You are on page 1of 26

MAKALAH

ULUMUL QUR'AN

Tentang

PERUMPAMAAN – PERUMPAMAAN YANG TERDAPAT DALAM

AL QUR'AN

Disusun Oleh Kelompok XII:

DIANA MELITA ( 2122052 )


INTAN REVANIA PUTRI (2122071)

Dosen Pengampu:

ISMIATI, S. Th.I,MA

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

UIN SJECH M.DJAMIL DJAMBEK BUKITTINGGI

ANGKATAN 2022/2023
ii

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-
Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul
PERUMPAMAAN-PERUMPAMAAN YANG TERDAPAT DALAM AL
QUR’AN ini tepat pada waktunya.
Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi tugas
dari Ibuk Ismiati selaku dosen mata kuliah ULUMUL QUR'AN. Selain itu, makalah
ini juga bertujuan untuk menambah wawasan bagi para pembaca dan juga bagi
penulis.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada Ibuk Ismiati selaku dosen mata
kuliah ULUMUL QUR’AN yang telah memberikan tugas ini sehingga dapat
menambah pengetahuan dan wawasan sesuai dengan bidang studi yang penulis
tekuni.
Penulis menyadari, makalah yang penulis tulis ini masih jauh dari kata
sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun akan penulis nantikan
demi kesempurnaan makalah ini.

Bukit Tinggi, 21 September 2022


Penulis,

Kelompok XII

ii
iii

DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

BAB I: PENDAHULUAN ....................................................................................

A. Latar Belakang ....................................................................................


B. Rumusan Masalah ...............................................................................
C. Tujuan Penulisan ................................................................................

BAB II: PEMBAHASAN ...............................................................................

A. Pengertian Amtsal Al-qur’an .............................................................

B. Macam-macam Amtsal Al-qur’an......................................................

C. Rukun-rukun Amtsal Al-qur’an.....................................................................

D. Urgensi Amtsal Al-qur’an .....................................................................

BAB III: PENUTUP ......................................................................................

A. Kesimpulan .........................................................................................
B. Saran ...................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................

iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sejak jaman jahiliyah atau sebelum kedatangan rasul, masyarakat arab

sudah gemar berpantun dan bersyair. Semakin indah pantun dan syair

seseorang maka semakin tinggi pula status sosial seseorang. Ketika Allah

SWT yang maha mengetahui mengutus seorang rasul dengan debekali firman-

firman dari Allah yang kemudian dibukukan menjadi sebuah kitab dengan

bahasa dan sastranya tidak bisa ditandingi oleh siapapun.

Disamping bahasa dan sastra yang indah, Al-Qur’an juga menggunakan

perumpamaan-perumpamaan (amtsal) yang sangat indah dan logis, yang

mampu diterima oleh masyarakat. Namun karena begitu indahnya terkadang

‘ulama pun akan kesulitan dalam menafsirkan perumpamaan-perumpamaan

tersebut.

Dengan analogi yang benar, kita akan lebih mengetahui ilmu yang kita

yakini. Tamtsil (perumpamaan) merupakan kerangka yang dapat

menampilkan makna-makna dalam bentuk yang hidup didalam pikiran.

Biasanya dilakukan dengan mempersonifikasikan sesuatu yang ghoib dengan

yang hadir, yang abstrak dengan yang konkrit, atau menganalogikan hal

dengan sesuatu yang sama. Dengan tamtsil betapa banyak makna yang baik,

dijadikan lebih indah, menarik dan mempesona.

1
2

B. Rumusan Masalah

1. Apakah Pengertian dari Amtsal Al-Qur’an?

2. Apa saja Macam-macam Amtsal Al-Qur’an?

4. Apa saja Rukun-rukun Amtsal Al-Qur’an?

5. Apa itu Urgensi Amtsal Al-Qur’an?

C. Tujuan Penulisan

1. Mengatahui pengertian dari Amtsal Al-Qur’an.

2. Mengatahui-macam-macam Amtsal Al-qur’an.

3. Mengetahui Rukun-rukun Amtsal Al-Qur’an.

4. Mengatahui Apa Urgensi Amtsal Al-Qur’an.


3

BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Amtsal Al-Qur’an

Amtsal Al-Qur’an terdiri dari dua kata yakni amtsal dan

AlQur’an.Amtsalberasaldari(matsa-yamtsilu-amtsal) yang berarti sama,

serupa, atau perumpamaan.1Amtsal juga berarti contoh atau teladan, dan

amtsal juga bermakna yang berarti kesamaan atau penyempurnaan. 2

Adapun definisi amtsal adalah : menonjolkan sesuatu makna yang

abstrak dalam bentuk indrawi agar menjadi indah dan menarik. 3

Dalam ilmu sastra masal adalah suatu ungkapan, perkataan yang

dihikayatkan dan sudah popular dengan maksud menyerupakan keadaan yang

terdapat dalam perkataan itu dengan keadaan sesuatu yang karenanya

perkataan itu diucapkan.4 Maksudnya ialah menyerupakan sesuatu (seseorang

atau keadaan) dengan apa yang terkandung dalam perkataan itu misalnya:

(berapa banyak lemparan-panah yang mengena tanpa sengaja). Artinya betapa

banyak lemparan panah yang mengenai sasaran itu dilakukan seseorang

pelempar yang biasanya tidak tepat lemparannya. Orang pertama yang

mengucapkan masal ini adalah al Hakam Bin Yagus an Angari. Masal ini ia

katakan kepada orang yang biasanya berbuat salah yang kadang-kadang ia

1
Ahmad Warison Munawwir, Kamus Al-Munawwir Arab Indonesia Terlengkap,( Surabaya :
Pustaka Progressif, 1997),hlm.1039.
2
ibid
3
Syadili, Ahmad, Ulumul Qur’an cet.1,( Bandung: Pustaka Setia,1997),hlm.
4
ibid
4

berbuat benar atas dasar-dasar ini masal harus mempunyai maurid (sumber)

yang kepadanya sesuatu yang lain diserupakan.

Kata masal digunakan pula untuk menunjukkan arti “keadaan”

dan“kisah yang menakjubkan”. Dengan pengertian inilah ditafsirkan kata-kata

“masal” dalam sejumlah besar ayat. Misalnya firman Allah :

Artinya : (Apakah) masal syurga yang didalamnya ada sungai-sungai dasar

liar yang tiada berubah rasa dan baunya…(Muhammad (47): 15).

Maksudnya : kisah dan sifat syurga yang sangat menakjubkan.

Zamakhsyar telah mengisyaratkan akan ketiga arti dalam kitabnya, al

Kasysyaf, ia berkata : Masal menurut asal perkataan mereka berarti al misl

dan an-Nazir (yang serupa, yang sebanding). Kemudian setiap perkataan yang

berlaku, populer, yang menyerupakan sesuatu (orang, keadaan dan

sebagainya) dengan maurid atau apa yang terkandung dalam) perkataan itu

disebut masal. Mereka tidak menjadikan sebagai masal yang layak diterima

dan dipopulerkan kecuali perkataan yang mengandung keanehan dari

beberapa segi. Dan katanya lebih lanjut “masal’ dipinjam (dipakai secara

pinjaman) untuk menunjukkan keadaan, sifat atau kisah jika ketiganya

dianggap penting dan mempunyai keanehan.

Dengan demikian, maka amsal Al-Qur’an tidak dapat diartikan

etimotologis, Asy-Syabih dan an-Nadzir. Juga tidak tepat diartikan dengan

pengertian yang disebutkan dalam kitab-kitab dalam keabsahan yang dipakai


5

oleh para penggubah masal-masal, sebab amsal Al-Qur’an bukanlah

perkataan-perkataan yang dipergunakan untuk menyerupakan sesuatu dengan

isi perkataan itu. Juga tidak dapat diartikan dengan arti masal menurut ulama

bayan, karena diantara amsal Al-Qur’an ad yang bukan isti’arah dan

penggunaannya pun tidak begitu populer. Oleh karena itu, maka definisi

terakhir lebih cocok dengan pengertian amsal Qur’an, yakni menonjolkan

makna dalam bentuk (perkataan) yang menarik dan padat serta mempunyai

pengaruh mendalam terhadap jiwa, baik berupa tasybih ataupun perkataan

bebas (lepas, bukan tasybih).

Ibnu Qayyim mendefinisikan amsal Al-Qur’an dengan menyerupakan

sesuatu dengan sesuatu yang lain dalam hal hukumnya dan mendekatkan

sesuatu yang abstrak (ma’qul) dengan yang indrawi (konkret mahsus), atau

mendekatkan salah satu dari dua maksud dengan yang lain dan menganggap

salah satu sebagai yang lain.5

Menurut pendapat lain: amsal Al-Qur’an adalah menampakkan

pengertian yang abstrak dalam ungkapan yang indah, singkat dan menarik

yang mengena dalam jiwa baik dalam tasybih maupun majaz mursal.6

Dari beberapa pengertian di atas, maka penulis mengambil kesimpulan

bahwa amsal Al-Qur’an adalah suatu perumpamaan atau ungkapan-ungkapan

dengan gaya bahasa yang indah yang diberikan oleh Allah swt melalui Al-

5
Mana Khalil Al-Qattan, Studi-Studi Islam Al-Qur’an,(Bogor:Pustaka Litera Antar Nusa,
1996),hlm. 40
6
Ahmad Syadili, Ulumul Qur’an,(Bandung:Pustaka Setia,1997),hlm. 35
6

Qur’an berupa ungkapan singkat, jelas dan padat untuk dijadikan sebagai

ibarat teladan yang baik dalam rangka meningkatkan iman kita kepada Allah

swt.

