You are on page 1of 19

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN DENGAN GANGGUAN SISTEM PENCERNAAN


GASTRITIS

Oleh:

Nenden Fernands
1490122175

PROGRAM PROFESI NERS


INSTITUT KESEHATAN IMMANUEL
2022
A. Pengertian
Gastritis merupakan suatu keadaan peradangan atau perdarahan mukosa lambung yang
dapat bersifat akut, kronis difus, atau lokal. Dua jenis gastritis yang sering terjadi adalah
gastritis superficial akut dan gastritis atrofik kronis (Price & Wilson, 2006)

Gastritis adalah episode berulang nyeri epigastrium, gejala sementara atau cepat hilang,
dapat berhubungan dengan diet, memiliki respon yang baik dengan antacid atau supresi
asam. (Grace, Pierce A,dkk, 2006).

Gastritis adalah inflamasi mukosa lambung yang diakibatkan oleh diet yang tidak
benar, atau makanan yang berbumbu atau mengandung mikroorganisme penyebab
penyakit.(Brunner and Suddarth, 2001).

Dari beberapa pengertian tentang gastritis menurut para ahli, penulis dapat
menyimpulkan bahwa gastritis adalah kondisi peradangan pada lapisan mukosa
lambung yang menimbulkan nyeri perut, gangguan pencernaan, kembung dan mual,
bisa bersifat akut atau kronis.

B. Anatomi dan Fisiologi

Gambar 1.1. Anatomi Lambung


Lambung adalah bagian dari saluran pencernaan yang dapat mekar paling banyak
terutama didaerah epigaster, dan sebagian di sebelah kiri daerah hipokondriak dan
umbilikal. Lambung terdiri dari bagian atas fundus uteri berhubungan dengan osofagus
melalui orifisium pilorik, terletak di bawah diapragma di depan pankreas dan limpa,
menempel disebelah kiri fundus uteri.
Bagian gaster atau ventrikulum ini terdiri atas :
1. Osteum kardiak adalah bagian akhir esofagus yang masuk ke dalam lambung
2. Fundus fentrikuli adalah bagia yang menonjol ke atas terletak disebelah kiri osteum
kardiak biasanya terisi gas
3. Korpus ventrikuli adalah badan lambung setinggi osteum kardiak lekukan pada
bagian bawah kurvatura minor
4. Kurvatura minor terletak disebelah kanan lambung dari osteum kardiak sampai
pilorus
5. Kurvatura mayor terletak disebelah kiri osteum kardiak melalui fundus ventrikuli
menuju kekanana sampai pilorus inferior
6. Antrium pilorus adalah bagian lambung berbentuk seperti tabung mempunyai otot
tebal yang membentuk sfingter pilorus (Setiadi, 2007).
Lambung terletak dibawah diafragma didepan pankreas dan limfa menempel pada
sebelah kiri fundus. Kedua ujung lambung dilindungi oleh sfingter yang mengatur
pemasukan dan pengeluaran. Sfingter kardia atau sfingter esofagus bawah, mengalirkan
makanan masuk kedalam lambung dan mencegah refluks isi lambung memasuki
esofagus kembali. Daerah lambung tempat pembukaan sfingter kardia dikenal dengan
nama daerah kardia. Di saat sfingter pilorikum berelaksasi makanan masuk ke dalam
duodenum dan ketika berkontraksi sfingter ini akan mencegah terjadinya aliran balik
isi usus halus ke dalam lambung. Sfingter pilorus memiliki arti klinis yang penting
karena dapat mengalami stenosis ( penyempitan pilorus yang menyumbat ) sebagai
komplikasi dari penyakit tukak lambung. Stenosis pilorus atau pilorospasme terjadi bila
serat-serat otot disekelilingnya mengalami hipertropi atau spasme sehingga sfingter
gagal berelaksasi untuk mengalirkan makanan dari lambung ke dalam duodenum.
Fungsi gaster antara lain :
1. Tempat berkumpulnya makanan, menghancurkan, dan menghaluskan makanan
oleh peristaltik lambung dan getah lambung
2. Mempersiapkan makanan untuk dicerna oleh usus dengan semua makan dicairkan
dan dicampurkan dengan asam hidroklorida
3. Mengubah protein menjadi pepton oleh pepsin
4. Membekukan susu dan kasein yang dikeluarkan oleh renin

