You are on page 1of 56

RENCANA KERJA & SYARAT

PEKERJAAN STRUKTUR

RSUD MALINGPING
PROVINSI BANTEN
OKTOBER 2017

DAFTAR ISI

BAB I PENJELASAN UMUM


1.1. GAMBAR RENCANA & RKS
1.2. LINGKUP PEKERJAAN
1.3. GAMBAR DOKUMEN
1.4. SHOP DRAWING (GAMBAR KERJA)
1.5. UKURAN
1.6. SARANA KERJA
1.7 STANDAR YANG DIPERGUNAKAN
1.8. SYARAT-SYARAT UMUM BAHAN
1.9. MERK PEMBUATAN BAHAN / MATERIAL
1.10. CONTOH BAHAN / MATERIAL DAN KOMPONEN JADI
1.11. KOORDINASI PELAKSANAAN
1.12. PERSYARATAN UMUM PEKERJAAN
1.13. PELAKSANAAN PEKERJAAN
1.14. PEKERJAAN PEMBONGKARAN DAN PERBAIKAN KEMBALI
1.15. KOORDINASI DI LAPANGAN

BAB II PEKERJAAN PERSIAPAN


2.1. LINGKUP PEKERJAAN
2.2. PERSYARATAN PELAKSANAAN
2.2.1. MOBILISASI DAN DEMOBILISASI
2.2.2. PEMBUATAN DIREKSI KIT DAN KIT PEMBORONGAN
2.2.3. PEMBUATAN GUDANG BAHAN DAN PERALATAN
2.2.4. LOS KERJA/ AREA KERJA
2.2.5. PEKERJAAN PENGUKURAN, PEMASANGAN PATOK/ BOUWPLANK, DAN PENENTUAN
PIEL DASAR
2.2.6. PEMBONGKARAN DAN PEMBERSIHAN SEBELUM PELAKSANAAN KONSTRUKSI
2.2.7. PEMBUATAN PAGAR PROYEK/ PENGAMAN
2.2.8. PEMBUATAN PAGAR/ RANGKA PENGAMAN TOWER
2.2.9. FASILITAS SEMENTARA DAN PERALATAN PENUNJANG
2.2.10. IJIN BANGUNAN DAN PAPAN NAMA

BAB III PEKERJAAN TIANG PANCANG

3.1. LINGKUP KERJA DAN PENJELASAN


3.2. GAMBAR KERJA
3.3. BAHAN-BAHAN
3.4. TIANG PANCANG BETON BERTULANG
3.4.1. UKURAN TIANG PANCANG
3.4.2. CETAKAN DAN ACUAN
3.4.3. BESI BETON
3.4.4. BETON
3.4.5. PERAWATAN TIANG PANCANG
3.4.6. TOLERANSI PENGANGKUTAN DAN PENYIMPANAN TIANG PANCANG
3.4.7. PENGANGKUTAN DAN PENYIMPANAN TIANG PANCANG
3.4.8. PERALATAN PEMANCANGAN
3.4.9. URUTAN PEMANCANGAN
3.4.10. PELAKSANAAN PEMANCANGAN
3.4.11. PEMBEBANAN TIANG PANCANG

BAB IV PEKERJAAN BETON BERTULANG


4.1. LINGKUP PEKERJAAN
4.2. PENGENDALIAN PEKERJAAN
5.3. PEKERJAAN BETON COR DI TEMPAT
5.3.1. BAHAN-BAHAN
5.4. PELAKSANAAN PEKERJAAN BETON
5.4.1. PENGECORABN BETON
5.4.2. DIMENSI BETON
5.4.3. PEMADATAN BETON
5.4.4. LANTAI KERJA
5.4.5. SLUMP
5.4.6. PENYAMBUNGAN BETON DAN WATERSTOP
5.4.7. CONSTRUCTION JOINT (SAMBUNGAN BETON)
5.4.8. PENYAMBUNGAN BETON KERAS DAN TULANGAN (BANGUNAN EKSISITING)
5.4.9. PEKERJAAN WATERPROOFING
5.4.10. PENGUJIAN LABORATORIUM BETON READY MIXED
4.5 PEMBESIAN
4.6 KAWAT PENGIKAT
5.7 CETAKAN BETON
5.7.1 STANDAR
5.7.2 PERSYARATAN BAHAN DAN PELAKSANAAN

BAB V PEKERJAAN GALIAN, PENGURUGAN & PEMBUANGAN TANAH

5.1 PEKERJAAN GALIAN


5.2 PEKERJAAN PENGURUGAN DAN PEMADATAN
5.3 PEKERJAAN BUANGAN TANAH / MATERIAL BEKAS GALIAN
BAB I
PENJELASAN UMUM

1.1. GAMBAR RENCANA & RKS

Kontraktor diwajibkan mempelajari secara seksama seluruh Gambar Rencana serta Uraian
Rencana Kerja dan Syarat-syarat Teknis seperti yang akan diuraikan dalam buku ini. Apabila
terdapat ketidak-jelasan, perbedaan-perbedaan dan / atau kesimpangsiuran informasi di dalam
gambar rencana, Kontraktor diwajibkan mengadakan pertemuan dengan Pengawas untuk
mendapat kejelasan.

1.2. LINGKUP PEKERJAAN

Pekerjaan yang harus dilaksanakan adalah sesuai dengan yang dinyatakan dalam Gambar
Rencana, Uraian Rencana Kerja dan Syarat-syarat Teknis, BOQ dan penjelasan-penjelasan
tambahan lainnya yang diberikan.

Secara garis besar lingkup pekerjaan ini terdiri dari :

- Menyediakan tenaga kerja yang ahli, bahan-bahan, peralatan berikut alat bantu lainnya,
untuk melaksanakan pekerjaan sebagaimana yang dimaksud di dalam keseluruhan
pekerjaan ini.

- Mengadakan pengamanan, pengawasan dan pemeliharaan terhadap bahan-bahan, alat-


alat kerja maupun hasil pekerjaan selama masa pelaksanaan berlangsung sehingga
seluruh pekerjaan selesai dengan "sempurna".

- Pekerjaan pembongkaran, pembersihan dan pengamanan dalam tapak daerah


pekerjaan sebelum pelaksanaan pekerjaan dan setelah pembangunan.