B. Macam-Macam Amtsal Al-Qur’an

Dalam memahami macam-macam amtsal, ulama telah berusaha untuk

mengklarifikasikannya sehingga amsal dapat dibagi tiga macam, Amsal

Musarrahah, Amsal Kaminah dan Amsal Al-Mursalah .7

1. Amsal Musarrahah

Amtsal ini merupakan amtsal yang secara jelas menggunkan kata mitsl

atau matsal didalam redaksinya atau lafaz kata yang lain yang berfungsi

memberikan perumpamaan.8 Seperti contohnya yang terdapat dalam Q.S Al-

Baqarah ayat 17-19,

‫ب اللَّهُ بِنُو ِر ِه ْم َوَت َر َك ُه ْم فِي‬


َ ‫ت َما َح ْولَهُ ذَ َه‬
ْ ‫اء‬
َ ‫َأض‬
َ ‫اسَت ْوقَ َد نَ ًارا َفلَ َّما‬ ِ
ْ ‫َم َثلُ ُه ْم َك َمثَ ِل الَّذي‬

ِ ‫ي ْب‬
َ‫ص ُرون‬ ٍ ‫ظُلُم‬
‫ات اَل‬
ُ َ

“Perumpamaan mereka adalah seperti orang yang menyalakan api, maka

setelah api itu menerangi sekelilingnya Allah hilangkan cahaya (yang

menyinari) mereka, dan membiarkan mereka dalam kegelapan, tidak dapat

melihat.”

‫ص ٌّم بُ ْك ٌم عُ ْم ٌي َف ُه ْم اَل َي ْر ِجعُو َن‬


ُ
7
Manan Khalil Al-Qattan, op.cit.,hlm .44
8
Badruzaman Abad, Ulumul Quran,(Malang, jatim:Madani Media),2018,hlm277.
7

“Mereka tuli, bisu dan buta, maka tidaklah mereka akan kembali (ke jalan

yang benar),”

‫َأصابِ َع ُه ْم فِي آذَانِ ِه ْم ِم َن‬ ٌ ‫الس َم ِاء فِ ِيه ظُلُ َم‬


َ ‫ات َو َر ْع ٌد َو َب ْر ٌق يَ ْج َعلُو َن‬ َّ ‫ب ِم َن‬
ٍ ِّ‫صي‬
َ ‫َْأو َك‬

َ ‫كافِ ِر‬
‫ين‬ ٌ ‫ت َواللَّهُ ُم ِحي‬
َ ْ‫ط بِال‬ ِ َّ
ِ ‫اع ِق ح َذر الْمو‬
ْ َ َ َ ‫الص َو‬

“atau seperti (orang-orang yang ditimpa) hujan lebat dari langit disertai

gelap gulita, guruh dan kilat; mereka menyumbat telinganya dengan anak

jarinya, karena (mendengar suara) petir, sebab takut akan mati. Dan Allah

meliputi orang-orang yang kafir.”

Pada ayat diatas Allah membuat perumpamaan tentang sikap oarang

munafik dengan dua amtsal, yaitu api (al-matsal al-nari) dan air (Al-matsal

Al-ma’i) sebagaimana terlihat pada penggalan ayat,

‫ كمث ل ال ذي اس توقدنارا‬dan ‫اوكص يب من الس ماء‬ ,api mempunyai unsur

penerang dan air sebagai kunci kehidupan, terutama untuk minum.

Keduanya sangat dibutuhkan manusia dalam hidupmya. Demikian pula hal

nya dengan wahyu. Ia datang untuk menyinari dan menyirami hati dalam

kehidupan manusia. Sementara itu, orang munafik bersikap seperti orang

yang menyalakan api untuk keperluan penerangan dan manfaat materil

lainnya ketika menerima atau masuk islam. Dari api, orang-orang munafik

hanya mengambil manfaat materil semata. Dari islampun, mereka hanya

mengambil bagian yang menguntungkan mereka saja secara materil semata.

