. Dalam realitasnya menurut data Depdiknas
2006-2007, khususnya tentang kualitas tenaga pendidik (guru) secara makro
(Nasional) dari jenjang pendidikan paling dasar sampai menengah atas yang
betul-betul telah memenuhi standar kualitas guru yang professional masih
kurang dari 20 %, atau kurang lebih 80 % guru-guru di Indonesia belum
memiliki kualifikasi sebagai guru yang profesional (Arifin, 2007). Hal ini
tentu sangat menyulitkan proses pelaksanaan perencanaan pendidikan yang
integratif; (2) perencanaan pendidikan terpadu menuntut kualitas pengelolaan
manajemen kelembagaan secara transparan, akuntabel, demokratik dan
visioner. Dalam realitasnya masih banyak dijumpai pola pengelolaan
manajemen di setiap satuan pendidikan yang tidak selaras dengan prinsip-
prinsip Manajemen Peningkatan Mutu Berbasis Sekolah (MPMBS); dan (3)
perencanaan pendidikan terpadu menuntut kualitas peran serta masyarakat
(PSM), dalam meningkatkan layanan pendidikan di setiap satuan pendidikan,
10

khususnya dalam melaksanakan empat peran penting, yaitu sebagai: (a)


pemberi pertimbangan (advisory); (b) pendukung (supporting); (c) pengontrol
(controlling); dan (d) mediator (Depdiknas, 2006). Dalam realitasnya
keempat peran tersebut belum terlaksana dengan baik di setiap lembaga atau
satuan pendidikan.
Jadi, uraian tentang kelemahan pendekatan integratif atau terpadu atau
sistemik sejatinya tidak menyangkut ranah konseptual, tetapi lebih
bersentuhan pada tataran unsur pendudukung dalam pelaksanaan program
(aplikasinya). Oleh karena itu secara konseptual pendekatan perencanaan
integrasi merupakan pendekatan yang paling baik apabila dibandingkan
dengan pendekatan yang lain yang lebih bersifat parsial (sektoral). Hal yang
paling kunci untuk mendukung pelaksanaan program pendidikan pada
perencanaan pendidikan integratif adalah: (a) terus mendorong
pengembangan kualitas SDM warga sekolah; (b) terus meningkatkan kualitas
manajemen satuan pendidikan berdasarkan prinsip-prinsip MPMBS; dan (c)
terus meningkatkan kualitas peran serta masyarakat (PSM) untuk mencapai
tujuan pendidikan.
B. Metode Dalam Perencanaan Pendidikan
Ada banyak metode yang digunakan dalam perencanaan, akan tetapi yang
biasa dipakai dalam perencanaan pendidikan adalah yang ditemukan oleh Augus
W Smith (1982) menyebutkan ada 8 metode perencanaan pendidikan antara lain3:
1. Metode mean-ways-end analysis (analisis mengenai alat-cara-tujuan)
Metode ini digunakan untuk meneliti sumber-sumber dan alternatif
untuk mencapai tujuan tertentu. Tiga hal yang perlu dianalysis dalam metode
ini, yaitu: means yang berkaitan dengan sumber-sumber yang diperlukan,
ways yang berhubungan dengan cara dan alternatif tindakan yang dirumuskan
dan bakal dipilih dan ends yang berhubungan dengan tujuan yang hendak
dicapai. Ketiga aspek tersebut ditelaah dan dikaji secara timbal balik.

3
Nanang Fattah, Landasan Manajemen Pendidikan, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya,
2013), Cet Ke-12, h.52.
11

2. Metode input-output analysis (analisis masukan dan keluaran)


Metode ini dilakukan dengan mengadakan pengkajian terhadap
interelasi dan interdependensi berbagai komponen masukan dan keluaran dari
suatu system. Metode ini dapat digunakan untuk menilai alternative dalam
proses transformasi.
3. Metode econometric analysis (analisa ekonometrik)
Metode ini menggunakan data empirik, teori ekonomi dan statistika
dalam mengukur perubahan dalam kaitan dengan ekonomi. Metode
ekonometrik mengembangkan persamaan-persamaan yang menggambarkan
hubungan ketergantungan di antara variable-variabel yang ada dalam suatu
system.
4. Metode Cause-effect diagram (diagram sebab akibat)
Metode ini digunakan dalam perencanaan dengan menggunakan sikuen
hipotetik untuk memperoleh gambaran tentang masa depan. Metode ini
sangat cocok untuk perencanaan yang bersifat strategic.
5. Metode Delphi
Menurut Nanang Fattah metode Delphi bertujuan untuk menentukan
sejumlah alternative program. Mengeksplorasi asumsi-asumsi atau fakta yang
melandasi “Judgments” tertentu dengan mencari informasi yang dibutuhkan
untuk mencapai suatu consensus. Biasa metode ini dimulai dengan
melontarkan suatu masalah yang bersifat umum untuk diidentifikasi menjadi
masalah yang lebih spesifik. Partisipan dalam metode ini biasanya orang yang
dianggap ahli dalam disiplin ilmu tertentu.
Sedangkan menurut Sudjana, metode Delphi digunakan untuk
menghimpun keputusan-keputusan tertulis yang diajukan oleh calon peserta
didik atau para pakar yang tempat tinggalnya tersebar dan mereka tidak dapat
berkumpul atau bertemu muka dalam menentukan keputusan inti. Metode ini
pada dasarnya merupakan proses kegiatan kelompok dengan menggunakan
jawaban-jawaban tertulis dari para calon peserta didik atau para pakar
terhadap rancangan keputusan yang diajukan secara tertulis kepada mereka.
Kegiatan ini bertujuan untuk melibatkan calon peserta didik atau pakar dalam
12

