You are on page 1of 10

URIN

1.

2. Pemeriksaan urin rutin meliputi pemeriksaan fisik, kimia, dan mikroskopis untuk
mendeteksi dan/atau mengukur beberapa zat dalam urin seperti produk sampingan dari
metabolisme yang normal dan abnormal, sel, fragmen sel, dan bakteri. Pemeriksaan urin
rutin seringkali menjadi bagian dari pemeriksaan kesehatan berkala (medical check-up),
dan direkomendasikan dokter ketika seseorang memiliki gejala seperti sakit perut, nyeri
punggung, sering buang air kecil disertai rasa nyeri saat buang air kecil. Pemeriksaan urin
rutin membutuhkan sampel berupa urin. Manfaat Pemeriksaan: Menyaring, membantu
diagnosis, dan/atau memantau beberapa penyakit dan kondisi seperti kelainan
ginjal/saluran kemih, gangguan infeksi saluran kemih (ISK), dan penyakit metabolik atau
sistemik.

3. Human chorionic gonadotropin (hCG) merupakan hormon yang biasanya diproduksi


oleh plasenta. Adanya hormon hCG pada urine dan darah merupakan salah satu tanda
kehamilan yang cukup akurat.

pemeriksaan hCG bertujuan untuk berikut.


 Memastikan seseorang sedang hamil atau tidak.
 Bagian dari tes kelainan kehamilan, seperti kehamilan ektopik dan kehamilan molar.
 Membantu mendiagnosis kanker rahim (choriocarcinoma).
 Memeriksa dan memantau kehamilan yang dicurigai mengalami keguguran, serta
 Memantau kondisi wanita setelah mengalami keguguran.

Pengambilan sampel urine


Pemeriksaan hCG dengan sampel urine perlu memperhatikan hal-hal berikut.
 Sebaiknya sampel urine yang digunakan berasal dari air kencing pertama di pagi hari saat jadwal
pemeriksaan.
 Selain urine pagi hari, urine dari 4 jam setelah buang air kecil terakhir juga bisa digunakan.
Dianjurkan menggunakan sampel urine di waktu-waktu tersebut karena memiliki kadar hCG
yang tinggi sehingga hasilnya akan lebih akurat.
Hasil pemeriksaan dengan metode kualitatif atau beta hCG cukup sederhana. Hanya berupa nilai
positif atau negatif.
 Hasil positif menandakan bahwa terdapat hormon hCG dalam urine (sedang hamil).
 Hasil negatif menandakan bahwa tidak terdapat hormon hCG dalam urine (tidak hamil).

4. Urine merupakan spesimen yang paling sering digunakan untuk pemeriksaan narkoba
rutin karena ketersediaannya dalam jumlah besar dan memiliki kadar obat dalam jumlah
besar sehingga lebih mudah mendeteksi obat dibandingkan pada spesimen lain.
Teknologi yang digunakan pada pemeriksaan narkoba pada urin sudah berkembang baik.
Kelebihan lain spesimen urin adalah pengambilannya yang tidak invasif dan dapat
dilakukan oleh petugas yang bukan medis. Urine merupakan matriks yang stabil dan
dapat disimpan beku tanpa merusak integritasnya. Obat-obatan dalam urine biasanya
dapat dideteksi sesudah 1-3hari. Kelemahan pemeriksaan urine adalah mudahnya
dilakukan pemalsuan dengan cara substitusi dengan bahan lain maupun diencerkan
sehingga mengacaukan hasil pemeriksaan.
Lamanya kadar zat ini bertahan dalam tubuh tergantung dari jumlah zat amfetamin yang
digunakan dan tes apa yang akan dijalan. Pada umumnya zat ini dapat terdeteksi hingga
1-3 hari dalam urin, 1- 2 hari dalam darah, dan hingga 90 hari pada rambut.

