You are on page 1of 14

LAPORAN PBL

BINTUL MERAH PADA KULIT

Moh. Fahmi Akbar 4518111001

Siti Ragiba Fihi 4518111002

Airin Michell Nurul Octavia 4518111003

Andynicofyan Fabio Gilbert 4518111004

Putri Amelia 4518111005

Gandy Patandung Andi Lolo 4518111047

Tri Sari Utami 4518111048

Multazam Sidrafiani Salni 4518111049

Aqilah Annisa 4518111050

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS BOSOWA

MAKASSAR

2021
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum wr.wb.
Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kami kemudahan
sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Tanpa
pertolongan-Nya tentunya kami tidak akan sanggup untuk menyelesaikan makalah
ini dengan baik. Shalawat serta salam semoga terlimpah curahkan kepada baginda
tercinta kita yaitu Nabi Muhammad SAW yang kita nanti-nantikan syafa’atnya di
akhirat nanti.
Penulis mengucapkan syukur kepada Allah YME atas limpahan nikmat
sehat-Nya, baik itu berupa sehar fisik maupun akal pikiran, sehingga penulis
mampu untuk menyelesaikan pembuatan laporan kegiatan Problem Basic
Learning (PBL) dengan materi “LUKA/TRAUMA”.
Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak khususnya
kepada Dr. dr. Annisa Anwar Muthaher, SH, M.kes, Sp.F yang telah membimbing
kami selama kegitan Problem Basic Learning (PBL) hingga proses pembuatan
laporan ini berlangsung.
Penulis tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna
dan masih banyak terdapat kesalahan serta kekurangan di dalamnya. Untuk itu,
penulis mengharapkan kritik serta saran dari pembaca untuk makalah ini, supaya
makalah ini nantinya dapat menjadi makalah yang lebih baik lagi. Demikian, dan
apabila terdapat banyak kesalahan pada makalah ini penulis mohon maaf yang
sebesar-besarnya.
Wassalamu’alaikum wr.wb.
Makassar, 25 November 2021

Tim penyusun
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..................................................................................... i

DAFTAR ISI.................................................................................................... ii

BAB 1 .............................................................................................................. 1
1.1. SKENARIO ……………………….…....……………………..………... 1
1.2. KATA KUNCI ………...…..…………...………………………………. 1

1.3. KATA SULIT ………………………………………………………….. 1

1.4. RUMUSAN MASALAH ……………………………………………… 1

BAB 2 .............................................................................................................. 2
2.1. ANALISIS KATA SULIT ...................................................................... 2
2.2. ANALISIS RUMUSAN MASALAH ……………………………….... 2
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................
BAB 1
1.1. SKENARIO

Seorang perempuan
dewasa muda dibawa ke
Puskesmas oleh polisi. Ia
ditemukan tidak sadar di Jalan
Tamalanrea Km.10 dengan sebuah
sepeda motor ditemukan sejauh 5
meter dari korban.

1.2. KATA KUNCI


Kata kunci berdasarkan skenario :
1. Perempuan dewasa muda
2. Ditemukan tidak sadar di Jalan
3. Korban dibawa ke Puskesmas oleh polisi
4. Sepeda motor ditemukan sejauh 5 meter dari korban

1.3. KATA SULIT


Kata sulit berdasarkan skenario :
- Perempuan dewasa muda

1.4. RUMUSAN MASALAH


Rumusan masalah berdasarkan skenario :
1. Bagaimana deskripsi luka yang ada pada skenario?
2. Bagaimana patomekanisme luka pada skenario?
3. Jelaskan kemungkinan penyebab terjadinya luka pada skenario!
4. Jelaskan derajat keparahan luka pada skenario!
5. Bagaimana MCOD pada skenario?
BAB 2
2.1. ANALISIS KATA SULIT
- Perempuan Dewasa Muda
Anak adalah setiap manusia yang berumur di bawah 18
(delapan belas) tahun dan belum menikah, termasuk anak yang masih
dalam kandungan apabila hal tersebut adalah demi kepentingannya. (UU
No. 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia). Perempuan dewasa muda
adalah perempuan yang berusia 18 tahun keatas.

