Professional Documents
Culture Documents
Bab I
Bab I
PENDAHULUAN
Robekan perineum adalah robekan yang terjadi pada saat bayi lahir baik secara spontan
dengan menggunakan alat atau tindakan. Robekan perineum dapat terjadi pada garis tengah
dan pinggir perineum, bisa menjadi luas apabila kepala janin lahir terlalu cepat
(Jurnalilmiah bidan).
banyaknya. Perdarahan yang berasal dari jalan lahir selalu harus di perhatikan yaitu sumber
dan jumlah perdarahan sehingga dapat diatasi. Sumber perdarahan dapat berasal dari
negara berkembang. Rasio kematian ibu di negara- negara berkembang adalah 239/100.000
kelahiran hidup versus 12/100.000 kelahiran hidup di negara maju. Hampir 75% penyebab
ibu sebesar 90% terjadi pada saat persalinan dan segera setelah persalinan. Penyebab
langsung kematian ibu adalah perdarahan (32%), hipertensi( 25%) dan partus lama dan
infeksi (5%) dan abortus (1%). perdarahan pasca persalinan dapat menyebabkan kematian
ibu 45% terjadi pada 24 jam pertama setelah bayi lahir, 68-73% dalam satu minggu setelah
bayi lahir, dan 82-88% dalam 2 minggu setelah bayi baru lahir. Yang terjadi pada 24 jam
pertama setelah bayi lahir disebabkan oleh atonia uteri, berbagai robekan jalan lahir, dan
sisanya adalah sisa plasenta. Robekan jalan lahir selalu memberikan perdarahan dalam
jumlah yang bervariasi banyaknya. Perdarahan yang berasal dari jalan lahir selalu harus
dievaluasi, yaitu sumber dan jumlah perdarahan sehingga dapat diatasi. Robekan yang
terjadi bisa ringan (lecet, laserasi), luka episiotomi, robekan perineum spontan derajat
hingga Oktober 2014, sebanyak 152 orang dari total 206.990 bayi yang lahir hidup di
terbesar kematian ibu karena pendarahan sebanyak 50 orang, eklampsia 43 orang, lain-lain
Faktor yang menyebabkan terjadinya rupture perineum antara lain faktor ibu yang
terdiri dari paritas, jarak kelahiran, cara meneran yang tidak tepat, dan umur ibu. Faktor
janin yang terdiri dari berat badan janin yang besar dan presentasi. Faktor lain yang
mendukung adalah faktor persalinan pervaginam yang terdiri dari ekstraksi forceps,
ekstraksi vakum, trauma alat dan episiotomy kemudian faktor penolong persalinan yaitu
Penyembuhan luka pada robekan perineum dipengaruhi oleh faktor-faktor yaitu faktor
internal dan eksternal. Adapun faktor internal yaitu usia ibu, personal hygiene, gizi.
Sedangkan faktor eksternal antara lain lingkungan, pengetahuan, status ekonomi dan
penanganan petugas. Status gizi merupakan salah satu faktor seorang ibu dalam memenuhi
kebutuhan nutrisi di dalam tubuhnya, hal ini dapat berpengaruh pada proses penyembuhan
luka perineum yang diakibatkan ketidakadekuatan nutrisi yang diperlukan oleh tubuh untuk
makanan yang memiliki nilai gizi yang berguna mempercepat proses penyembuhan luka.
Luka yang tidak di tangani akan menyebabkan infeksi. Yang berasal dari infeksi
diantaranya adalah bakteri eksogen ( kuman dari luar), autogen (kuman masuk dari tempat
lain dalam tubuh) dan endogen (dari jalan lahir sendiri).Kurangnya pengetahuan ibu tentang
cara perawatan perineum dan salah satu intervensi yang bisa dilakukan dengan memberikan
TINJAUAN PUSTAKA
A. Landasan Teori
1. Ruptur Perineum
horizontal (Faiz & Moffat, 2004). Perineum bila dilihat dari bawah
oleh symphisis pubis, posterior oleh ujung os. coccygis, dan lateral
1) Regio Anal
a) Canalis analis
Terdiri dari komponen sphincter externa dan interna. Sphincter ani interna
merupakan lanjutan dari otot polos sirkular rektum. Sphincter ani externa menyatu
c) Fossa ischiorectalis
Terletak di kedua sisi canalis analis. Dinding medial dan lateral fossa
ischiorectalis adalah m. levator ani dan canalis analis serta obturatorius internus. Fossa
2) Regio Urogenital
Regio ini berbentuk segitiga. Membrana perinealis merupakan lapisan fasia kuat
yang melekat ke tepi trigonum urogenitalis. Pada wanita, membran ini ditembus oleh
a) Vulva
Merupakan istilah untuk menyebut genitalia eksterna wanita. Mons pubis merupakan
tonjolan lemak yang menutupi symhphisis pubis dan os. pubis. Labia mayora adalah
bibir berlemak yang memiliki rambut yang meluas ke posterior dari mons pubis. Labia
minora terletak di sebelah dalam labia mayora dan di posterior menyatu membentuk
fourchette.
