You are on page 1of 13

RENCANA KERJA

DAN SYARAT-SYARAT TEKNIS


(RKS TEKNIS)

PEKERJAAN PEMBANGUNAN DRAINASE

SYARAT – SYARAT TEKNIS

A. URAIAN PEKERJAAN
1. Lingkup Pekerjaan

Pekerjaan yang harus dilaksanakan oleh Kontraktor adalah :

- Pekerjaan Drainase

sesuai dengan Rencana Anggaran Biaya (RAB) dan Gambar Kerja, dengan rincian
secara garis besar sebagai berikut :

a. Pekerjaan Persiapan
b. Pekerjaan Tanah
c. Pekerjaan Pasangan dan Beton

2. Sarana Pekerjaan
Untuk kelancaran pekerjaan pelaksanaan di lapangan Kontraktor menyediakan :
a. Tenaga Pelaksana yang selalu ada di lapangan, tenaga kerja yang terampil
dan cukup jumlahnya dengan kapasitas yang memadai dengan pengalaman
untuk pekerjaan drainase.
b. Bahan-bahan bangunan harus tersedia di lapangan dengan jumlah yang
cukup dan kualitas sesuai dengan spesifikasi teknis.
c. Melaksanakan tepat sesuai dengan time schedule.

3. Cara Pelaksanaan
Pekerjaan harus dilaksanakan dengan penuh keahlian, dan sesuai dengan syarat-
syarat (RKS),gambar rencana, Berita Acara Penjelasan serta mengikuti petunjuk
dan keputusan Pengawas lapangan dan Direksi Teknis.

B. JENIS DAN MUTU BAHAN


Jenis dan mutu bahan yang di pakai diutamakan produksi dalam negeri sesuai
dengan Keputusan bersama Menteri Perdagangan dan Koperasi, Menteri
Perindustrian dan Menpen.No.: 472/Kop/XII/80, No.: 813/Menpen/1980, No.:
64/Menpen/1980, Tanggal 23 Desember 1980

C. GAMBAR – GAMBAR
RKS ini dilampiri :
1. Gambar kerja arsitektur/Sipil
2. Gambar Pelengkap dan Detail Khusus

D. PERATURAN TEKNIS PEMBANGUNAN YANG DIGUNAKAN


1. Dalam melaksanakan Pekerjaan, kecuali bila ada ketentuan lain dalam Rencana
Kerja dan Syarat-syarat (RKS) ini, berlaku dan mengikat ketentuan-ketentuan di
bawah ini termasuk segala perubahan dan tambahannya :
a. PeraturanPresiden RI Nomor 16 Tahun2018 tentang Pengadaan Barang/Jasa
Pemerintah.
b. Peraturan Umum Bahan Bangunan di Indonesia 1982;
c. Peraturan umum dari Dinas Keselamatan Kerja Departemen Tenaga Kerja
d. Spesifikasi bahan bangunan bagianA : SK SNI S-04-1989-F;

2. Untuk melaksanakan pekerjaan dalam pasal 1 ayat 1 tersebut di atas berlaku dan
mengikat pula.
a. Gambar Kerja yang dibuat Perencana, termasuk juga gambar-gambar detail
yang diselesaikan oleh Kontraktor dan sudah disahkan / disetujui Direksi.
b. Rencana Kerja dan Syarat-Syarat (RKS).
c. Berita Acara Penjelasan Pekerjaan.
d. Berita Acara Penetapan Pemenang Penyedia Barang/Jasa.
e. Surat Keputusan Penetapan Penyedia Barang/Jasa.
f. Surat Penawaran dan lampiran-lampirannya.
g. Jadwal Pelaksanaan (Tentative Time Schedule) yang telah disetujui Direksi.

E. PENJELASAN RKS DAN GAMBAR


1. Kontraktor wajib meneliti semua gambar dan Rencana Kerja dan Syarat-syarat
(RKS) termasuk tambahan dan perubahannya yang dicantumkan dalam Berita
Acara Penjelasan Pekerjaan (Aanwijzing).
2. Bila gambar tidak sesuai dengan Rencana Kerja dan Syarat-syarat (RKS),
maka yang mengikat/berlaku adalah RKS. Bila suatu gambar tidak sesuai
dengan gambar yang lain, maka gambar yang mempunyai skala yang lebih
besar yang berlaku, begitu pula apabila dalam RKS tidak dicantumkan
sedangkan gambar ada, maka gambarlah yang mengikat.
3. Bila perbedaan-perbedaan ini menimbulkan keraguan-keraguan sehingga
dalam pelaksanaan menimbulkan kesalahan, Kontraktor wajib menanyakan
kepada Direksi/Pengawas Lapangan dan Kontraktor mengikuti keputusan
dalam rapat.

