You are on page 1of 24

LAPORAN AKHIR

PENATAAN SITUS CANDI BLANDONGAN TAHAP - II

Bab III
Metodologi Pelaksanaan Pekerjaan

3.1 Pendekatan Non Fisik

Untuk merancang Gedung BPP (Balai Penyuluhan Pertanian) tentunya kita harus memahami
fungsi dan filosofi dari Gedung BPP itu bahkan akan lebih baik jika kita memahami akar budaya
setempat atau sejarah Kota Serang Provinsi Banten.

Secara garis besar, Gedung BPP (Balai Penyuluhan Pertanian) adalah tempat penggilingan padi
hasil pertanian yang bertujuan untuk meningkatkan sektor ekonomi pertanian sehingga dirasakan
perlu Dinas pertanian Kota Serang untuk memfasilitasinya.

3.1.1. Fungsi Gedung BPP (Balai Penyuluhan Pertanian)

1. Sebagai tempat fasilitas petani kota serang dalam hal penyaluran informasi maupun
kegiatan pada bidang pertanian di Kecamatan Curug.

3.1.2. Filosofis gedung BPP (Balai Penyuluhan Pertanian) adalah :

1. Merupakan representasi simbolik tentang kemajuan yang telah dicapai, dan cerminan arah
prioritas orientasi pembangunan daerah.

2. Merupakan representasi jaman saat pembangunan atau saat perencanaan dilakukan, karena
itu disain harus terkini dan sesuai fungsinya.

3. Merupakan representasi budaya, karena itu tipologi bangunan harus berakar pada
budayanya, kekinian, maju dan tidak lepas dari akar budaya.

Dengan memahami fungsi Gedung BPP (Balai Penyuluhan Pertanian), Filosofis Gedung BPP
(Balai Penyuluhan Pertanian) dan Sejarah Kota Serang kita memiliki gambaran tentang karakter
Gedung BPP (Balai Penyuluhan Pertanian) dan Image Gedung BPP (Balai Penyuluhan Pertanian)
secara konseptual, Yaitu : Arsitektur yang berwibawa, ramah, natural, masa kini , bernuansa
kekinian, memiliki akar sejarah arsitektural Kota Serang. Disain yang diwujudkan memiliki
wajah masa kini yang siap menghadapi tantangan masa depan dan lahir dari akar budaya yang
jelas.

CV. SIGMA KARYA DESIGN Halaman 3 - 1


LAPORAN AKHIR
PENATAAN SITUS CANDI BLANDONGAN TAHAP - II

3.2. Pendekatan Fisik

3.2.1. Konteks lingkungan

Sebagai bangunan yang akan berdiri Gedung BPP (Balai Penyuluhan Pertanian) ini harus
meperhatikan banyak aspek yang berkaitan dengan lingkungannya, baik pada tahap perancangan
maupun pelaksanaan.

Pada tahap perancangan sebagaimana disebut dalam KAK, bangunan Gedung BPP (Balai
Penyuluhan Pertanian) yang dirancang dilingkungan Ibukota Provinsi Banten, akan menjadi acuan
untuk pembangunan yang lainnya.

3.3. Konsep/ Usulan Arsitektur


3.3.1. Sequence Ruang didalam Gedung BPP (Balai Penyuluhan Pertanian).
Scuenced ruang di dalam gedung BPP (Balai Penyuluhan Pertanian) ini di atur secara seksama
untuk disesuaikan dengan kebutuhan pada pengguna nantinya, yang tentu terlebih dahulu di
konsultasikan dengan pemberi tugas.

3.3.2. Studi Massa Bangunan.


Evaluasi massa bangunan
Masa bangunan Gedung BPP (Balai Penyuluhan Pertanian) berpola simetris sebagai salah satu
gedung BPP (Balai Penyuluhan Pertanian) unggulan. Faktor-faktor yang membentuk arsitektur,
seperti; fungsi, potensi site, karakter gedung, struktur bangunan dan finansial sehingga di hasil
akhir, disain merupakan jawaban yang komprehensif serta membentuk nirmana ruang yang estetis.

3.3.3. Pendekatan Teknik Struktur


3.3.3.1 Umum
Struktur harus didesain untuk mampu menopang beban tetap (beban mati dan beban hidup) dan
kombinasi beban tetap + beban gempa, serta beban tetap + beban angin untuk struktur Atap.

CV. SIGMA KARYA DESIGN Halaman 3 - 2


LAPORAN AKHIR
PENATAAN SITUS CANDI BLANDONGAN TAHAP - II

Desain struktur beton harus dilakukan sesuai dengan metode LRFD dimana faktor beban dan
faktor reduksi nya sesuai dengan RSNI 2002 - Tata Cara Penghitungan Struktur Beton untuk
Bangunan Gedung.

Desain struktur baja harus juga dilakukan sesuai dengan metode LRFD dimana faktor beban dan
faktor reduksi nya sesuai dengan SNI 03-1729-2002 Tata Cara Perencanaan Struktur Baja Untuk
Bangunan Gedung.

Seluruh perhitungan struktur beton harus memenuhi konsep “Kolom Kuat Balok Lemah“, dimana
perhitungan “kolom kuat balok lemah” untuk struktur beton sepenuhnya mengikuti ketentuan
dalam RSNI 2002 - Tata Cara Penghitungan Struktur Beton untuk Bangunan Gedung.

Sementara dalam menghitung struktur gedung ini konsultan dibantu menggunakan program
struktur yang biasa digunakan seperti SAP 2000, ETABS dan SAFE .

3.3.3.2. Beban
Pembebanan dilakukan sesuai dengan peraturan pembebanan SNI-1727-1989 (Pedoman
Perencanaan Pembebanan untuk Rumah dan Gedung), SNI-03-1726-2002 (Tata Cara Perencanaan
Ketahanan Gempa Untuk Bangunan Gedung), AIJ - 1996 untuk pembebanan angin, serta data
beban dari material tertentu yang dipergunakan dalam gedung tersebut.
A. Beban Mati (DL)
Beban Mati diperhitungkan berdasarkan data-data berikut ini.
1. Berat Jenis Beton Bertulang yang diambil sebagai acuan pembebanan adalah 2400 kg/m 2
2. Berat Jenis Beton Rabat untuk finishing = 2200 kg/m 2.
3. Beban Dinding ½ Bata atau setara Con Block Cisangkan = 250 kg/m 2.
4. Beban Dinding/Partisi Ringan Buatan Pabrik (misalnya Hebel/ Celcon) = 100 kg/m 2.
5. Apabila Pemberi Tugas memproduksi sendiri material dindingnya dari batu kapur setempat
dicampur semen, maka harus dipastikan dulu berapa besar beban per m2 dari material owner
supply tersebut.
Namun demikian, apabila belum jelas, dapat diambil terlebih dahulu setara dinding ½ bata =
250 kg/m2.
6. Beban Curtain Wall (Glass/Alumunium Panel) = 50 kg/m2.
7. Beban plafon dan M&E (termasuk ducting AC) diambil sebesar 30 kg/m 2.

