Professional Documents
Culture Documents
Evaluasi Pembelajaran
Evaluasi Pembelajaran
COVER
Dosen Pengampu :
Oleh Kelompok 6:
Sari Mulyaningsih
FAKULTAS TARBIYAH
GENTENG - BANYUWANGI
OKTOBER - 2022
KATA PENGANTAR
Sholawat bersamaan dengan salam juga mari hadirkan kepada baginda nabi
kita Muhammad SAW. Semoga kita, orang tua kita, nenek dan kakek kita, guru-
guru dan orang terdekat kita mendapat syafaat Beliau di Yaumil Mahsyar kelak.
Amiin ya Robbal `Alamin.
Makalah ini disusun berdasarkan tugas dan peroses pembelajaran yang telah
dititipkan kepada kelompok kami. Makalah ini disusun dengan berbagai rintangan,
namun dengan penuh kesabaran kami mencoba untuk menyelesaikan maklah ini.
Makalah ini memuat tentang “Teknik Pengolahan Hasil Evaluasi”, tema yang akan
dibahas dimakalah ini akan kami pelajari lebih dalam. Butuh waktu yang cukup
panjang untuk mendalami materi ini sehinga kami dapat menyelesaikan makalah
ini dengan baik.
Kami selaku penyusun mengucapkan banyak terima kasih kepada Dosen
Pembimbing yang telah banyak membantu dalam peroses penyelesaan makalah ini.
Semoga makalah yang kami buat ini dapat dinilai dengan baik dan dihargai oleh
pembaca. Meski makalah ini masih mempunyai kekurangan,kami selaku penyusun
mohon keritik dan saranya. Terima kasih.
Kelompok 6
ii
DAFTAR ISI
COVER ................................................................................................................... i
BAB I ...................................................................................................................... 1
PENDAHULUAN .................................................................................................. 1
BAB II .................................................................................................................... 3
PEMBAHASAN .................................................................................................... 3
B. Sekor Total.................................................................................................. 4
PENUTUP ............................................................................................................ 13
A. Rangkuman ............................................................................................... 13
B. Saran.......................................................................................................... 14
DAFTAR RUJUKAN.......................................................................................... 15
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam proses pendidikan tes dan pengukuran merupakan faktor sangat
perlu diperhatikan karena hasil evaluasi amat diperlukan untuk menentukan
berbagai macam tujuan daam pengambilan keputusan antara lain seleksi,
penempatan, prediksi, pengembangan kurikulum, perbaikan proses belajar-
mengajar, dan pertanggungjawab pelaksanaan program pendidikan. Berkaitan
dengan bidang pendidikan, evaluasi secara khusus bertujuan untuk mengetahui
sejauhmana siswa telah menguasai tujuan-tujuan belajar yang telah ditetapkan
sebelumnya dan mendiagnosis kesulitan belajar siswa. (Matondang, 2022 : 2)
Untuk dapat membuat keputusan dengan tepat maka dalam evaluasi
dibutuhkan informasi tentang tujuan-tujuan belajar siswa yang telah dicapai
dengan akurat, relevan, dan komprehensif. Agar informasi yang diperoleh
betul-betul merupakan gambaran kemampuan siswa yang sebenarnya maka
diperlukan instrumen pengukuran dan prosedur pelaksanaan pengukuran yang
dapat memperoleh hasil yang berpedoman dengan objektivitas tingga karena
seringkali kita temukan pengukuran dan pengambilan keputusan mengandung
subjektivitas disebabkan proses evaluasi merupakan kegiatan yang terdiri dari
kegiatan yang kompleks. (Matondang, 2022 : 2)
Para ahli berpendapat bahwa dalam melakukan evaluasi pembelajaran,
kita dapat menggunakan teknik tes dan nontes, sebab hasil belajar atau
pembelajaran bersifat aneka ragam. Hasil belajar dapat berupa pengetahuan
teoritis, keterampilan dan sikap. Pengetahuan teoritis dapat diukur dengan
menggunakan teknik tes. Keterampilan dapat diukur dengan menggunakan tes
perbuatan. Adapun perubahan sikap dan petumbuhan anak dalam psikologi
hanya dapat diukur dengan teknik nontes, misalnya observasi, wawancara,
skala sikap, dan lain-lain. Dengan kata lain, banyak proses dan hasil belajar
yang hanya dapat diukur dengan teknik nontes. Untuk itu, jika Anda di
madrasah hanya menggunakan teknik tes, tentu hal ini dapat merugikan peserta
1
didik dan orang tua. Teknik nontes digunakan sebagai suatu kritikan terhadap
kelemahan teknik tes. (Arifin, 2011:185)
Berdasarkan uraiaan diatas penulis tertarik untuk membhas tentang
“Teknik pengolahan hasil evaluasi”
B. Rumusan Masalah
Berdasakan dari latar belakang masalah, maka dapat dikemukakan
rumusan masalah sebagai berikut:
1. Bagaimana cara menyusun teknik pengolahan hasil evaluasi?
2. Apa yang dimaksud skor total?
3. Apa yang dimaksud konversi skor?
4. Bagaimana cara memberi skor untuk skala sikap?
5. Bagaimana cara memberi skor untuk domain psikomotorik?
C. Tujuan Pembahasan
Berdasarkan perumusan masalah diatas, maka tujuan makalah ini adalah
sebagai beriku:
1. Untuk Mengetahui cara menyusun teknik pengolahan hasil evaluasi.
2. Untuk Mengetahui analisis skor total
3. Untuk Mengetahui maksud dari konversi skor.
4. Untuk Mengetahui cara memberi skor untuk skala sikap.
5. Untuk Mengetahui cara memberi skor untuk domain psikomotorik.
2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Teknik Pengolahan Hasil Evaluasi
Banyak guru yang sudah mengumpulkan data hasil tes dari peserta
didiknya, tetapi tidak memperhatikan cara mengolahnya sehingga data tersebut
menjadi mubazir (data tanpa makna). Sebaliknya, jika hanya ada data yang
relative sedikit, tetapi sudah mengetahui cara pengolahannya, maka data
tersebut akan mempunyai makna. Pada umumnya, pengolahan data hasil tes
menggunakan bantuan statistic. Analisis statistic digunakan jika ada data
kuantitatif, yaitu data-data yang berbentuk angka, sedangkan untuk data
kualitatif, yaitu data yang berbentuk kata-kata, tidak dapat diolah dengan
statistic. (Ratnawulan, 2014 : 296)
Sebelum melakukan tes, guru harus menyusun pedoman pemberian skor,
bahkan schaliknya guru sudah berpikir tentang strategi pemberian skor sejak
merumuskan kalimat pada setiap butir soal. Pedoman penskoran sangat penting
di arsipkan terutama bentuk soal esai, hal ini dimaksudkan untuk
meminimalisasi subjektivitas penilai. Begitu juga melakukan tes domain
afektif dan psikomotor peserta didik, karena harus ditentukan ukuran-ukuran
sikap dan pilihan tindakan dari peserta didik dalam menguasai kompetensi
yang telah ditetapkan. Rumus penskoran yang digunakan bergantung pada
bentuk soalnya, sedangakan bobot (weight) bergantung pada tingkat kesukaran
soal (difficulty index). misalnya sukar, sedang, dan mudah (Arifin, 2011:220).
Menurut Zainal Arifin (2012 : 221) dalam mengolah data hasil tes, ada
empat langkah pokok yang harus ditempuh. Pertama, menskor, yaitu member
skor pada hasil tes yang dapat dicapai oleh peserta didik. Untuk memperoleh
skor mentah diperlukan tiga jenis alat bantu, yaitu kunci jawaban, kunci
scoring, dan pedoman konversi. Kedua, mengubah skor mentah menjadi skor
standart sesuai dengan norma tertentu. Ketiga, mengkonversikan skor standart
kedalam nilai, baik dalam bentuk huruf ataupun angka. Keempat, melakukan
alalisis soal (jika diperlukan) untuk mengetahui derajat validitas dan reliabilitas
soal, tingkat kesukaran soal, dan daya pembeda. Bila semua jawaban siswa
3
dalam suatu tes sudah diperiksa dan diberikan skor, maka kita akan
memperoleh skor akhir untuk setiap siswa. Skor inilah yang disebut dengan
skor mentah. Kegiatan ini harus dilakukan dengan ekstra hati-hati karena
menjadi dasar bagi pengolahan hasil tes menjadi nilai prestasi. Kita tidak dapat
menjadikan skor mentah ini sebagai nilai akhir untuk siswa, kita harus
mengubah dan mengolahnya terlebih dahulu menjadi skor terjabar.