F. JADWAL PELAKSANAAN
1. Sebelum mulai pekerjaan nyata di lapangan Kontraktor wajib membuat
Rencana Kerja Pelaksanaan dan bagian-bagian pekerjaan berupa Bar-chart
dan curve bahan/tenaga.
2. Rencana kerja tersebut harus sudah mendapat persetujuan terlebih dahulu dari
Direksi/Pengawas Lapangan, paling lambat dalam waktu 15 (lima belas) hari
kalender setelah SPPBJ diterima Kontraktor. Rencana Kerja yang telah
disetujui oleh Direksi /Pengawas Lapangan, akan disahkan oleh Pemberi
Tugas.
3. Kontraktor wajib memberikan salinan Rencana Kerja rangkap 4 (empat) kepada
Direksi/Pengawas Lapangan, satu salinan Rencana Kerja harus ditempel pada
dinding di bangsal Kontraktor dilapangan yang selalu diikuti dengan grafik
kemajuan (prestasi kerja).
4. Direksi/Pengawas Lapangan akan menilai prestasi pekerjaan Kontraktor
berdasarkan Rencana Kerja tersebut.
G. KUASA KONTRAKTOR DI LAPANGAN
1. Di lapangan pekerjaan, Kontraktor wajib menunjuk seorang kuasa Kontraktor
atau biasa disebut Pelaksana yang cakap untuk memimpin pelaksanaan
pekerjaan di lapangan dan mendapat kuasa penuh dari Kontraktor,
berpendidikan minimal STM atau sederajat dengan pengalaman minimum 3
(tiga) tahun.
2. Dengan adanya Pelaksana, tidak berarti bahwa Kontraktor lepas tanggung
jawab sebagian maupun keseluruhan terhadap kewajibannya.
3. Kontraktor wajib memberitahu secara tertulis kepada Direksi/Pengawas
Lapangan, nama dan jabatan Pelaksana untuk mendapatkan persetujuan.
4. Bila kemudian hari menurut pendapat Direksi/Pengawas Lapangan, Pelaksana
kurang mampu atau tidak cakap memimpin pekerjaan, maka akan diberitahu
kepada Kontraktor secara tertulis untuk menggantinya dengan personil yang
memenuh isyarat.
5. Dalam waktu 7 (tujuh) hari setelah dikeluarkan Surat Pemberitahuan,
Kontraktor harus sudah menunjuk Pelaksana baru atau Kontraktor rsendiri
(penanggung jawab/Direktur Perusahaan) yang akan memimpin pelaksanaan.

H. TEMPAT TINGGAL (DOMISILI) KONTRAKTOR DAN PELAKSANA


1. Untuk menjaga kemungkinan diperlukannya jam kerja apabila terjadi hal-hal
mendesak, kontraktor dan pelaksana wajib memberitahukan secara tertulis,
alamat dan nomor telepon di lokasi kepada Direksi/Pengawas Lapangan.
2. Alamat Kontraktor dan pelaksana diharapkan tidak berubah-ubah selama
pekerjaan. Bila terjadi perubahan alamat, Kontraktor dan pelaksana wajib
memberitahukan secara tertulis.

I. PENJAGAAN KEAMANAN DI LAPANGAN PEKERJAAN


1. Kontraktor wajib menjaga keamanan lapangan terhadap barang-barang milik
Proyek, Direksi/Pengawas Lapangan dan milik pihak ketiga yang ada di
lapangan.
2. Bila terjadi kehilangan bahan-bahan bangunan yang telah disetujui
Direksi/Pengawas Lapangan, baik yang telah dipasang maupun yang belum,
menjadi tanggung jawab kontraktor dan tidak akan diperhitungkan dalam biaya
pekerjaan tambah.
3. Apabila terjadi kebakaran, kontraktor bertanggung jawab atas akibatnya baik
yang berupa barang-barang maupun keselamatan jiwa. Untuk itu kontraktor
diwajibkan menyediakan alat-alat pemadam kebakaran yang siap dipakai yang
ditempatkan di tempat-tempat yang akan ditetapkan oleh Direksi/Pengawas
Lapangan.

J. PERLENGKAPAN KESELAMATAN KERJA (K3)


1. Kontraktor diwajibkan menyediakan obat-obatan menurut syarat-syarat
Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan (PPPK) yang selalu dalam keadaan
siap pakai di lapangan, untuk mengatasi segala kemungkinan musibah bagi
semua petugas dan pekerja lapangan. Kontraktor wajib menyiapkan sarana
perlengkapan K3 meliputi berbagai hal atau benda yang digunakan selama
dilapangan mulai dari Kacamata Safety yang berguna melindungi mata selama
sedang bekerja dalam proyek. Tidak lupa mengunakan pelindung wajah,
pelindung kakicdan pelindung tangan.
2. Kontraktor wajib menyediakan air minum yang bersih dan memenuhi syarat-
syarat bagi semua petugas dan pekerja yang ada di bawah kekuasaan
kontraktor.
3. Kontraktor wajib menyediakan air bersih, kamar mandi dan WC yang layak dan
bersih bagi semua petugas dan pekerja. Membuat tempat penginapan di dalam
lapangan pekerjaan untuk para pekerja tidak diperkenankan, kecuali untuk
penjaga keamanan.
4. Segala hal yang menyangkut jaminan sosial dan keselamatan sesuai dengan
peraturan perundang-undangan yang berlaku.