- Pekerjaan pembuatan konstruksi struktur bangunan BPP – Balikpapan yang terdiri dari :
a. Pekerjaan persiapan
b. Pekerjaan pondasi tiang pancang dan pile cap
c. Pekerjaan rangka struktur bangunan yang terdiri dari : kolom, pelat lantai, balok-
balok dan tangga
d. Pekerjaan water proofing
e. Pekerjaan finishing lantai
f. Pemasangan angker-angker untuk dudukan atap dan pemasangan stek-stek kolom
praktis
Uraian pekerjaan selengkapnya dapat dilihat pada Bill of Quantity seperti yang
dicantumkan dalam buku RKS ini.

Pondasi dan struktur rangka bangunan RSUD MALINGPING PROVINSI BANTEN


tersebut di atas, seluruhnya terbuat dari konstruksi beton bertulang dan rangka atp
konstruksi baja dengan mutu material yang digunakan sebagai berikut :

- K-300 untuk konstruksi pondasi, pelat lantai, balok dan kolom untuk konstruksi
dengan menggunakan bahan beton ready mixed
- BJTD-40 (Deformed Bar) untuk semua material baja tulangan.

Adapun uraian pekerjaan secara detail baik bahan dan persyaratan pelaksanaannya
akan diuraikan dalam rencana kerja dan syarat-syarat teknis ini.

1.3. GAMBAR DOKUMEN

Apabila terdapat ketidak-jelasan, kesimpangsiuran, perbedaan-perbedaan dan/atau ketidak-


sesuaian dan keragu-raguan pada setiap gambar rencana, Kontraktor diwajibkan melaporkan
kepada Direksi secara tertulis, mengadakan pertemuan dengan Pengawas, untuk mendapat
keputusan dari Direksi tentang gambar mana yang berlaku. Apabila terjadi hal seperti ini tidak
dapat dijadikan alasan oleh Kontraktor untuk memperpanjang waktu pelaksanaan ataupun
mengajukan biaya pekerjaan tambahan.

1.4. SHOP DRAWING (GAMBAR KERJA)

Kontraktor wajib membuat shop drawing untuk detail khusus yang belum tercakup lengkap
dalam Gambar Perencanaan / Dokumen Kontrak maupun yang diminta oleh Pengawas.

Dalam Shop Drawing ini harus jelas dicantumkan dan digambarkan semua data yang
diperlukan termasuk pengajuan contoh bahan, keterangan produk, cara pemasangan dan /
atau spesifikasi / persyaratan khusus sesuai dengan spesifikasi pabrik.

1.5. UKURAN

Pada dasarnya semua ukuran yang berlaku adalah seperti yang tertera pada Gambar Rencana
Struktur. Ukuran-ukuran dalam Gambar Rencana Struktur pada dasarnya adalah ukuran jadi,
seperti keadaan selesai. Kontraktor tidak dibenarkan merubah atau mengganti ukuran-ukuran
yang tercantum di dalam Gambar Rencana Strukutur / Dokumen Kontrak tanpa sepengetahuan
Pengawas / Direksi.

1.6. SARANA KERJA

Kontraktor wajib memasukkan identitas, nama, jabatan, keahlian masing-masing anggota


kelompok kerja untuk pelaksanaan pekerjaan ini dan inventarisasi peralatan yang
dipergunakan untuk pekerjaan ini.
Kontraktor wajib memasukkan identifikasi tempat kerja dan peralatan yang dimiliki dimana
pekerjaan pemborong akan dilaksanakan serta jadual kerja. Penyediaan tempat untuk
penyimpanan bahan / material di lapangan harus aman dari segala kerusakan, kehilangan dan
hal-hal yang dapat mengganggu pekerjaan lain yang sedang berjalan serta memenuhi
persyaratan penyimpanan bahan tersebut.

1.7 STANDAR YANG DIPERGUNAKAN

Semua pekerjaan yang akan dilaksanakan harus mengikuti Standar Normalisasi Indonesia,
Standar Industri Konstruksi, Peraturan Nasional lainnya yang ada hubungannya dengan
pekerjaan, antara lain :

NI-2-PBI 1971 = Peraturan Beton Indonesia (1971)


SK SNI T-15-1991-03 = Tata Cara Perhitungan Struktur Beton untuk Bangunan
Gedung
NI-3-1970 = Peraturan Umum Bahan Bangunan Indonesia
PUBBI-1982 = Persyaratan Umum Beban Bangunan di Indonesia
SII = Standar Industri Indonesia
SII 0136-84 = Baja Tulangan Beton
SII 0784-83 = Jaringan Kawat Baja Las untuk Tulangan Beton
SNI 2847-2013 = Persyaratan Beton Struktural Untuk Bangunan Gedung
SNI 1729-2015 = Spesifikasi Untuk Bangunan Gedung Baja Struktural.
SNI 1726-2012 = Tata Cara Perencanaan Ketahanan Gempa untuk Struktur
Bangunan Gedung dan Non Gedung.
SNI 1727-2013 = Beban Minimum untuk Perancangan Bangunan Gedung dan
Struktur Lain.

American Society for Testing Materials (ASTM 1993)


ASTM C13-88 = Method of Making and Curing Concrete Test Specimens
ASTM C33-86 = Specification for Concrete Aggregates
ASTM C39-86 = Test Method for Compressive Strength for Cylindrical Concrete
Test Specimens
ASTM C42-87 = Method of Obtaining and Testing Drilled Cores and Sawed
Beams of Concrete
ASTM C143-89 = Test Method for Slump of Portland Cement Concrete
ASTM C150-86 = Specification for Portland Cement
ASTM C172-82 = Method for Air Content of Freshly Mixed Concrete by the
Pressure Method
ASTM C260-86 = Air-Entraining Admixtures for Concrete
ASTM C330-85 = Specification for Lightweight Aggregates for Structural
Concrete
ASTM C494-92 = Standar Specification for Chemical Admixtures for Concrete
ACI 318M-11 = Building Code Requirements for Structural Concrete
AISC 360-10 = AISC Specification for Structural Steel Buildings

1.8. SYARAT-SYARAT UMUM BAHAN

Semua bahan yang digunakan dalam pekerjaan ini harus dalam keadaan baik, tidak cacat
sesuai dengan spesifikasi yang diminta dan bebas dari noda lainnya yang dapat mengganggu
kualitas maupun penampilan.
Untuk pekerjaan khusus / tertentu, selain harus mengikuti standar yang dipergunakan juga
harus mengikuti persyaratan pabrik yang bersangkutan.