Faeces
1. Pemeriksan feses adalah prosedur untuk memeriksa sampel feses atau tinja.
Pemeriksan feses bertujuan untuk mendeteksi penyakit atau gangguan pada sistem
pencernaan. Pemeriksaan feses diawali dengan pengambilan sampel tinja pasien.
Selanjutnya, sampel tinja akan dibawa ke laboratorium untuk diteliti.
Pemeriksaan feses juga bertujuan untuk memeriksa keberadaan darah, gula, lemak,
mikoorganisme penyebab infeksi, cairan empedu, dan sel darah putih, serta untuk mengukur
tingkat keasaman pada sampel tinja.
Pemeriksaan feses terbagi ke dalam dua jenis, yaitu:

 Tes darah samar atau fecal occult blood test (FOBT), untuk menemukan ada atau
tidaknya darah di tinja dengan menggunakan zat kimia
 Kultur feses, untuk mendeteksi keberadaan bakteri yang menyebabkan infeksi pada
saluran pencernaan

Selain itu, pemeriksaan feses juga dilakukan untuk:

 Mengetahui penyebab gejala gangguan saluran cerna, seperti mual, muntah, diare, perut


kembung, nyeri atau kram perut, BAB berlendir, dan demam
 Mendeteksi kanker atau polip prakanker pada usus besar, dengan melihat ada atau
tidaknya darah pada tinja
 Mengidentifikasi penyakit liver, pankreas, atau saluran pencernaan, dengan memeriksa
kadar enzim pada tinja pasien

elain itu, pemeriksaan feses juga dilakukan untuk:

 Mengetahui penyebab gejala gangguan saluran cerna, seperti mual, muntah, diare, perut


kembung, nyeri atau kram perut, BAB berlendir, dan demam
 Mendeteksi kanker atau polip prakanker pada usus besar, dengan melihat ada atau
tidaknya darah pada tinja
 Mengidentifikasi penyakit liver, pankreas, atau saluran pencernaan, dengan memeriksa
kadar enzim pada tinja pasien
 Pemeriksaan feses adalah serangkaian tes yang dilakukan pada sampel feses (kotoran)

 untuk membantu mendiagnosis kondisi tertentu yang mempengaruhi saluran pencernaan.


Kondisi ini dapat mencakup infeksi (seperti dari parasit, virus, atau bakteri), penyerapan
nutrisi yang buruk, atau kanker.
 Untuk pemeriksaan feses, sampel feses dikumpulkan dalam wadah bersih dan langsung
dianalisis. Analisis laboratorium meliputi pemeriksaan mikroskopis, tes kimia, dan tes
mikrobiologis. Feses akan diperiksa untuk warna, konsistensi, jumlah, bentuk, bau, dan
adanya lendir. Feses dapat diperiksa untuk  darah, lemak, serat daging, empedu, sel darah
putih, dan gula tersembunyi yang disebut zat pengurang. PH feses juga dapat diukur.

2. Tes darah samar atau fecal occult blood test (FOBT), untuk menemukan ada atau
tidaknya darah di tinja dengan menggunakan zat kimia. Kultur feses, untuk mendeteksi
keberadaan bakteri yang menyebabkan infeksi pada saluran pencernaan
Untuk mendeteksi adanya perdarahan samar saluran cerna. - Untuk melakukan
pemeriksaan fisik rutin dan skrinning.- Sebagai skrining adanya perdarahan saluran cerna
yang disebabkan oleh kanker kolon, tumor, polip, divertikulitis, ulkus, kolitis, atau
inflamasi dan infeksi parasit misalnya skistomiasis intestina
Pemeriksaan darah samar ini positif bila adanya reaksi kimia antara cairan kimia yang
dipakai dengan sel darah merah, ditunjukan dengan perubahan warna. Hasil positif dapat
terjadi pada beberapa penyakit seperti radang usus besar, kanker usus besar, perdarahan
lambung, diverticulitis