b) Uretra
Pada wanita, uretra berukuran pendek sekitar 3-4 cm. Faktor ini menyebabkan
predisposisi infeksi saluran kemih akibat penyebaran organisme. Uretra berjalan dari
leher kandung kemih menuju meatus eksterna, meatus ini terletak di antara klitoris dan
vagina.
c) Vagina
Vagina adalah saluran berotot yang berjalan ke arah atas dan belakang dari
orificium vagina. Pasokan darah vagina didapat dari a. vaginalis dan cabang vaginalis a.
Ruptur adalah robek atau koyaknya jaringan secara paksa (Dorland, 2002).
Sedangkan perineum adalah lantai pelvis dan struktur yang berhubungan yang
menempati pintu bawah panggul; bagian ini dibatasi disebelah anterior oleh symphisis
pubis, di sebelah lateral oleh tuber ischiadicum, dan di sebelah posterior oleh os.
coccygeus (Dorland, 2002). Menurut Prawirohardjo (2011), tempat yang paling sering
Ruptur perineum adalah robekan yang terjadi pada saat bayi lahir baik secara spontan
maupun dengan menggunakan alat atau tindakan. Robekan terjadi hampir pada semua
dengan menjaga jangan sampai dasar panggul dilalui kepala janin terlalu cepat
(Wiknjosastro, 2005).
Ruptur perineum dapat diikuti pada setiap persalinan pervaginam, tetapi terdapat
diantaranya adalah nullipara, proses persalinan kala II, posisi persisten oksiput posterior,
ras Asia dan penggunaan anestesi lokal (Cunningham, et al., 2005). Berikut adalah
Adalah jumlah janin dengan berat badan lebih dari 500 gram yang pernah
dilahirkan hidup maupun mati bila berat badan tidak diketahui maka dipakai umur
kehamilan lebih dari 24 minggu. Robekan perineum hampir terjadi pada semua
persalinan pertama (primipara) dan tidak jarang pada persalinan berikutnya (multipara)
(Sumarah, 2008).
Semakin besar berat bayi yang dilahirkan meningkatkan risiko terjadinya ruptur
perineum. Bayi besar adalah bayi yang begitu lahir memiliki berat lebih dari 4000 gram.
Hal ini terjadi karena semakin besar berat badan bayi yang dilahirkan akan
meningkatkan risiko terjadinya ruptur perineum karena perineum tidak cukup kuat
menahan regangan kepala bayi dengan berat badan bayi yang besar, sehingga pada
proses kelahiran bayi dengan berat badan bayi lahir yang besar sering terjadi ruptur
perineum. Kelebihan berat badan dapat disebabkan oleh beberapa hal diantaranya ibu
menderita diabetes mellitus, ibu yang memiliki riwayat melahirkan bayi besar, faktor
genetik, dan pengaruh kecukupan gizi. Berat bayi lahir normal adalah sekitar 2500
3) Cara mengejan
pelan dan sedikit demi sedikit mengurangi terjadinya laserasi. Penolong harus mencegah
terjadinya pengeluaran kepala yang tiba-tiba oleh karena ini akan mengakibatkan
laserasi yang hebat dan tidak teratur, bahkan dapat meluas sampai
sphincter ani dan rektum. Pimpinan mengejan yang benar sangat penting, dua kekuatan
yang bertanggung jawab untuk lahirnya bayi adalah kontraksi uterus dan kekuatan
mengejan (Oxorn, 2010).