Hakikat cahaya hidayah islam tidak masuk kehati mereka. Maka merekapun
8

tetap dalam kegelapan dan kegalauan hati dalam hidupnya.Ini sebagaiman

dinyatakan dalam penggalan ayat ‫ذهب اهلل بن ورهم وت ركهم في ظلم ا ت‬

‫اليبسرون‬ dari api yang mereka nyalakan sendiri, mereka hanya memperoleh

panasnya. Diri dan jiwa mereka terbakar oleh api yang mereka nyalakan

sendiri.9

Atau mereka bagaikan orang yang ditimpa oleh hujan lebat yang

diiringi oleh kegelapan, halilintar dan petir. Sehingga mereka takut dan

cemas seraya menutup telinga dan kedua mata, yang membuat mereka

bagaikan buta dan tuli. Demikianlah mereka memandang aturan-aturan dan

oeingatan-peringatan Al-quran yang diturunkan Allah. Mereka bersikap

bagaikan orang buta dan tuli ketika menutup hati mereka untuk menerima

kebenaran islam. Tetapi manakala ajaran islam menguntungkan bagi hidup

mereka, mereka akan mengambilnya, teapi apabila mengekang atau

merugikan, mereka akan menolaknya. Sebagaimana di isyaratkan dalam

firmanNya: (Q.S Al-baqarah: 20).10

2. Al-Amtsal Al-Kaminah
Al-amtsal Al-Kamnah merupakan perumpamaan yang tidak di

sibutkan dengan jelas lafaz perumpamaan didalamnya tetapi lafaz itu

menunjukkan makna perumpamaan yang indah dan menarik .11


9
Al-Qaththan, Mabahits,,,, hlm.284-285.
10
Al-Qaththan, Mabihits,,,, hlm. 285.
11
Gufron Muhammad, Rahmawati, Ulumul Quran, (Depok Sleman yogyakarta: Teras), 2013,
hlm. 99-100.
9

Pada amtsal ini tidak terdapat lafaz tamtsil. Dalam redaksinya yang

ringkas tapi indah terdapat makna tamtsil yang terselubung .12 Jadi amtsal ini

bersifat maknawi, bukan lafzhi. Contohnya terdapat dalam beberapa ayat Al-

quran yang yaitu: surah Al-Hujurat ayat 12, Al Isra’ ayat 110 dan Yunus

ayat 39 dan lain-lain.

‫سو ۟ا َواَل َيغْتَب‬ ۟ ۟ ِ َّ ٓ ٰ


ُ‫س‬ َ ‫ٱجتَنِبُوا َكثِ ًيرا ِّم َن ٱلظَّ ِّن ِإ َّن َب ْع‬
َّ ‫ض ٱلظَّ ِّن ِإثْ ٌم ۖ َواَل تَ َج‬ ْ ‫ين َء َامنُوا‬
َ ‫يَ َُّأي َها ٱلذ‬

ِ
َ‫َح َم َأخ ِيه َم ْيتًا فَ َك ِر ْهتُ ُموهُ ۚ َو َّٱت ُقو ۟ا ٱللَّهَ ۚ ِإ َّن ٱللَّه‬
ْ ‫َأح ُد ُك ْم َأن يَْأ ُك َل ل‬
َ ‫ب‬ ُّ ‫ضا ۚ َأيُ ِح‬
ً ‫ض ُكم َب ْع‬
ُ ‫َّب ْع‬

‫اب َّر ِحيم‬


ٌ ‫َت َّو‬

"Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan purba-sangka

(kecurigaan), karena sebagian dari purba-sangka itu dosa. Dan janganlah

mencari-cari keburukan orang dan janganlah menggunjingkan satu sama

lain. Adakah seorang diantara kamu yang suka memakan daging

saudaranya yang sudah mati? Maka tentulah kamu merasa jijik kepadanya.

Dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Penerima

Taubat lagi Maha Penyayang."

Dalam ayat ini, tidak terdapat lafaz perumpamaan secara jelas, namun

perumpamaan tersebut dapat diketahui dari segi artinya, yaitu

12
Al-Qaththan, Mabahits,,,, hlm.285.
10

mengumpamakan orang yang menggunjing lainnya diumpamakan makan

daging kawannya sendiri. 13

ٰ
َ ِ‫صاَل ت‬
‫ك‬ ۗ
َ ِ‫قُ ِل ْادعُوا اللّهَ اَ ِو ْادعُوا الرَّمْح ٰنَ اَيًّا َّما تَ ْدعُ ْوا َفلَهُ ااْل َمْسَاۤءُ احْلُ ْسىٰن ۚى َواَل جَتْ َه ْر ب‬

ِ ِ
َ ‫ت هِبَا َو ْابتَ ِغ َبنْي َ ٰذل‬
‫ك َسبِْياًل‬ ْ ‫َواَل خُتَاف‬

“Katakanlah (Muhammad), “Serulah Allah atau serulah Ar-Rahman.

Dengan nama yang mana saja kamu dapat menyeru, karena Dia mempunyai

nama-nama yang terbaik (Asma‘ul husna) dan janganlah engkau

mengeraskan suaramu dalam salat dan janganlah (pula) merendahkannya

dan usahakan jalan tengah di antara kedua itu.”