K. ALAT-ALAT PELAKSANAAN
Semua alat-alat untuk pelaksanaan pekerjaan harus disediakan olek Kontraktor,
sebelum pekerjaan secara fisik dimulai dalam keadaan baik dan siap dipakai, antara
lain :
1. Mixer beton
2. Perlengkapan penerangan untuk pekerjaan lembur.
3. Alat-alat lainnya yang sesuai dengan pekerjaan yang dilaksanakan.

L. SITUASI DAN UKURAN


1. Pekerjaan tersebut dalam pasal VI.01 adalah pekerjaan lanjutan, sesuai
dengan gambar.
2. Ukuran – ukuran dalam gambar atau pun dalam RKS merupakan garis besar
pelaksanaan.
3. Kontraktor wajib meneliti situas itapak, terutama keadaan bangunan, sifat dan
luas pekerjaan,dan hal – hal yang dapat mempengaruhi harga penawaran.
4. Kelalaian atau kekurang telitian kontraktor dalam hal ini tidak dijadikan alasan
untuk Menggagalkan tuntutan.

M. SYARAT – SYARAT CARA PEMERIKSAAN BAHAN BANGUNAN


1. Semua bahan bangunan yang didatangkan harus memenuhi syarat – syarat
yang ditentukan.
2. Semua bahan bangunan yang akan dipergunakan harus diperiksakan dahulu
kepada Direksi/Pengawas Lapangan untuk mendapatkan persetujuan.
3. Bahan bangunan yang telah didatangkan oleh Kontraktor di lapangan
pekerjaan, tetapi ditolak pemakaiannya oleh Direksi/Pengawas Lapangan,
harus segera dikeluarkan dari lapangan pekerjaan selambat-lambatnya
dalamwaktu 2 x 24 jam terhitung dari jam penolakan.
4. Pekerjaan atau bagian pekerjaan yang telah dilakukan kontraktor tetapi
ternyata ditolak Direksi/Pengawas Lapangan, harus segera dihentikan dan
selanjutnya dibongkar atas biaya kontraktor dalam waktu yang ditetapkan oleh
Direksi/Pengawas Lapangan.

N. PEMERIKSAAN PEKERJAAN
1. Sebelum memulai pekerjaan lanjutan yang apabila bagian pekerjaan ini telah
selesai, akan tetapi belum diperiksa oleh Direksi/Pengawas Lapangan,
Kontraktor diwajibkan meminta kepada Direksi/Pengawas Lapangan.
2. Kemudian jika Direksi/Pengawas Lapangan telah menyetujui bagian pekerjaan
tersebut, Kontraktor dapat meneruskan pekerjaannya.
3. Bila permohonan pemeriksaan itu dalam waktu 2 x 24 jam (dihitung dari jam
diterimanya permohonan pemeriksaan, tidak terhitung hari libur/hari raya), tidak
dipenuhi oleh Direksi/Pengawas Lapangan, Kontraktor dapat meneruskan
pekerjaannya dan bagian yang sebenarnya diperiksakan dianggap telah
disetujui Direksi/Pengawas Lapangan. Hal ini di kecualikan bila
Direksi/Pengawas Lapangan Meminta perpanjangan waktu.
4. Bila Kontraktor melanggar ayat 1 pasal ini, Direksi/Pengawas Lapangan berhak
memerintahkan membongkar bagian pekerjaan sebagian atau seluruhnya
untuk memperbaiki, biaya pembongkaran dan pemasangan menjadi
tanggungan Kontraktor.

O. PEKERJAAN PERSIAPAN
1. Uitzet/Bouwplank.
a. Semua papan bouwplank menggunakan kayu kuat kelas II denganketebalan
2 cm dipasang terentang pada patok kayu ukuran 5/7 dan diserut rata pada
permukaan atas dan terpasang water pass dengan peil + 0.00.
b. Bouwplank dipasang memanjang keliling bangunan, pada as kolom dan
dinding penyekat supaya diberi tanda dengan cat warna merah / meni.
c. Bouwplank dipasang di luar garis bangunan dengan jarak minimal 2 m untuk
mencegah kelongsoran terhadap galian tanah pondasi.
d. Setelah pemasangan bouwplank selesai, Kontraktor wajib melapor kepada
Direksi/Pengawas Lapangan untuk mendapatkanpersetujuan pekerjaan
selanjutnya.
2. Pembersihan dan Perapihan
Setelah pekerjaan selesai semua, permukaan harus bersih dari segala macam
kotoran dan dalam keadaan baik sempurna, serta sisa dari bahan-bahan yang
sudah digunakan yang berupa apapun harus dibersihkan atau dibuang.