1. DARAH RUTIN
Cek darah rutin tipikal adalah hitung darah lengkap alias CBC. Tujuannya untuk
menghitung sel darah merah dan putih serta mengukur kadar hemoglobin dan
komponen darah lainnya. Tes ini dapat mengungkap anemia, infeksi,
bahkan kanker darah.
A. HB
Hemoglobin adalah metaloprotein (protein yang mengandung zat besi) di dalam sel
darah merah yang berfungsi sebagai pengangkut oksigen dari paru-paru ke seluruh
tubuh,[1] pada mamalia dan hewan lainnya. Hemoglobin juga pengusung karbon
dioksida kembali menuju paru-paru untuk dihembuskan keluar tubuh. Molekul
hemoglobin terdiri dari globin, apoprotein, dan empat gugus heme, suatu molekul
organik dengan satu atom besi.
Untuk laki-laki dewasa kadar Hb normal berkisar 14–18 g/dL (gram per desiliter).
Sedangkan untuk wanita dewasa berkisar 12–16 g/dL. Nah, seseorang bisa dikatakan
kekurangan hemoglobin bila kadarnya lebih rendah dari batas normal
b. Pemeriksaan hitung jumlah leukosit merupakan pemeriksaan darah rutin yang
dilakukan di laboratorium klinik. Lekosit berfungsi sebagai sel pertahanan tubuh dari
penyakit infeksi atau inflamasi. Jumlah lekosit pada darah orang dewasa normal berkisar
antara 5.000 – 11.000/mm3 darah
c. tes hematokrit merupakan pemeriksaan yang dilakukan untuk mengukur jumlah sel
darah merah di dalam darah. JIka hasil tes menunjukkan level hematokrit rendah atau di
bawah rentang normal, maka hal ini menandakan bahwa jumlah sel darah merah di dalam
tubuh sedang berkurang
Interpretasi Hasil

Setelah didapatkan hasilnya dalam bentuk persen, maka kemudian dibandingkan dengan nilai
standar atau nilai normal. Dengan demikian akan didapatkan kesimpulan apakah hematokrit
darah yang diuji tergolong normal atau abnormal (rendah atau tinggi).

Nilai normal hematokrit yang sering digunakan adalah sebagai berikut:

 Pria dewasa: 38,8-50 persen


 Wanita dewasa: 34,9-44,5 persen
 Anak-anak: 33 -38%
Anak-anak usia 15 tahun atau di bawahnya memiliki satu set terpisah karena kadar hematokrit
(Ht) berubah dengan cepat seiring pertambahan usia. Laboratorium khusus akan menganalisis
hasilnya untuk menentukan rentang hematokrit normal bagi anak usia tertentu.

Kadar hematokrit rendah dapat menunjukkan adanya:

 penyakit sumsum tulang


 penyakit inflamasi kronik
 kekurangan nutrisi seperti zat besi, folat, atau vitamin B-12
 pendarahan di organ-organ dalam
 anemia hemolitik
 gagal ginjal
 leukemia
 limfoma
 anemia sel sabit

# Hematokrit Tinggi

Sedangkan kadar hematokrit yang tinggi dapat menunjukkan:

 Penyakit jantung bawaan


 tumor ginjal
 dehidrasi
 penyakit paru-paru
 polisitemia vera
 Demam berdarah akibat kebocoran plasma.
Hematokrit merupakan pemeriksaan darah rutin dengan pengukuran perbandingan jumlah
sel darah merah terhadap volume seluruh darah dengan menggunakan alat sentrifuge
mikrohematokrit. Prinsip sentrifugasi pada Hematokrit digunakan juga pada pembuatan
sampel serum

d.