CV. SIGMA KARYA DESIGN Halaman 3 - 3


LAPORAN AKHIR
PENATAAN SITUS CANDI BLANDONGAN TAHAP - II

8. Beban plafon dan M&E (apabila tidak berducting AC) dapat diambil sebesar 20 kg/m 2.
9. Beban equipment M&E di ruang M&E = 600 kg/m 2, kecuali ada ketentuan lain yang lebih
berat.
9. Beban tanah dan tanaman, sesuai dengan ketebalan tanah, dengan mengambil  tanah = 1800
kg/m3.

B. Beban Hidup (LL)


Beban Hidup disesuaikan dengan fungsi dari masing -masing ruangan.
1. Beban Hidup ruang kerja = 250 kg/m 2.
2. Beban Hidup ruang serba guna / exhibition / gallery = 400 kg/m 2.
3. Beban Hidup ruang arsip / gudang = 400 kg/m 2.
4. Beban Hidup Toilet = 200 kg/m2.
5. Beban Hidup Ruang Tunggu = 200 kg/m2.
6. Beban Hidup Parkir = 400 kg/m2.
7. Beban Hidup ruang M&E (personil maintanance) = 100 kg/m 2 (Beban alat dihitung sebagai
beban mati).
8. Beban Hidup atap dak beton yang tidak aksesibel = 100 kg/m 2.
9. Beban Hidup atap dak beton yang aksesibel = 250 kg/m 2.
10. Beban Hidup tangga = 300 kg/m2.

C. Beban Gempa
Beban Gempa diperhitungkan 100 % pada arah yang ditinjau ditambah dengan 30 % pada arah
lainnya, sesuai dengan ketentuan dalam SNI-03 -1726-2002 - Tata Cara Perencanaan Ketahanan
Gempa Untuk Bangunan Gedung, butir 5.8.2.
I : Gravitasi  100 % Arah X  30 % Arah Y
II : Gravitasi  100 % Arah Y  30 % Arah X

Perhitungan Pembebanan Gempa adalah sebagai berikut :


1) Parameter Pembebanan Gempa
Faktor Respons Gempa : Besar C1 adalah sesuai tipe tanah, periode getar, dan
Wilayah Serang, Banten .
Wilayah Gempa Ungasan sesuai Gambar Wilayah Gempa (gambar 1) dalam SNI-03-1726-
2002 - Tata Cara Perencanaan Ketahanan Gempa Untuk Bangunan Gedung (gambar 1),
maka kota ini terletak pada Wilayah Gempa 5.

CV. SIGMA KARYA DESIGN Halaman 3 - 4


LAPORAN AKHIR
PENATAAN SITUS CANDI BLANDONGAN TAHAP - II

Tipe tanah (lunak / sedang / keras) harus diperkirakan terlebih dahulu mengikuti ketentuan
dalam SNI-03-1726-2002 - Tata Cara Perencanaan Ketahanan Gempa Untuk Bangunan
Gedung, butir 4.6.3.
Periode getar bangunan akan ditentukan melalui program komputer ETABS versi 8. Periode
getar bangunan tidak boleh melampui ketentuan SNI-03-1726-2002 - Tata Cara Perencanaan
Ketahanan Gempa Untuk Bangunan Gedung, butir 5.6, yaitu :
T1 < ξxn ; dimana :
T1 = Periode Getar Alami Bangunan (mode shape pertama)
ξ = Koefisien sesuai Tabel 8 sesuai zone gempa
= 0.16 untuk zone 5
n = Jumlah lantai bangunan
Periode getar yang diperoleh dari program komputer ETABS sebaikanya dikalikan faktor 0.9
sewaktu akan menentukan faktor C1.
Faktor Keutamaan : I = 1.0 , untuk bangunan ini yang berkategori
bangunan umum untuk perniagaan dan perkantoran, sesuai
SNI-03-1726-2002 - Tata Cara Perencanaan Ketahanan
Gempa Untuk Bangunan Gedung, butir 4.1.2, Tabel 1.

Faktor Reduksi Gempa : R = 8.5 , untuk bangunan ini yang direncanakan memiliki
sistem struktur SRPMK, sesuai SNI-03-1726-2002 - Tata
Cara Perencanaan Ketahanan Gempa Untuk Bangunan
Gedung, butir 4.3.6, Tabel 3 nomor 3.1.b.
2) Perhitungan Beban Geser Dasar
Beban Geser Dasar = V = C 1 x I / R x Wt , di mana :
V = Beban Geser Dasar
C1 = Faktor Respons Gempa
I = Faktor Keutamaan
R = Faktor Reduksi Gempa
Wt = Beban Total Struktur dengan reduksi beban hidup sebesar 0.3

3) Lateral Load Distribution (Beban Statik Ekivalen)

di mana F i = Beban Statik Ekivalen pada lantai i


Wi = Berat total pada lantai i

CV. SIGMA KARYA DESIGN Halaman 3 - 5


LAPORAN AKHIR
PENATAAN SITUS CANDI BLANDONGAN TAHAP - II

hi = Tinggi lantai tersebut dari taraf penjepitan


lateral.

Arah pembebanan gempa harus diambil sedemikian hingga sehingga memberikan pengaruh
terbesar kepada sistem struktur bangunan sesuai SNI-03-1726-2002 - Tata Cara Perencanaan
Ketahanan Gempa Untuk Bangunan Gedung, butir 5.8.1.
Analisis dinamik response spectrum harus dilakukan pada proyek ini. Beban gempa desain harus
diturunkan dari distribusi dinamik. Beban geser dasar dapat direduksi mengikuti ketentuan SNI-
03-1726-2002 - Tata Cara Perencanaan Ketahanan Gempa Untuk Bangunan Gedung, butir 7.1.3.
Titik Pusat bekerjanya Beban Gempa harus mengakomodasi eksentrisitas rencana sesuai SNI-03-
1726-2002 - Tata Cara Perencanaan Ketahanan Gempa Untuk Bangunan Gedung, butir 5.4.3.
D. Beban Angin
Karena bangunan ini merupakan bangunan rendah (low rise) maka angina hanya akan
diperhitungkan pada desain atap.