Pasal VI.18. PEKERJAAN TANAH


1. PekerjaanGalian
a. Pekerjaan galian untuk semua lubang, baru boleh dilaksanakan setelah papan
patok(bouwplank) dengan penandaan sumbu kesumbu selesai diperiksa dan
disetujui oleh Direksi/Pengawas Lapangan
b. Dalamnyagalianuntuklubangpondasiharussesuaidengangambarkerja.
Untukhaltersebut Di adakan pemeriksaan setempat oleh Direksi/Pengawas
Lapangan
c. Dasar galian harus dikerjakan dengan teliti sesuai dengan ukuran gambar kerja
dan dibersihkan Dari segala kotoran.
d. Semua galian harus dilaksanakan sesuai dengan gambar dan syarat - syarat
yang ditentukan Dalam Spesifikasi Teknis dan atau petunjuk Direksi
Pengawas.
e. Dasar dari semua galian harus waterpas. Bilamana pada dasar setiap galian
masih terdapat akar-akar tanaman atau bagian-bagian gembur, maka ini harus
digali keluar sedang lubang-lubang tadi di isi kembali denganpasir, disiram dan
dipadatkan sehingga mendapatkan kembali dasar yang waterpas.
f. Terhadap kemungkinan adanya air di dasar galian, baik pada waktu penggalian
maupun padaw aktu pekerjaan pondasi harus disediakan pompa air atau
pompa lumpur yang jika diperlukan Dapat bekerja terus menerus untuk
menghindari tergenangnya air pada dasar galian.
g. Kontraktor harus memperhatikan pengamanan terhadap dinding tepi galian
agar tidak Longsor dengan memberikan suatu dinding penahan atau
penunjang sementara atau lereng yang cukup.
h. Juga kepada Kontraktor diwajibkan mengambil langkah-langkah pengamanan
terhadap bangunan lain yang berada dekat sekali dengan lubang galian yaitu
dengan memberikan penunjang sementara pada bangunan tersebut sehingga
dapat dijamin bangunan tersebut tidak akan mengalami kerusakan.
i. Semua tanah kelebihan yang berasal dari pekerjaan galian, setelah mencapai
jumlah tertentu harus segera disingkirkan dari halaman pekerjaan pada setiap
saat yang dianggap perlu dan atas petunjuk Direksi Pengawas.
j. Bagian-bagian yang akan diurug kembali harus diurug dengan tanah yang
bersih, bebas dari Segala kotoran dan memenuhi syarat-syarat sebagai tanah
urug.
k. Pelaksanaannya secara berlapis-lapis dengan. Penimbrisan lubang-lubang
galian yang terletak di dalam garis bangunan harus diisi kembali dengan pasir
urug yang diratakan dan diairi serta dipadatkan sampai mencapai 100 %
kepadatan kering maksimum yang dibuktikan dengan test laboratorium.
l. Perlindungan terhadap benda-benda berfaedah. Kecuali ditunjukkan untuk
dipindahkan seluruh barang-barang berharga yang mungkin ditemui di
lapangan harus dilindungi dari kerusakan, dan apabila sampai menderita
kerusakan harus direparasi/diganti oleh Kontraktor atas tanggungannya sendiri.
2. Pekerjaan Urugan
a. Pekerjaan untuk urugan mencapai titik peil yang dikehendaki di gunakan tanah
urug pilihan lapis demi lapis.
b. Urugan pasir pada bawah pondasi 10 cm
c. Urugan kembali lubang pondasi dilakukan setelah dilakukan pemeriksaan
pondasi.

Pasal VI.19. PEKERJAAN PASANGAN DAN PLESTERAN

1.Pekerjaan Pondasi Batu Kali .


a. Lingkup Pekerjaan
Ini meliputi penyediaan bahan dan perekatnya, menyiapkan tempat yang akan
dipasang batu kali, serta pelaksanaan pekerjaan pasang batu kali itu sendiri,
sesuai gambar dan spesifikasi ini.
b. Bahan
Batu yang digunakan harus berkualitas terbaik dan merupakan bahan
setempat, padat, bersih, tanpa retak-retak dan kekurangan - kekurangan lain
yang mempengaruhikualitas. Baik batu gunung mau pun batu kali dapat
digunakan.
c. Adukan
Semua pasangan batu kali untuk dinding penahan tanah, pondasi dan
pekerjaan batu kali lainya dilaksanakan dengan adukan1

Pelaksanaan
 Pasangan batu kali harus diukur dilapangan dan dilaksanakan sesuai
dengan ukuran dan Ketinggian seperti tercantum pada gambar - gambar.
 Batu kali digunakan untuk pondasi harus batu pecah, sudut runcing,
berwarna abu-abu hitam,keras, tidak berpori (porous).
 Permukaan dasar galian harus ditimbun dengan pasir urug setebal minimal
10cm atau sesuai gambar kerja, disiram dan diratakan dan di atasnya
diberi batu kali pecah yang dipasang Sesuai dengan gambar.
 Pondasi batu kali menggunakan adukan dengan campuran 1 Pc 5 Ps.
Adukan harus membungkus batu kali pada bagian tengah pondasi
sedemikian rupa sehingga tidak ada Bagian pondasi yang berongga atau
tidak padat.
d. Perlindungan
Pada tahap pelaksanaan pekerjaan batu kali yang tidak terlindung, bila hujan
maka bagian atas harus dilindungi.