1.9. MERK PEMBUATAN BAHAN / MATERIAL

Apabila ditentukan merk pembuatan atau merk dagang dari bahan-bahan dalam uraian
pekerjaan dan persyaratan pelaksanaan teknis ini dimaksudkan sebagai sesuatu yang
mengikat. Bahan / material dan komponen jadi keluaran pabrik, dalam pelaksanaannya harus
dibawah pengawasan / supervisi Tenaga Ahli yang ditunjuk. Semua bahan sebelum dipasang
harus disetujui secara tertulis oleh Pengawas. Contoh bahan yang akan digunakan harus
diserahkan kepada Pengawas untuk menetapkan “standard of appearance”. Paling lambat
waktu penyerahan contoh bahan adalah dua minggu sebelum jadual pelaksanaan.

1.10. CONTOH BAHAN / MATERIAL DAN KOMPONEN JADI

Bila dianggap perlu, Pengawas berhak memerintahkan kepada kontraktor untuk membuat
komponen jadi (mock up) pada detail-detail hubungan tertentu, yang harus diperlihatkan
kepada Pengawas untuk mendapat persetujuan. Semua bahan untuk pekerjaan ini harus
ditinjau dan diuji sesuai dengan standard yang berlaku baik pada pembuatan, maupun pada
pelaksanaan di lapangan oleh Kontraktor.

1.11. KOORDINASI PELAKSANAAN

Penunjukan Supplier dan / atau Sub Kontraktor harus mendapatkan persetujuan dari
Pengawas / Direksi. Supplier wajib hadir mendampingi Pengawas di lapangan untuk pekerjaan
tertentu atau khusus sesuai instruksi pabrik.

1.12. PERSYARATAN UMUM PEKERJAAN


Kontraktor wajib melaksanakan semua pekerjaan dengan mengikuti petunjuk dan syarat
pekerjaan, peraturan / persyaratan pemakaian bahan bangunan yang dipergunakan sesuai
dengan Uraian Pekerjaan dan Persyaratan Pelaksanaan Teknis dan / atau petunjuk yang
diberikan oleh Pengawas dan Direksi.

Sebelum melaksanakan setiap pekerjaan di lapangan, Kontraktor wajib memperhatikan dan


melakukan koordinasi kerja dengan pekerjaan lain yang menyangkut pekerjaan Struktur,
Mekanikal, Elektrikal, Plumbing / Sanitasi dan mendapat ijin tertulis dari Pengawas.

1.13. PELAKSANAAN PEKERJAAN

Sebelum memulai pelaksanaan pekerjaan, Kontraktor wajib meneliti gambar kerja dan
melakukan pengukuran kondisi lapangan. Semua ukuran dan posisi termasuk pemasangan
patok-patok di lapangan harus tepat sesuai dengan Gambar Kerja / Shop Drawing yang telah
disetujui bersama.

Setiap bagian dari pekerjaan harus mendapat persetujuan terlebih dahulu dari Pengawas
sebelum dimulainya pekerjaan tersebut. Semua pekerjaan yang sudah selesai terpasang,
apabila perlu harus dilindungi dari kemungkinan cacat yang disebabkan oleh pekerjaan lain.

Kontraktor tidak boleh mengklaim sebagai pekerjaan tambah bila terjadi :

* Kerusakan suatu pekerjaan akibat keteledoran Kontraktor. Dalam hal ini, Kontraktor harus
memperbaikinya sesuai dengan keadaan semula.
* Perbaikan suatu pekerjaan yang tidak sesuai dengan persyaratan yang berlaku / Gambar
Pelaksanaan atau Dokumen Kontrak.

Penunjukkan tenaga ahli oleh Pengawas harus sesuai dengan kegiatan suatu pekerjaan.
Semua pengujian bahan, pembuatan atau pelaksanaan di lapangan menjadi beban Kontraktor.
Bila terjadi hujan dan genangan air pada area galian, maka genangan air tersebut harus
dipompa keluar galian dan disalurkan ke saluran yang terdekat.

1.14. PEKERJAAN PEMBONGKARAN DAN PERBAIKAN KEMBALI

Kontraktor harus sudah memperhitungkan segala kondisi yang ada / existing di lapangan yang
meliputi dan tidak terbatas pada saluran drainase, pipa air bersih / kotor, pipa gas, kabel PLN,
kabel telepon, tiang listrik, pohon-pohon yang harus ditebang dan ditunjukkan kepada
Pengawas.

Apabila dalam pelaksanaan pekerjaan harus dilaksanakan pembongkaran/ pemindahan hal-hal


tersebut diatas, maka Kontraktor diwajibkan memperbaiki kembali atau menyelesaikan
pekerjaan tersebut sebaik mungkin tanpa mengganggu sistem yang ada. Dalam hal demikian,
Kontraktor tidak dibenarkan mengklaim sebagai pekerjaan tambahan. Kontraktor wajib
melaporkan kepada Pengawas sebelum dan selama melakukan pembongkaran / pemindahan
segala sesuatu yang ada di lapangan.

1.15. KOORDINASI DI LAPANGAN

Karena lokasi rencana gedung RSUD MALINGPING PROVINSI BANTEN berada disekitarnya
tidak terdapat gedung-gedung dan sarana / fasilitas lainnya, namun dalam melaksanakan
pekerjaan, kontraktor perlu memperhatikan kepentingan kegiatan yang ada di sekitar lokasi
tersebut. Untuk itu diperlukan adanya koordinasi dan kerjasama yang baik dengan pihak-pihak
terkait, agar seluruh kegiatan tetap berjalan normal dan lancar.
BAB II
PEKERJAAN PERSIAPAN

2.1. LINGKUP PEKERJAAN

Pekerjaan ini meliputi :

- Mobilisasi dan demobilisasi


- Pembuatan Direksi Kit dan Kit Pemborong
- Pembuatan gudang bahan
- Los kerja / area untuk kerja
- Pekerjaan pengukuran, pemasangan patok / bouwplank dan titik referensi
- Pekerjaan pembongkaran dan pembersihan lahan sebelum pelaksanaan
- Pembuatan pagar proyek / pagar pengaman
- Fasilitas sementara dan peralatan penunjang
- Ijin bangunan dan papan nama

2.2. PERSYARATAN PELAKSANAAN

2.2.1. Mobilisasi dan Demobilisasi

Yang dimaksud dengan pekerjaan ini adalah berupa penyediaan/ pemasukan semua
peralatan dan perlengkapan proyek yang dimiliki/ disewa oleh kontraktor ke lokasi
pekerjaan sesuai dengan keperluan untuk pelaksanaan pekerjaan. Kontraktor harus
menyerahkan kepada Pengawas daftar peralatan dan perlengkapan yang dimobilisasi.
Dalam daftar tersebut harus jelas dicantumkan :
Nama peralatan/ perlengkapan, jumlah dan kapasitasnya, fungsi dan tujuan
penggunaannya, kondisi serta jadwal pemakaiannya dan keterangan lainnya yang
berhubungan dengan peralatan / perlengkapan tersebut.

