You are on page 1of 77

KAPITA SELEKTA METEOROLOGI

2 dan 3

“Bencana Hidrometeorologi di Indonesia dulu dan


sekarang sebagai Dampak Perubahan atau
Variabilitas Iklim?”

Dr. Deni Septiadi

SEKOLAH TINGGI METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA (STMKG)


BADAN METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA (BMKG)
JAKARTA
1. DEFINISI HIDROMETEOROLOGI DAN PERUBAHAN IKLIM
2. KALEIDOSKOP KEBENCANAAN 2016
3. BENCANA DALAM STATISTIKA
4. CUACA, IKLIM DAN MUSIM
5. EFEK RUMAH KACA, GAS RUMAH KACA, DAN PEMANASAN
GLOBAL
6. INDIKASI TERJADINYA PEMANASAN GLOBAL DI INDONESIA
7. INDIKASI TERJADINYA PERUBAHAN IKLIM DI INDONESIA
Session Overview

Goal:
Memahami tentang kebencanaan meteorologi dan
hubungannya dengan variabilitas ataupun perubahan
iklim
Hidrometeorologi adalah cabang meteorologi yg berhubungan dng penggunaannya dl
hidrologi, msl dng masalah banjir, hidroelektrik, irigasi, dan masalah sumber tenaga air
(http://kamusbahasaindonesia.org/hidrometeorologi).
Kebencanaan hidrometeorologi (Hydrometeorological hazards) adalah proses alam atau
fenomena alam atmosfer, hidrologi atau oseanografi, yang dapat menyebabkan hilangnya
nyawa atau cedera, kerusakan properti, gangguan sosial dan ekonomi atau kerusakan
lingkungan.
Perubahan Iklim adalah perubahan yang merujuk pada variasi rata-rata kondisi iklim suatu
tempat atau variabilitasnya yang nyata secara statistik untuk jangka waktu yang panjang
(IPCC, 2001).
KOMPAS.com – Indonesia mencatat rekor tertinggi kejadian bencana alam pada 2016. Badan
Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) menyebutkan, hingga November tahun ini telah
terjadi 1.985 bencana di Tanah Air.
Jumlah tersebut dua kali lipat dibandingkan tahun 2007, yang sebanyak 816 bencana. Setahun
berikutnya, BNPB mencatat ada 1.073 bencana dan bertambah lagi menjadi 1.246 bencana
pada 2009. Jumlah itu terus meningkat menjadi 1.633 bencana (2010), 1.633 (2011), 1.811
(2012), 1.674 (2013), 1.967 (2014), dan 1.677 (2015).
Longsor di Desa Clapar, Kecamatan Madukara, Banjarnegara, sejak
Kamis (24/3/2016) merusak bangunan

http://regional.kompas.c
om/read/2016/12/14/06
292041/kaleidoskop.2016
.lima.bencana.besar.di.ind
onesia?page=5
http://regional.kompas.com/read/2016/12/14/06292041/kaleidoskop.2016.lima
.bencana.besar.di.indonesia?page=5

Kondisi rumah warga di Kabuoaten Gorontalo yang terendam


banjir hingga mencapai atap. Sebanyak 2904 kepala keluarga
atau 9686 jiwa warga menjadi korban

Warga melintas di depan bangunan pondok pesantren di bawah Lembaga


Pendidikan Islam Ma'hadal Ulum Diniyah Islamiyah roboh akibat gempa di
Samalanga, Kabupaten Bireun, Aceh, Sabtu (10/12/2016). Presiden joko
Widodo berjanji untuk secepatnya dilakukan pembangunan kembali dan
akan ditangani oleh Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat.
Handoko, 2015
Natural catastrophes that occurred across the globe in the year 2012 as recorded by Munich RE
(Reproduced from Munich 2013 )
1815-2016
2014

2012

2015

2013 2016

http://dibi.bnpb.go.id/data-bencana/
ENVIRONMENTAL ASPECT
HIDROSPHERE
ATMOSPHERE

BIOSPHERE
LITOSPHERE
ENVIRONMENTAL ASPECT
RADIUS OF EARTH
6371.22 km

ATMOSPHERE DEPTH
100 km

TROPOSPHERE DEPTH
10 km

MOUNTAIN HEIGHT
8.8 km
www.shutterstock.com http://www.ces.fau.edu/nasa/module-
2/atmosphere/earth.php
PENGENDALI IKLIM DI INDONESIA
Asia Monsoon
1

Indian Ocean
Dipole 2

3
El Nino

Australia Monsoon

1988 La Nina
2
1998
3 2010
PROSES TERJADINYA MUSIM AKIBAT PERGERAKAN
SEMU MATAHARI TERHADAP BUMI
Saat mengitari Matahari, poros Bumi membentuk sudut 23,5° dari garis tegak lurus dengan
orbit Bumi (a). Gambar (b) menunjukkan Bumi mengitari Matahari pada orbitnya. Radiasi
Matahari mencapai maksimum di khatulistiwa pada 23 September dan 21 Maret.
Sementara itu, pada 22 Juni radiasi Matahari maksimum ada di belahan Bumi utara (BBU)
dan 22 Desember radiasi Matahari maksimum berada di belahan Bumi selatan (BBS).
Aldrian, dkk. (2011)
Meteorological hazards