2. Hb
Hemoglobin (Hb) adalah protein kaya zat besi dalam sel darah merah yang bertugas
membawa oksigen ke seluruh tubuh. Protein ini juga berfungsi memberi warna merah
pada darah.
Pemeriksaan hemoglobin ini sebagai bagian dari rangkaian pemeriksaan darah
lengkap. Tujuannya adalah untuk mengetahui ada atau tidaknya kondisi yang
memerlukan perhatian khusus, misalnya anemia.
Hb normal berapa?
Untuk laki-laki dewasa kadar Hb normal berkisar 14–18 g/dL (gram per desiliter). Sedangkan
untuk wanita dewasa berkisar 12–16 g/dL. Nah, seseorang bisa dikatakan
kekurangan hemoglobin bila kadarnya lebih rendah dari batas normal.
aktor-faktor yang mempengaruhi kadar hemoglobin, yaitu jenis kelamin, status gizi, pola
makan (skala nominal).
3. Darah lengkap (-LED)
4. Darah lengkap (+LED)
5. Paket otomatis
6. LED
Tes laju endap darah digunakan untuk menilai kondisi peradangan atau infeksi pada
tubuh. Prosedur ini dilakukan dengan cara mengambil sejumlah sampel darah dan
diperiksa di laboratorium.
Laju endap darah (LED) (bahasa Inggris: Erythrocyte sedimentation rate (ESR)) adalah
kecepatan sel - sel darah merah mengendap di dalam tabung uji dengan satuan mm/jam.[1][2] Uji
LED umumnya dilakukan menggunakan metode Westergren dan bertujuan untuk memantau
keberadaan radang atau infeksi di dalam tubuh.[3] Dalam metode tersebut, sampel darah yang
telah diberi antikoagulan diletakkan di dalam tabung vertikal 200 mm dan kemudian didiamkan
selama 1 jam untuk diamati seberapa jauh sel darah merah jatuh menuju dasar tabung tersebut.[2]
[3]

Faktor - faktor yang mempengaruhi hasil uji LED adalah kadar fibrinogen, rasio sel darah merah
dibandingkan dengan plasma darah, keadaan sel darah merah yang abnormal, dan beberapa
faktor teknis.[3][4] Kadar fibrinogen dalam darah akan meningkat saat terjadi radang atau infeksi
dan menyebabkan sel - sel darah merah lebih mudah membentuk rouleaux atau menggumpal
sehingga sel darah merah lebih cepat mengendap.[3]
Laju endap darah cenderung dikaitkan dengan keberadaan radang atau infeksi, namun dapat juga
membantu pemantauan kelainan kekebalan tubuh, diabetes, tuberkulosis, anemia, bahkan kanker.
[2][4][5]
 Laju endap darah juga mengalami peningkatan saat masa kehamilan atau seiring dengan
bertambahnya usia
Interval nilai normal hasil uji LED adalah [10][11][12]
Pria dewasa: 0 - 15mm/jam
Wanita dewasa: 0 - 20mm/jam
Anak - anak: 0 - 10mm/jam
Jika nilai LED > 50mm/jam, maka dibutuhkan pemeriksaan lanjutan mengenai
kadar protein dalam serum, immunoglobulin, Anti Nuclear Antibody, dan
faktor reumatoid karena dapat mengarah kepada tuberkulosis,
penyakit tiroid, Systemic Lupus Erythematosus, atau arthritis reumatoid.[10] Jika nilai
LED > 100mm/jam, maka memiliki indikasi infeksi
serius, malignansi, paraproteinemia, atau hiperfibrinogenemia

Faktor - faktor yang mempengaruhi nilai LED[sunting | sunting sumber]


Kadar fibrinogen[sunting | sunting sumber]
Fibrinogen merupakan protein yang diproduksi oleh hati dan berfungsi untuk membantu
proses pembekuan darah.[13] Sehubungan dengan perannya dalam proses pembekuan darah,
jumlah fibrinogen akan meningkat saat terjadi luka atau infeksi di dalam tubuh [3] Jumlah
fibrinogen yang meningkat dapat menyebabkan sel - sel darah merah saling mengikat satu sama
lain dan membentuk gumpalan yang disebut rouleaux sehingga sel - sel darah merah cenderung
menjadi lebih berat.[14]
Rasio sel darah merah terhadap plasma darah[sunting | sunting sumber]
Saat rasio sel darah merah terhadap plasma darah cukup tinggi, maka dapat dikatakan bahwa
jumlah komponen sel lebih banyak dibandingkan dengan komponen cair atau plasma sehingga
komponen sel lebih berat dan lebih cepat mengendap.[3]
Keadaan sel darah merah yang abnormal[sunting | sunting sumber]
Keadaan sel darah merah yang tidak normal seperti pada penderita anemia sel sabit dapat
menurunkan nilai LED secara signifikan.[4] Hal ini disebabkan oleh bentuk sel darah merah yang
lebih kecil dan kurang beraturan sehingga sel darah merah menjadi lebih lambat saat mengendap.
[4]