3.3.3.3 Kombinasi Pembebanan


Kombinasi pembebanan untuk konstruksi beton pada bangunan ini :
1.4 DL
1.2 DL + 1.6 LL
1.2 DL + 1 LL  (Ex  0.3 Ey)
1.2 DL + 1 LL  (Ey  0.3 Ex)
0.9 DL  (Ex  0.3 Ey)
0.9 DL  (Ey  0.3 Ex)
di mana DL = Beban Mati
LL = Beban Hidup
E = Beban Gempa
x,y = Arah Beban Gempa Statik

Kombinasi pembebanan untuk konstruksi baja pada bangunan ini :


1.4 DL
1.2 DL + 1.6 LL
1.2 DL + 1 LL  (Ex  0.3 Ey)
1.2 DL + 1 LL  (Ey  0.3 Ex)
0.9 DL  (Ex  0.3 Ey)
0.9 DL  (Ey  0.3 Ex)

CV. SIGMA KARYA DESIGN Halaman 3 - 6


LAPORAN AKHIR
PENATAAN SITUS CANDI BLANDONGAN TAHAP - II

1.2 DL + 1 LL  1.3 Wx
1.2 DL + 1 LL  1.3 Wy
0.9 DL  1.3 Wx
0.9 DL  1.3 Wy
di mana DL = Beban Mati
LL = Beban Hidup
E = Beban Gempa (dengan memberikan faktor kuat lebih struktur f2
sebesar 1.5225 sesuai SNI 03 – 1726 – 2002 Tata cara perencanaan
ketahanan gempa untuk bangunan gedung, butir 9.1)
W = Beban Angin
x,y = Arah Beban Gempa Statik atau Angin Statik

3.3.3.4 Pemodelan Struktur


A. Taraf Penjepitan Lateral dan External Stiffness
Pada bangunan ini taraf penjepitan lateral diletakkan pada lantai dasar tanah. Tidak ada external
stiffness yang perlu dilakukan pada bangunan ini.
B. Pengaruh Retakan Akibat Gempa Dan Naiknya E Beton Akibat Gempa
Dalam perencanaan struktur gedung terhadap Pembebanan Gempa, pengaruh retakan beton harus
diperhitungkan. Untuk itu, momen inersia penampang utuh harus direduksi dengan suatu faktor
sebagai berikut :

Faktor reduksi momen inersia untuk kolom dan balok beton bertulang : 75 %.
Sementara akibat pembebanan gempa, Ec beton dapat naik sebesar 30 %.

Oleh karena itu, pada kondisi gempa, momen inersia balok dan kolom gedung ini harus direduksi
75 %, sementara Ec beton nya dapat naik sebesar 30 %. Namun demikian, karena E c gempa x Ireduksi =
1.3 Ec x 0.75 I = 0.975 Ec x I , maka untuk perhitungan kombinasi beban akibat beban gravitasi
saja, tetap diambil saja kondisi 0.975 E c x I , sehingga tidak perlu 2 kali running untuk menulangi
kondisi beban tetap dan kondisi beban gempa.

Lendutan pelat lantai tidak boleh dicek dalam kondisi 1.3 E c x 0.4 I. Lendutan pelat harus dicek
pada kondisi I gross saja dan tanpa kenaikan 30 % pada E beton.

C. Pengaruh P-Delta

CV. SIGMA KARYA DESIGN Halaman 3 - 7


LAPORAN AKHIR
PENATAAN SITUS CANDI BLANDONGAN TAHAP - II

Sesuai SNI-03-1726-2002 - Tata Cara Perencanaan Ketahanan Gempa Untuk Bangunan Gedung,
butir 5.7, maka pada gedung ini harus memperhitungkan pengaruh P-Delta.

D. Rigid Zone
Rrigid zone sebesar 50 % pada elemen-elemen struktur di program ETABS untuk
mengefisiensikan desain struktur.

E. Pemodelan Untuk Perhitungan Struktur Beton

Dalam pemodelan struktur beton untuk analisis struktur maka semua komponen struktur gedung
ini harus sudah termodelkan dalam input ETABS nya dan dianalisis sekaligus sebagai satu
kesatuan.

F. Pemodelan Pelat Lantai


Pelat lantai pada gedung ini harus dimodel sekaligus dalam input ETABS nya sehingga seluruh
pengaruh akibat pembebanan kombinasi vertikal dan lateral gempa dapat langsung ditulangi oleh
program SAFE.

3.3.3.5 Perencanaan Pondasi Bangunan


Dalam perencanaan Pondasi untuk suatu konstruksi dapat digunakan beberapa macam type
pondasi. Pemilihan type pondasi ini didasarkan atas:

 Fungsi bangunan atas yang akan dipikul oleh pondasi tersebut.

 Besarnya beban dan beratnya bangunan atas.

 Keadaan tanah dimana bangunan tersebut akan didirikan.

 Biaya dari pondasi yang dipilih.

Dari beberapa macam type pondasi yang dapat dipergunakan salah satu diantaranya adalah Pondasi
sumuran. Pemakaian Sumuran (stauss pile) dipergunakan untuk suatu pondasi bangunan apabila
tanah dasar di bawah bangunan tersebut tidak mempunyai daya dukung (bearing capacity), yang
cukup untuk memikul berat bangunan dan bebannya, atau apabila tanah keras yang mampu
memikul berat bangunan letaknya sangat dalam.

Pondasi Sumuran (stauss pile) ini berfungsi untuk memindahkan atau menyalurkan beban-beban
dari konstruksi di atasnya ke lapisan tanah yang lebih dalam. Pemindahan beban Sumuran (stauss
pile) dibagi 2 , yakni :

CV. SIGMA KARYA DESIGN Halaman 3 - 8


LAPORAN AKHIR
PENATAAN SITUS CANDI BLANDONGAN TAHAP - II

A. Point Bearing Pile (End Bearing Pile) :

Strauss ini meneruskan beban melalui tahanan ujung ke lapisan tanah keras.