Semua peralatan dan perlengkapan yang dimobilisasi tersebut harus dalam kondisi baik
dan laik pakai, Pengawas berhak untuk menolak setiap peralatan/perlengkapan yang
dimobilisasi oleh kontraktor, apabila alat tersebut ternyata tidak dapat berfungsi/rusak atau
tidak laik pakai menurut penilaian pengawas, dalam hal ini kontraktor harus mengganti
dengan alat lain minimal yang sejenis dan berfungsi baik, segala biaya yang timbul dalam
proses pengeluaran alat-alat yang ditolak dan pemasukan kembali alat penggantinya
semuanya menjadi tanggungan kontraktor dan tidak ada biaya tambahan.
Peralatan minimal yang harus dimobilisasikan oleh kontraktor untuk keperluan pekerjaan
pembangunan gedung RSUD MALINGPING PROVINSI BANTEN ini diantaranya sebagai
berikut :
- Satu unit peralatan mesin drop hammer dan perlengkapannya. untuk keperluan
pembuatan pondasi tiang pancang.
- Satu unit crawler crane yang berfungsi untuk pengangkat / memindahkan / memasang
material dan peralatan yang diperlukan selama pekerjaan.
- Satu unit lift crane yang bisa berfungsi untuk mengangkut material dan orang dari bawah
ke atas.
- Satu unit Back Hoe/excavator untuk pekerjaan galian dan pembuangan tanah.
- Tiga unit dump truck untuk pemindahan/pengakuan material ruangan dan bahan lainnya.
- Empat unit concrete mixer untuk pembuatan campuran beton ringan, speci, lantai kerja
dll kecuali beton struktural.
- Enam unit concrete vibrator dan alat penggemar/pemadam beton lainnya.
- Alat pemadatan tanah bekas galian/stamper.
- Mesin las
- Genset
- Compressor, untuk pekerjaan pembersihan bekisting, besi dll
- Pompa air
- Rebar bender
- Rebar cutting
- Peralatan serta perlengkapan lainnya yang dianggap perlu oleh kontraktor dikaitkan
dengan lingkup pekerjaan yang akan dilaksanakan.
Dalam penawarannya, kontraktor harus sudah memperhitungkan mengenai peralatan dan
perlengkapan yang harus dimobilisasi yang jumlahnya minimal sesuai dengan keperluan.

Setelah selesai pekerjaan, harus dikeluarkan (demobilisasi) lagi oleh kontraktor dari lokasi
proyek. Demobilisasi peralatan dan perlengkapan dari lokasi pekerjaan harus diketahui dan
mendapat ijin tertulis dari Pengawas.

2.2.2. Pembuatan Direksi Kit dan Kit Pemborong

- Kontraktor harus membuat direksi kit dan kit pemborong


- Ukuran bangunan untuk direksi kit dan kit pemborong adalah sesuai dengan yang
tercantum dalam BOQ, apabila kontraktor merasa kurang atau tidak cukup dari luas
yang ditentukan dalam BOQ untuk pembuatan kit pemborong, maka kontraktor atas
seijin direksi dan pengawas diperbolehkan untuk membuat kantor sementara yang lebih
luas dengan biaya tambahan ditanggung oleh kontraktor.
- Desain untuk pembuatan kantor sementara (direksi kit dan kit pemborong), harus dibuat
oleh kontraktor kecuali ada ketentuan / penjelasan lain dari pihak direksi. Kontraktor
harus mengajukan gambar skets desain layout, denah dan potongan dari direksi kit dan
kantor pemborong untuk mendapatkan persetujuan sebelum pekerjaan dimulai.
- Lantai bangunan terbuat dari lantai rabat atau lapisan pasir dipadatkan kemudian
diplester.
- Rangka bangunan terbuat dari kayu borneo.
- Penutup dinding dari bahan tripleks.
- rangka bangunan dan penutup dinding di cat luar dan dalam.
- Ventilasi dan penerangan dalam ruangan harus cukup dan memenuhi syarat.
2.2.3. Pembuatan Gudang Bahan dan Peralatan

- Gudang bahan dan peralatan dibuat dari bahan-bahan yang cukup kuat agar keamanan
dapat terjamin.
- Penyimpanan bahan PC harus sedemikian rupa agar PC tidak mudah / lekas mengeras.
- Kontraktor harus memelihara kebersihan didalam bangunan-bangunan Direksi, gudang,
dan lain-lain.
- Bila tidak dianjurkan lain oleh Direksi / Pengawas pada saat selesai pekerjaan, semua
bangunan-bangunan tersebut diatas harus disingkirkan dari lokasi pekerjaan atas biaya
Kontraktor dan bangunan-bangunan tersebut menjadi milik Bowheer.
- Persyaratan bahan untuk pembuatan gudang sama seperti persyaratan untuk
pembuatan direksi kit dan kantor pemborong

2.2.4. Los Kerja / Area untuk Kerja

Kontraktor harus menyediakan los kerja di lokasi pekerjaan yang berfungsi terutama untuk
pekerjaan-pekerjaan pembuatan pembesian dan bekisting. Los kerja ini harus terlindung
dari cuaca panas / hujan agar pekerjaan dapat berjalan terus dan material serta peralatan
yang ada juga terhindar dari kerusakan.
Disamping itu, kontraktor juga diharuskan menyiapkan lapangan / area khusus untuk
penyimpanan sementara / penyetelan elemen struktur yang telah dirakit seperti pembesian
dan bekisting.
Area ini harus disediakan pada daerah yang datar dan permukaannya diberi perkerasan
seperlunya untuk memudahkan penyimpanan dan penyusunan serta penyetelan bahan-
bahan dan peralatan untuk pekerjaan beton bertulang.
Kontraktor diwajibkan untuk melindungi semua material dan peralatan yang ada di daerah
ini dari kemungkinan kerusakan yang akan timbul selama pekerjaan berlangsung.