Ayat ini maknanya sejalan dengan pepatah “sebaik-baik urusan adalah

yang pertengahan.”14

َ‫ان‬RR‫فَ َك‬RR‫ا ْنظُرْ َك ْي‬RRَ‫ب الَّ ِذ ْينَ ِم ْن قَ ْبلِ ِه ْم ف‬ َ ِ‫ذل‬Rٰ R‫بَلْ َك َّذبُوْ ا بِ َما لَ ْم يُ ِح ْيطُوْ ا بِ ِع ْل ِم ٖه َولَ َّما يَْأتِ ِه ْم تَْأ ِو ْيلُهٗۗ َك‬
َ ‫ َّذ‬R‫ك َك‬
ٰ ُ‫عَاقبة‬
َ‫الظّلِ ِم ْين‬ َِ

“Bahkan (yang sebenarnya), mereka mendustakan apa yang mereka belum

mengetahuinya dengan sempurna dan belum mereka peroleh penjelasannya.

Demikianlah halnya umat-umat yang ada sebelum mereka telah

mendustakan (rasul). Maka perhatikanlah bagaimana akibat orang yang

zalim.

13
Gufron Muhammad, Rahmawati, Ulumul Qur’an, (Depok Sleman yogyakarta: Teras),
2013, hlm. 100.
14
Al-Qaththan, Mabihits,,,, hlm. 279.
11

Ayat ini sejalam dengan pesen pepatah yang mengatakan “orang yang

tidak mengenal sesuatu akan memusuhinya.”15

Dengan memperhatikan contoh-contoh ayat diatas dapat dikatakan

bahwa amtsal kaminah adalah kata-kata atau ungkapan yang secara lahir

tidak menunjukkan adanya pemisalan atau perumpaan langsung, akan tetapi

pada hakikatnya secara maknawi kata-kata atau ungkapan itu mengandung

amtsal (pemisalan aau perumpamaan).

3. Amtsal Mursalah
Amtsal Mursalah merupakan kalimat-kalimat bebas yang tidak

menggunakan lafaz tasybih secara jelas. Tetapi kalimat-kalimat itu berlaku

sebagai amtsal.16 Seperti:

1. “Sekarang ini jelaslah kebenaran itu.” (Q.S Yusuf:51)

2. “Tidak ada yang akan bisa menyatakan terjadinya hari itu selain dari

Allah.” (Q.S An-Najm:58)

3. “Telah diputuskan perkara yang kamu berdua menanyakannya

(kepadaku).” (Q.S Yusuf:41) dan lain-lainnya.

Para ulama berbeda pendapat tentang ayat-ayat yang mereka namakan

amtsal mursalah ini, apa atau bagaimana mempergunakannya sebagai

matsal?

Sebagian ahli ilmu memandang bahwa hal seperti keluar dari adab Al-

Quran. Ar-Razi mengatakan ketika menafsirkan ayat Al-Kafirun ayat 6

15
Al-Qaththan, Mabihits,,,, hlm. 279.
16
El-Mazni Aunur Rafiq, Pengantar Studi Ilmu Al-Qur’an,( Jakarta Timur: Pustaka Al-Kautsar),
2005,hlm. 359.
12

‫لكم د ينكم ولي د ني‬ “Untukmulah agamamu dan untuk kulah

agamaku.”

“sudah menjadi tradisi orang, menjadikan ayat ini sebagai matsal

ketika mereka saling meninggalkan satu sama lain (karena berselisih),

padahal ini tidak dibenarkan. Sebab Allah menurunkan Al-Quran bukan

untuk dijadikan matsal, tetapi untuk di renungkan dan kemudian diamalkan

isi kandungannya.” Demikian Ar-Razi .

Ulama lain berpendapat, bahwa tidak ada halangan bila seseorang

mempergunakan Al-Qur’an sebagai matsal, jika itu serius, tidak untuk main-

main. Misalnya, ia sangat merasa bersedih dan berduka karena tertimpa

bencana, sedangkan sebab-sebab tersingkapnya bencana itu telah terputus

dari manusia, lalu isi mengatakan, ‫اهلل‬ ‫“ كاشفة ليس لها من دون‬tidak ada yang

menyingkapnya selain dari allah.” (Q.S An-Najm:58), atau ia diajak bicara

oleh penganut ajaran sesat yang berusaha membujuknya agar mengikuti itu

maka ia menjawab, ‫“ لكم د ينكم ولي د ني‬Untukmulah agamamu dan untuk

kulah agamaku.” Tetapi berdosa bersarlah seseorang yang dengan sengaja

menampakkan kehebatannya lalu ia menggunakan Al-Qur’an sebagai

matsal, meskipun saat bercanda dan bersenda gurau .17

C. Rukun-Rukun Amtsal Al-Qur’an

Adapun rukun amtsal (tasybih) ada empat yaitu:

17
Balaghah Al-Qur’an, hlm.33.
13

1. Al-musyabbah (sesuatu yang diserupakan).

2. Al-musyabbah bih (sesuatu yang diserupai oleh musyabbah).

3. Wajhu al-Syibh (titik persamaan yaitu pengertian yang bersama-sama yang

ada pada musyabbah dan musyabbah bih).