Dalam mengolah skor mentah (raw score) menjadi nilai huruf dan skor
standart, menurut Ngalim Purwanto (2006: 87), dengan urutan uraian sebagai
berikut:
1. Mengolah skor mentah menjadi nilai huruf
2. Mengolah skor mentah menjadi skor standart 1-10
3. Mengolah skor mentah menjadi skor standart Z dan T
B. Sekor Total
Skor total adalah jumlah skor yang diperoleh dari seluruh bentuk soal
setelah diolah dengan rumus tebakan (guessing formulation). Jika kita
mengambil contoh-contoh di atas, maka skor total siswa adalah 20 + 6 + 5 + 7
= 38. Skor ini selanjutnya disebut skor mentah (raw score). Setelah dihitung
skor mentah setiap peserta didik, langkah selanjutnya adalah mengolah skor
mentah tersebut menjadi bilai-nilai jadi. Pengolahan skor dimaksudkan untuk
menetapkan batas lulus (passing grade) dan untuk mengubah skor mentah
menjadi skor terjabar (drived score) atau skor standar. Untuk menentukan batas
lulus, terlebih dahulu harus dihitung rata-rata (mean) dan simpangan baku
(standard deviation), kemudian mengubah skor mentah menjadi skor terjabar
atau skor standar berdasarkan kriteria atau norna tertentu (Arifin, 2012:231).
C. Konversi Skor
Konversi skor adalah suatu kegiatan untuk merubah skor mentah yang
dicapai peserta didik kedalam skor standar untuk menetapkan nilai hasil belajar
(Ibrahim , 2021 : 7). Konversi skor dapat dilakukan dari standar seratus ke
standar sepuluh dan ke standar empat, atau bisa juga dari standar sepuluh ke
standar seratus atau ke standar empat. dalam menilai hasil belajar dapat
dibedakan ke dalam beberapa kategori, yaitu:
4
1. standar seratus (0 – 100)
2. standar sepuluh (0 – 10)
3. standar empat (1 – 4) atau dengan huruf (A-B-C-D). (Arifin, 2012 : 76)
Menurut Zainal Arifin (2012 : 76) dianta cara konversi nilai yaitu engan cara
menggunakan rata-rata dan simpangan baku. Cara ini sangat sederhana, yaitu
dengan menentukan kriteria sebagai dasar untuk melakukan konversi nilai.
Misalnya dengan menggunakan kriteria dalam bentuk persentase.
Persentase Nilai Konversi
Jawaban (%) Huruf Standar 10 Standar 100
90 – 99 A 9/10 1
80 – 89 B 8 2
70 – 79 C 7 3
60 -69 D 6 4
Kurang dari 60 Gagal Gagal Gagal
Nilai 10 bila mencapai 100 %
Contoh penggunaan: Misalkan kepada siswa berikan tes fisika dalam bentuk
tes objektif pilihan ganda sebanyak 60 soal. Jawaban yang benar diberi skor
satu sehingga skor maksimum yang dicapai siswa adalah 60. Berdasarkan
kriteria di atas, konversi nilai dalam standar huruf, standar sepuluh dan standar
empat adalah sebagai berikut:
Nilai Konversi
Skor Mentah
Huruf Standar 10 Standar 4
54 – 60 A 9/10 1
48 – 53 B 8 2
42 – 47 C 7 3
36 – 41 D 6 4
Kurang dari 36 Gagal Gagal Gagal
Nilai 10 bila mencapai 60
Selain itu guru dapat menentukan nilaai peserta didik secara tradisional
menggunakan ramus sebagai berikut:
5
ΣΧ 10 (skala 0 - 10)
Nilai = _____
ΣS
Keterangan:
EX = jumlah skor mentah:
ΣS = jumlah soal
Contoh :
Seorang peserta didik dites dengan menggunakan bentuk soal B-S
(benar-salah). Dari jumlah soal 30, peserta didik tersebut memperoleh jawaban
betul 25, dan jawaban salah 5. Dengan demikian, skor mentahnya adalah 25 –
5 = 20.
20 10 = 6,67
Nilai = _____
30
6
terhadap objek, dan (3) konasi, yaitu berkenaan dengan kecenderungan
berprilaku peserta didik terhadap objek.
Menurut Asrul (2015 : 58) objek sikap yang perlu dinilai dalam proses
pembelajaran berbagai mata pelajaran adalah sebagai berikut:
1. Sikap terhadap materi pelajaran. Peserta didik perlu memiliki sikap positif
terhadap materi pelajaran. Dengan sikap‘positif dalam diri peserta didik
akan tumbuh dan berkembang minat belajar, akan lebih mudah diberi
motivasi, dan akan lebih mudah menyerap materi pelajaran yang diajarkan.