2.2.5. Pekerjaan Pengukuran, Pemasangan Patok/Bouwplank dan Penentuan Peil Dasar

a. Pengukuran dan Pemasangan Patok/ bowplank


Kontraktor harus mengadakan pengukuran dan pemasangan patok-patok yang
diperlukan untuk pelaksanaan pembangunan gedung RSUD MALINGPING PROVINSI
BANTEN ini sebelum dan selama pekerjaan berlangsung. Kontraktor bertanggung-jawab
penuh atas kebenaran dan ketepatan pengukuran tersebut, minimal yang harus diplot
dilapangan adalah letak dan posisi, bangunan, as dan posisi pondasi, elevasi-elevasi
rencana galian, dasar pondasi, kelandaian, dan lain-lain. Hasil pengukuran ini harus
dibuat dalam bentuk gambar peta situasi lengkap dengan potongan-potongannya dan
selanjutnya diserahkan kepada pengawas guna mendapatkan persetujuan sebelum
memulai pekerjaan.
Patok-patok acuan serta tanda patok harus dijaga sedemikian rupa sehingga
kedudukannya tetap, serta tidak terganggu selama pekerjaan berlangsung. Alat-alat ukur
yang digunakan seperti theodolith, waterpass dan lain-lain harus diperiksa terlebih
dahulu oleh Direksi. Patok-patok yang harus dibuat adalah patok-patok dari beton untuk
pembuatan titik-titik referensi dan patok-patok kayu yang berkualitas baik untuk
penentuan titik-titik bantu lainnya. Ketidak-cocokan yang mungkin ada antara lapangan
dengan gambar harus segera dilaporkan kepada Direksi/ Pengawas.

b. Penentuan Peil Dasar


Untuk keperluan pekerjaan terutama penentuan elevasi dari bagian-bagian konstruksi
yang akan dikerjakan, maka sebagai acuan akan diambil patok BM jalan terdekat yang
akan ditujukan dilapangan. Titik ini selanjutnya harus dipindahkan ke salah satu patok
yang akan dijadikan titik referensi selanjutnya, yang nantinya akan digunakan untuk
mengukur kedalaman galian, peil timbunan, dasar pondasi, elevasi lantai dan lain-lain.
Titik referensi/ patok ini harus kuat dan tidak boleh berubah / terganggu selama masa
pelaksanaan pekerjaan berlangsung.

2.2.6. Pembongkaran dan Pembersihan sebelum Pelaksanaan Konstruksi

a. Pada prinsipnya, kontraktor harus melaksanakan pembersihan dan perataan di lokasi


pekerjaan di sekitar area yang diperlukan seperti yang ditentukan dalam BOQ. Lokasi
pekerjaan harus bebas dari gangguan-gangguan yang ada seperti pohon-pohon liar,
semak / belukar dan material lain yang mengganggu termasuk permukaan tanah yang
tidak beraturan.
Apabila di lokasi pekerjaan terdapat sarana utilitas seperti tiang listrik / telpon, drainase
dan lain-lain yang masih berfungsi, kontraktor diwajibkan untuk menjaga / melindungi
sarana tersebut dari kerusakan selama pekerjaan berlangsung.
Seandainya diantara sarana tersebut ada yang mengganggu pekerjaan sehingga
diperlukan pembongkaran / pemindahan sementara, maka hal ini harus didiskusikan
terlebih dahulu oleh Kontraktor dengan Pengawas Lapangan / Direksi dan pihak instansi
yang terkait, untuk mendapatkan penyelesaian / persetujuan.
Segala biaya yang timbul untuk pelaksanaan pembongkaran / pemindahan sarana
tersebut menjadi tanggungan kontraktor. Pada waktu pengajuan penawaran, kontraktor
harus sudah memperhitungkan hal ini.
b. Hasil bongkaran akan dipilah-pilah oleh Direksi / Pengawas untuk menentukan bagian
mana yang harus dipasang kembali, yang harus dipindahkan ke tempat yang telah
ditentukan atau yang harus dibuang keluar lokasi proyek. Untuk itu Kontraktor harus
menginventarisir semua data-data tersebut dan selanjutnya melaksanakan apa yang
diperintahkan oleh Pengawas / direksi..

2.2.7. Pembuatan Pagar Proyek / Pengaman

- Pagar proyek atau pagar pengaman ini dapat dibuat dari bahan rangka kayu 5/7 dan
6/12 yang diberi cat kayu, dengan penutup pagar dari bahan seng gelombang yang
diberi cat emulsion dengan warna yang cukup menyala.
- Disekitar tapak pekerjaan harus diberi tanda-tanda / rambu-rambu pengaman
secukupnya untuk memberikan petunjuk kepada pihak lain dan rambu-rambu ini harus
nampak jelas, baik siang maupun malam hari.

- Lokasi penempatan pagar pengaman adalah sebagaimana ditunjukkan di dalam


gambar kerja atau sesuai dengan petunjuk Direksi/pengawas.

2.2.8. Pembuatan Pagar Proyek / Rangka Pengaman Bangunan

- Pagar/ rangka pengaman tower dibuat dari pipa baja yang diberi cat dasar dan cat besi
dengan penutup rangka baja BRC harus kuat dibuat sesuai dengan gambar rencana
rangka pengaman tower oleh konsultan perencana.

2.2.9. Fasilitas Sementara dan Peralatan Penunjang

a. Fasilitas untuk ruangan Pengawas / Direksi

Kontraktor harus menyediakan fasilitas yang diperlukan didalam ruangan pengawas /


direksi kit. Minimal fasilitas yang harus disediakan tersebut adalah sebagai berikut :
- satu stel kursi tamu sederhana lengkap dengan mejanya.
- tiga buah meja kerja ukuran 1/2 biro
- tiga buah kursi “chitose”
- satu buah lemari besi yang dapat dikunci untuk penyimpanan gambar dan dokumen
lainnya.
- satu buah filing cabinet untuk penyimpanan berkas-berkas/dokumen yang
berhubungan dengan pekerjaan.
- satu buah white board ukuran sedang yang bisa ditempel di dinding lengkap dengan
alat tulis dan penghapusnya.
- satu set alat tulis.
- satu buah buku tamu.
b. Perlengkapan Pengawas untuk monitoring / pemeriksaan pekerjaan

Untuk keperluan pengawas dan pemeriksaan pekerjaan, diperlukan perlengkapan dan


peralatan bantu yang semuanya harus disediakan oleh kontraktor.