RARE EVENTS
• Air temperature • Dust storms and
• Wind speed • Lightning sandstorms
• Precipitation (liquid •Tropical cyclones, • Hail
equivalent) typhoons and hurricanes • Freezing precipitation and
• Snowpack • Tornadoes frost related phenomena
• Waterspouts
EXTREME OTHERS
EVENTS PHENOMENA

Meteorological hazards are associated with extreme meteorological


conditions and with rarely occurring hazardous meteorological
phenomena
Sources : SSG-18, 2011
Septiadi (2014)
SIKLUS AIR

Secara umum, siklus air terdiri


dari empat proses sebagai
berikut:

1. Penguapan massa udara (uap


air).
2. Massa udara tersebut lalu naik
ke atas akibat konvektif,
orografi, konvergensi, dan
adiabatik.
3. Pada level atau ketinggian
tertentu, massa udara tersebut
mengalami kondensasi atau
sublimasi.
4. Awan yang sudah memiliki
banyak butir air tersebut lalu
turun sebagai hujan dan atau
Diagram siklus air (Sumber: US Global Change Research salju.
Program. www.usgcrp.gov)
Komponen sistem iklim, proses, dan interaksinya (Sumber: IPCC, 2007)
POLA UMUM HUJAN BULANAN DI
INDONESIA PERIODE 1971-2000
Aldrian, dkk. (2011)
Perubahan iklim adalah berubahnya pola dan intensitas unsur iklim pada periode waktu
yang dapat dibandingkan (biasanya terhadap ratarata 30 tahun). Perubahan iklim dapat
merupakan suatu perubahan dalam kondisi cuaca rata-rata atau perubahan dalam
distribusi kejadian cuaca terhadap kondisi rata-ratanya.
Skema perubahan iklim
“Pemanasan global dianggap sebagai penyebab
utama dari perubahan iklim. Perubahan iklim
adalah dampak tidak langsung dari pemanasan
global yang melibatkan unsur aktivitas manusia
dan alamiah.”
EFEK RUMAH KACA,
GAS RUMAH KACA,
DAN PEMANASAN GLOBAL
https://svs.gsfc.nasa.gov/20114
http://solarinsolation.org/solar-energy-is-a-bright-and-vivid-light-in-the-dark-tunnel-of-the-energy-crisis/
Usia (life time) beberapa jenis gas rumah kaca (GRK) di atmosfer dan potensi
daya rusak terhadap pemanasan global (Sumber: IPCC AR 4, 2007).
GLOBAL STATIONS IN GAW

Alert
80
Ny Ålesund 80

Point Barrow
Pallas-Sodankylä

Mace
Head Zugspitze-Hohenpeissenberg
40 Jungfraujoc 40

Izana h Mt Waliguan
Mauna Loa Assekrem - Minamitorishima
Tamanrasset
0 Kenya 0

Bukit Koto
Samoa Tabang
Arembepe

40
Cape Point 40

Amsterdam Island
Cape Grim Lauder
Ushuaia
160 80 0 80 160

Neumayer Station
South Pole Barrie, 2006
Peningkatan
Konsentrasi
GRK

Berkurangnya INDIKASI Peningkatan


Tutupan Salju PEMANASAN Suhu Muka
di Daratan Bumi
GLOBAL

Peningkatan
Paras Muka
Laut
Peningkatan Konsentrasi GRK
Rata-rata konsentrasi CO2 yang
terukur dan trennya di Stasiun Global
Atmosphere
Watch (GAW) Kototabang, Sumatera
Barat (garis berwarna hijau), Mauna
Loa,
AS (garis merah), serta rata-rata dari
27 stasiun GAW yang tersebar di
seluruh
dunia (garis biru) sejak tahun 2004
hingga 2010.

Rata-rata kadar gas metan (CH4), N2O (nitrous oxide), dan SF6 (sulphur hexafluoride) selama
periode pengamatan tahun 2004 – 2010 yang cenderung Meningkat (Aldrian, dkk. 2011)
Peningkatan Suhu Muka Bumi Variations
of the
Earth’s
surface
temperatu
re
for the
past
1,000
Approx. climate years
range over the 900
years up to 1900 Last century
appears
unusual

But the climate variations before the industrial revolution


were almost certainly natural – what caused them?
And could 20th century warming also be a natural variation?
Peningkatan Tinggi Muka Laut

Indonesia climate
change sectoral
roadmap (2009)
Trend kenaikan muka laut di Jakarta, Semarang, dan Jepara Kecenderungan kenaikan muka laut di Batam, Kupang, Biak, dan
pada tahun 1980 sampai 2001 (Sumber: Bakosurtanal, 2002). Sorong pada tahun 1991 sampai 2000 (Sumber: Bakosurtanal,
2002).