B. Friction Pile:

Friction Pile pada tanah dengan butir-butir kasar (coarse grained) dan mudah dilalui air
(permeable soil) . Strauss ini meneruskan beban ke tanah melalui geseran kulit (skin friction) .
Pada proses pemancangan Strauss dalam suatu grup dimana jarak antar Strauss berdekatan akan
menyebabkan berkurangnya pori-pori tanah dan memadatkan tanah diantara Strauss-Strauss
tersebut . Oleh karena itu disebut Compaction Pile. Friction Pile pada tanah dengan butiran yang
sangat halus (very fine grained) dan sulit dilalui air. Strauss ini mengandalkan skin friction, tetapi
pada saat pemancangan Strauss dalam grup tidak menyebabkan tanah sekitarnya menjadi padat.
Sehingga Strauss ini disebut Floating Pile.

Dengan penjelasan tersebut diatas, maka dapat dipilih suatu alternatif pondasi yang sesuai dengan
kondisi di lapangan yang tentunya memenuhi kriteria dan sesuai dengan soil test yang dilakukan
fihak laboratorium di lokasi tersebut.

3.3.3.6. Pendekatan Teknik Mekanikal & Elektrikal


A. Gambaran Umum

Konsep awal perencanaan yang akan dikerjakan adalah merupakan bagian lingkup perencanaan
Gedung BPP.

Adapun lingkup pekerjaan perencanaan terdiri dari :

1. Sistem Mekanikal
Lingkup Perencanaan Sistem Mekanikal terdiri dari :

a. Sistem Plumbing.
b. Sistem Penanggulangan Kebakaran.
2. Sistem Elektrikal

B. Sistem Plambing
Dalam perencanaan ini Sistem Plambing dilaksanakan berdasarkan Buku Pedoman Plumbing
Indonesia 1979, Buku Perencanaan dan Pemeliharaan Sistem Plambing karangan Soufyan M.
Noerbambang & Takeo Morimura 1985, dan Buku PLUMBING karangan Harold E. Babbitt,
McGraw-Hill Book Company tahun 1960.

Sistem plumbing tersebut meliputi:

CV. SIGMA KARYA DESIGN Halaman 3 - 9


LAPORAN AKHIR
PENATAAN SITUS CANDI BLANDONGAN TAHAP - II

a. Sistem Air Bersih.


b. Sistem Air Buangan/Kotor.
c. Sistem Pembuangan Air Hujan.
d. Sistem Pengolahan Air Bersih (Water Treatment Plant, WTP).
B.1 Sistem Air Bersih Dan Air Kotor
a. Dasar Perencanaan Air Bersih.
Sistem perencanaan air bersih dalam gedung didasarkan pada jumlah penghuni dan jenis
bangunan serta luas bangunan. Dalam Pembangunan Gedung BPP ini, standar air bersih yang
digunakan adalah untuk hunian, dengan kebutuhan air bersih untuk setiap orangnya adalah
memakai standard liter per orang perhari per m2 luas area hunian, sesuai dengan fungsi gedung
tersebut. Sedangkan kebutuhan air untuk proses produksi akan disesuaikan dengan penggunaan
spesifik yang akan ditentukan kemudian.
b. Sumber Air Bersih.
Sumber air bersih berasal dari sumur artesis dengan sistem pengolahan air bersih (Water
Treatment Plant, WTP) tersendiri. Pemilihan jenis sumur dalam disebabkan hasil uji
laboratorium terhadap air dangkal di kawasan ini mengandung kadar Fe dan Mn yang cukup
tinggi.
c. Penyediaan Air Bersih.
Untuk memenuhi kebutuhan air bersih seluruh kawasan, direncanakan untuk membuat
penampung air bawah dan atas (ground reservoir dan elevated reservoir), dengan volume yang
akan ditentukan kemudian.
Air bersih digunakan untuk memenuhi kebutuhan :
1) Toilet dan dapur.
2) Sistem Pemadam Kebakaran.

d. Distribusi Air Bersih.


Sistem pendistribusian air bersih untuk toilet, dapur dan keperluan proses produksi dilakukan
secara gravitasi dari elevated reservoar (roof tank). Roof tank disuplai dari ground reservoar
melalui sistem pemompaan.
Sistem pompa distribusi bekerja sebagai berikut :
1) Pompa air bersih start bila tinggi level air di roof tank pada posisi minimum.
2) Pompa air bersih stop bila tinggi level air di roof tank pada posisi maksimum.
e. Sistem Air Buangan/Kotor
Seluruh air buangan dari bangunan berupa buangan air kotor yang berasal dari water closet,
urinal, floor drain dibuang ke Septictank yang berfungsi untuk pengendapan atau proses

CV. SIGMA KARYA DESIGN Halaman 3 - 10


LAPORAN AKHIR
PENATAAN SITUS CANDI BLANDONGAN TAHAP - II

sedimentasi, dan kemudian effluen dari Septictank diresapkan kedalam tanah di area Kawasan
Gedung BPP .
f. Sistim Pembuangan Air Hujan
Air hujan yang jatuh di atap bangunan disalurkan melalui pipa-pipa tegak PVC yang akan
dihitung dimensinya berdasarkan luas atap gedung dan kemudian disalurkan ke sistem
penyaluran air hujan (sistem drainase) kawasan Gedung BPP .

B.2 Sistem Penanggulangan Kebakaran


Beberapa pertimbangan dalam merencanakan sistem penanggulangan kebakaran untuk bangunan
ini adalah :
a. Faktor keselamatan penghuni dan peralatan gedung.
b. Jaminan keandalan peralatan-peralatan penanggulangan Kebakaran.
c. Kemudahan operasional bagi operator dan atau penghuni.

3.3.3.8. Sistem Tata Udara & Ventilasi Mekanis dalam Gedung


Konsep pengkondisian udara dan ventilasi didasarkan pada konsep rancangan yang terpadu dengan
konsep rancangan bidang lainnya terutama dengan bidang arsitektural, interior, tata cahaya serta
penyediaan dan distribusi daya listrik. Selain itu kriteria serta ketentuan-ketentuan khusus yang
dipersyaratkan, baik yang menyangkut fungsi ruangan, sekuriti serta karakteristik pemakaian setiap
ruangan, akan digunakan sebagai pertimbangan utama dalam perancangan ini.
Keterkaitan konsep rancangan sistem tata udara ini dengan bidang-bidang rancangan lainnya akan
digunakan untuk menentukan beberapa acuan rancangan antara lain :
a. Orientasi bangunan.
b. Jenis dan luas dinding bangunan.
c. Jenis dan luas bahan interior bangunan.
d. Jenis dan luas jendela.
e. Fungsi dan peruntukan ruangan.
f. Perkiraan beban kalor lampu dan peralatan lain.
g. Kondisi udara luar.
h. Kondisi udara perancangan.
i. Perkiraan jumlah hunian.