4. Adat tasybih (huruf tasybih atau lafadz yang menunjukkan adanya serupa

menyerupai. Kaf, mitsil, ka’anna dan semua lafadz yang menunjukkan

makna peserupaan).18

Abu Abdullah al-Bakrazdi dalam buku “Ulum al-Qur’an” karya

Ahmad Darbi menyebutkan empat bentuk matsal, yakni: 19

a). Mengeluarkan sesuatu abstrak (ghair al-Makh u ) kepada yang makh u

(konkrit).

b). Mengeluarkan sesuatu dari yang sulit dijangkau akal kepada sesuatu yang

mudah.

c). Mengeluarkan sesuatu yang luar biasa (tidak dijumpai dalam ada

kebiasaan) kepada sesuatu yang biasa (dijumpai dalam adat kebiasaan).

d). Mengeluarkan sesuatu dari yang tidak dapat disifati (dijelaskan) kepada

sesuatuyang dapat disifati (dijelaskan).

18
Ahmad Syadallidan Ahmad Rofi’i,,,,, hlm. 35-36.
19
Ahmad Darbi ,,,, hlm 56-57
14

Dilihat dari empat bentuk bahasa tamtsil ini, semuanya bertujuan

mendekatkan pemahaman, memudahkan pengertian, indah dan menarik.

Bila tamtsil itu untuk mencaci dan mengejek, tikamannya lebih tajam,

sentuhannya amat pedih, tamparannya amat dahsyat. Bila tamtsil untuk

hujjah argumennya amat tepat, tidak ada celahnya untuk dibantah. Bila

tamtsil-nya untuk nasehat dan pengajaran, maka nasehatnya menyejukkan

jiwa, memberi kedamaian bagi hati yang luka.

D. Urgensi Amtsal Al-Qur’an

Menurut hasil analisis para ulama bahwa diantara urgensi dari amtsal Al-

Qur’an itu adalah :20

1. Menonjolkan sesuatu yang bersifat rasional yang hanya dapat dijangkau

oleh nalar (akal) dalam format yang konkrit yang dapat dirasakan oleh

indera manusia, yang pada akhirnya akal akan dapat dengan mudah

menerimanya.

Sebab pengertian yang bersifat abstrak tidak akan bisa tertanam atau

setidak-tidaknya agak sulit diterima oleh benak hati nurani manusia,

kecuali bila dituangkan dalam bentuk yang bersifat indrawi yang dekat

dengan daya pemahaman. Sebagai contoh, Allah membuat matsal bagi

orang-orang yang menafkahkan hartanya dengan riya, di mana ia tidak

akan mendapatkan balasan paha sedikitpun dari perbuatannya itu, sesuai

dengan firman Allah Q.S. Al Baqarah ayat 264 “Hai orang-orang yang
20
Manna Al-Qaththan, Op.cit,hlm 287-289.
15

beriman, janganlah kamu menghilangkan pahala sedekahmu dengan

menyebut-nyebutnya dan menyakiti perasaan (si penerima), seperti seorang

yan menafkahkan hartanya karena riya kepada orang lain (manusia) dan dia

tidak beriman kepada Allah dan hari kemudian. Maka perumpamaanya

seperti batu licin yang diatasnya ada tanah, kemudian batu tersebut ditimpa

hujan lebat, lalu menjadilah dia bersih (tidak bertanah), mereka tidak

menguasai sedikitpun dari apa yang telah diusahakanya, dan Allah tidak

akan memberikan petunjuk kepada orang-orang kafir.

2. Dengan amtsal dapat disingkap hakekat-hakekat dan mengemukakan

sesuatu yang tidak nampak seakan-akan sesuatu tampak jelas. Sebagaimana

perumpamaan yang dibuat oleh Allah di dalam Al-Qur’an surat al Baqarah

ayat 275 :seperti berdirinya orang yang kemasukan setan lantaran (tekanan)

penyakit gila. Keadaan mereka yang demikian itu adalah disebabkan

karena mereka berkata, sesungguhnya jual beli itu sama dengan riba,

padahal Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba”…

3. Dapat menyimpulkan makna yang menarik dan indah di dalam suatu

ungkapan yang padat, sebagaimana yang telah dicontohkan dalam amtsal al

kaminah dan amtsal al mursalahdi atas.

4. Dapat mendorong orang yang kepadanya amtsal itu diturunkan untuk

berbuat atau melakukan sesuatu yang sesuai dengan isi matsal atau amtsal

itu sendiri, jika hal itu merupakan sesuatu yang disenangi jiwa. Misalnya
16

Allah membuat matsal bagi keadaan orang-orang yang menafkahkan

hartanya di jalan Allah. Hal itu dapat memberikan kebaikan kepadanya.