4) Elastisitas perineum
perineum cenderung berumur tidak beresiko (20-35 tahun), sedangkan responden yang
mengalami ruptur perineum adalah responden yang berumur resiko tinggi sebanyak 11
orang. Hasil uji statistik diperoleh nilai korelasi chi square dengan ρ value 0,022 < α
0,05 yang artinya Ho ditolak, menunjukan ada hubungan antara umur ibu dengan
sempurna, sehingga bila terjadi kehamilan dan persalinan akan lebih mudah mengalami
atau macet yang memerlukan tindakan. Faktor resiko untuk persalinan sulit pada ibu
yang belum pernah melahirkan pada kelompok umur ibu dibawah 20 tahun dan pada
kelompok umur di atas 35 tahun adalah 3 kali lebih tinggi dari kelompok umur
a) Derajat 1
b) Derajat 2
c) Derajat 3
lumen rektum. Pada derajat ini, robekan di daerah uretra yang dapat menimbulkan
perdarahan hebat mungkin terjadi. Menurut Chapman (2006), robekan mengenai kulit,
proses kelahiran (Norwitz & Schorge, 2008). Pada persalinan spontan sering terjadi
robekan perineum yang merupakan luka dengan pinggir yang tidak teratur. Hal ini akan
menghambat penyembuhan sesudah luka dijahit. Oleh karena itu, dan juga untuk
melancarkan jalannya persalinan, dapat dilakukan insisi pada perineum saat kepala janin
tampak dari luar dan mulai meregangkan perineum. Insisi tersebut dilakukan pada garis
(Wiknjosastro, 2008). Perlu diketahui bahwa episiotomi medial dan mediolateral dengan
sudut <30 atau >60 derajat akan sangat berkaitan dengan OASI (Obstetric Anal
Spinchter Injury). Studi menyatakan bahwa dokter dan bidan pada umumnya tidak bisa
menempatkan sudut yang aman dan benar, oleh sebab itu lah dalam melakukan
penelitian lain menyatakan bahwa tidak ada manfaat yang signifikan dari prosedur
persalinan tanpa episiotomi. Hal ini ditunjukkan dalam bentuk nyeri dan dispareunia
Indikasi dilakukan episiotomi adalah sebagai persiapan persalinan operatif dimana hal
ini biasanya dilakukan untuk mempermudah kelahiran dengan komplikasi distosia bahu.
Tujuan episiotomi adalah untuk mengurangi komplikasi trauma dasar panggul
saat kelahiran, yang mencakup perdarahan, infeksi, prolaps genital, dan inkontinensia
akibat OASI. Meskipun demikian kadang tak terlihat manfaat ibu yang menjalani proses
a) Episiotomi medialis
Episiotomi jenis ini sering digunakan di Amerika Serikat. Tipe ini akan
dilakukan insisi garis tengah vertikal dari fourchette posterior sampai ke rektum.
Namun, tipe ini berhubungan dengan meningkatnya
b) Episiotomi Mediolateral
c) Episiotomi lateralis
Sayatan disini dilakukan ke arah lateral mulai dari kira-kira jam 3 atau 9 menurut
arah jarum jam. Jenis episiotomi ini sekarang tidak dilakukan lagi, oleh karena banyak
banyak. Selain itu jaringan parut yang terjadi dapat menimbulkan rasa nyeri yang
d) Insisi Schuchardt
melengkung ke arah bawah lateral, melingkari rektum, serta sayatannya lebih lebar
(Rusda, 2004).
arah bawah lateral, melingkari rektum, serta sayatannya lebih lebar (Rusda, 2004).
Menurut Saifuddin (2008), berat badan lahir adalah berat badan bayi yang
Bayi berat sangat rendah adalah bayi dengan berat badan 1000 sampai 1500
gram.
Bayi berat lahir rendah adalah bayi berat badan 1500 sampai 2500 gram. BBLR
tidak hanya terjadi pada bayi prematur, tapi juga pada bayi cukup bulan yang
Bayi cukup atau bayi normal adalah bayi berat badan lebih
Berat bayi lahir lebih atau bayi besar adalah bayi lebih 4000 gram.
3. Klasifikasi Paritas
Paritas adalah banyaknya kelahiran hidup yang dipunyai oleh seorang wanita
(BKKBN, 2006). Paritas berasal dari kata parre yang berarti melahirkan atau
1) Nullipara
Dorland (2002), nullipara adalah seorang wanita yang belum pernah melahirkan
2) Primipara
Adalah wanita yang telah pernah melahirkan sebanyak satu kali. Menurut
melahirkan fetus mencapai berat 500 gram atau umur gestasional 20 minggu,
tanpa tergantung apakah anak itu hidup pada saat dilahirkan, dan apakah kelahiran
3) Multipara
Adalah wanita yang telah melahirkan sebanyak dua hingga empat kali.
Menurut Dorland (2002), multipara adalah seorang perempuan yang telah hamil
dua kali atau lebih yang menghasilkan janin hidup, tanpa memandang apakah
4) Grandemultipara
Adalah wanita yang telah melahirkan sebanyak lima kali atau lebih.
4. Persalinan Pervaginam
1) Passage
2) Passenger
3) Power of Labor
4) Psikis
5) Penolong
Dalam kala III atau kala uri, plasenta terlepas dari dinding uterus
dan dilahirkan. Kala IV mulai dari lahirnya plasenta dan lamanya
1) Kala I
2) Kala II
3) Kala III
4) Kala IV
tidak.