3.3.3.9 SISTEM SANITASI LUAR GEDUNG


Lingkup pekerjaan perencanaan sistem sanitasi luar gedung terdiri dari :
1. Sistem Penyediaan Air Bersih

CV. SIGMA KARYA DESIGN Halaman 3 - 11


LAPORAN AKHIR
PENATAAN SITUS CANDI BLANDONGAN TAHAP - II

2. Sistem Penyaluran Air Buangan/Kotor


3. Sistem Drainase
4. Sistem Persampahan

A. Sistem Penyediaan Air Bersih


Kebutuhan air bersih untuk sistem penyediaan air bersih di Kawasan Gedung Sekretariat
dipengaruhi oleh jumlah penghuni, fasilitas-fasilitas yang ada dan tata guna lahan kawasan
tersebut. Sistem penyediaan air bersih di kawasan ini terdiri dari 2 sistem utama yaitu sistem
transmisi dan sistem distribusi. Sistem transmisi merupakan sistem yang menyalurkan air dari
sumber ke titik awal distribusi. Sedangkan sistem distribusi merupakan sistem yang akan
menyalurkan air kepada konsumen. Air bersih diambil dari reservoir terpadu yang ada pada
kawasan tsb, dan kemudian dialirkan secara gravitasi melalui sistem distribusi perpipaan air bersih
yang akan direncanakan kemudian. Desain perencanaannya sbb:
1. Perhitungan kebutuhan air bersih total (domestik, non domestik, dan umum yaitu untuk
kebakaran & kehilangan air).
2. Perhitungan debit rata-rata (Qr), debit puncak harian (Qmd) dan debit puncak jam (Qmh)
dengan faktor puncak harian (fh = 1.3) dan factor puncak jam (fh = 2.5).
3. Perencanaan dan penentuan jalur pipa transmisi dimana penentuan jalur ditentukan
berdasarkan beberapa pertimbangan yaitu dari segi hidraulis, konstruksi, dan peralatan
yang digunakan.
4. Perhitungan diameter pipa transmisi dengan menggunakan persamaan Hazen & William
sbb: Q = 0.2785 C. D2.63. S0.54,
dimana Q = debit maks-harian, D = diameter pipa (m), S = slope pipa, C = kekasaran
pipa.
5. Perhitungan head loss (mayor dan minor losses) tiap segmen.
6. Perencanaan dan penentuan jalur pipa distribusi yaitu sistem perpipaan yang terdiri dari
pipa induk dan pipa pelayanan, sistem reservoar dan sistem tambahan yaitu instalasi
dalam gedung/bangunan yaitu plambing air bersih.

B. Sistem Penyaluran Air Buangan/Kotor


Perencanaan sistem penyaluran air buangan di kawasan Gedung Sekretariat adalah sistem saluran
air buangan terpisah dimana sistem pengalirannya secara gravitasi menuju Septictank. Yang harus
diperhatikan dalam sistem pengalirannya adalah dalam debit minimum harus tetap dapat membawa
material yang ada dalam saluran dengan kecepatan yang dapat membersihkan saluran sendiri (self
cleaning). Desain perencanaannya sbb:

CV. SIGMA KARYA DESIGN Halaman 3 - 12


LAPORAN AKHIR
PENATAAN SITUS CANDI BLANDONGAN TAHAP - II

1. Perhitungan debit rata-rata air buangan: Qab = 60-80% x Q air minum


(l/kapita/hari)
2. Penentuan jalur pipa air buangan
3. Perhitungan diameter pipa air buangan (pipa persil, pipa service, pipa lateral,
pipa induk/cabang)
4. Perhitungan kecepatan dan slope
5. Perhitungan volume dan debit air penggelontor
6. Pemilihan jenis pipa
7. Penentuan bangunan pelengkap (manhole, terminal clean out, vent)

C. Sistem Persampahan
Sistem pengelolaan sampah di kawasan Gedung BPP meliputi sistem pewadahan, pengumpulan,
pemindahan, pengangkutan, pengolahan dan pembuangan akhir sampah. Dalam sistem
pengelolaan sampah ini diterapkan teknik operasional pengelolaan persampahan disertai dengan
kegiatan pemilahan sejak dari sumbernya sampai di pembuangan akhir sampah. Kegiatan
pengelolaan sampah ini sangat tergantung pada sistem pemilahan di sumber yang tergantung pada
jenis sampah yang dihasilkan (sampah organik, sampah plastik, sampah kayu dan sampah kertas).

Pada dasarnya, konsep sistem persampahan ini yaitu mengurangi semaksimal mungkin sampah
yang sampai di TPA (Tempat Pembuangan Akhir).
Desain perhitungan sistem persampahan terdiri:
1. Perhitungan timbunan sampah
Perhitungan produksi sampah berdasarkan standar produksi sampah per m2 luas bangunan
(0.5 lter per m2).
2. Pengumpulan
Sampah bangunan dikumpulkan di masing-masing blok bangunan kemudian diangkut
dengan gerobak sampah menuju TPS, selajutnya diangkut oleh Truk pengangkut sampah
kota menuju TPA.
3. Tempat Penampungan Sampah Sementara
Tempat Penampungan sampah sementara digunakan sebagai penampung sampah
sementara sebelum diangkut ke tempat pembuangan akhir (TPA)
4. Pengangkutan ke TPA
Diperlukan Koordinasi antara pengelola dan Dinas Kebersihan Kota untuk melaksanakan
pengangkutan sampah dari TPS.

CV. SIGMA KARYA DESIGN Halaman 3 - 13


LAPORAN AKHIR
PENATAAN SITUS CANDI BLANDONGAN TAHAP - II

3.3.3.10. SISTEM ELEKTRIKAL


A. Umum
Menyiapkan suatu perencanaan dari pada instalasi listrik yang memenuhi standard dan kriteria
perencanaan yaitu mencakup antara lain :

a. Sistem penerangan buatan sesuai kebutuhan dan standard secara optimal dan dengan
mempertimbangkan faktor-faktor bangunan, fungsi ruangan dan faktor alamiah.
b. Supply daya listrik dan penyediaan sarana instalasi untuk melayani beban-beban listrik
keseluruhan sehingga memenuhi kebutuhan dan operasionalnya.
c. Penyediaan sarana instalasi listrik yang memenuhi kualitas performance listrik dan
pengamanan/proteksi yang baik untuk peralatan dan operasinya, maupun untuk bangunan
dan pengamanan terhadap manusia.
d. Penyediaan sarana sumber daya listrik utama PLN dan sumber daya listrik diesel genset.

