Professional Documents
Culture Documents
Human Chorionic Gonadotropin (HCG) Merupakan Hormon Yang Biasanya Diproduksi
Human Chorionic Gonadotropin (HCG) Merupakan Hormon Yang Biasanya Diproduksi
1.
2. Pemeriksaan urin rutin meliputi pemeriksaan fisik, kimia, dan mikroskopis untuk
mendeteksi dan/atau mengukur beberapa zat dalam urin seperti produk sampingan dari
metabolisme yang normal dan abnormal, sel, fragmen sel, dan bakteri. Pemeriksaan urin
rutin seringkali menjadi bagian dari pemeriksaan kesehatan berkala (medical check-up),
dan direkomendasikan dokter ketika seseorang memiliki gejala seperti sakit perut, nyeri
punggung, sering buang air kecil disertai rasa nyeri saat buang air kecil. Pemeriksaan urin
rutin membutuhkan sampel berupa urin. Manfaat Pemeriksaan: Menyaring, membantu
diagnosis, dan/atau memantau beberapa penyakit dan kondisi seperti kelainan
ginjal/saluran kemih, gangguan infeksi saluran kemih (ISK), dan penyakit metabolik atau
sistemik.
4. Urine merupakan spesimen yang paling sering digunakan untuk pemeriksaan narkoba
rutin karena ketersediaannya dalam jumlah besar dan memiliki kadar obat dalam jumlah
besar sehingga lebih mudah mendeteksi obat dibandingkan pada spesimen lain.
Teknologi yang digunakan pada pemeriksaan narkoba pada urin sudah berkembang baik.
Kelebihan lain spesimen urin adalah pengambilannya yang tidak invasif dan dapat
dilakukan oleh petugas yang bukan medis. Urine merupakan matriks yang stabil dan
dapat disimpan beku tanpa merusak integritasnya. Obat-obatan dalam urine biasanya
dapat dideteksi sesudah 1-3hari. Kelemahan pemeriksaan urine adalah mudahnya
dilakukan pemalsuan dengan cara substitusi dengan bahan lain maupun diencerkan
sehingga mengacaukan hasil pemeriksaan.
Lamanya kadar zat ini bertahan dalam tubuh tergantung dari jumlah zat amfetamin yang
digunakan dan tes apa yang akan dijalan. Pada umumnya zat ini dapat terdeteksi hingga
1-3 hari dalam urin, 1- 2 hari dalam darah, dan hingga 90 hari pada rambut.
Faeces
1. Pemeriksan feses adalah prosedur untuk memeriksa sampel feses atau tinja.
Pemeriksan feses bertujuan untuk mendeteksi penyakit atau gangguan pada sistem
pencernaan. Pemeriksaan feses diawali dengan pengambilan sampel tinja pasien.
Selanjutnya, sampel tinja akan dibawa ke laboratorium untuk diteliti.
Pemeriksaan feses juga bertujuan untuk memeriksa keberadaan darah, gula, lemak,
mikoorganisme penyebab infeksi, cairan empedu, dan sel darah putih, serta untuk mengukur
tingkat keasaman pada sampel tinja.