Rata-rata level muka laut global yang


cenderung naik. Perhitungan ini
didasarkkan alat pengukur pasang laut
(warna biru) yang dilakukan sejak tahun
1950 sampai 1992. Lalu pada tahun
1992 diukur dengan menggunakan
satelit penginderaan jauh (warna
hitam). Sementara itu, sebelum tahun
1950 merupakan angka dugaan (warna
merah). Satuan yang digunakan adalah
milimeter (mm) relatif terhadap rata-
rata tahun 1961 – 1990.
Kenaikan muka laut di beberapa kota pesisir di Indonesia yang diakibatkan
pemanasan global dan penurunan muka tanah di wilayah pesisir

Aldrian, 2011
Berkurangnya Tutupan Salju di Daratan
Glaciers melting

1909

Toboggan 1858 1974


Glacier Grindelwald Glacier
Alaska Switzerland

2000

1900 2003
Alpine glacier, Austria
Declines in
sea ice
and
snow cover

Runoff from
earlier snow
melt about 1-2
weeks earlier
Surface melt on Greenland
Melt descending
into a moulin: a
vertical shaft
carrying water to
the base of the
ice sheet.

Braithwaite
Univ. Manchester
https://svs.gsfc.nasa.gov/
http://www.esa.int/spaceinimages/
Perubahan
Suhu
Daratan

Perubahan
INDIKASI
PERUBAHAN Peningkatan
Jumlah
Curah Hujan
Volume IKLIM DI Ekstrem
Hujan
INDONESIA

Maju
Mundurnya
Musim
Perubahan Suhu Daratan

Tren linear suhu udara maksimum harian di berbagai kota di Indonesia sejak
tahun 1983 – 2007 (aldrian, 2011)
Peningkatan Curah Hujan Ekstrem
Trend of rainfall change in Indonesia based on GCM data
with A2 scenario 2070-2100

Distribusi hujan di DKI dan Jawa Barat (gambar


atas) serta Nusa Tenggara (bawah) pada bulan
Desember, Januari, dan Februari pada periode
tahun 1900 – 2000. Gambar tersebut
menunjukkan terjadinya peningkatan
kemungkinan curah hujan ekstrem 650 mm dari
6 % pada satu abad silam menjadi 21 % pada
ICCS (2009) rerata tahun 1970 – 2000.
Aldrian, 2011
Maju Mundurnya Musim

Pergeseran awal musim di Jawa Barat pada tahun 2001 – 2010


terhadap ratarata periode tahun 1971 – 2000 (Sumber: BMKG, 2009).
Akumulasi CH dan Potensi Kekurangan Air

Low risk –
Middle risk

Indonesia climate change sectoral roadmap (2009)


No risk –
Middle risk
Akumulasi penurunan curah hujan (Q) dan potensi kehilangan
air tahunan di pulau-pulau besar Indonesia berdasarkan
proyeksi luas wilayah di setiap pulau.
AKU NKRI
Sumber : Statistik transportasi Jakarta, 2015
Sumber : Statistik transportasi
Jakarta, 2015
Sumber : Litbang Kompas
diolah dari BNPB, 2015
Sumber : Kaltim Prokal, 2016

(Sumber: http://www.mongabay.co.id/)
Sumber : Seto (2015)
Handoko, 2015
What 2 do
CONCLUSION
Tugas Kelompok
• Pilih 1 (satu) bencana hidrometeorologi yang
ada di sekitar stasiun (lokasi anda)
• Buat PPT maksimal 10 slide tentang kejadian
bencana hidrometeorologi
• Presentasi maksimal 10 menit per kelompok
Pertanyaan panduan yang dapat
digunakan dalam membahas bencana
hidrometeorologi
1. Kedudukan bahaya ini dalam konfigurasi bencana di
Indonesia
2. Pembahasan dan perdebatan ilmiah tentang bahaya ini
3. Proses kausalitas dimana bahaya jenis ini dapat menjadi
kejadian bencana yang merusak dan merugikan
4. Penatakelolaan bahaya ini mulai dari pencegahan,
pengendalian, respon, sampai pemulihan
5. Langkah kedepan yang perlu diambil menuju penguatan
konseptual dan standardisasi terkait behaya ini sebagai
stansar data
6. Keterangan dan penjelasan tambahan lain
Dr. Deni Septiadi
Associate Professor
School of Meteorology Climatology and Geophysics (STMKG)
The Indonesia Agency of Meteorology Climatology and Geophysics (BMKG)
Phone : +62 8151869384
Email : zeptiadi@yahoo.co.id, deni.septiadi@stmkg.ac.id

You might also like