B. Standard dan Referensi


a. Peraturan umum instalasi listrik ( PUIL ) edisi terakhir tahun 2000 yang berlaku.
b. Standard Penerangan Bangunan Indonesia oleh Direktorat Penyelidikan Masalah
Bangunan (DPMB).
c. Standard dan peraturan-peraturan/ketentuan-ketentuan yang berlaku pada PLN setempat.
d. Standard International Electrotechnical Commission ( IEC ).
e. Standard-standard lain seperti ; VDE, JIS, ASTM, ISO dan sebagainya yang setara sejauh
tidak bertentangan dengan peraturan-peraturan diatas.

C. Tegangan, Variasi Tegangan dan Pengaturan Tegangan


Sesuai Standard Perusahaan Umum Listrik Negara ( SPLN ) maka tegangan nominal, variasi
tegangan dan pengaturan tegangan sebagai yang diuraikan dibawah ini merupakan pula dasar
perencanaan ini :

CV. SIGMA KARYA DESIGN Halaman 3 - 14


LAPORAN AKHIR
PENATAAN SITUS CANDI BLANDONGAN TAHAP - II

a. Sistem Distribusi Tegangan Menengah :


- Tegangan Nominal : 20 kV
- Variasi Tegangan : maksimum  5 %
minimum  10 %
- Pengaturan Tegangan : maksimum 5%
- Sistem : phasa tiga, tiga kawat.
b. Sistem Distribusi Tegangan Rendah :
- Tegangan Nominal : 231/400 Volt
- Variasi Tegangan : maksimum  5 %
minimum  10 %
- Pengaturan Tegangan : maksimum 5%
- Sistem : phasa tiga, empat kawat

D. Sumber Daya Listrik


Penyediaan sumber daya listrik utama PLN dan sumber daya listrik.

E. Sistem Proteksi
Pengamanan/Proteksi terhadap sistem, selektivitas dan tingkap proteksi yang tepat dengan
memperhatikan kesederhanaan sistem, kemudahan operasi namun dapat memenuhi pelayanan yang
baik.

F. Jaringan Tegangan Rendah


- Penggunaan kabel distribusi utama untuk pelayanan daya listrik pada bangunan.
- Penggunaan kabel untuk melayani beban-beban tertentu seperti pompa-pompa dan lain-lain.
- Pelayanan terhadap stop kontak dan penerangan.

G. Beban Listrik
Perhitungan beban listrik untuk bangunan-bangunan di kawasan Gedung BPP dilakukan terhadap
beban-beban penerangan, stop kontak, peralatan dan beban-beban lainnya.

H. Sistem Daya Listrik

CV. SIGMA KARYA DESIGN Halaman 3 - 15


LAPORAN AKHIR
PENATAAN SITUS CANDI BLANDONGAN TAHAP - II

a. Sumber Daya Listrik Utama


Sumber daya listrik utama seluruhnya diperoleh dari sumber daya listrik PLN melalui sistem
distribusi listrik 20 kV dari gardu hubung PLN ke Panel Utama Tegangan Menengah ( PUTM ),
dari PUTM tegangan diturunkan oleh transformator penurun tegangan 20 kV - 380 Volt, 50 Hz
yang kemudian masuk ke Panel Utama Tegangan Rendah (PUTR) dan kemudian didistribusikan
ke Panel Distribusi dan Panel Sub Distribusi.

b. Distribusi Daya Listrik


Sistem distribusi listrik dari gardu distribusi ke setiap bangunan adalah dengan sistem Radial, dari
load center daya listrik didistribusikan dengan sistem tegangan 380/220 Volt, 50 Hz ke panel-panel
cabang yang merupakan panel pembagi. Selanjutnya daya listrik didistribusikan dari panel
pembagi ke masing-masing sub panel.
Drop tegangan pada tegangan kerja dari load center sampai titik beban terjauh diperhitungkan
maksimum sebesar 5 %.

c. Kabel Distribusi
Jenis dari kabel distribusi yang digunakan antara lain sebagai berikut :
- Kabel tegangan menengah dengan XLPE 20 kV
- Kabel tegangan rendah dengan NYFGBY, NYY dan NYM
- Kabel instalasi daya dengan NYY
- Kabel instalasi penerangan dan stop kontak dengan NYM.

d. Sistem Proteksi
Pemilihan/penentuan sistem proteksi pada perencanaan ini adalah dengan sistem proteksi
bertingkat pada panel-panel daya sampai kepada load center terhadap sistem distribusi radial.
Jenis proteksi :
- Proteksi terhadap gangguan hubung singkat ( over current )
- Proteksi terhadap beban lebih ( over load )
- Proteksi terhadap turunnya tegangan ( under voltage )
Seluruh batasan (rated) dan tingkat kemampuan dari komponen proteksi dipilih sedemikian rupa,
sehingga karakteristik proteksinya mempunyai selektifitas pengaman yang diinginkan dan akan
memback-up kesalahan pada seksi lainnya.
Setiap komponen sistem dan komponen panel yang dipasang, harus mempunyai kemampuan
kapasitas operasi yang lebih besar terhadap besar beban listrik yang dilayani, dan harus

CV. SIGMA KARYA DESIGN Halaman 3 - 16


LAPORAN AKHIR
PENATAAN SITUS CANDI BLANDONGAN TAHAP - II

mempunyai kemampuan/ketahanan terhadap arus serta akibat-akibatnya pada kemungkinan


keadaan hubung singkat yang terpisah.
Sistem pentanahan netral transformator ditanahkan langsung (solidly grounding).
Setiap peralatan listrik metal/panel-panel ditanahkan untuk mengamankan terhadap adanya
tegangan sentuh akibat bocoran arus (eart leakage ).

e. Standard dan Referensi


1. Peraturan Umum Instalasi Penangkal Petir ( PUIPP ) untuk bangunan di Indonesia
(DPMB, Maret 1983 )
2. Pedoman Instalasi Penyalur Petir ( DEPNAKER 1987 )
3. NFPA, 1985.

3.4. Metodologi Perencanaan


Design dalam kontek arsitektur, secara sederhana adalah ”membuat atau melahirkan idea dari
gagasan atau penugasan, idea harus merupakan jawaban optimal dari proses pengkajian dan
imaginasi yang dikongkretkan dalam perwujudan rancangan dan rencana implementasi.