Perlengkapan dan peralatan tersebut diantaranya sebagai berikut :


- enam buah helm pengaman
- enam pasang sepatu karet/sepatu lapangan
- tiga buah meteran baja ukuran 5 m
- satu buah meteran baja ukuran 50 m
- satu buah water pas alumunium panjang  50 cm (minimal)
- satu buah jangka sorong untuk mengukur dimensi tulangan
- satu buah unting-unting dengan benang secukupnya
- Alat lainnya yang ada hubungannya dengan keperluan pemeriksaan pekerjaan

c. Fasilitas untuk kantor/kit pemborong


Fasilitas yang harus disediakan oleh kontraktor dalam kantornya, disesuaikan dengan
keperluan kontraktor. Fasilitas untuk rapat-rapat rutin dan rapat koordinasi pekerjaan di
lapangan termasuk dalam fasilitas yang harus disediakan oleh kontraktor diantaranya :
Pengadaan satu stel meja rapat lengkap dengan kursinya yang kira-kira dapat
menampung 10-15 orang.

d. Kamar mandi / WC sementara


- Fasilitas untuk kamar mandi / WC sementara di lokasi pekerjaan, harus dibuat oleh
kontraktor lengkap dengan instalasi air bersih, air kotor dan septic
tank/rembesannya.
- Kamar mandi/WC sementara dibuat dengan semi permanen yang nantinya mudah
untuk dibongkar kembali, tetapi dapat berfungsi dengan baik.

e. Fasilitas Air
Air untuk kerja, untuk keperluan KM/WC dan untuk keperluan lainnya harus disediakan
sendiri oleh kontraktor dan dapat dilakukan dengan cara membuat sumur pompa
lengkap dengan pompa dan sistem instalasi sementara. Lokasi pengeboran untuk
pembuatan sumur pompa harus mendapat persetujuan/ijin dari Pengawas/Direksi. Air
harus bersih, bebas dari lumpur, minyak dan bahan kimia lainnya.

f. Fasilitas listrik untuk kerja dan penerangan


Listrik untuk keperluan pekerjaan dan penerangan harus disediakan oleh kontraktor dan
diperoleh dari sambungan-sambungan sementara PLN setempat selama masa
pekerjaan berlangsung dengan daya minimal sesuai dengan yang diperlukan untuk
pelaksanaan pekerjaan, atau menggunakan diesel pembangkit tenaga listrik.

g. Fasilitas untuk keamanan kerja dan keamanan lingkungan

Untuk keamanan pelaksanaan pekerjaan dan keamanan lingkungan di dalam dan di


sekitar lokasi pekerjaan diperlukan beberapa peralatan pengaman yang seluruhnya
harus disediakan oleh kontraktor. Peralatan pengaman tersebut diantaranya :
- Alat pemadam kebakaran (tabung pemadam kebakaran) lengkap dengan isinya.
- Helm pengaman
- Safety belt (sabuk pengaman)
- Obat-obatan (P3K)
- Jaring pengaman (bila diperlukan)
- Rambu-rambu dan tanda-tanda/petunjuk yang dapat dilihat dan dibaca dengan jelas
yang ditempatkan pada daerah-daerah bahaya/ terganggu yang dapat
mengakibatkan kecelakaan atau kerusakan misalnya pada daerah lubang/galian,
aliran listrik, lalu lintas kendaraan proyek, lintasan crane/angkutan alat berat/material
dan lain-lain.
- Peralatan pengaman lainnya yang diperlukan

h. Perlindungan terhadap Konstruksi Bangunan Eksisting


Kontraktor harus mengamankan, melindungi dan menjaga semua konstruksi eksisting
ang ada di sekitar tapak pekerjaan, yaitu tower, gedung-gedung, jalan, drainase dan
fasilitas lain yang terlihat / nampak maupun yang tertanam dalam tanah, seperti pondasi-
pondasi bangunan, kabel tanah, instalasi air, listrik, pipa dan lain-lain, dimana konstruksi
tersebut harus sudah dipersiapkan pengamanannya baik sebelum, selama dan setelah
selesai masa pekerjaan, disamping itu kontraktor juga harus melindungi semua
konstruksi dan bangunan yang sedang dilaksanakan maupun yang sudah jadi yang
dilaksanakan oleh kontraktor lain (jika ada) semua sarana eksisting tersebut harus tetap
terjaga dari kerusakan dan harus tetap bersih dan tidak tercemar/kotor akibat
pengangkutan tanah buangan.

Dalam hal dimana ditemukan persoalan dengan jaringan utilitas eksisting, Kontraktor
diwajibkan memberitahukan kepada Pengawas dan atas sepengetahuan Pengawas,
Kontraktor menghubungi instansi yang terkait (pemilik jaringan utilitas tersebut) untuk
mencari solusi penanganannya. Kontraktor ditekankan untuk memberikan perhatian
extra, khususnya terhadap pengamanan sarana dan jaringan utilitas eksisting tersebut.
i. Penyiapan Jalan Masuk
Jalan masuk ke lokasi proyek harus disiapkan oleh kontraktor. Untuk pembuatan dan
penentuan jalan masuk ke lokasi proyek ini kontraktor harus mendiskusikannya dengan
Pengawas Lapangan dan pihak Direksi untuk memperoleh persetujuannya.
Setelah pihak Direksi / Pengawas Lapangan menentukan arah dan lokasi untuk jalan
masuk ke lokasi proyek, khusus jalan masuk dibawah konstruksi tower yang berdekatan
dengan kaki-kaki tower dengan pelindung yang telah direncanakan oleh perencana
selanjutnya kontraktor harus menyiapkan jalan masuk tersebut agar dapat dengan
mudah dan aman untuk dilalui kendaraan lalu lintas proyek selama pekerjaan
berlangsung. Pengamanan dari pintu masuk ke lokasi proyek adalah sepenuhnya
menjadi tanggung jawab kontraktor.

j. Dokumentasi Kondisi Eksisting

Kontraktor harus membuat peta situasi dari kondisi eksisting di daerah tapak pekerjaan
sebelum dan setelah pekerjaan selesai. Situasi dan kondisi eksisting harus
didokumentasikan oleh Kontraktor dan dituangkan dalam bentuk foto-foto dan gambar.