membuat keputusan, sehingga keputusan itu lebih berbobot dan menjadi milik
bersama.
6. Metode heuristic (prosedur penelitian ilmiah)
Metode ini dirancang untuk mengeksplorasi isu-isu dan untuk
mengakomodasi pandangan-pandangan yang bertentangan atau
ketidakpastian. Metode ini didasarkan atas seperangkat prinsip dan prosedur
yang mensistematiskan langkah-langkah dalam usaha pemecahan masalah.
7. Metode life-cycle analysis (analisa siklus kehidupan)
Metode ini digunakan terutama untuk mengalokasikan sumber-sumber
dengan memperhatikan siklus kehidupan menghenai produksi, proyek,
program atau aktivitas. Dalam kaitan ini seringkali digunakan bahan-bahan
komperatif dengan menganalogkan data, langkah-langkah yang ditempuh
dalam metode ini adalah:
a. Fase Konseptualisasi;
b. Fase Spesifikasi;
c. Fase Pengembangan Prototype;
d. Fase Pengujian dan Evaluasi;
e. Fase Operasi;
f. Fase Produksi.
Metode ini bisa dipergunakan dalam bidang pendidikan terutama dalam
mengalokasikan sumber-sumber pendidikan dengan melihat kecenderungan-
kecenderungan dari berbagai aspek yang dapat dipertimbangkan untuk
merumuskan rencana dan program.
8. Metode value added análisis (analisa nilai tambah)
Metode ini digunakan untuk mengukur keberhasilan peningkatan
produksi atau pelayanan. Dengan demikian, kita dapat mendapatkan
gambaran singkat tentang kontribusi dari aspek tertentu terhadap aspek
lainnya.
13

C. Teknik-teknik dalam Perencanaan Pendidikan


Dalam pembuatan perencanaan diawali dengan teknik perencanaan. Teknik
perencanaan dapat berjalan dengan baik apabila unsur-unsur pendukung
terbentuknya dapat berjalan dengan lancar. Unsur-unsur tersebut antara lain:
1. Sebelum melakukan suatu perencanaan harus mengetahui keadaan sekarang
dan apa yang ingin direncanakan.
2. Merencanakan sesuatu dengan target agar tujuan tercapai atau adanya
perubahan.
Teknik-teknik dalam perencanaan pendidikan bertujuan membantu
perencanaan dalam mengambil keputusan. Teknik yang dipilih dalam uraian ini
adalah teknik yang dapat digunakan oleh para perencana pada semua tingkat
perencanaan. Teknik-teknik tersebut antara lain yaitu4:
1. Diagram Balok (Bar Chart)
Diagram Balok (Bar Chart) sering disebut diagram Gannt (Gannt
Chart), karena diagram ini memberikan gambaran tentang (1) kegiatan
terperinci dari suatu proyek, (2) waktu memulai sikap kegiatan dan (3)
lamanya kegiatan tersebut. Dalam diagram balok ini terdapat dua macam
sumbu yaitu absis dan ordinat atau dua dimensi, yaitu vertikal dan horizontal.
Dimensi vertikal menunjukkan tugas atau perincian tugas yang harus
dikerjakan, sedangkan dimensi horizontal menunjukkan waktu, mulai dari
yang ditentukan.
Dalam suatu proyek biasanya kita jumpai beberapa kegiatan yang dapat
dilakukan bersamaan waktunya dan kegiatan yang harus dilakukan secara
berurutan. Yang terakhir ini mengandung arti bahwa suatu kegiatan tidak
dapat dilakukan kegiatan lain diselesaikan. Itulah sebabnya suatu diagram
Gannt, garis atau balok dapat diletakkan secara tumpang tindih atau serial.