C. Etiologi
Gastritis disebabkan oleh infeksi kuman Hellicobacter pylori dan pada awal infeksi
mukosa lambung menunjukkan respons inflamasi akut dan jika diabaikan akan menjadi
kronik (Sudoyo Aru,dkk 2009)
Klasifikasi Gastritis Menurut Wim de Jong et al (2005), adalah :
1. Gastritis akut
a. Gastritis akut tanpa perdarahan
b. Gastritis akut dengan perdarahan(gastritis hemoragik atau gastritis atau gastritis
erosiva)
Gastritis akut berasal dari makan terlalu banyak atau terlalu cepat, makan-makanan
yang terlalu berbumbu atau yang mengandung mikroorganisme penyebab
penyakit,iritasi bahan semacam alcohol, aspirin, NSAID, lisol serta bahan korosif
lain, reflks empedu atau cairan pancreas.
2. Gastritis Kronik
Inflamasi lambung yang lama dapat disebabkan oleh ulkus benigna atau maligna
dari lambung, atau oleh bakteri Helicobacter Pylory
3. Gastritis Bacterial
Yang disebut juga gastritis infektiosa, disebabkan oleh refluks dari duodenum.

D. Patofisiologi
Menurut Priyanto, 2008 proses terjadinya gastritis yaitu awalnya karena obat-obatan,
alkohol, empedu atau enzim-enzim pancreas dapat merusak mukosa lambung (gastritis
erosive), mengganggu pertahanan mukosa lambung dan memungkinkan difusi kembali
asam dan pepsin kedalam jaringan lambung, hal ini menimbulkan peradangan. Respon
mukosa lambung terhadap kebanyakn penyabab iritasi tersebut adalah dengan
regenerasi mukosa, karena gangguan-gangguan tersebut seringkali menghilang dengan
sendirinya.Dengan iritasi yang terus menerus, jaringan menjadi meradang dan dapat
terjadi perdarahan. Masuknya zat-zat seperti asam dan basa kuat yang bersifat korosif
pada dinding lambung ( gastritis korosif ). Nekrosis dapat mengakibatkan perforasi
dinding lambung dengan akibat berikutnya perdarahan dan peritonitis.

Inflamasi lambung yang lama dapat disebabkan oleh ulkus benigna atau maligna dari
lambung atau oleh bakteri helicobactery pylory ( H. pylory ) Gastritis Kronis dapat
diklasifikasikan sebagai tipe A / tipe B, tipe A ( sering disebut sebagai gastritis
autoimun ) 27 diakibatkan dari perubahan sel parietal, yang menimbulkan atrofi dan
infiltrasi seluler. Hal ini dihubungkan dengan penyakit autoimun seperti anemia
pernisiosa dan terjadi pada fundus atau korpus dari lambung. Tipe B ( kadang disebut
sebagai gastritis ) mempengaruhi antrum dan pylorus ( ujung bawah lambung dekat
duodenum ) ini dihubungkan dengan bakteri Pylory. Faktor diet seperti minum panas
atau pedas, penggunaan atau obat-obatan dan alkohol, merokok, atau refluks isi usus
kedalam lambung. (Smeltzer dan Bare, 2001)
Pathway Gastritis

Obat-obatan (NISAD, H. Phylori kafein


aspirin, lfanomida
steroid, digitalis)

Melekat pada Menurunkan produksi


epitel lambung bikarbonat (HCO3)
Mengganggu
pembentukan sawat
mukosa lambung
Menghancurkan Menurunkan kemampuan
lapisan mukosa protektif terhadap asam
Menurunkan barrier lambung
lambung terhadap
asam dan pepsin