Semua sarana / utilitas dan kondisi tapak pekerjaan yang ada sebelum dilakukan
pekerjaan harus didokumentasikan, jika selama pelaksanaan pekerjaan terutama
pelaksanaan penggalian dijumpai sarana / utilitas seperti jaringan kabel PLN, pipa
PDAM, saluran / drainase, pipa gas dan lain-lain, maka semua utilitas yang dijumpai ini
harus difoto dan dituangkan dalam gambar dan dijelaskan mengenai ukuran-ukurannya,
kedalaman dan jaraknya dari titik acuan yang ada. Setelah selesai pekerjaan konstruksi,
semua data / dokumentasi ini harus diserahkan kepada pihak Direksi untuk dijadikan
dokumen. Apabila terjadi perubahan rencana pada gambar akibat dijumpai utilitas
eksisting dalam tanah ini, maka apabila rencana perubahan gambar tersebut telah
disetujui oleh pihak perencana, kontraktor harus membuat gambar-gambar As Built
Drawing setelah pekerjaan selesai.

k. Sarana Komunikasi

Minimal yang harus disediakan oleh kontraktor untuk sarana komunikasi guna
kelancaran informasi dan komunikasi dalam pelaksanaan pekerjaan, adalah berupa
penyediaan minimal 2 buah alat komunikasi (handy talky) kecuali ditentukan lain oleh
Direksi.
Satu buah handy talky harus selalu berada dipihak pengawas dan satu lagi dipihak
kontraktor.

l. Drainase Sementara

Selama pekerjaan berlangsung dan setelah selesai pekerjaan, tidak diijinkan adanya
genangan air baik air yang berasal dari dalam tanah/galian maupun air hujan, untuk itu
kontraktor diwajibkan untuk membuat saluran/drainase sementara yang harus mampu
mengalirkan air hujan atau air genangan ke saluran pembuangan atau dengan cara
memompanya ke saluran existing yang terdekat.

m. Pemeliharaan Fasilitas dan Peralatan Penunjang sampai pekerjaan selesai

Kontraktor harus menjaga dan memelihara semua fasilitas dan peralatan-peralatan


penunjang yang telah disediakan agar tetap dalam kondisi baik, lengkap dan berfungsi
serta terjaga keamanannya.

n. Ijin Bangunan dan Papan Nama

Pengurusan ijin bangunan dan biaya yang diperlukan untuk pembuatannya termasuk
persyaratan-persyaratan lainnya yang diperlukan, adalah menjadi tanggungan kontraktor
dan dilaksanakan oleh kontraktor.
Pembuatan papan nama, juga harus dilaksanakan oleh kontraktor dan harus dibuat
dengan cara mengikuti standar dan ketentuan serta peraturan yang berlaku di daerah
setempat.
Dalam papan nama tersebut harus dicantumkan :
- Nama Proyek
- Perencana
- Pelaksana
- Pemilik
- Nilai kontrak
- Sumber dana
- Keterangan perijinan
- Keterangan-keterangan lainnya sesuai dengan yang disyaratkan.
Papan nama tersebut harus dipasang di tempat yang tidak terganggu dan mudah serta
jelas terbaca. Selama pekerjaan berlangsung, papan nama harus tetap terpasang dan
tidak boleh rusak.
BAB III
PEKERJAAN TIANG PANCANG

3.1. LINGKUP KERJA DAN PENJELASAN


a. Pekerjaan ini meliputi pekerjaan setting out (penentu titik posisi tiang di lapangan sesuai
dengan gambar rencana), mobilisasi dan demobilisasi alat, pengadaan dan
pemancangan tiang pancang beton bertulang termasuk percobaan beban pada tiang.
b. Kontraktor harus menyediakan semua peralatan, bahan tenaga kerja yang
berpengalaman, pengawsan untuk pemancangan dan percobaan beban serta
pemotongan kepala tiang sesuai dengan uraian dan syarat-syarat di dalam persyaratan
teknis dan gambar perencanaan.

3.2. GAMBAR KERJA

a.. Gambar kerja harus diserahkan sesuai dengan petunjuk dalam penjelasan Umum.
b. Gambar-gambar ini harus meliputi :
- Ukuran tiang pancang yang sesuai dan besi beton yang sudah diperhitungkan
beban dan pengaruh-pengaruh lain dalam pembuatan, penyimpanan, pengiriman/
pemancangan.
- Perincian peralatan pancang dan perlengkapan.

3.3. BAHAN-BAHAN
Bahan-bahan untuk bekisting, besi beton dan beton supaya disesuaikan menurut
persyaratan-persyaratan yang telah ditentukan.

3.4. TIANG PANCANG BETON BERTULANG

3.4.1 Ukuran Tiang Pancang


a. Tiang pancang yang digunakan disini adalah tiang pancang beton bertulang
dengan ukuran seperti yang tertera pada gambar rencana, dan harus dipasang
sampai tiang mencapai tanah keras.
b. Bila diijinkan oleh Direksi/Perencana, Kontraktor dapat mengajukan usulan
alternatif jenis tiang yang lain dari yang disebutkan diatas, dengan melampirkan
gambar-gambar dan perhitungan perhitungan yang dapat dipertanggung
jawabkan.
3.4.2 Cetakan dan Acuan
a. Cetakan untuk tiang harus dibuat sesuai dengan persyaratan umum yang
tercantum didalam SNI 2847-2013.
b. Cetakan harus dibuat sedemikian rupa hingga tidak terjadi kemungkinan
penyimpangan atau perubahan ukuran dan lolosnya semen atau agregat halus
dari beton.
c. Batas maksimum toleransi yang diijinkan sebagaimana tercantum dalam buku ini
harus diperhitungkan dalam pembuatan cetakan.