4
Ibid., h. 61
14

Contoh Diagram Balok


Waktu
April Mei Juni Juli Agustus Dst.
Kegiatan

Keg. A
Keg. B
Keg. C
Keg. D
Keg. E
Dst.

Beberapa hal yang dipandang sebagai kelemahan dari diagram ini


antara lain5:
1. Hubungan antara satu kegiatan dengan kegiatan lainnya tidak
tergambarkan atau hubungan kebergantungan tidak ditunjukkan.
2. Tidak dapat diidentifikasi, kegiatan mana yang merupakan kegiatan kritis.
Kegiatan kritis yaitu kegiatan yang tidak boleh tertunda, apabila tertunda
mengakibatkan gangguan terhadap penyelesaian keseluruhan proyek.
3. Oleh karena itu, proyek yang besar yangg memerlukan kontrol waktu
secara ketat, koordinasi dan analisis biaya yang cermat, tidak
menguntungkan apabila menggunakan teknik ini. Meskipun demikian
sampai saat ini diagram balok masih banyak dipergunakan terutama untuk
kegiatan-kegiatan yang tidak kompleks.
2. Diagram Milstone
Diagram Milstone disebut juga diagram struktur perincian kerja.
Diagram ini menggambarkan unsur-unsur fungsional suatu proyek dengan
keterkaitannya secara fungsional. Struktur ini dibuat berdasarkan pemecahan
struktur proyek yang disusun secara hierarkis. Apabila proyek secara
keseluruhan dianggap sebagai sistem, maka proyek itu dipecah-dipecah
menjadi bagian-bagian sistem (subsistem).6

5
Ibid., h.62
6
Ibid., h.63
15

Untuk lebih jelas dibawah ini digambarkan contoh struktur perincian kerja,
tentang penulisan modul leter.
3. PERT dan CPM (Network Planning)
PERT, (program evaluation and review technique) yaitu teknik
penilaian dan peninjauan program. CPM, (Critical Path Metode), yaitu
metoda jalur kritis. Menurut Richard (1980) PERT diartikan sebagai teknik
manajemen dalam merencanakan dan mengendalikan proyek-proyek yang
bersifat non-repetitive (tak berulang). Di samping itu PERT sebagai teknik
manajemen bertujuan untuk sebanyak mungkin mengurangi adanya
penundaan, gangguan, mengkoordinasikan mengsinkronisasikan berbagai
bagian sebagai suatu keseluruhan. Sedangkan menurut Jerry G. Galack bagian
sebagai suatu keseluruhan. Sedangkan menurut Jerry G. Galack (1968) PERT
membantu manajer dalam memecahkan masalah yang bersifat realistis dan
menjadi alat yang sangat penting dalam membuat keputusan.
Keguanaan PERT ini terletak pada tingkat ketelitian analisis dari suatu
kegiatan, urutan serta hubungan logisnya. Dalam hal ini merupakan alat yang
16

penting pada fase pra-perencanaan suatu proyek. PERT dapat digunakan


hampir dalam segala kegiatan, mulai dari memformulasikan rencana sampai
kepada evaluasi dari implementasi suatu rencana. Sedangkan CPM
merupakan suatu teknik perencanaan yang dipergunakan dalam proyek yang
mempunyai data biaya. Perbedaan pokok antara PERT dan CPM terletak pada
penentuan perkiraan waktu yang dibutuhkan untuk melaksanakan setiap
kegiatan. Dalam CPM ditentukan dua buah perkiraan waktu dan biaya untuk
setiap aktivitas. Kedua perkiraan itu adalah perkiraan normal (normal
estimate) dan perkiraan cepat (chas estimate). Perkiraan waktu normal kira-
kira sama dengan perkiraan waktu yang paling mungkin dalam PERT. Dan
biaya normal adalah biaya yang diperlukan untuk menyelesaikan proyek
dalam waktu normal. Sedangkan perkiraan waktu cepat dibutuhkan jika biaya
diasumsikan tidak menjadi masalah untuk mempersingkat waktu bagi proyek
tersebut. Biaya mempercepat merupakan biaya yang diperlukan untuk
melaksanakan suatu pekerjaan yang dipercepat waktu penyelesaiannya.
Dalam hal ini kegiatannya merupakan kegiatan yang kritis atau alur kritis
(critical path). Dalam kaitan ini manajer melaksanakan prinsip manajemen
berdasarkan pengecualian (management by exception). Kegiatan alur kritis ini
merupakan kegiatan yang paling banyak mendapatkan perhatian.
Sebagai suatu teknik perencanaan PERT dan CPM menggunakan
prinsip pembentukan jaringan kerja, yang sering disebut perencanaan jaringan
kerja (network planning). Menurut Soetomo Kayatno (1977) network
planning merupakan sebuah alat manajemen yang memungkinkan dapat lebih
luas dan lengkapnya perencanaan dan pengawasan suatu proyek. Cara ini
penting digunakan bagi bidang-bidang teknik, produksi, administrasi dan
penelitian terutama yang tidak merupakan rangkaian kegiatan rutin.
PERT dan CPM sering disebut network karena melukiskan hubungan
kebergantungan dan pengaturan kegiatan yang logis sekuensial yang
membentuk jaringan kerja dari suatu proyek. Hubungan kebergantungan
kegiatan-kegiatan dilukiskan dengan menggunakan simbol-simbol dari
kegiatan (activity) dan kejadian (event). Pada taraf ini faktor waktu dan
17