Faktor teknis[sunting | sunting sumber]


Faktor teknis yang dapat mempengaruhi hasil uji LED mencakup posisi dan tinggi tabung
pengujian, proses pencampuran sampel darah dengan antikoagulan, serta pengaruh lingkungan
terhadap tabung pengujian dalam proses pengamatan.[4] Perhatian yang kurang terhdap hal - hal
teknis tersebut dapat memberikan pengaruh yang cukup besar terhdap hasil uji LED.
7. MASA PERDARAHAN
Waktu perdarahan (Bleeding Time) adalah pengukuran in vivo adhesi dan agregasi
trombosit pada subendotel vaskular yang terluka. Tes ini memberikan
perkiraan waktu keadaan plug trombosit dan menunjukkan interaksi antara kapiler dan
trombosit.
Dalam pemeriksaan waktu perdarahan (Bleeding Time) normalantara 3-6 menit dengan
pembendungan 40mmHg. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana
gambaran hasil pemeriksaan waktu perdarahan (Bleeding Time) dengan metode Ivy
dengan pembendungan menggunakan sfignnomanometer tekanan 40mmHg dan
50mmHg. Hasil pemeriksaan waktu perdarahan (Bleeding Time) metode Ivy dengan
pembendungan menggunakan sfignomanometer tekanan 40mmHg dan 50mmHg secara
umum menunjukkan bahwa hasil pembendungan menggunakan sfignomanometer
tekanan 50mmHg memiliki hasil yang lebih tinggi daripada pembendungan
pembendungan menggunakan sfignomanometer tekanan 40mmHg. Pada pembendungan
menggunakan sfignomanometer tekanan 50mmHg menunjukkan bahwa terdapat satu
responden yang memiliki kadar hasil melebihi nilai normal karena terdapat proses pada
sistem hormonal responden. 
8. MASA PEMBEKUAN
Koagulasi adalah suatu proses yang rumit di dalam sistem koloid darah yang memicu
partikel koloidal terdispersi untuk memulai proses pembekuan dan membentuk thrombus
Tanda dan Gejala Masalah Pembekuan
 Lengan atau kaki bengkak di satu sisi tubuh.
 Nyeri di lengan atau kaki di mana bekuan darah berada.
 Kesulitan bernapas atau sakit dada saat bernafas.
 Detak jantung cepat.
 Kadar oksigen rendah.
Faktor koagulasi atau faktor pembekuan darah adalah protein yang terdapat dalam darah
(plasma) yang berfungsi dalam proses koagulasi . Terdapat tiga belas faktor pembekuan
di dalam tubuh manusia diantaranya, yaitu:
1. Faktor 1 (Fibrinogen)
2. Faktor II (prothrombin)
3. Faktor III (Thromboplastin, Tissue Thromboplastin)
4. Faktor IV (Ion Calcium)
5. Faktor V (Proakselerin, Labil Factor)
6. Faktor VI (unknown/tidak diketahui)
7. Faktor VII (Prokonvertin, Stabil Factor)
8. Faktor VIII (Faktor Antihemophilia, Anti Hemophilic Globulin)
9. Faktor IX (Komponen Tromboplastik Plasma, Chrismas Factor)
10. Faktor X (faktor stuart-prower)
11. Faktor XI (Plasma Thromboplastin Antecedantfaktor antihemofilia C)
12. Faktor XII (Faktor Hageman, Contack faktor)
13. Faktor XIII (Faktor Stabilisasi Fibrin, Fibrinase)
diagnosa
 Diagnosis gangguan koagulasi ditegakkan dari riwayat klinis rinci, pemeriksaan fisik,
dan hasil tes laboratorium.
 Riwayat klinis harus memastikan apakah ada riwayat perdarahan dalam keluarga atau
kelainan perdarahan yang diketahui.
 Pengujian laboratorium dapat membedakan gangguan perdarahan yang disebabkan
oleh cacat pada jalur koagulasi, jalur fibrinolitik, atau perubahan jumlah atau fungsi
trombosit.