B. Kerangka Teori
Jumlah
Persalinan
Persalinan Persalinan
Perabdomina Pervaginam
l
Berat lahir bayi Berat lahir bayi Berat lahir Berat lahir
sangat kurang kurang bayi normal bayi lebih
Keterangan:
: Diteliti
: Tidak diteliti
D. Hipotesis
ruptur perineum
2.1 Penerapan Manajemen Asuhan Kebidanan Dengan Ruptur Perineum
Pada langkah pertama ini dikumpulkan semua informasi yang akurat dan
lengkap dari semua sumber yang berkaitan dengan kondisi klien. Untuk memperoleh
data dilakukan dengan cara anamnesa, pemeriksaan fisik sesuai dengan kebutuhan
Tahap ini merupakan langkah awal yang akan menetukan langkah berikutnya,
sehingga kelengkapan data sesuai dengan kasus yang dihadapi yang akan menentukan
proses interpretasi yang benar atau tidak dalam tahap. Pada Ny.A G1P0A0 diperoleh
data subjektif bahwa ibu mengatakan ini kehamilan yang pertama belum pernah
keselamatan hidup pasien. Diagnosa pada kasus Ny.A adalah Robekan Perineum
Derajat II.
29
30
waspada dan bersiap-siap mencegah bila benar-benar terjadi. Masalah potensial yang
akan terjadi pada kasus Robekan Perineum yang dialami Ny.A jika tidak segera
Pada langkah ketiga ini bidan dituntut untuk mampu mengantisipasi masalah
potensial, tidak hanya merumuskan masalah potensial yang akan terjadi tetapi juga
merumuskan tindakan antisipasi agar masalah atau diagnosa potensial tidak terjadi.
Sehingga langkah ini benar merupakan langkah yang bersifat antisipasi rasional atau
logis. Kaji ulang apakah diagnosa atau masalah potensial yang diidentifikasi sudah
tepat.
Identifikasi dan menetapkan perlunya tindakan segera oleh bidan/dokter dan atau
untuk dikonsultasikan atau ditangani bersama dengan anggota tim kesehatan lain
sesuai dengan kondisi pasien. Pada ibu bersalin dengan robekan perineum derajat II
lanjutan dari masalah atau diagnosa yang telah diidentifikasikan atau di antisipasi.
Rencana asuhan yang menyeluruh tidak hanya meliputi apa yang sudah dilihat dari
kondisi pasien atau dari setiap masalah yang berkaitan, tetapi juga berkaitan
dengan kerangka pedoman antisipasi bagi wanita tersebut yaitu apa yang akan
terjadi berikutnya rencana tindakan yang dapat dilakukan pada ibu bersalin dengan
1) Periksa robekan secara lengkap dengan menggunakan kassa DTT secara lembut
bekerja.
vagina. Setelah itu buat ikatan dan potong pendek benang dari yang lebih
cincin hymen
c. Tepat sebelim cincin hymen, masukan jarum kedalam mukosa vagina lalu
d. Gunakan teknik jelujur saat menjahit lapisan otot lihat kedalam ,lika
e. Setelah dijahit sapai ujung luka, putarlah jarum dan mulailah kearaah
anus.
6) Periksa kembali vagina dengan lembut untuk memastikan tidak ada kassa
1) Periksa robekan secara lengkap dengan menggunakan kassa DTT secara lembut
bekerja.
vagina. Setelah itu buat ikatan dan potong pendek benang dari yang lebih
b) Tutup mukosa vagina dengan dengan jelujur, jahit ke bawah ke arah cincin
hymen
c) Tepat sebelum cincin hymen, masukan jarum kedalam mukosa vagina lalu
d) Gunakan teknik jelujur saat menjahit lapisan otot lihat kedalam ,lika untuk
e) Setelah dijahit sapai ujung luka, putarlah jarum dan mulailah kearaah
5) Pastikan anus tidak terjahit dengan memasukkan jari kelingking kedalam anus.
6) Periksa kembali vagina dengan lembut untuk memastikan tidak ada kassa yang
tertinggal di dalam.
2.3.7 Mengevaluasi
Pada langkah ini dilakukan evaluasi keefektifan dari asuhan yang sudah
masalah. Rencana tersebut dapat dianggap efektif jika memang benar efektif dalam
34
pelaksanaannya.Pada kasus ibu besalin dengan robekan jalan lahir, hasil yang
diharapkan adalah tidak terjadi perdarahan banyak, infeksi, dan robekan sudah
tertutup.
35
DAFTAR PUSTAKA
Johariyah, wahyu. 2016. Asuhan Kebidanan Persalinan & Bayi Baru lahir. Jakarta :
Triana dan dkk. 2015 Asuhan Kebidanan II Persalinan . Jakarta : CV. Trans Info
Media