2. PekerjaanPlesteran
a. Pada dasarnya spesi untuk plesteran sama dengan campuran spesi untuk
pekerjaan pasangannya.
b. Sebelum pekerjaan plesteran dilakukan, bidang-bidang yang akan diplester
harus dibersihkan terlebih dahulu, kemudian dibasahi dengan air agar
plesteran tidak cepat kering dan tidak retak-retak.
c. Semua permukaan beton yang diplester permukaanya harus dikasarkan
terlebih dahulu.
d. Adukan untuk plesteran harus benar-benar halus sehingga plesteran tidak
terlihat pecah-pecah.
e. Tebal plesteran 1,5 cm.
f. Plesteran supaya digosok berulang-ulang sampai mantap dengan acian PC
sehingga tidak terjadi retak-retak dan pecah dengan hasil halus dan rata.
g. Pekerjaan plesteran terakhir harus lurus, rata, vertikal dan tegak lurus dengan
bidang lainnya.
h. Semua pekerjaan plesteran harus menghasilkan bidang yang tegak lurus,
halus, tidak bergelombang. Sedang sponeng/tali air harus lurus dan baik.
i. Susunan adukan untuk Plesteran Beraben Harus terdiri dari campuran 1 pc : 2
ps dalam volume dan airnya cukup untuk menghasilkan kekentalan untuk
keperluan yang diinginkan.
j. Sebelum pekerjaan Plesteran beraben dimulai, celah-celah diantara batu harus
dikorek sebelum adukan dipasang (atau dicungkil untuk pasangan batu yang
sudah lama) dan permukaan nya harus dibersihkan dengan sikat kawat dan
dibasahi.

Pasal VI.20. PEKERJAAN BETON BERTULANG

1. Pekerjaan yang harus dilaksanakan adalah :


a. Beton bertulang plat penutupsaluran dan Betonbertulang plat gorong-gorong
b. Sesuai dengan gambar perencanaan.

2. PersyaratanUmum :
a. Beton bertulang spesi 1Pc : 2Ps : 3 Split atau mutu K.225 (Struktur)
b. Pembuatan cetakan beton.
c. Konstruksi harus menggunakan peralatan-peralatan/normalisasi yang berlaku
di Indonesia seperti PBI, SKSNI, PMI, PKKI dan lain-lain.

Spesifikasi Teknis Pekerjaan Drainase


Bahan-bahan
Bahan menggunakan adukan beton siap pakai (ready mixed concrete) atau Dengan
beton adukan ditempat dengan memakai molen, control mutu sesuai dengan
spesifikasi di bawah ini

 Agregat beton
1) Agregat beton berupa batu pecah yang diperoleh dari pemecahan batu
dengan Wet Sistem Stone Crusher.
2) Agregat beton harus sesuai dengan spesifikasi agregat beton menurut ASTM-
C 33.
3) Ukuran terbesar agregat beton adalah 2,5 cm.
4) Sistem penyimpanan harus sedemikian rupa agar memudahkan pekerjaan
dan menjaga agar tidak terjadi kontaminasi bahan yang tidak dinginkan.
5) Agregat harus bersih dari segala kotoran, tidak melebihi 5 %.

 Agregat kasar
1) Agregat kasar untuk beton harus terdiri dari butir-butir yang kasar, tidak
berpori dan berbentuk kubus.
2) Bila ada butir-butir yang pipih jumlahnya tidak boleh melampaui 20 % dari
jumlah berat seluruhnya.
3) Agregat kasar tidak boleh mengalami pembubukan hinggamelebihi 50 %
kehilangan berat menurut test mesin Los Angeles ASTM-C 131-55.
4) Agregat kasar harus bersih dari zat-zatorganis ,zat-zat reaktif alkali atau
subtansi yang merusak beton.

 Agregat halus
1) Agregat halus dapat digunakan pasir alam yang berasal dari Pasir lokal.
2) Pasir harus bersih dari bahan organis, zat-zat alkali dan substansi-substansi
yang merusak beton.
3) Pasir tidak boleh mengandung segala jenis substansi tersebut Lebih dari 5 %.
4) Pasir laut tidak boleh digunakan untuk beton.
5) Pasir harus terdiri dari partikel-partikel yang tajam dan keras.
6) Cara dan penyimpanan harus sedemikian rupa agar menjamin Kemudahan
pelaksanaan pekerjaan dan menjaga agar tidak terjadi kontaminasi yang tidak
dinginkan.