9. HITUNG JENIS LEUKOSIT


Hitung jenis leukosit adalah perhitungan jenis leukosit yang ada dalam darah berdasarkan
proporsi (%) tiap jenis leukosit dari seluruh jumlah leukosit. Jenis leukosit yang dihitung
adalah neutrofil, eosinofil, basofil, monosit dan limposit.
da 5 jenis sel darah putih yang biasa dikenal dalam pemeriksaan hitung jenis yaitu
neutrofil, limfosit, monosit, eosinofil, dan basofil.[1] Hasil dari hitung jenis leukosit akan
dilaporkan sebagai nilai absolut dari 5 jenis sel darah putih atau dalam bentuk persentase
dari jumlahnya.
Nilai normal dari hitung jumlah leukosit adalah :

 Leukosit Total : 00-11.0 x 109/L.


 Neutrofil : 5–7.5 x 109/L.
 Limfosit : 5–3.5 x 109/L.
 Monosit : 2–0.8 x 109/L.
 Eosinofil : 04-0.4 x 109/L.
 Basofil : 01-0.1 x 109/L.

Cara menghitung
Jumlah lekosit/mmk darah dihitung dengan rumus : (N/0.4) x 20 atau N x 50, dimana
N=jumlah sel lekosit yang ditemukan, 0.4=volume bilik hitung, dan 20=pengenceran.
10. GOLONGANDARAH
Golongan darah adalah ilmu pengklasifikasian darah dari suatu kelompok berdasarkan
ada atau tidak adanya zat antigen warisan pada permukaan membran sel darah merah. Hal
ini disebabkan karena adanya perbedaan jenis karbohidrat dan protein pada permukaan
membran sel darah merah tersebut.
ada empat tipe golongan darah, yaitu A, B, O dan AB. Empat golongan darah tersebut
dibedakan berdasarkan ada tidaknya antigen pada sel darah merah dan plasma darah.
Selain itu, status rhesus (Rh) darah dibagi menjadi dua, yaitu negatif dan positif.
Berdasarkan keberadaan antigen dan antibodi A dan B dalam darah, golongan darah dibedakan
menjadi 4, yaitu A, b, AB, dan O.
 
1. Golongan darah A memiliki antigen atau aglutinogen A, dan antibodi atau aglutinin B
2. Golongan darah B memiliki antigen atau aglutinogen B, dan antibodi atau aglutinin A
3. Golongan darah AB memiliki antigen atau aglutinogen A dan juga B, dan tidak memiliki
antibodi atau aglutinin
4. Golongan darah O tidak memiliki antigen atau aglutinogen apapun
Faktor rhesus (Rh) adalah jenis antigen yang ada pada sel darah merah. Jika darah
memiliki faktor Rh maka dikatakan rhesus positif dan jika tidak memiliki faktor Rh maka
dikatakan rhesus negatif. Orang yang memiliki Rh Negatif bisa mendonorkan darahnya
kepada orang yang memiliki status Rh Negatif dan Rh Positif. Pendonor dengan Rh
Positif hanya bisa memberikan darahnya kepada orang dengan Rh Positif.
11. Retikulosit
Retikulosit adalah sel eritrosit yang belum matang, dan kadarnya dalam eritrosit manusia
sekitar 1%. Retikulosit berkembang dan matang di sumsum tulang merah dan
disirkulasikan dalam pembuluh darah sebelum matang menjadi eritrosit.
Pemeriksaan retikulosit untuk apa?
Pemeriksaan hitung retikulosit dilakukan untuk mengukur jumlah sel darah merah muda dalam
volume darah tertentu.

Sel ini disebut retikulost karena memiliki jaringan seprti retikuler pada ribosom RNA. Retikuler
ini hanya dapat diamati di bawah mikroskop dengan pewarnaan tertentu seperti perwarnaa
supravital dengan metilen biru baru.
Retikulosit tampak lebih kebiruan daripada eritrosit ketika diamati dengan pewarnaan
Romanowsky biasa. Ukurannya menyerupai eritrosit yakni sekitar 6 hingga 9 mikron.