Menyebabkan difusi
Defisit Kurang terpapar kembali asam lambung
pengetahuan informasi dan pepsin

Inflamasi Erosi mukosa lambung

Nyeri epigastrium Menurunnya tonus dan


peristaltik lambung

Menurunkan sensori
untuk makan Refluk isi duodenum ke
lambung

Anoreksia
Mual Dorongan ekspulsi isi
lambung kemulut

Muntah
Nyeri akut Defisit Nutrisi

Resiko hipovolemia
E. Tanda dan Gejala
Menurut Mansjoer, 2001 tanda dan gejala pada gastritis adalah:
1. Gastritis akut : nyeri epigastrium, mual, muntah dan pendarahan terselubung
maupun nyata. Dengan endoskopi terlihat mukosa lambung hyperemia dan udem,
mungkin juga ditemukan erosi dan perdarahan aktif
2. Gastritis kronik: kebanyakan gastritis asimptomatik, keluhan berkaitan dengan
kompilkasi gastritis atrofik, seperti tukak lambung, defisiensi zat besi, anemia
perniosa, dan karsinoma lambung.

F. Penatalaksanaan
Pengobatan pada gastritis menurut Dermawan (2010) meliputi :
1. Antikoagulan : Bila ada perdarahan pada lambung.
2. Antasida : Pada gastritis yang parah, cairan dan elektrolit diberikan intravena untuk
mempertahankan keseimbagan cairan sampai gejala-gejala mereda, untuk gastritis
yang tidak parah diobati dengan antasida dan istirahat.
3. Histonin : Ranitidin dapat diberikan untuk menghambat pembentukan asam
lambung dan kemudian menurunkan iritasi lambung.
4. Sulcralfate : Diberikan untuk melindungi mukosa lambung dengan cara
menyeliputinya, untuk mencegah difusi kembali asam dan pepsin yang
menyebabkan iritasi.
5. Pembedahan : Untuk mengangkat gangrene dan perforasi.
6. Gastrojejunuskopi/ reseksi lambung : Mengatasi obstruksi pilorus.

Penatalaksanaan pada gastritis secara medis menurut Smeltzer (2001) meliputi :


Gastritis akut diatasi dengan menginstruksikan pasien untuk menghindari alkohol dan
makanan sampai gejala berkurang. Bila pasien mampu makan melalui mulut, diet
mengandung gizi dianjurkan. Bila gejala menetap, cairan perlu diberikan secara
parenteral. Bila perdarahan terjadi, maka penatalaksanaan adalah serupa dengan
prosedur yang dilakukan untuk hemoragik saluran gastrointestinal atas. Bila gastritis
diakibatkan oleh mencerna makanan yang sangat asam atau alkali, pengobatan terdiri
dari pengenceran dan penetralisasian agen penyebab.
Untuk menetralisasi asam, digunakan antasida umum (missal : alumunium hidroksida)
untuk menetralisasi alkali, digunakan jus lemon encer atau cuka encer.
Bila korosi luas atau berat, emetik, dan lafase dihindari karena bahaya perforasi. Terapi
pendukung mencakup intubasi, analgesic dan sedative, antasida, serta cairan intravena.
Endoskopi fiberopti mungkin diperlukan. Pembedahan darurat mungkin diperlukan
untuk mengangkat gangrene atau jaringan perforasi. Gastrojejunostomi atau 31 reseksi
lambungmungkin diperlukan untuk mengatasi obstruksi pilrus. Gastritis kronis diatasi
dengan memodifikasi diet pasien, meningkatkan istiratahat, mengurangi stress dan
memulai farmakoterapi. H. Pilory data diatasi dengan antibiotic (seperti tetrasiklin atau
amoksisilin) dan garam bismu (pepto bismo). Pasien dengan gastritis A biasanya
mengalami malabsorbsi vitamin B12 yang disebabkan oleh adanya antibody terhadap
faktor instrinsik. (Smeltzer, 2001)
Penatalaksanaan secara keperawatan meliputi:
1. Tirah baring
2. Mengurangi stress
3. Diet
Air teh, air kaldu, air jahe dengan soda kemudian diberikan peroral pada interval yang
sering. Makanan yang sudah dihaluskan 30 seperti pudding, agar-agar dan sup,
biasanya dapat ditoleransi setelah 12 – 24 jam dan kemudian makanan-makanan
berikutnya ditambahkan secara bertahap. Pasien dengan gastritis superficial yang
kronis biasanya berespon terhadap diet sehingga harus menghindari makanan yang
berbumbu banyak atau berminyak. (Dermawan, 2010)