 PC (Portland Cement)
1) Semen yang dipakai harus dari mutu yang disyaratkan NI-8 bab 3.2. PC type
I.
2) Kontraktor harus mengusahakan agar 1 merk semen saja yang Dipakai untuk
seluruh pekerjaan beton.
3) Semen ini harus dibawa ke tempat pekerjaan dalam zak yang tertutup oleh
pabrik dan terlindung serta harus dalam jumlah sesuai urutan pengirimannya.
4) Penyimpanannya harus dilaksanakan dalam tempat-tempat rapat air dengan
lantai terangkat dan ditumpuk dalam urutan pengirimannya. Semen yang
rusak atau tercampur apapun tidak boleh dipakai dan harus dikeluarkan dari
lapangan.

 Air
Air harus bersih dan jernih sesuai dengan persyaratan dalam NI-2 bab 3.6.
Sebelum air untuk pengecoran digunakan harus terlebih dahulu diperiksakan
pada laboratorium PAM / PDAM setempat yang disetujui pengawas dan biaya
sepenuhnya ditanggung oleh Kontraktor. Kontraktor harus menyediakan air atas
biaya sendiri.

 Additive
Untuk mencapai slump yang disyaratkan dengan mutu yang tinggi bila diperlukan
campuran Beton dapat menggunakan bahan additive POZZOLITH 300 R atau
yang setaraf. Bahan tersebut harus disetujui oleh Pengawas. Additive yang
mengandung Chloride atauNitrat Tidak boleh digunakan

4. Pelaksanaan
Sebelum dilaksanakan, Kontraktor harus mengadakan Trial test atau Mixed
design yang dapat membuktikan bahwa mutu beton yang disyaratkan dapat
tercapai. Dari hasil test tersebut ditentukan oleh Direksi/Pengawas Lapangan
“deviasistandar” yang akan dipergunakan untuk Menilai mutu beton selama
pelaksanaan.
a. Pengecoran beton
Pengecoran beton dapat dilaksanakan setelah Kontraktor mendapat ijin secara
tertulis dari Direksi/Pengawas Lapangan Permohonan ijin rencana pengecoran
harus diserahkan paling lambat 2 (dua) hari sebelumnya. Sebelum pengecoran
dimulai Kontraktor harus sudah menyiapkan seluruh stek-stek maupun anker-
anker dan sparing-sparing yang diperlukan, pada kolom-kolom, balok-balok
beton untuk bagian yang akan berhubungan dengan bata maupun pekerjaan
instalasi. Kecuali dinyatakan lain pada gambar, maka stek-stek dan anker-
anker dipasang dengan jarak setiap 1 meter.

b. Persetujuan Direksi untuk mengecor beton berkaitan dengan pelaksaan


pekerjaan stekan dan pemasangan besi serta bukti bahwa Kontraktor dapat
melaksanakan pengecoran tanpa gangguan. Persetujuan tersebut di atas tidak
mengurangi tanggung jawab Kontraktor atas pelaksanaan pekerjaan beton
secara menyeluruh.

c. Adukan beton tidak boleh dituang bila waktu sejak dicampurnya air pada
semen dan Agregat atau semen pada agregat telah melampaui 1 jam dan
waktu ini dapat berkurang lagi Jika Direksi menganggap perlu didasarkan pada
kondisi tertentu.
d. Beton harus dicor sedemikian rupa sehingga menghindarkan terjadinya
pemisahan material (segregation) dan perubahan letak tulangan.
e. Cara penuangan dengan alat-alat pembantu seperti talang, pipa, chute dan
sebaganya,Harus mendapat persetujuan Direksi/PengawasLapangan.
f. Alat-alat penuang seperti talang, pipa chute dan sebagainya harus selalu
bersih dan Bebas dari lapisan-lapisan beton yang mengeras.
g. Adukan beton tidak boleh dijatuhkan secara bebas dari ketinggian lebih dari 2
meter.
h. Selama dapat dilaksanakan sebaiknya digunakan pipa yang terisi penuh
adukan Dengan pangkalnya terbenam dalam adukan yang baru dituang.
i. Penggetaran tidak boleh dilaksanakan pada beton yang telah mengalami“
j. Semua pengecoran bagian dasar konstruksi beton yang menyentuh tanah
harus diberi lantai dasar setebal 5 cm agar menjamin duduknya tulangan
dengan baik dan penyerapan air semen dengan tanah.
k. Bila pengecoran harus berhenti sementara beton sudah menjadi keras dan
tidak berubah bentuk, harus dibersihkan dari lapisan air semen ( laitances )
dan partikel-pertikel yang terlepas sama pisu atau kedalaman yang cukup
sampai tercapai beton yang padat.
l. Segera setelah pemberhentian pengecoran ini maka adukan yang lekat pada
tulangan dan cetakan harus dibersihkan.