2.2. ANALISIS RUMUSAN MASALAH


1. Dekripsi Luka
- Anatomi kepala
Wajah manusia tersusun dari beberapa tulang yang kemudian dilapisi otot
dan kulit pada bagian terluarnya.
- Anatomi dan Histologi kulit

Kulit manusia tersusun atas dua lapisan, yaitu epidermis dan dermis.
Epidermis merupakan lapisan teratas pada kulit manusia dan memiliki tebal
yang berbeda-beda: 400−600 μm untuk kulit tebal (kulit pada telapak tangan
dan kaki) dan 75−150 μm untuk kulit tipis (kulit selain telapak tangan dan
kaki, memiliki rambut). Selain sel-sel epitel, epidermis juga tersusun atas
lapisan:
a) Melanosit, yaitu sel yang menghasilkan melanin melalui proses
melanogenesis.
b) Sel Langerhans, yaitu sel yang merupakan makrofag turunan
sumsum tulang yang merangsang sel Limfosit T. Sel Langerhans
juga mengikat, mengolah, dan merepresentasikan antigen kepada sel
Limfosit T. Dengan demikian, sel Langerhans berperan penting
dalam imunologi kulit.
c) Sel Merkel, yaitu sel yang berfungsi sebagai mekanoreseptor
sensoris dan berhubungan fungsi dengan sistem neuroendokrin difus.
d) Keratinosit, yang secara bersusun dari lapisan paling luar hingga
paling dalam sebagai berikut:

1) Stratum Korneum, terdiri atas 15−20 lapis sel gepeng, tanpa inti dengan
sitoplasma yang dipenuhi keratin.
2) Stratum Lucidum, terdiri atas lapisan tipis sel epidermis eosinofilik yang
sangat gepeng.
3) Stratum Granulosum, terdiri atas 3−5 lapis sel poligonal gepeng yang
sitoplasmanya berisikan granul keratohialin.
4) Stratum Spinosum, terdiri atas sel-sel kuboid. Sel-sel spinosum saling
terikat dengan filamen.
5) Stratum Basal/Germinativum, merupakan lapisan paling bawah pada
epidermis, terdiri atas selapis sel kuboid.
Dermis, yaitu lapisan kulit di bawah epidermis. Dermis terdiri atas dua
lapisan dengan batas yang tidak nyata, yaitu stratum papilare dan stratum
reticular.
a) Stratum papilare, yang merupakan bagian utama dari papila dermis, terdiri
atas jaringan ikat longgar. Pada stratum ini didapati fibroblast, sel mast,
makrofag, dan leukosit yang keluar dari pembuluh (ekstravasasi).
b) Stratum retikulare, yang lebih tebal dari stratum papilare dan tersusun atas
jaringan ikat padat tak teratur (terutama kolagen tipe I).
Selain kedua stratum di atas, dermis juga mengandung beberapa turunan
epidermis, yaitu folikel rambut, kelenjar keringat, dan kelenjar sebacea. Pada
bagian bawah dermis, terdapat suatu jaringan ikat longgar yang disebut
jaringan subkutan dan mengandung sel lemak yang bervariasi. Jaringan ini
disebut juga fasia superficial, atau panikulus adiposus.

Deskripsi luka pada skenario

- Pada ujung mata: Di bawah ujung mata kiri sisi luar, didapatkan
satu luka tertutup dengan bentuk tidak beraturan. Ukuran terpanjang 4,8
cm dan terlebar 3 cm, permukaan kulit yang luka terangkat tidak merata,
dengan warna merah kecoklatan. Tampak pembengkakan(?) Pada
perabaan ada retak(?) Saat menggerakkan rahang, pergerakan mulut(?)
Pergerakan daerah kepala(?)

- Pada daerah pelipis: Satu luka tertutup pada daerah pelipis kiri dengan
bentuk tidak beraturan. Ukuran terpanjang 0,4 cm dan terlebar 0,3 cm,
permukaan kulit yang luka terangkat tidak merata, dengan warna merah
kecoklatan. Tampak pembengkakan(?) Pada perabaan ada retak(?)
Pergerakan daerah kepala(?)
2. Patomekanisme luka
Lukamerupakan kerusakan atau hilangnya hubungan antar jaringan (disco
ntinoustissue) seperti jaringan kulit, jaringan lunak, jaringan otot,
jaringan pembuluhdarah, jaringan saraf dan tulang.
Berdasarkan sifat serta penyebabnya, kekerasan dapat dibedakan atas
kekerasan yang bersifat:
- Mekanik: Kekerasan oleh benda tajam Kekerasan oleh benda tumpul
Tembakan senjata api
- Fisika: Suhu Listrik dan petir Perubahan tekanan udara Akustik Radiasi
- Kimia: Asam atau basa kuat
- Luka lecet (Abrasi)
Adalah salah satu luka tertutup karena suatu trauma
tumpul yang diakibatkan oleh pergesekan kulit dan permukaan
yang kasar sehingga sebagian atau seuluruh bagian epidermis
menghilang.