G. Data Fokus
1. Anamnesa/wawancara
a. Biodata
1) Identitas klien:
Nama, tempat tanggal lahir, umur, jenis kelamin, agama, suku bangsa,
pendidikan, pekerjaan, status perkawinan, alamat, tanggal masuk RS,
tanggal pengkajian, No medrec, diagnosa medis.
b. Riwayat Kesehatan Klien
1) Keluhan utama
Pada kasus gangguan sistem pencernaan gastritis keluhan utamanya pasien
merasakan nyeri ulu hati
2) Riwayat kesehatan sekarang
Riwayat kesehatan klien sejak timbulnya gejala (sebelum masuk RS) dan
penanganan yang dilakukan dirumah dan di RS sampai dengan menjadi
kasus kelolaan.
3) Riwayat kesehatan masa lalu
Penyakit apa saja yang pernah diderita, terutama yang berhubungan dengan
penyakit sekarang.
4) Riwayat kesehatan keluarga dan genogram 3 generasi
a) Kesehatan keluarga
Dihubungkan dengan kemungkinan adanya penyakit keturunan,
kecenderungan, alergi dalam satu keluarga, penyakit menular akibat
kontak langsung maupun tidak langsung. Pada pasien gastritis, dikaji
adakah keluarga yang mengalami gejala serupa, penyakit keluarga
berkaitan erat dengan penyakit yang diderita pasien. Apakah hal ini ada
hubungannya dengan kebiasaan keluarga dengan pola makan, misalnya
minum-minuman yang panas, bumbu penyedap terlalu banyak,
perubahan pola kesehatan berlebihan, penggunaan obat-obatan, alkohol,
dan rokok.
b) Genogram
Genogram umumnya dituliskan dalam tiga generasi sesuai dengan
kebutuhan. Bila klien adalah seorang nenek atau kakek, maka dibuat dua
generasi dibawah, bila klien adalah anak-anak maka dibuat generasi
keatas
5) Riwayat psiko-sosial-ekonomi-spritual
a) Psiko
Adanya kecemasan, ketakutan atau penilaian terhadap diri., dampak
sakit terhadap diri, kontak mata, isyarat non verbal, ekspresi wajah,
merasa tak berdaya, gugup atau relaks.
b) Sosial
Menggambarkan dan mengetahui hubungan dan peran klien terhadap
anggota keluarga dan masyarakat tempat tinggal klien.Pekerjaan, tempat
tinggal, tidak punya rumah, tingkah laku yang passive/agresif terhadap
orang lain, masalah keuangan dll.
c) Spritual
Menggambarkan dan Menjelaskan pola nilai, keyakinan termasuk
spiritual. Menerangkan sikap dan keyakinan klien dalam melaksanakan
agama yang dipeluk dan konsekuensinya. Agama, kegiatan keagamaan
dan budaya,berbagi denga orang lain,bukti melaksanakan nilai dan
kepercayaan, mencari bantuan spiritual dan pantangan dalam agama
selama sakit (Asmadi, 2008).
c. Pola Aktivitas Sehari-hari
1) Pola nutrisi
Nafsu makan menurun, adanya penurunan berat badan, mual, muntah.
2) Pola eliminasi
3) Pola eliminasi seperti buang air kecil, buang air besar yang meliputi
frekuensi, warna, konsisisten dan keluhan yang dirasakan.
4) Pola istirahat dan tidur
Menggambarkan Pola Tidur, istirahat dan persepasi tentang energi. Jumlah
jam tidur pada siang dan malam, masalah selama tidur, insomnia atau mimpi