Pemeriksaan feses terbagi ke dalam dua jenis, yaitu:
Tes darah samar atau fecal occult blood test (FOBT), untuk menemukan ada atau
tidaknya darah di tinja dengan menggunakan zat kimia
Kultur feses, untuk mendeteksi keberadaan bakteri yang menyebabkan infeksi pada
saluran pencernaan
2. Tes darah samar atau fecal occult blood test (FOBT), untuk menemukan ada atau
tidaknya darah di tinja dengan menggunakan zat kimia. Kultur feses, untuk mendeteksi
keberadaan bakteri yang menyebabkan infeksi pada saluran pencernaan
Untuk mendeteksi adanya perdarahan samar saluran cerna. - Untuk melakukan
pemeriksaan fisik rutin dan skrinning.- Sebagai skrining adanya perdarahan saluran cerna
yang disebabkan oleh kanker kolon, tumor, polip, divertikulitis, ulkus, kolitis, atau
inflamasi dan infeksi parasit misalnya skistomiasis intestina
Pemeriksaan darah samar ini positif bila adanya reaksi kimia antara cairan kimia yang
dipakai dengan sel darah merah, ditunjukan dengan perubahan warna. Hasil positif dapat
terjadi pada beberapa penyakit seperti radang usus besar, kanker usus besar, perdarahan
lambung, diverticulitis
1. DARAH RUTIN
Cek darah rutin tipikal adalah hitung darah lengkap alias CBC. Tujuannya untuk
menghitung sel darah merah dan putih serta mengukur kadar hemoglobin dan
komponen darah lainnya. Tes ini dapat mengungkap anemia, infeksi,
bahkan kanker darah.
A. HB
Hemoglobin adalah metaloprotein (protein yang mengandung zat besi) di dalam sel
darah merah yang berfungsi sebagai pengangkut oksigen dari paru-paru ke seluruh
tubuh,[1] pada mamalia dan hewan lainnya. Hemoglobin juga pengusung karbon
dioksida kembali menuju paru-paru untuk dihembuskan keluar tubuh. Molekul
hemoglobin terdiri dari globin, apoprotein, dan empat gugus heme, suatu molekul
organik dengan satu atom besi.
Untuk laki-laki dewasa kadar Hb normal berkisar 14–18 g/dL (gram per desiliter).
Sedangkan untuk wanita dewasa berkisar 12–16 g/dL. Nah, seseorang bisa dikatakan
kekurangan hemoglobin bila kadarnya lebih rendah dari batas normal
b. Pemeriksaan hitung jumlah leukosit merupakan pemeriksaan darah rutin yang
dilakukan di laboratorium klinik. Lekosit berfungsi sebagai sel pertahanan tubuh dari
penyakit infeksi atau inflamasi. Jumlah lekosit pada darah orang dewasa normal berkisar
antara 5.000 – 11.000/mm3 darah
c. tes hematokrit merupakan pemeriksaan yang dilakukan untuk mengukur jumlah sel
darah merah di dalam darah. JIka hasil tes menunjukkan level hematokrit rendah atau di
bawah rentang normal, maka hal ini menandakan bahwa jumlah sel darah merah di dalam
tubuh sedang berkurang
Interpretasi Hasil
Setelah didapatkan hasilnya dalam bentuk persen, maka kemudian dibandingkan dengan nilai
standar atau nilai normal. Dengan demikian akan didapatkan kesimpulan apakah hematokrit
darah yang diuji tergolong normal atau abnormal (rendah atau tinggi).
# Hematokrit Tinggi
d.
2. Hb
Hemoglobin (Hb) adalah protein kaya zat besi dalam sel darah merah yang bertugas
membawa oksigen ke seluruh tubuh. Protein ini juga berfungsi memberi warna merah
pada darah.
Pemeriksaan hemoglobin ini sebagai bagian dari rangkaian pemeriksaan darah
lengkap. Tujuannya adalah untuk mengetahui ada atau tidaknya kondisi yang
memerlukan perhatian khusus, misalnya anemia.
Hb normal berapa?
Untuk laki-laki dewasa kadar Hb normal berkisar 14–18 g/dL (gram per desiliter). Sedangkan
untuk wanita dewasa berkisar 12–16 g/dL. Nah, seseorang bisa dikatakan
kekurangan hemoglobin bila kadarnya lebih rendah dari batas normal.
aktor-faktor yang mempengaruhi kadar hemoglobin, yaitu jenis kelamin, status gizi, pola
makan (skala nominal).
3. Darah lengkap (-LED)
4. Darah lengkap (+LED)
5. Paket otomatis
6. LED
Tes laju endap darah digunakan untuk menilai kondisi peradangan atau infeksi pada
tubuh. Prosedur ini dilakukan dengan cara mengambil sejumlah sampel darah dan
diperiksa di laboratorium.