 Ciri-ciri luka lecet


Luka lecet mempunyai ciri-ciri :
1. Sebagian/seluruh epitel menghiang
2. Permukaan tertutup eksudasi yang akan mongering (Krusta)
3. Timbul reaksi radang (sel PMN)
4. Biasanya pada penyembuhan tidak maninggalkan jaringan
parut.

 Jenis luka lecet


Sesuai dengan mekanisme terjadinya luka lecet dibedakan dalam 4
jenis:
1. Luka lecet gores (Scractch)
Adalah abrasi yang lebih superfisial yang hamper tidak
merusak kulit dengan eksudasi sedikit atau tidak ada
pembetukan keropeng. Diakibat oleh benda runcing yang
menggeser lapisan permukaan kulit. Luka lecet gores yang
paling umum ditemukan adalah abrasi linier pada kasus
penjeratan dengan penumpukan pada ujung distal luka.
2. Luka lecet serut (Graze)
Adalah suatu luka yang terjadi akibat persentuhan kulit
dengan permukaan benda yang kasar dengan arah kekerasan
sejajar terhadap kulit. Arah kekerasan dapat ditentuakan
dengan melihat penumpukan epitel.
3. Luka lecet tekan (Impression, Impact Abrasion)
Adalah luka lecet yang disebabkan oleh penekanan benda
tumpul secara tegak lurus terhadap permukaan kulit. abrasinya
umumnya sama dengan permukaan benda tersebut atau
mengikiti pola benadanya serta dapat terjadi memar
intradermal akibat dari penekanan.
4. Luka lecet geser
Adalah luka lecet yang diakibatkan oleh tekanan liniear pada
kulit dan disertai gerakan bergeser.

3. Kemungkinan penyebab terjadinya luka


Kemungkinan luka lecet pada korban diakibatkan oleh kecelakaan lalu
lintas karena berdasarkan skenario korban ditemukan dijalan dan 5 meter
dari korban juga ditemukan motor.
a. luka lecet di area zigomatic (pipi, dibawah ujung mata) diakibatkan saat
terjatuh korban (pengendara motor) terseret lalu area kulit pipi yang
kontak dengan aspal dalam posisi sejajar akan tergesek sehingga
menibulkan luka lecet serut.
b. luka lecet di area frontal (pelipis) diakibatkan saat terjatuh terjadi
penekanan benda tumpul yang posisinya tegak tulus dengan kulit di area
frontal (pelipis) sehingga menimbulkan luka lecet tekan.

4. Derajat keparahan luka


Derajat keparahan luka korban pada skenario ditentukan bedasarkan:
a. Derajat kesadaran
Pemeriksaan derajat kesadaran dilakukan dengan menggunakan
Glasgow Coma Scale (GCS) dengan skoring.
Berikut di bawah ini tabel GCS.

SCORE

A. EYE RESPONSE

1. Spontan 4

2. Terhadap Suara 3

3. Terhadap Rangsang Nyeri 2

4. Tidak ada Reaksi 1

B. VERBAL RESPONSE

1. Berorientasi Baik 5

2. Bingung (confused) 4
3. Tidak Tepat 3

4. Mengerang 2

5. Tidak Ada Jawaban (suara tdk ada) 1

C. MOTORIC RESPONSE

1. Menurut Perintah 6

2. Mengetahui Lokasi Nyeri 5

3. Reaksi Menghindar 4

4. Reaksi Fleksi (dekortikasi) 3

5. Ekstensi Spontan (decerebrasi) 2

6. Tidak Ada Gerakan/Reaksi 1

Tidak sadar didefinisikan apabila skor GCS didapatkan ≤8 atau


dengan skoring AVPU (Alert, Responsive to Voice, Responsive to Pain,
Unresponsive) diperoleh U.

Berdasarkan skor GCS, juga dapat ditentukan kategori cedera


kepala, sebagai berikut:

1. Cedera Kepala Ringan, apabila didapatkan skor GCS 13 – 15

2. Cedera Kepala Sedang, apabila didapatkan skor GCS 9 – 12

3. Cedera Kepala Berat, apabila didaptkan skor GCS 3 – 8

Sehingga berdasarkan skenario, dapat diduga korban mengalami cedera


kepala berat dengan skor GCS berada diantara 3 – 8.
b. Pemeriksaan fungsi syaraf
Beberapa pemeriksaan dibawah dapat dilakukan berhubungan
dengan trauma kepala
1. Pemeriksaan Umum
a. Suhu Tubuh
Demam dapat mengindikasikan terjadinya infeksi
atau terdapat lesi di medulla spinalis.
Keadaan hipotermia dapat ditemukan akibat koma.
b. Pergerakan Leher
Kekakuan pada leher dapat ditemukan akibat
meningitis ataupun pada perdarahan subarachnoid.
2. Pemeriksaan Nervus Cranialis
a. Ukuran Pupil
1) Pupil Kecil (pinpoint), berarti terdapat lesi di pons atau
sedang menggunakan opioid
2) Pupil Semilidatasi (Tidak Responsif), berarti terdapat
lesi di midbrain
3) Besar (Tidak Responsif), merupakan tanda awal
kompressi n. oculomotorius