Sebagaimana telah disebutkan Al-Qur’an dalam ungkapan yang indah

dalam surat al Baqarah ayat 261:“Perumpamaan (nafkah yang dikeluarkan)

orang-orang yang menafkahkan hartanya di jalan Allah adalah serupa

dengan sebutir benih yang menumbuhkan tujuh butir, pada setiap butir

terdiri dari seratus biji, Allah melipatgandakan ganjaran bagi siapa saja

yang Dia kehendaki. Dan Allah Mahaluas karunia-Nya lagi Maha

Mengetahui”.

5. Dapat menjauhkan sesuatu —larangan— untuk tidak dilakukan, jika matsal

itu berupa sesuatu hal yang tidak diinginkan atau dibenci oleh jiwa.

Misalnya larangan Al-Qur’an untuk menggunjing orang lain. Hal ini dapat

dilihat dalam surat al Hujarat ayat 12…”Danjanganlah sebagian kamu

menggunjing sebagian yang lain, sukakah salah seorang diantara kamu

memakan daging saudaranya yang sudah mati? Maka tentu kamu

merasakan jijik….

6. Dalam rangka memuji orang-orang yang menjadi sasaran amtsal itu sendiri.

Sebagaimana orang-orang yang digambarkan di dalam kitab Taurat dan

kitab Injil, mereka (para sahabat Rasul) juga diibaratkan seperti tanaman

yang mengeluarkan tunasnya, maka tunas itu menjadikan tanaman menjadi

kuat, lalu menjadi besarlah ia dan tegas lurus di atas pokoknya. Tanaman

itu menyenangkan hati para penanamnya, dikarenakan Allah hendak


17

menjengkelkan hati-hati orang-orang kafir (dengan kekuatan orang-orang

mukmin). Begitulah keadaan para sahabat yang mulanya mereka adalah

golongan minoritas, kemudian tumbuh berkembang sehingga keadaan

makin kuat dan mengagumkan hati karena kebesaran mereka.

7. Dengan matsal dapat digambarkan sesuatu yang memiliki sifat yang

dipandang buruk oleh orang banyak. Misalnya, mengenai matsal tentang

keadaan orang yang dikaruniai kitab Allah tetapi ia tersesat jalan sehingga

pada akhirnya ia tidak mau mengamalkan isi kitab itu. Hal ini difirmankan

oleh Allah dalam surat Al A’raf ayat 175-176:“Dan bacakanlah kepada

mereka berita orang yang telah kamu berikan pengetahuan kepadanya ayat-

ayat Kami (pengetahuan tentang isi al Kitab), kemudia dia melepaskan dir

dari ayat-ayat itu, lalu dia diikuti oleh Syetan (sampai dia tergoda) maka

jadilah ia termasuk orang-orang yang sesat. Dan jika Kami menghendaki,

sesungguhnya Kami tinggikan (derajatnya) dengan ayatayat itu, tetapi dia

cenderung kepada dunia dan mengikuti hawa nafsunya yang rendah, maka

perumpamaanya seperti anjing, jika kamu menghalaunya maka ia ulurkan

lidahnya dan bila kamu membiarkanya dia mengulurkan lidahnya juga.

Demikian itulah perumpamaan orang-orang yang mendustakan ayat-ayat

Allah….”

8. Amtsal lebih berpengaruh pada jiwa, lebih efektif dalam memberikan

nasihat, lebih kuat (pengaruhnya) dalam memberikan peringatan dan lebih

dapat memuaskan hati. Sehingga Allah pun banyak membuat


18

perumpamaan (amtsal) itu sendiri di dalam al Qur’an surat al Ankabut ayat

43“Perumpamaan-perumpamaan (amtsal) itu Kami buat untuk manusia,

dan tidak ada yang dapat memahaminya kecuali orang-orang yang berilmu

pengetahuan”

Dari uraian di atas dapat ditarik suatu pemahaman bahwa begitu

urgenya amtsal dalam mempercepat pemahaman seseorang mengenai

sesuatu hal, maka para ulama ataupun para da’i pun sering mengikuti alur

Al-Qur’an agar apa yang disampaikan mudah dipahami dan diterima oleh

orang menjadi obyek atau sasaran dakwah itu.