Ada berbagai teori tentang tahapan proses design, walapun demikian menurut hemat saya relatif
sama karena proses design kadang kadang tidak berjalan linier, tetapi bisa berjalan zigzag ,
berputar karena datangnya idea bisa kapan saja. Teori tersebut perbedaannya terletak pada
pengelompokan tahapan sedangkan akhirnya adalah menghasilkan design yang diinginkan oleh
gagasan/penugasan.

Menurut J. C Jones’s dalam bukunya Design Method; menyatakan bahwa proses Desain ada
enam tahapan yaitu:

Idea Informasi Analisis Sintesis monitoring optimasi

Sedangkan menurut James C. Snyder, menyatakan bahwa proses design terbagi lima yaitu :

mengenai pamahaman permasalahan dan tujuan disain yg akan di selesaikan


Pengenalan

Pengumpulan informasi/data dan analisa


Persiapan

Disain Awal

Optimalisasi Pengajuan penyelesaian masalah disain berupa disain awalyang dihasilkan


Disain dari proses sintesa

CV. SIGMA KARYA DESIGN Halaman 3 - 17


LAPORAN AKHIR
PENATAAN SITUS CANDI BLANDONGAN TAHAP - II

Disain yang optimal adalah disisain yang konsisten terhadap tujuan dan
Disain Konsep rancangan desain Optimal yang disetujui.
Optimal

Pembuatan
dokumen Penyusunan dokumen untuk proses tender pelaksanaan
perencanaan

Pada bagian ini akan dibahas metodologi yang akan digunakan dalam pelaksanaan kegiatan ini,
yang pada dasarnya mengarah pada kegiatan untuk menghasilkan perangkat pengendalian yang
efisien dan efektif. Berdasarkan acuan tersebut maka perlu dipilih kerangka berpikir yang tepat
untuk menjalankan rangkaian kegiatan tersebut yang secara umum dapat dilihat dalam diagram di
bawah ini :

1. Pengumpulan data, yaitu metode yang digunakan untuk mendapatkan gambaran SEMUA
kondisi yang akan mempengaruhi hasil rancangan baik berupa data Lapangan yang berkaitan
dengan kondisi dan kualitas lahan dan lingkungan di sekitar lokasi. Sedangkan data tertulis
yang digunakan adalah semua dokumen legal yang sudah disyahkan sebagai acuan untuk
semua aktifitas perencanaan dan perancangan baik yang berlaku secara nasional maupun lokal.
Pendekatan untuk survei yang digunakan dalam kegiatan ini dimaksudkan untuk
meningkatkan pemahaman terhadap persoalan perancangan yang ada.

2. Proses perencanaan dan Perancangan yang berbasis Perkiraan biaya, yaitu


pendekatan yang digunakan untuk melakukan analisis kebutuhan ruang dan aktivitas beserta
perumusan konsepnya yang dibatasi oleh pagu biaya. Pendekatan yang digunakan terkait
dengan sasaran yang ingin dicapai serta membuka peluang bagi pengembangan alternatif
gagasan rancangan bangunan secara optimal.
Masing-masing kegiatan ini akan dioperasionalisasikan melalui berbagai metodologi perancangan
yang sesuai. Metodologi ini terutama akan menentukan cara-cara: (i) bagaimana keputusan desain
dilakukan, dan (2) bagaimana desain awal dikembangkan dalam rencana yang lebih detail. Adapun
keterkaitan antara pendekatan dan metodologi yang digunakan dalam penyelesaian rangkaian
tahapan produk Penyiapan perangkat pengendalian pembangunan Gedung BPP dapat dilihat pada
Gambar 3.4 berikut.

CV. SIGMA KARYA DESIGN Halaman 3 - 18


LAPORAN AKHIR
PENATAAN SITUS CANDI BLANDONGAN TAHAP - II

Tujuan Design &


Data Lapangan Krteria / karakter

Hasil pengukuran rancangan
topography Data Tertulis


Hasil soil test ; Peraturan GSB,
sondir KDB, KLB dll


Studi banding Standar Teknis
Laporan dan
Rancangan awal

Pengembangan
Rencana

Disain yang disetujui

DOKUMEN LELANG
 Gambar Kerja
 RKS Teknis
 BQ dan RAB

CV. SIGMA KARYA DESIGN Halaman 3 - 19


LAPORAN AKHIR
PENATAAN SITUS CANDI BLANDONGAN TAHAP - II

Gambar 3.4 Kerangka Berpikir penyiapan produk

Gambar 3.4. Kerangka pikir ini lebih mengedepankan proses makro yang berakhir dengan
keluaran. Padahal sesungguhnya dalam Metodologi perancangan yang dikembangkan adalah cara
untuk menghasilkan suatu keluaran tertentu.
Dengan memperhatikan keluaran dan cara maka metodologi perancangan Gedung BPP ini dapat
digambarkan sebagaimana Gambar 3.5 Bagan Alir Metodologi, berikut :

 Data Lapangan
 Data Tertulis Studi Banding
 Approval
Preliminary Design
 Rough cost
Estimate

Analisis:
 kawasan
 tapak dan lokasi
 fungsi dan ruang
 sistem bangunan

Pengenalan
Masalah Desain

Pengembangan
Konsep

Pengembangan
Rancangan

CV. SIGMA KARYA DESIGN Halaman 3 - 20


LAPORAN AKHIR
PENATAAN SITUS CANDI BLANDONGAN TAHAP - II

DOKUMEN
LELANG

Gambar 3.5 Bagan Metodologi

Di dalam bagan metodologi tersebut terkandung Pendekatan yang juga metode untuk
menghasilkan keluaran dan menempuh langkah-langkah perancangan. Keterkaitan Pendekatan dan
Metodologi yang digunakan dalam penyiapan rncana pembangunan Gedung BPP ini terlihat dalam
diagram dibawah ini :

KEGIATAN PENYIAPAN
DOKUMEN
PERENCANAAN GEDUNG
KPU

Bagan 3.5 Keterkaitan Metologi dan Pendekatan

Dalam bagan ini terlihat bahwa setiap tahap mempunyai pedekatan dan metode yang berbeda.
Pengumpulan data yang menggunakan pendekatan formal mengharuskan untuk menggunakan
metode survey lapangan untuk mencari data dan informasi pendukung. Data yang dikumpulkan
untuk kegiatan perancangan ini dapat berupa data primer maupun data sekunder yang berasal dari
berbagai sumber mulai data standar, peraturan ataupun data sekunder lainnya.
Pengumpulan data dalam proses ini juga dimaksudkan sebagai upaya untuk meningkatkan
pemahaman para aparat Pemda dalam mengelola sebuah Gedung BPP karenanya dilakukan suatu
studi banding. Studi banding ini sekaligus sebagai cara belajar dari preseden yang sangat lazim
dalam proses perancangan arsitektur.