sumber belum dipertimbangkan, baru pada kegiatan dan kejadian hubungan


satu sama lain. Pada fase ini perlu diidentifikasikan sebelum yang lain
dimulai, apa yang menjadi hambatan terhadap apa.
Diagram PERT/CPM merupakan sebuah pernyataan secara grafis dari
kegiatan-kegiatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan. Untuk membentuk
diagram digunakan simbol-simbol kegiatan dan kejadian sebagai berikut7:
Artinya peristiwa/kejadian yang
menyatakan permulaan atau akhir dari
suatu kegiatan tidak memerlukan waktu
(Lingkaran) atau sumber.
Artinya kegiatan (aktivitas) yaitu
komponen proyek yang memerukan waktu
dan sumber (tanaga, perlengkapan,
(Anak Panah) material biaya).
Artinya kegiatan semu yang
menghubungkan dua peristiwa
menunjukan bahwa peristiwa yang
(dummy) terdahulu merupakan hambatan dari
peristiwa yang mengikutinya. Dummy
tidak mempunyai waktu (deration) dan
tidak menggunakan sumber.
Artinya, kegiatan yang menghubungkan

1 2 peristiwa 1 dan 2.

Banyak kegiatan yang mulai dari satu


peristiwa.
1

7
Ibid., h.64.
18

Banyak kegiatan yang menghasilkan satu


peristiwa.
8

Apabila beberapa kejadian dan kegiatan digabungkan, dan hasilnya


digambarkan dalam sebuah diagram, maka akan terbentuk jaringan. Jaringan
dalam satu kejadian menjadi kejadian akhir bagi suatu kejadian dan sekaligus
menjadi permulaan bagi kegiatan yang lainnya.
19

BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Dalam dunia pendidikan, perencanaan merupakan hal yang sangat
penting untuk mewujudkan tujuan yang ingin dicapai. Oleh karena itu, dalam
perencanaan pendidikan terdapat pendekatan, metode dan teknik. Adapun
pendekatan yang digunakan dalam perencanaan pendidikan yaitu: 1).
Pendekatan Kebutuhan Sosial (social demand approach), 2). Pendekatan
Ketenagakerjaan (manpower approach), 3). Pendekatan Keefektifan Biaya
(cost effectiveness approach), 4). Pendekatan Integratif. Dari keempat
pendekatan tersebut kelemahan dan kelebihan masing-masing.
Metode yang digunakan dalam perencanaan pendidikan yaitu: 1).
Metode mean-ways-end analysis (analisis mengenai alat-cara-tujuan), 2).
Metode input-output analysis (analisis masukan dan keluaran), 3). Metode
econometric analysis (analisa ekonometrik), 4). Metode Cause-effect
diagram (diagram sebab akibat), 5). Metode Delphi, 6). Metode heuristic
(prosedur penelitian ilmiah), 7). Metode life-cycle analysis (analisa siklus
kehidupan), 8). Metode value added análisis (analisa nilai tambah). Dalam
perencanaan pendidikan terdapat teknik-teknik diantaranya: 1). Diagram
Balok (Bar Chart), 2). Diagram Milstone, 3). PERT dan CPM (Network
Planning).
B. Saran
Ketika membuat perencanaan pendidikan perlu memperhatikan
kemampuan yang ada pada lembaga atau institusi pendidikan yang
bersangkutan agar tujuan yang dicapai mudah diraih. Bagi pembaca yang
ingin membuat tema yang sama diharapkan memberikan contoh-contoh
pendekatan, metode, dan teknik-teknik perencanaan pendidikan sesuai dengan
keadaan yang dialami, agar lebih mudah dipahami.
20

DAFTAR PUSTAKA

Fattah, Nanang, Landasan Manajemen Pendidikan, Bandung: PT Remaja


Rosdakarya, 2013.
Makmun, Udin Syaifuddin Sa‟ud dan Abin Syamsuddin, Perencanaan
Pendidikan Suatu Pendekatan Komprehensif, Bandung: PT Remaja
Rosdakarya, 2011.

You might also like