c. Derajat keparahan luka


Derajat keparahan luka terbagi atas 3, yaitu:
a. Luka ringan/Luka derajat satu
Sebagaimana bunyi pasal 352 KUHP, penganiayaan ringan adalah
penganiayaan yang tidak menimbulkan penyakit atau halangan untuk
menjalankan jabatan atau pekerjaan. Sehingga umumnya, yang
dianggap sebagai hasil dari penganiayaan ringan adalah korban
dengan "tanpa luka" atau dengan luka lecet atau memar kecil di lokasi
yang tidak berbahaya/yang tidak menurunkan fungsi alat tubuh
tertentu.
Oleh karena batasan luka ringan sudah disebutkan di atas, maka
semua keadaan yang "lebih berat" dari luka ringan dimasukkan ke
dalam batasan sakit atau luka. Selanjutnya dokter tinggal membaginya
ke dalam kategori luka sedang (luka derajat dua) dan luka berat (luka
derajat tiga).

b. Luka sedang/Luka derajat dua


Luka sedang adalah keadaan yang berada di antara luka ringan dan
luka berat, sehingga luka sedang dapat dikatakan sebagai luka yang
dapat mengakibatkan penyakit atau yang dapat menghambat pekerjaan
korban untuk sementara. Hukuman bagi pelaku penganiayaan jenis ini
diatur dalam KUHP pasal 351.
c. Luka berat/Luka derajat tiga
Batasan luka berat, sebagaimana ketentuan dalam KUHP pasal 90,
yaitu:
- jatuh sakit atau mendapat luka yang tidak memberi harapan akan
sembuh sama sekali, atau yang menimbulkan bahaya maut
- menyebabkan seseorang terus menerus tidak mampu untuk
menjalankan tugas jabatan atau pekerjaan pencaharian
- menyebabkan kehilangan salah satu panca indera
- menimbulkan cacat berat (verminking)
- mengakibatkan terjadinya keadaan lumpuh
- terganggunya daya pikir selama empat minggu atau lebih serta
terjadinya gugur atau matinya kandungan seorang perempuan.

Berdasarkan hal tersebut dapat disimpulkan:


Luka sedang/Luka derajat 2
Pada korban perempuan ini ditemukan luka lecet tertutup di daerah
ujung mata kiri sisi luar dan pelipis kiri akibat kekerasan tumpul
dengan sehingga memerlukan pengobatan dan beresiko menghalangi
pekerjaannya selama beberapa minggu.

5. MOCD (Multiple Cost Of Damage) pada kasus


Multiple Cause of Damage/Disease adalah suatu surat keterangan yang
ditulis oleh dokter. Untuk pembuatan laporan medis korban hidup,
analisisnya menggunakan pendekatan Proximus Morbus Approach.
Adapun Multiple Cause of Damage berdasarkan skenario adalah sebagai
berikut
Temuan: Luka lecet di bawah ujung mata kiri dan pelipis
A-1 (Penyebab langsung): kerusakan kulit ari
A-2 (Penyebab antara): trauma tumpul
B (Komorbid/faktor lain): tidak ada

Temuan Luka lecet di bawah ujung mata kiri dan pelipis


sisi luar

A-1 Kerusakan lapisan kuit ari

A-2 Trauma tumpul

B _
DAFTAR PUSTAKA

1. www.cdc.gov/masstrauma/resources/gcs.pdf (Diakses 23 November 2021)

2. M C Walker, M D O'Brien. Neurological examination of the unconscious


patient. JOURNAL OF THE ROYAL SOCIETY OF MEDICINE Volume
92 July 1999

3. KUHP Pasal 90, 351, 352

4. Ilmu Kedokteran Forensik. Jakarta: Universitas Indonesia, 2001

5. https://www.pngegg.com/id/png-xplzt (Diakses 25 November 2021)

6. https://human-skull-lateral-and-frontal-views-of-the-human-skull-1.jpg
(Diakses 25 November 2021)

7. Atlas Histologi difiore Edisi 12. Jakarta.EGC, 2015

8. Atas Anatomi Netter.

9. Wilkins K, Wysocki M, Morin C, Wood P. Multiple Causes of Death. Vol 9.


Canada; 1997

You might also like