2. Sikap terhadap guru/pengajar. Peserta didik perlu memiliki sikap positif
terhadap guru. peserta didik yang tidak memiliki sikap positif terhadap
guru akan cenderung mengabaikan hal-hal yang diajarkan. Dengan
demikian, peserta didik yang memiliki sikap negatif terhadap
guru/pengajar akan sukar menyerap materi pelajaran yang diajarkan oleh
guru tersebut.
3. Sikap terhadap proses pembelajaran. Peserta didik juga perlu memiliki
sikap positif terhadap proses pembelajaran yang berlangsung. Proses
pembelajaran di sini mencakup suasana pembelajaran, strategi,
metodologi, dan teknik pembelajaran yang digunakan. Proses
pembelajaran yang menarik, nyaman dan menyenangkan dapat
menumbuhkan motivasi belajar peserta didik, sehingga dapat mencapai
hasil belajar yang maksimal.
4. Sikap berkaitan dengan nilai-nilai atau norma-norma tertentuberhubungan
dengan suatu materi pelajaran. Misalnya kasus atau masalah lingkungan
hidup, berkaitan dengan materi Biologi atau Geografi. peserta didik juga
perlu memiliki sikap yang tepat, yang dilandasi oleh nilai- nilai positif
terhadap kasus lingkungan tertentu (kegiatan pelestarian/ kasus perusakan
lingkungan hidup). Misalnya, peserta didik memiliki sikap positif terhadap
program perlindungan satwa liar. Dalam kasus yang lain, peserta didik
memilikisikap negatif terhadap kegiatan ekspor kayu glondongan ke luar
negeri.
7
5. Sikap berhubungan dengan kompetensi afektif lintas kurikulum yang
relevan dengan mata pelajaran.
Menurut Zainal Arifin (2012 : 189) model-model skala sikap yang biasa
digunakan untuk menilai sikap peserta didik terhadap suatu objek, antara lain :
1. Menggunakan bilangan untuk menunjukkan tingkat-tingkat dari objek
sikap yang dinilai, seperti 1, 2, 3, 4 dan seterusnya.
2. Menggunakan frekuensi terjadinya atau timbulnya sikap itu, seperti :
selalu, seringkali, kadang-kadang, pernah dan tidak pernah.
3. Menggunakan istilah-istilah yang bersifat kualitatif, seperti : bagus sekali,
baik, sedang, dan kurang. Ada juga istilah-istilah lain, seperti : sangat
setuju, setuju, ragu-ragu (tidak punya pendapat), tidak setuju, dan sangat
tidak setuju
4. Menggunakan istilah-istilah yang menunjukkan status/kedudukan, seperti
: sangat rendah, di bawah rata-rata, di atas rata-rata, dan sangat tinggi.
5. Menggunakan kode bilangan atau huruf, seperti : selalu (diberi kode 5),
kadang-kadang (4), jarang (3), jarang sekali (2), dan tidak pernah (1).
Pak Alfin, adalah seorang guru mata pelajaran fiqih. Dia ingin mengukur sikap
peserta didik terhadap pelajaran fiqih. Dia menyusun skala sikap peserta didik
dengan 10 pernyataan. Jika rentangan skala yang digunakan adalah 1-5. maka
skor tertinggi adalah 50 ( 10 x 5 = 50 ). S
Pilihlah salah satu alternatif jawaban yang paling sesuai dengan cara
memberikan tanda cek ( V ) pada kolom kosong yang telah disediakan.
8
Sama halnya dengang menggunakan frekuensi terjadinya atau timbulnya sikap,
menggunakan istilah-istilah yang bersifat kualitatif, menggunakan istilah-
istilah yang menunjukkan status/kedudukan, menggunakan kode bilangan atau
huruf.
9
2. Kelengkapan dan ketepatan aspek yang akan dinilai dalam kinerja tersebut.
3. kemampuan-kemampuan khusus yang diperlukan untuk menyelesaikan
tugas.
4. Upayakan kemampuan yang akan dinilai tidak terlalu banyak, sehingga
semua dapat diamati.
5. kemampuan yang akan dinilai diurutkan berdasarkan urutan yang akan
diamati
Bentuk-bentuk teknik pengukuran pada ranah psikomotorik antara lain: (Asrul,
2015 : 113)
1. Daftar cek
Pengukuran ranah psikomotorik dapat dilakukan dengan menggunakan
daftar cek (ya - tidak). Pada pengukuran ranah psikomotorik yang
menggunakan daftar cek, peserta didik mendapat nilai apabila kriteria
penguasaan kemampuan tertentu dapat diamati oleh penilai. Jika tidak dapat
diamati, peserta didik tidak memperoleh nilai. Kelemahan cara ini adalah
penilai hanya mempunyai dua pilihan mutlak, misalnya benar-salah, dapat
diamati-tidak dapat diamati. Dengan demikian tidak terdapat nilai tengah.