CV. SIGMA KARYA DESIGN Halaman 3 - 21


LAPORAN AKHIR
PENATAAN SITUS CANDI BLANDONGAN TAHAP - II

Tahap berikutnya adalah menganalisis data. Tujuan tahap ini adalah untuk mendapatkan
pemahaman yang lebih baik terhadap persoalan rencana pembangunan Gedung BPP. Permaslahan
pembangunan dalam kaitan ini dapat ditinjau dari berbagai aspek dan pendekatan mulai dari
pekotaan, kawasan, ekologis, fungsional, karakteristik arsitektur lokal, fungsional, teknis (struktur,
mekanikal, lektrikal dan kosntruksi), pemeliharaan dan manejemen pengelolaan fasilitas. Terhadap
berbagai persoalan yang mengemuka diperlukan suatu proses pengambilan keputusan melalui
diskusi internal team konsultan untuk dapat mengangkat satu masalah yang penting untuk menjadi
titik tolak pengembangan konsep desain. Bertitik tolak dari permasalahan yang diangkat
selanjutnya dikembangkan konsep perancangan yang akan menjadi landasan bagi pengembangan
konsep-konsep trunanyang ada di dalam perancangan tersebut.
Pada tahap selanjutnya kegiatan perancangan mulai dengan pendekatan yang khas arsitektur yakni
dengan metode skesta dan pengolahan model 3 D untuk mencari gagasan bentuk arsitekturnya.
Dalam tahap ini, setiap alternatif gagasan yang dimunculkan dapat diuji kelayakannya dengan
berbagai kriteria yang telah ditetapkan serta dengan kemampuannya untuk menyelesaikan masalah
yang sudah diidentifikasi sebelumnya. Proses umpan balik yang dilakukan dapat berlangsung
beberapa kali tegantung pada keterpaduan gagasan rancangan yang dihasilkan, semakin baik siuatu
alternatif maka akan semakin singkat proses iterasinya.
Apabila rancangan awal yang dihasikan sudah disepakati oleh pihak pemberi tugas maka
selanjutnya adalah tahap pengembangan desain untuk menghasilkan gambar kerja. Meski
rancangan awal sudah disetujui tidak berarti rancangan itu tidak akan berubah lagi. Dalam proses
pengembangan rancangan, kemungkinan ada modifikasi sangat besar. Koordinasi antar bidang
seperti elektrikal, mekanikal dan struktur serta biaya sangat memungkinkan terjadinya perubahan
detail desain. Namun demikian apabila konsistensi dijaga maka apa yang dihasilkan dari suatu
rancangan detail tidak akan jauh berbeda dengan gagasan ide awalnya.

3.5. Proses dan Prosedur Penyusunan DED BPP (Balai Penyuluhan Pertanian)

Hasil kerja yang kami lakukan adalah sesuai dengan tahapan kerja yang biasa yang kami lakukan,
sedangkan laporan hasil kerja dapat disesuaikan dengan yang tercantum dalam KAK. Tahapan
kerja yang biasa kami lakukan adalah :

3.5.1. Persiapan

Proses Disain dimulai dari adanya idea yang diakibatkan oleh gagasan/penugasan yang
disampaikan kepada arsitek oleh clien tentang maksud pembangunan. Penugasan/gagasan
merupakan sumber Ide. Penugasan/gagasan seperti tertuang dalam KAK yang berisi hal-hal antara
lain :

 Ruang lingkup Penugasan.

CV. SIGMA KARYA DESIGN Halaman 3 - 22


LAPORAN AKHIR
PENATAAN SITUS CANDI BLANDONGAN TAHAP - II

 Tujuan dari penugasan.

 Penyusunan time schedule;

 Organisasi pelaksana pekerjaan;

 Jadwal keterlibatan tenaga ahli;

 Studi literatur.

3.5.2. Survei dan Pengumpulan Data

Survai dan pengumpulan data yang dilakukan dalam perencanaan gedung BPP adalah sebagai
berikut :

- Pengukuran ulang site rencana gedung BPP

- Membuat patok – patok polygon di site rencana sesuai dengan RTRK

- Wawancara dengan stakeholder;

- Pengumpulan data sosial ekonomi;

3.5.3 Analisis

Analisis yang akan dilakukan dalam penyusunan DED Pembangunan Gedung BPP Kecamatan
Curug dalah sebagai berikut :

 Analisis fungsi kawasan.


 Analisis tapak dan lokasi.
 Analisis fungsi dan ruang.
 Analisis sistem bangunan.

3.5.4 Pengenalan Masalah Desain

Pengenalan masalah desain yang dilakukan dalam penyusunan DED Gedung BPP meliputi :

- Pengenalan masalah ruang dan kawasan.

- Pengenalan masalah filosofis bangunan.

- Pengenalan masalah struktur bangunan.

- Pengenalan masalah utilitas.

- Pengenalan masalah sistem mekanikal & elektrikal.

3.5.5 Pengembangan Konsep

CV. SIGMA KARYA DESIGN Halaman 3 - 23


LAPORAN AKHIR
PENATAAN SITUS CANDI BLANDONGAN TAHAP - II

Pengembangan konsep desain yang dilakukan dalam penyusunan DED Gedung BPP meliputi :

- Pra rencana tapak.

- Pra rencana bangunan termasuk program dan konsep ruang.

- Perkiraan biaya dan perijinan lokasi di RTRK.

- Persyaratan bangunan dan lingkungan.

3.5.6 Pengembangan Rencana

Pengembangan rencana dalam penyusunan DED Gedung BPP meliputi :


- Rencana arsitektur, beserta uraian konsep serta visualisasi animasi dan studi maket yang
mudah dimengerti oleh pemberi tugas.
- Rencana struktur, beserta uraian konsep dan perhitungannya.
- Rencana utilitas, beserta uraian konsep dan perhitungannya.
- Perkiraan biaya.

3.5.7 Dokumen Lelang

Dokumen lelang dalam penyusunan DED Pembangunan Gedung BPP Kecamatan Curug
berisi :
- Gambar – gambar detail arsitektur, detail struktur, detail utilitas yang sesuai dengan
gambar rencana yang telah disetujui.
- Rincian volume pelaksanaan pekerjaan, rencana anggaran biaya pekerjaan konstruksi.
- Laporan akhir perencanaan.

CV. SIGMA KARYA DESIGN Halaman 3 - 24

You might also like