12. HITUNG ESINOFIL


Cek hitung eosinofil adalah tes darah yang berfungsi untuk mengukur
jumlah eosinofil dalam tubuh. Eosinofil merupakan salah satu jenis sel darah putih. Jika
kadarnya terlalu rendah atau terlalu tinggi, maka itu tandanya ada gangguan yang sedang
terjadi di tubuh
Kadar normal eosinofil adalah 30-350 sel eosinofil tiap mikroliter darah atau sekitar 0-6
persen. Untuk mengetahui kadar eosinofil di dalam tubuh, Anda perlu melakukan tes
hitung jenis darah putih
jika kadar eosinofil Anda jauh di bawah 500 eosinofil per mcl darah, maka dapat disimpulkan
bahwa Anda sedang mengalami kondisi eosinofil rendah.
Tujuan pem Untuk menilai jumlah absolut (sebenarnya) eosinofil, Membantu diagnosis
alergi / reaksi obat.

13. MALARIA
Penyakit yang disebabkan oleh parasit plasmodium, ditularkan melalui gigitan nyamuk
yang terinfeksi.
Malaria merupakan penyakit yang disebabkan oleh parasit Plasomodium. Penyakit ini ditularkan
melalui gigitan nyamuk Anopheles betina yang terinfeksi parasit tersebut. Gigitan nyamuk
membuat parasit masuk, mengendap di organ hati, dan menginfeksi sel drah merah.12 Nov 2021
Malaria adalah penyakit kronis dan akut yang disebabkan oleh protozoa dari jenis
Plasmodium. Ada 4 spesies yang utama dari jenis plasmodium yang
menyebabkan penyakit malaria pada manusia, yaitu: Plasmodium falciparum,
Plasmodium vivax, Plasmodium malariae dan Plasmodium ovale.
pemeriksaan darah yang disebut tes diagnostik cepat malaria (RDT malaria).
RDT malaria bertujuan untuk mendeteksi protein (antigen) yang bisa menjadi tanda
keberadaan parasit malaria. Hasilnya dapat diketahui dalam waktu beberapa menit.
14. FILARIA
Penyakit parasit tropis yang memengaruhi kelenjar limfa dan pembuluh limfa.
Filariasis limfatik disebarkan oleh nyamuk yang terinfeksi. Gigitan nyamuk ini menularkan
parasit yang menuju sistem limfa.
Sebagian besar kasus tidak memiliki gejala. Jarang terjadi kerusakan jangka panjang pada sistem
limfa yang menyebabkan pembengkakan di kaki, lengan, dan alat kelamin. Kondisi ini juga
meningkatkan risiko seringnya infeksi bakteri yang mengeraskan dan menebalkan kulit (kaki
gajah).
Obat yang dikonsumsi bertahun-tahun dapat membunuh parasit.

Tes darah adalah salah satu pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan untuk


mendiagnosis filariasis. Salah satu pemeriksaan yang dapat dilakukan adalah apusan
darah tepi. Metode ini akan mengambil darah dari ujung jari seseorang di malam hari.22
15. IT RATio
Immature to Total neutrophil ratio (I/T ratio) adalah salah satu pemeriksaan, di samping
darah lengkap dan CRP, yang dapat membantu diagnosis sepsis pada pasien bayi. 
Perhitungan I/T ratio didapat dari pembagian jumlah netrofil imatur oleh jumlah total
seluruh bentuk netrofil.

Immature to Total neutrophil ratio (I/T ratio) adalah salah satu pemeriksaan, di samping darah
lengkap dan CRP, yang dapat membantu diagnosis sepsis pada pasien bayi.

Pemeriksaan IT ratio merupakan salah satu yang dapat digunakan sebagai deteksi dini
terhadap sepsis tetapi harus disertai dengan pemeriksaan laboratorium yang
lainnya. Pemeriksaan yang saat ini sering digunakan sebagai penegak sepsis antara lain
kultur darah, CRP, dan Procalcitonin.

You might also like