Berikut contoh daftar cek dalam mengukur ranah psikomotorik:
10
8 Duduk antara dua sujud
9 Tasyahud awal 10 Tasyahud akhir
10 Membaca shalawat bpada tasyahud akhir
11 Salam
12 Tertib
Skor yang dicapai
Skor maksimum 12
2. Sekala rentang
Pengukuran ranah psikomotorik yang menggunakan skala rentang
memungkinkan penilai memberi nilai penguasaan kompetensi tertentu karena
pemberian nilai secara kontinuum di mana pilihan kategori nilai lebih dari dua.
Penilaian sebaiknya dilakukan oleh lebih dari satu penilai agar faktor
subjektivitas dapat diperkecil dan hasil penilaian lebih akurat. Berikut contoh
skala rentang:
11
Membaca shalawat bpada tasyahud
10
akhir
11 Salam
12 Tertib
Skor yang dicapai
Skor maksimum 60
Kriteria Penskoran: semakin baik penampilan peserta didik semakin tinggi skor
yang diperoleh.
12
BAB III
PENUTUP
A. Rangkuman
mengolah data hasil tes, ada empat langkah pokok yang harus ditempuh.
Pertama, menskor, yaitu member skor pada hasil tes yang dapat dicapai oleh
peserta didik. Untuk memperoleh skor mentah diperlukan tiga jenis alat bantu,
yaitu kunci jawaban, kunci scoring, dan pedoman konversi. Kedua, mengubah
skor mentah menjadi skor standart sesuai dengan norma tertentu. Ketiga,
mengkonversikan skor standart kedalam nilai, baik dalam bentuk huruf
ataupun angka. Keempat, melakukan alalisis soal (jika diperlukan) untuk
mengetahui derajat validitas dan reliabilitas soal, tingkat kesukaran soal, dan
daya pembeda
Skor total adalah jumlah skor yang diperoleh dari seluruh bentuk soal
setelah diolah dengan rumus tebakan (guessing formulation). . Pengolahan skor
dimaksudkan untuk menetapkan batas lulus (passing grade) dan untuk
mengubah skor mentah menjadi skor terjabar (drived score) atau skor standar
Konversi skor adalah suatu kegiatan untuk merubah skor mentah yang
dicapai peserta didik kedalam skor standar untuk menetapkan nilai hasil belajar
. Konversi skor dapat dilakukan dari standar seratus ke standar sepuluh dan ke
standar empat, atau bisa juga dari standar sepuluh ke standar seratus atau ke
standar empat.
Dalam mengukur sikap, hendaknya memperhatikan tiga komponen
sikap, yaitu (1) kognisi, yaitu berkenaan dengan pengetahuan peserta didik
tentang objek, (2) afeksi, yaitu berkenaan dengan perasaan peserta didik
terhadap objek, dan (3) konasi, yaitu berkenaan dengan kecenderungan
berprilaku peserta didik terhadap objek.
3. entuk-bentuk teknik pengukuran pada ranah psikomotorik antara lain,
Daftar cek
Pengukuran ranah psikomotorik dapat dilakukan dengan menggunakan
daftar cek (ya - tidak). Dan 2. Sekala rentang Pengukuran ranah
psikomotorik yang menggunakan skala rentang memungkinkan penilai
13
memberi nilai penguasaan kompetensi tertentu karena pemberian nilai secara
kontinuum di mana pilihan kategori nilai lebih dari dua. Penilaian sebaiknya
dilakukan oleh lebih dari satu penilai agar faktor subjektivitas dapat diperkecil
dan hasil penilaian lebih akurat.
B. Saran
1. Bagi penulis
Pada saaat pembuatan makalah ini, masih banyak kekurangan dan
kesalahan dan juga jauh dari kesempurnaan.dengan harapan dapat menjadi
inspiratif dan semangat bagi penulis, penulis berharap adanya kritik dan saran
dari pembaca mengenai pembahasan makalah ini.
2. Bagi pembaca
14
DAFTAR RUJUKAN
Arifin, Zainal. 2012. Evaluasi Pembelajaran. Bandung : Remaja Rosdakarya
15