5. Pemadatan beton
a. Kontraktor harus bertanggung jawab untuk menyediakan peralatan untuk
mengangkat dan menuang beton dengan kekentalan secukupnya agar beton
padat tanpa menggetarkan secara berlebihan.
b. Selama proses pengecoranberlangsung, makabetonharus dipadatkan dengan
alatmekanis (internal / eksternal vibrator), kecuali jika Direksi/Pengawas
Lapangan mengijinkan pemadatan dengan tenaga manusia, makadapat
dilakukan dengan cara memukul – mukul acuan dari luar, mencocol atau
menusuk – nusuk adukan beton secara kontinyu.
c. Pelaksanaan penuangan dan penggetaran beton adalah sangat penting. Beton
digetarkan dengan vibrator secukupnya dan dijaga agar tidak berlebihan
(overvibrate). Hasil beton yang berongga-rongga / pemisahan bahan - bahan
dan terjadi pengantongan beton-beton tidak akan diterima.
d. Penggetaran tidak boleh dengan maksud mengalirkan beton.
e. Pada daerah pembesian yang penuh (padat) harus digetarkan dengan
penggetar frekuensi tinggi 0,2 cm agar dijamin pengisian beton dan pemadatan
yang baik.
f. Penggetaran beton harus dilaksanakan oleh tenaga kerja yang mengerti dan
terlatih dan pelaksanaan pemadatan dilaksanakan sesuai dengan petunjuk
Direksi/Pengawas Lapangan
.
6. Slump (kekentalan beton)
Kekentalan beton untuk jenis konstruksi berdasarkan pengujian dengan PBI-1971
adalah sebagai berikut :
JenisKonstruksi Slump/Max (mm) Min (mm)
a. Kaki dan dindingpondasi
b. Pelat, balok dan dinding
c. Kolom
d. Pelat di atast anah 125 150 150 125 50 75 75 50 Bila tidak digunakan alat
penggetar dengan frekuensi getaran tinggi nilai tersebut di atas dapat
dinaikkan sebesar 50 %, tetapi dalam hal apapun tidak boleh melebihi 150
mm.

7. Penyambungan beton dan Water Stop


a. Setiap penyambungan beton, permukaan harus dibersihkan / dikasarkan dan
di beri bahan bonding agent seperti : EMAGG atau sejenis yang dapat
menjamin kontinuitas adukan beton lama dengan yang baru.
b. Tempat-tempat penyambungan pengecoran yang terletak di bawah
permukaan tanah atau tempat-tempat yang berhubungan dengan genangan
air hujan/air kotor harus diberi PVC water stop LWG (9”) dan dipasang sesuai
dengan petunjuk Direksi/Pengawas Lapangan Spesifikasi Teknis Pekerjaan
Drainase

8. Sambungan beton ( Construction joint )


a. Rencana atau schedule pengecoran harus dipersiapkan untuk penyelesaian
satu struktur secara menyeluruh. Dalam schedule tersebut Direksi/Pengawas
Lapangan akan memberikan persetujuan di mana letak construction joint
tersebut.
b. Dalam keadaan mendesak Direksi dapat merubah letak construction joint.
c. Permukaan construction joint harus bersih dan dibuat kasar dengan mengupas
seluruh permukaan sampai didapat permukaan beton, sesudah 2 jam tapi
kurang dari 4 jam sejak beton dituang.
d. Bila pada sambungan beton/corantimbul retak atau bocor, perbaikan dilakukan
dengan CONCRESIVE SGB Procces.

9. Pengujian kekuatan beton


a. Selama masa pelaksanaan, mutu beton harus diperiksa secara kontinyu dari
hasil pemeriksaan benda uji. Paling sedikit setiap 5 m 3 beton harus dibuat 1
sampel benda uji, atau untuk seluruh bangunan dibuat minimal sampai 20
benda uji.
b. Benda uji harus diperiksa kekuatan tekannya di laboratorium yang disetujui
Direksi/Pengawas Lapangan dengan biaya menjadi tanggungan kontraktor dan
hasil kuat tekan harus sesuai dengan ketentuan PBI-1971 pasal 3.5.
c. Mutu beton yang di syaratkan K 225

10. Pemeriksaan lanjutan


a. Apabila hasil pemeriksaan tersebut di atas masih meragukan, maka
pemeriksaaan lanjutan dilakukan dengan menggunakan concrete gun atau
kalau perlu dengan core drilling untuk meyakinkan penilaian terhadap kualitas
beton yang sudah ada sesuai dengan pasal 4.8 PBI 1971.
b. Seluruh biaya pekerjaan pemeriksaan lanjutan ini sepenuhnya menjadi
tanggungan Kontraktor.
c. Cetakan Beton / Bekisting