buruk, penggunaan obat, mengeluh letih.
5) Personal hygine
Menggambarkan kebersihan dan kesegaran tubuh
6) Pola aktivitas/ latihan
Menggambarkan pola latihan, aktivitas, fungsi pernafasan dan sirkulasi.
Pentingnya latihan/gerak dalam keadaan sehat dan sakit, gerak tubuh dan
kesehatan berhubungan satu sama lain, Range Of Motion (ROM)
d. Keadaan Umum
Pemeriksaan untuk mengetahui keadaan umum pasien apakah baik, sedang,
buruk, kemudian tingkat kesadaran dan keadaan emosional. Pada kasus
gangguan sistem pencernaan dengan gastritis didapatkan keadaann biasanya
lemah, bingung, dan gelisah.
1) Kesadaran
Terdiri dari komposmentis, (kesadaran normal, sadar sepenuhnya, dapat
menjawab semua pertanyaan tentang keadaan sekelilingnya), kesadaran
apatis (keadaan kesadaran yang segan untuk berhubungan dengan
sekitarnya, acuh tak acuh), kesadaran delirium (gelisah, disorientasi (orang,
tempat, waktu) memberontak teriak-teriak, berhalusinasi, berkhayal,
kesadaran somnolen (kesadaran menurun, respon psikomotor yang lambat,
mudah tertidur, namun kesadaran dapat pulih bila di rangsang (mudah
dibangunkan) tetapi jatuh tertidur lagi, mampu member jawaban verbal).
Pada kasus gangguan sistem reproduksi dengan kista bartholini didapatkan
kesadaran ibu komposmentis.
2) Tanda – tanda vital
Tekanan darah : Normal (120/80 mmHg)
Nadi : Normal/Meningkat (>80-100 x/menit)
Pernafasan : Normal (>20-24 x/menit)
Suhu : Normal (36,5 °C – 37,5 °C)
2. Pemeriksaan fisik (Head To toe)
a. Kepala : untuk mengetahui warna rambut, kebersihan, kepala bentuk kepala,
texture, distribusi rambut, hygiene, lesi, massa.
b. Muka : untuk mengetahui adanya pembengkakan pada wajah.
c. Mata : untuk melihat sklera dan konjungtiva, pupil, sclera, secret, fungsi
penglihatan, pergerakkan bola mata
d. Hidung : untuk mengetahui adanya pengeluaran secret, kelainan di hidung,
bentuk, massa abnormal, fungsi penciuman, pernafasan, cuping hidung.
e. Telinga : untuk mengetahui adanya pengeluaran serumen, fungsi pendengaran
f. Mulut : untuk mengetahui gigi, gusi, dan bibir dalam keadaan normal.
g. Leher : untuk mengetahui adanya pembengkakan kelenjar tiroid, limfe dan vena
jugularis.
h. Dada dan punggung : Bentuk simetris atau tidak, pergerakkan rongga dada
i. Paru-paru : Inspeksi : Bentuk, Pergerakkan, lesi - Palpasi : Taktil Premitus -
Perkusi : Batas – Batas paru, Resonan/hiperesonan - Auskultasi : Suara Paru
(vesikuler, bronkhial, bronkhovesikuler) dan suara paru tambahan
j. Jantung : Bunyi, Iktus kordis, batas-batas jantung/pembesaran jantung
k. Abdomen : untuk mengetahui pembesaran abdomen, bekas luka,.
l. Genetalia : untuk mengetahui adanya varices, tanda-tanda infeksi dan
pengeluaran pada vagina. Perhatikan ada benjolan/tidak, ada kemerahan atau
tidak, ada nyeri tekan atau tidak, terdapat pembesaran kelenjar bartolini atau