Laju endap darah (LED) (bahasa Inggris: Erythrocyte sedimentation rate (ESR)) adalah
kecepatan sel - sel darah merah mengendap di dalam tabung uji dengan satuan mm/jam.[1][2] Uji
LED umumnya dilakukan menggunakan metode Westergren dan bertujuan untuk memantau
keberadaan radang atau infeksi di dalam tubuh.[3] Dalam metode tersebut, sampel darah yang
telah diberi antikoagulan diletakkan di dalam tabung vertikal 200 mm dan kemudian didiamkan
selama 1 jam untuk diamati seberapa jauh sel darah merah jatuh menuju dasar tabung tersebut.[2]
[3]
Faktor - faktor yang mempengaruhi hasil uji LED adalah kadar fibrinogen, rasio sel darah merah
dibandingkan dengan plasma darah, keadaan sel darah merah yang abnormal, dan beberapa
faktor teknis.[3][4] Kadar fibrinogen dalam darah akan meningkat saat terjadi radang atau infeksi
dan menyebabkan sel - sel darah merah lebih mudah membentuk rouleaux atau menggumpal
sehingga sel darah merah lebih cepat mengendap.[3]
Laju endap darah cenderung dikaitkan dengan keberadaan radang atau infeksi, namun dapat juga
membantu pemantauan kelainan kekebalan tubuh, diabetes, tuberkulosis, anemia, bahkan kanker.
[2][4][5]
Laju endap darah juga mengalami peningkatan saat masa kehamilan atau seiring dengan
bertambahnya usia
Interval nilai normal hasil uji LED adalah [10][11][12]
Pria dewasa: 0 - 15mm/jam
Wanita dewasa: 0 - 20mm/jam
Anak - anak: 0 - 10mm/jam
Jika nilai LED > 50mm/jam, maka dibutuhkan pemeriksaan lanjutan mengenai
kadar protein dalam serum, immunoglobulin, Anti Nuclear Antibody, dan
faktor reumatoid karena dapat mengarah kepada tuberkulosis,
penyakit tiroid, Systemic Lupus Erythematosus, atau arthritis reumatoid.[10] Jika nilai
LED > 100mm/jam, maka memiliki indikasi infeksi
serius, malignansi, paraproteinemia, atau hiperfibrinogenemia
Cara menghitung
Jumlah lekosit/mmk darah dihitung dengan rumus : (N/0.4) x 20 atau N x 50, dimana
N=jumlah sel lekosit yang ditemukan, 0.4=volume bilik hitung, dan 20=pengenceran.
10. GOLONGANDARAH
Golongan darah adalah ilmu pengklasifikasian darah dari suatu kelompok berdasarkan
ada atau tidak adanya zat antigen warisan pada permukaan membran sel darah merah. Hal
ini disebabkan karena adanya perbedaan jenis karbohidrat dan protein pada permukaan
membran sel darah merah tersebut.
ada empat tipe golongan darah, yaitu A, B, O dan AB. Empat golongan darah tersebut
dibedakan berdasarkan ada tidaknya antigen pada sel darah merah dan plasma darah.
Selain itu, status rhesus (Rh) darah dibagi menjadi dua, yaitu negatif dan positif.
Berdasarkan keberadaan antigen dan antibodi A dan B dalam darah, golongan darah dibedakan
menjadi 4, yaitu A, b, AB, dan O.