11. Standard Seluruh cetakan harus mengikuti persyaratan-persyaratan normalisasi


di bawahini :
a. NI – 2 – 1971
b. NI – 3 – 1979

12. Bahan-bahan
a. Bekisting harus dibuatdari kayu kelas II tebal 3 cm dengan permukaan yang
rata dan diketam halus, sehingga diperoleh permukaan beton yang baik.
b. Agar bekisting kuat, tidak bergoyang dan tidak melendut, harus dipasang
penopang darika yu ukuran 5 x 7 cm.
c. Bekisting harus bebas dari kotoran-kotoran, potongan-potongan serta serbuk
gergaji, tanah dan lain-lain.
d. Semua bekisting yang dibangun harus teguh, alat-alat dan usaha- usaha
membuka cetakan-cetakan harus sesuai dan cocok tanpa merusak permukaan
dari beton yang telah selesai.
e. Semua bekisting harus betul-betul teliti dan aman pada kedudukannya
sehingga dicegah pengembangan atau lain-lain gerakan selama penuangan
adukan beton.
f. Bekisting harus dibuat dan disangga sedemikian rupa sehingga dapat dicegah
dari kerusakan-kerusakan dan dapat mempermudah penumbukan pada waktu
pemadatan adukan mortar beton tanpa merusak kontruksi.
g. Sewaktu-waktu Direksi/Pengawas Lapangan dapat menolak sesuatu bagian
dari bentuk yang tidak dapat diterima dan Pemborong harus dengan segera
membongkar bentuk yang ditolak dan untuk menggantinya atas bebannya
sendiri.
h. Bekisting dapat dipergunakan maksimal 3 kali. Pembongkaran bekisting dapat
dilakukan minimal 3 (tiga) hari setelah konstruksi di cor atau harus seijin
Direksi/Pengawas Lapangan dan dilaksanakan sedemikian rupa sehingga
menjamin keamanan sepenuhnya.
i. Perancah menggunakan scaffolding beserta perlengkapannya.
Pemasangannya harus benar-benar kokoh dan tidak berubah tempat sebelum
dan selama pengecoran.
j. Cetakan beton dapat dibongkar dengan persetujuan tertulis dari
Direksi/Pengawas Lapangan atau jika umur beton telah melampaui waktu
sebagai berikut :
1. Bagian bawah sisi balok 28 hari
2. Balok tanpa beban konstruksi 7 hari
3. Balok dengan beban konstruksi 21 hari
4. Pelat lantai / atap 21 hari
k. Dengan persetujuan Direksi/Pengawas Lapangan cetakan beton dapat
dibongkar lebih awal asal benda uji yang kondisi perawatannya sama dengan
beton sebenarnya telah mencapai kekuatan 75 % dari kekuatan pada umur 28
hari. Segalaijin yang diberikan oleh Direksi/Pengawas Lapangan sekali-kali
tidak boleh menjadi bahan untuk mengurangi/membebaskan tanggung jawab
Kontraktor dari adanya kerusakan-kerusakan yang timbul akibat
pembongkaran cetakan tersebut.
l. Pembongkaran cetakan beton tersebut harus dilaksanakan dengan hati-hati
sedemikian rupa sehingga tidak menyebabkan cacat pada permukaan beton,
tetap dihasilkan sudut-sudut yang tajam dan tidak pecah.
m.Bekas cetakan beton untuk bagian-bagian konstruksi yang terpendam dalam
tanah harus dicabut dan dibersihkan sebelum dilaksanakan pengurugan tanah
kembali.

13. Cacat pada Beton Meskipun hasil pengujian kubus memuaskan,


Direksi/Pengawas Lapangan mempunyai wewenang untuk menolak konstruksi beton
yang cacat, seperti berikut :
a. Konstruksibeton yang keropos.
b. Konstruksibeton yang tidaksesuaidenganbentuk yang direncanakanatauprofil –
profiltidakseperti yang ditunjuk pada gambar.
c. Konstruksibeton yang berisikankayuataubahan – bahanlainnya.
d. Jika menurut pendapat Direksi/Pengawas Lapangan, beton tersebu tcacat,
maka Kontraktor wajib memperbaikinya atau membongkarnya kembali sesuai
petunjuk Direksi/Pengawas Lapangan
.
Pasal VI.21
.
PEKERJAAN LAIN - LAIN
1. Segala sesuatu yang belum tercantum dalam RKS ini yang mana masih
termasuk lingkup dalam pelaksanaan ini kontraktor harus menyelesaikan,
sesuai dengan petunjuk, Perintah Pengawas dan Pemberi Tugas, baik
sesudah atau selama berjalannya pekerjaan, serta perubahan-perubahan di
dalam Berita Acara Aanwijzing.
2. Hal-hal yang timbul dalam pelaksanaan dan diperlukan penyelesaian di
lapangan akan dibicarakan dan diatur oleh Pengawas, dengan dibuat Berita
Acara yang disyahkan oleh PemberiTugas.

You might also like