tidak.
m. Anus : untuk mengetahui adanya hemoroid.
n. Kulit : Turgor, suhu, warna, teksture, lesi, hygiene
o. Ekstremitas : untuk mengetahui reflek patella dan adanya varices
3. Pemeriksaan diagnostik
a. Pemeriksaan darah. Tes ini digunakan untuk memeriksa adanya antibody
Hellicobacter Pylori dalam darah. Hasil tes yang positifmenunjukkan bahwa
pasien pernah kontak dengan bakteri pada suatu waktu dalam hidupnya, tapi itu
tidak menuunjukkan bahwa pasien tersebut terkena infeksi. Tes darah dapat juga
dilakukan untuk memeriksa anemia, yang terjadi akibat perdarahan lambung
akibat gastritis.
b. Pemeriksaan pernafasan. Tes ini dapat menentukan apakah pasien terinfeksi
oleh bakteri Hellicobacter Pyloriatau tidak.
c. Pemeriksaan feses. Tes ini memeriksa apakah terdapat Hellicobacter
Pyloridalam feses atau tidak. Hasil yang positif dapat mengindikasikan
terjadinya infeksi.
d. Endoskopi saluran cerna bagian atas. Dengan tesini dapat terlihat adanyaketidak
normalan pada saluran cerna bagian atas yang mungkin tidak terlihat dari sinar-
x.
e. Rontgen saluran cerna bagian atas. Tes ini akan melihat adanya tanda-tanda
gastritis atau penyakit pencernaan lainnya. Biasnya akan diminta menelan
cairan barium terlebih dahulu sebelum dilakukan rontgen. Cara ini akan
melapisi saluran cerna dan akan terlihat lebih jelas ketika di rontgen.
f. Pemeriksaan Histopatologi, tampak kerusakan mukosa karena erosi tidak
pernah melewati mukosa muskularis.
g. Analisa gaster, dapat dilakukan untuk menentukan adanya darah, mengkaji
aktivitas sekretori mukosa gaster, contoh peningkatan asam hidroklorik dan
pembentukan asam noktura penyebab ulkus duodenal.
H. Analisa Data
No Data Etiologi Masalah
Keperawatan
1. DS : Agen pencedera Nyeri akut
Pasien mengatakan nyeri ulu hati, fisiologis (D.0077)
seperti diremas-remas, nyeri
hilang timbul, skala 5
DO :
Pasien tampak meringis kesakitan
Frekuensi nadi meningkat
TD : 110/70 mmHg
Suhu : 36,5 °C
Nadi : 98 x/menit
RR : 20 x/menit
P : Nyeri ulu hati
Q : Diremas-remas
R : Perut kanan atas
S : 5 (0-10)
T : Hilang timbul
2. DS: Ketidakmampuan Defisit Nutrisi
Pasien mengatakan mual, muntah mengabsorbsi (D.0019)
sebanyak 3 x, tidak nafsu makan, nutrien
dan mengalami penurunan berat
badan
DO :
- BB sebelum sakit : 60 kg
- BB setelah sakit : 58 kg
- Pasien terlihat lemas.
- Muntahan berupa cairan
berwarna kekuningan
- Muntah sekitar ±150 cc
- Pasien hanya menghabiskan ¼
dari porsi makannya
3. DS : Kurang terpapar Defisit
- Pasien mengatakan belum informasi pengetahuan
memahami tentang gastritis (D.0111)
- Pasien mengatakan belum pernah
mendapatkan informasi tentang
gastritis
- Pasien mengatakan pusing, dan
bingung terhadap sakitnya
DO :
- Pasien tidak dapat menjelaskan
tentang gastritis
- Pasien tampak pusing, bingung
- Pasien tampak gelisah

I. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan adalah suatu penilaian klinis mengenai respon pasien terhadap
masalah kesehatan atau proses kehidupan yang dialaminya baik yang berlangsung
actual maupun potensial. Diagnosis keperawatan merupakan langkah kedua dalam
proses keperawatan yaitu mengklasifikasi masalah kesehatan dalam lingkup
keperawatan. Tujuan pencacatan diagnosa keperawatan yaitu sebagai alat komunikasi
tentang masalah pasien yang sedang dialami pasien saat ini dan merupakan tanggung
jawab seorang perawat terhadap masalah yang diidentifikasi berdasarkan data serta
mengidentifikasi pengembangan rencana intervensi keperawatan (Tim Pokja SDKI
DPP PPNI, 2017).
Diagnosa keperawatan yang muncul :
1. Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fiologis
2. Defisif nutrisi berhubungan dengan ketidakmampuan mengabsorbsi nutrien
3. Defisit pengetahuan berhubungan dengan kurang terpapar informasi

J. Rencana Asuhan Keperawatan (SIKI dan SLKI)


No Dx Keperawatan Tujuan (SLKI) Intervensi (SDKI)
1. (D.0077) Nyeri Tingkat Nyeri (L.08066) Manajemen Nyeri
Akut Tujuan: setelah dilakukan (I.08238)
tindakan asuhan Observasi
keperawatan 2x24 jam - Identifikasi lokasi,
diharapkan tingkat nyeri karakteristik, durasi,
pada pasien menurun dan frekuensi, kualitas,
membaik. intensitas nyeri
Kriteria Hasil: - Identifikasi skala
nyeri
1. Kemampuan - Identifikasi respon
menuntaskan aktivitas non verbal
cukup meningkat (4) - Monitor efek samping
2. Keluhan nyeri penggunanaan
memnurun (5) analgesic
3. Meringis menurun (5 Terapeutik
4. Sikap protektif menurun - Kontrol lingkungan
(5) (mis, suhu ruangan,
5. Muntah menurun (5) pencahayaan,
6. Mual menurun (5) kkebisingan)
7. Pola napas membaik (5) - Fasilitasi istirahat dan
8. Tekanan darah tidur
membaik (5) - Pertimbangkan jenis
dan sumber nyeri
dalam pemilihan
strategi meredakan
nyeri
Edukasi
- Jelaskan penyebab,
periode, dan pemicu
nyeri
- Jelaskan strategi
meredakan nyeri
- Anjurkan memonitor
nyeri secara mandiri
- Menggunakan
analagesik secara
tepat
Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian
analgesik, jika perlu
2. (D.0019) Defisit Status Nutrisi (L.03030) Manajemen nutrisi
Nutrisi Tujuan: Setelah dilakukan (l.03119)
tindakan asuhan Tindakan Observasi
keperawatan selama 3x24 - Identifikasi status
jam diharapkan status nutrisi
nutrisi pasien membaik. - Identifikasi alergi dan
Kriteria Hasil: intoleransi makanan
1. Porsi makan yang - Identifikasi makanan
dihabiskan meningkat yang disukai
(5) - Monitor asupan
2. Kekuatan otot menelan makanan
meningkat (5) - Monitor berat badan
3. Verbalisasi keinginan Terapeutik
untuk meningkatkan - Fasilitasi mentukan
nutrisi meningkat (5) pedoman diet
4. Pengetahuan tentang - Sajikan makanan
pilihan makan yang secara menarik dan
sehat meningkat (5) suhu yang sesuai
5. Pengetahuan tentang - Berikan makanan
minuman yang sehat tinggi serat untuk
meningkat (5) mencegah konstipasi
6. Pengetahuan tentang - Berikan makanan
standar asupan nutrisi tinggi kalori dan tinggi
yang tepat meningkat(5) protein
7. Sikap terhadap - Berikan suplemen
makanan/minuman makanan, jika perlu
sesuai dengan tujuan Edukasi
kesehatan meningkat - Anjurkan posisi
(5) duduk, jika mampu
- Ajarkan diet yang
terprogram
Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian
medikasi sebelum
makan (mis. Pereda
nyeri, antiemetic), jika
perlu
- Kolaborasi dengan ahli
gizi untuk
menentukan jumlah
kalori dan jenis
nutrient yang
dibutuhkan, jika perlu
3. (D.0111) Defisit Tingkat Pengetahuan Edukasi Perilaku Upaya
Pengetahuan (L.12111) Kesehatan (I12435)
Tujuan: Setelah dilakukan Tindakan
tindakan asuhan Observasi
keperawatan selama 2x24 - Identifikasi kesiapan
jam diharapkan tingkat dan kemampuan
pengetahuan pasien menerima informasi
meningkat. Terapeutik
Kriteria Hasil : - Sediakan materi dan
1. Perilaku sesuai anjuran media pendidikan
meningkat (5) Kesehatan
2. Kemampuan - Jadwalkan pendidikan
menjelaskan kesehatan sesuai
pengetahuan tentang kesepakatan
suatu topik meningkat - Berikan kesempatan
(5) untuk bertanya
3. Kemampuan - Gunakan variasi mode
menggambarkan pembelajaran
pengalaman - Gunakan pendekatan
sebelumnya yang sesuai promosi kesehatan
dengan topik meningkat dengan
(5) memperhatikan
4. Perilaku sesuai dengan pengaruh dan
pengetahuan meningkat hambatan dari
(5)
5. Pertanyaan tentang lingkungan, sosial
masalah yang dihadapi serta budaya.
menurun (5) - Berikan pujian dan
6. Presepsi yang keliru dukungan terhadap
terhadap masalah usaha positif dan
menurun (5) pencapaiannya
Edukasi
- Jelaskan penanganan
masalah Kesehatan
- Informasikan sumber
yang tepat yang
tersedia di masyarakat
- Anjurkan
menggunakan fasilitas
Kesehatan
- Anjurkan menentukan
perilaku spesifik yang
akan diubah (mis.
keinginan
mengunjungi fasilitas
kesehatan)
- Ajarkan
mengidentifikasi
tujuan yang akan
dicapai
- Ajarkan program
kesehatan dalam
kehidupan sehari hari