1. Golongan darah A memiliki antigen atau aglutinogen A, dan antibodi atau aglutinin B
2. Golongan darah B memiliki antigen atau aglutinogen B, dan antibodi atau aglutinin A
3. Golongan darah AB memiliki antigen atau aglutinogen A dan juga B, dan tidak memiliki
antibodi atau aglutinin
4. Golongan darah O tidak memiliki antigen atau aglutinogen apapun
Faktor rhesus (Rh) adalah jenis antigen yang ada pada sel darah merah. Jika darah
memiliki faktor Rh maka dikatakan rhesus positif dan jika tidak memiliki faktor Rh maka
dikatakan rhesus negatif. Orang yang memiliki Rh Negatif bisa mendonorkan darahnya
kepada orang yang memiliki status Rh Negatif dan Rh Positif. Pendonor dengan Rh
Positif hanya bisa memberikan darahnya kepada orang dengan Rh Positif.
11. Retikulosit
Retikulosit adalah sel eritrosit yang belum matang, dan kadarnya dalam eritrosit manusia
sekitar 1%. Retikulosit berkembang dan matang di sumsum tulang merah dan
disirkulasikan dalam pembuluh darah sebelum matang menjadi eritrosit.
Pemeriksaan retikulosit untuk apa?
Pemeriksaan hitung retikulosit dilakukan untuk mengukur jumlah sel darah merah muda dalam
volume darah tertentu.
Sel ini disebut retikulost karena memiliki jaringan seprti retikuler pada ribosom RNA. Retikuler
ini hanya dapat diamati di bawah mikroskop dengan pewarnaan tertentu seperti perwarnaa
supravital dengan metilen biru baru.
Retikulosit tampak lebih kebiruan daripada eritrosit ketika diamati dengan pewarnaan
Romanowsky biasa. Ukurannya menyerupai eritrosit yakni sekitar 6 hingga 9 mikron.
13. MALARIA
Penyakit yang disebabkan oleh parasit plasmodium, ditularkan melalui gigitan nyamuk
yang terinfeksi.
Malaria merupakan penyakit yang disebabkan oleh parasit Plasomodium. Penyakit ini ditularkan
melalui gigitan nyamuk Anopheles betina yang terinfeksi parasit tersebut. Gigitan nyamuk
membuat parasit masuk, mengendap di organ hati, dan menginfeksi sel drah merah.12 Nov 2021
Malaria adalah penyakit kronis dan akut yang disebabkan oleh protozoa dari jenis
Plasmodium. Ada 4 spesies yang utama dari jenis plasmodium yang
menyebabkan penyakit malaria pada manusia, yaitu: Plasmodium falciparum,
Plasmodium vivax, Plasmodium malariae dan Plasmodium ovale.
pemeriksaan darah yang disebut tes diagnostik cepat malaria (RDT malaria).
RDT malaria bertujuan untuk mendeteksi protein (antigen) yang bisa menjadi tanda
keberadaan parasit malaria. Hasilnya dapat diketahui dalam waktu beberapa menit.
14. FILARIA
Penyakit parasit tropis yang memengaruhi kelenjar limfa dan pembuluh limfa.
Filariasis limfatik disebarkan oleh nyamuk yang terinfeksi. Gigitan nyamuk ini menularkan
parasit yang menuju sistem limfa.
Sebagian besar kasus tidak memiliki gejala. Jarang terjadi kerusakan jangka panjang pada sistem
limfa yang menyebabkan pembengkakan di kaki, lengan, dan alat kelamin. Kondisi ini juga
meningkatkan risiko seringnya infeksi bakteri yang mengeraskan dan menebalkan kulit (kaki
gajah).
Obat yang dikonsumsi bertahun-tahun dapat membunuh parasit.
Immature to Total neutrophil ratio (I/T ratio) adalah salah satu pemeriksaan, di samping darah
lengkap dan CRP, yang dapat membantu diagnosis sepsis pada pasien bayi.
Pemeriksaan IT ratio merupakan salah satu yang dapat digunakan sebagai deteksi dini
terhadap sepsis tetapi harus disertai dengan pemeriksaan laboratorium yang
lainnya. Pemeriksaan yang saat ini sering digunakan sebagai penegak sepsis antara lain
kultur darah, CRP, dan Procalcitonin.