Pengungkapan matsal atau tamstil seperti yang disebutkan di atas

menurut Jalaluddin al Suyuthi diharapkan dapat menampilkan makna dalam

bentuk yang hidup dan dapat diyakini dalam pikiran pendengarnya, dengan

cara mengedepankan sesuatu yang yang tidak tampak dengan yang tampak,

yang abstrak dengan yang konkrit, sehingga jiwa si pendengar dapat

menangkap maknamakna tersebut secara proporsional.21

21
Jalaluddin Al-Suyuthi, Al-Ithqan fi ‘ulum Al-Qura’an,(Muassassah Al-Kuub Al-
tsaqafiyyah,1996)juz 4, hlm.343.
19

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Amtsal merupakan kerangka yang menampilkan makna-makna dalam

bentuk yang hidup dan jelas dalam pikiran, menyamakan hal yang ghaib

dengan yang hadir, yang abstrak dengan konkrit dan menganalogikan

sesuatu dengan hal yang serupa. Amtsal adalah salah satu gaya al-

Qur’an dalam mengungkapkan berbagai penjelasandan segi-segi

kemukjizatan. Dengan adanya amsatl maka akan didapati di dalam al-

Qur’an makna yang lebih indah, menarik, dan menakjubkan.

Faedah mempelajari amstal yaitu, menampilkan sesuatu yang

rasionaldalam bentuk konkrit yang dapat dirasakan indera manusia,

sehingga akal mudah menerimanya. Mengungkapkan hakikat-hakikat

sesuatu yang tidak tampak seakan-akan sesuatu yang tampak, menghimpun

makna yang menarik dan indah dalam satu ungkapan yang padat,

mendorong orang yang diberi mastal untuk berbuat sesuai dengan isi

mastal,menjauhkan dan menghindarkan, jika isi mastal berupa sesuatu yang

dibenci jiwa. Untuk memuji orang yang diberi mastal. Untuk

menggambarkan sesuatu yang mempunyai sifat yang dipandang buruk oleh

orang banyak, dan Amstal lebih berbekas dalam jiwa, lebih efektif dalam

memberikan nasihat, lebih kuat dalam memberikan peringatan, dan lebih

dapat memuaskan hati. Dalam aspek pendidikan amstal bisa dilihat dalam
20

beberapa hal yang masuk dalam komponen pendidikan yaitu: dari segi

tujuan amstal bertujuan untuk membuat manusia berfikir, dalam hal

materi amstal al-Qur’an mengandung pelajaran tentang keimanan, akhlak,

ibadah, sejarah dan keilmuan. Dalam hal metode, amsal al-Qur’an

menyampaikan hal yang abstrak dengan menghadirkan hal yang konkrit

(dalam perumpamaannya) sehingga mudah difahami, selanjutnya tentang

media yang digunakan amstal al-Qur’an menghadirkan sesuatu yang nyata

yang biasa dilihat atau ditemukan dalam kehidupan sehari-sehari.

Aspek psikologi yang dapat diambil dari amstal al-Qur’an di

antaranya meneguhkan hati, menumbuhkan nuansa positif dalam jiwa,

memberikan motivasi, kata-kata yang baik itu akan menstimulasi hormon

enchapalin dan endorphin (hormon yang berfungsi menimbulkan perasaan

menyenangkan atau goodmood, Mencakup ke dalam tiga ranah pendidikan

yaitu kognitif, afektif dan psikomotor. Amsal Qur’an dapat

B. Saran
Tentunya dalam penyusunan makalah ini masih terdapat banyak

kekurangan dan kekeliruan, di sebabkan karena kemampuan kami yang

masih sangat terbatas dalam meneliti serta mengaji tentang Perumpamaan –

Perumpamaan Yang Terdapat Dalam Al-Qur’an baik itu sifatnya di sengaja

ataupun tidak di sengaja. Oleh sebab itu penulis sangat berharap kepada

teman-teman, mahasiswa, dosen pembimbing, untuk memberikan masukan


21

serta saran ataupun kritikan yang sifatnya membangun untuk kesempurnaan

makalah ini.
i

DAFTAR PUSTAKA
Al-Qur’an Al-Karim

Ahmad, Warison Munawwir. 1997. Kamus Al-Munawwir Arab Indonesia


Terlengkap. Surabaya : Pustaka Progressif.

Ahmad Syadallidan Ahmad Rofi’i,,,,, hlm. 35-36.

Ahmad Darbi ,,,, hlm 56-57

Al-Qattan, Mana Khalil. 1996. Studi-Studi Islam Al-Qur’an. Bogor:Pustaka


Litera Antar Nusa.

Badruzaman, Abad. 2018. Ulumul Quran. Malang, jatim:Madani Media.

El-Mazni,Aunur Rafiq. Pengantar Studi Ilmu Al-Qur’an. 2005. Jakarta Timur:


Pustaka Al-Kautsar

Gufron Muhammad, Rahmawati. Terjemahan Ulumul Quran. Depok Sleman


yogyakarta: Teras

Jalaluddin, Al-Suyuthi. Al-Ithqan fi ‘ulum Al-Qura’an. 1996. Muassassah Al-


Kuub Al-tsaqafiyyah

Syadili, Ahmad. 1997. Ulumul Qur’an cet.1. Bandung: Pustaka Setia.

tn. tt. Balaghah Al-Qur’an. ttp


ii

You might also like