K. Daftar Pustaka
Asmadi. (2008). Teknik Prosedural Keperawatan Konsep dan Aplikasi Kebutuhan
Dasar Manusia. Jakarta: Salemba Medika.
Brunner & Suddarth, (2013). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Edisi 8 volume
2. Jakarta EGC
Dermawan,D. T. R. (2010). Keperawatan Medikal Bedah ( Sistem Pencernaan ).
Yogyakarta: Gosyen Publishing.
Gordon, N. F. 2009. The Cooper Clinik and Research Institute Fitness Series. Fajar
Interpratama Offset
Hirlan. 2001. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Edisi. 3 Jilid 2. Jakarta: FKUI Mansjoer,
A. (2001). Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta: Media Aesculapius
Nursalam. 2011. Perilaku Kesehatan : Metode Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka
Cipta
Potter, P. A. and Perry (2005). Buku Ajar Fundamental Keperawatan Konsep, Proses,
dan Praktik. Jakarta: EGC.
Price, A. W. dan Wilson, L. M. (2005). Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses
penyakit. Jakarta: EGC.
Price,Sylvia andorson,Lorraine.2006.Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit.Edisi 6.
Jakarta: EGC.
Priyanto. 2008. Farmakoterapi dan Terminologi Medis. Leskonfi, Depok
Setiadi. (2007). Anatomi dan Fisiologi Manusia. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Smeltzer, S. C. dan Bare, G. B. (2001). Keperawatan Medikal Bedah Brunner &
Suddarth. Jakarta: EGC.
Sudoyo,A. W. (2006). Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta: FKUI
Suyono, Slamet. (2001). Buku Ajar Penyakit Dalam Jilid II. FKUI, Jakarta : Balai
Pustaka.
Tim pokja SLKI DPP PPNI. 2017. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia. Jakarta
Selatan:Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia.
Wim de Jong (2005). Buku Ajar Ilmu Bedah Edisi 2. Jakarta : EGC

You might also like