3.4.3 Besi Beton


a. Tulangan harus bebas dari kotoran, lemak dan karat serta bahan-bahan lain
yang dapat mengurangi daya lekat.

b. Untuk pembuatan tulangan untuk batang-batang yang lurus atau dibengkokkan,


sambungan kait-kait dan pembuatan sengkang disesuaikan dengan persyaratan
yang tercantum pada SNI 2847-2013 kecuali ada petunjuk yang lain dari
Perencana.

c. Pemasangan tulangan harus sedemikian rupa sehingga posisi tulangan sesuai


dengan rencana dan tidak mengalami perubahan bentuk maupun tempat selama
pengecoran berlangsung.

d. Toleransi pembuatan dan pemasangan tulangan disesuaikan dengan


persyaratan SNI 2847-2013.

e. Batang-batang baja lunak polos atau ulir yang bulat harus mempunyai keluluhan
bawah tekan minimum tulangan polos (plain bar) = 2400 kg/cm2 dan tulangan ulir
(deform bar) = 3900 kg/cm2 seperti yang disyaratakan dalam gambar-gambar
struktur.
f. Tebal selimut beton bila tidak dicantumkan dalam gambar untuk tulangan utama
minimal 45 mm.

g. Tulangan utama untuk tiang pancang yang kurang dari 12 m panjangnya harus
merupakan suatu kesatuan yang utuh (tunggal). Besi beton yang lebih dari 12 m
panjangnya harus disambung maksimum satu penyambungan.

h. Pengelasan sambungan tulangan jika diperkenankan oleh Perencana harus


sesuai dengan AWS D12.1.1.

3.4.4 Beton

a. Bahan-bahan :
1. Mutu Semen.
Semen Portland harus memenuhi persyaratan Standard Internasional atau NI
- 8 untuk butir pengikat awal, kekekalan bentuk, kekuatan tekan aduk dan
susunan kimia.

2. Pasir agregat halus dan koral/batu pecah-agregat kasar. Jenis dan syarat
campuran agregat harus memenuhi SNI 2847-2013.

Mutu Pasir : Butir-butir tajam, keras, bersih dan tidak mengandung


bahan-bahan organis.

Ukuran Pasir : Sisa diayakan 4 mm harus minimum 2% berat; sisa


diayakan harus minimum 10% berat; sisa diayakan 0.25
mm harus berkisar antara 80% dan 90% berat.

Mutu Koral : Butir-butir keras, bersih dan tidak berpori, jumlah butir-
butir pipih maksimum 20% bersih, tidak mengandung
zat-zat aktif alkali.

Ukuran Koral : Sisa diatas ayakan 31.5 mm harus 0% berat; sisa diayakan
4 mm harus berkisar antara 90% dan 98% berat, selisih
antara sisa-sisa kumulatif diatas dua ayakan yang
berurutan adalah maksimum 60% dan minimum 10%
berat.

3. Mutu Air.
Air tidak boleh mengandung minyak, asam alkali, garam-garam, bahan
organis atau bahan-bahan lain yang dapat merusak beton serta baja tulangan
atau jaringan kawat baja. Dalam hal ini sebaiknya dipakai air bersih yang
dapat diminum.

4. Kawat Pengikat.
Dibuat dari baja lunak dan tidak disepuh seng.
b. Adukan
Adukan beton harus diadakan trial mix sebelumnya dan disamping itu mutu
beton harus sesuai dengan mutu standar SNI 2847-2013, minimal kuat tekan
karakteristik rata-rata sebesar 300 kg/cm2 atau K-300.

c. Pengujian/Pemeriksaan Mutu Beton


1. Pengujian mutu beton, ditentukan melalui pengujian satu benda uji kubus 15
x 15 x 15 cm setiap m3 sesuai SNI 2847-2013.
2. Kekentalan adukan beton diperiksa dengan pengujian slump, dimana nilai
slump harus dalam batas 100 mm sampai 125 mm.

d. Tebal Penutup Beton Minimum


1. Bila tidak disebutkan lain tebal penutup beton adalah 45 mm.
2. Perhatian khusus perlu dicurahkan terhadap ketepatan tebal penutup beton,
untuk itu tulangan harus dipasang dengan penahan jarak yang terbuat dari
beton dengan mutu paling sedikit sama dengan mutu yang akan dicor.
Penahan-penahan jarak dapat berbentuk blok-blok persegi atau gelang-
gelang yang harus dipasang sebanyak minimum 4 buah setiap meter cetakan
atau lantai kerja. Penahan-penahan jarak tersebut harus tersebar merata.

e. Pengecoran
1. Beton harus dicor sesuai persyaratan dalam SNI 2847-2013.
2. Tinggi jatuh dari beton yang dicor tidak boleh melebihi 2 m.

3.4.5 Perawatan Tiang Pancang

a. Persyaratan untuk perawatan beton secara umum harus sesuai dengan SNI
2847-2013.

b. Segera setelah pengecoran beton dilindungi dari pengeringan bidang-bidang


beton yang belum pada waktunya, panas yang berlebihan atau temperatur yang
dingin dan kerusakan secara mekanis.

c. Kelembutan minimal yang hilang pada temperatur yang tetap harus dijaga untuk
perioda yang diperlukan untuk pengerasan dari beton tetapi tidak boleh kurang
dari 4 (empat) hari setelah pengecoran.

3.4.6 Toleransi

a. Toleransi maksimum dari ukuran yang dapat diterima untuk tiang pancang
adalah sebagai berikut :

1. Penyimpangan dari kelurusan 1/500 atau maksimum 0.1d - 10 mm (d =


diameter tiang).
2. Penyimpangan kelurusan dari sisi-sisi tiang maksimum tan 1 = 0.03.
b. Tiang pancang yang tidak sesuai dengan peraturan/petunjuk akan ditolak.

3.4.7 Pengangkutan dan Penyimpanan Tiang Pancang

a. Kontraktor harus mengambil tindakan pencegahan yang diperlukan untuk


mencegah kerusakan dari tiang pancang pada waktu pengangkutan, penyimpanan
dan pemancangan.

b. Tiang harus dirawat dan disimpan sedemikian rupa sehingga tidak terjadi
tegangan-tegangan yang melebihi rencana.

c. Tiang pancang harus ditumpuk pada tumpukan yang sesuai sehingga tidak terjadi
kerusakan pada beton atau pengotoran dari permukaan. Tumpukan harus
ditempatkan pada posisi sesuai dengan petunjuk (gambar) atau telah disetujui
oleh Konsultan Pengawas atau dalam posisi dimana kemungkinan terjadi
penekanan dan deformasi sekecil mungkin.

3.4.8 Peralatan Pemancangan

a. Sebelum pekerjaan dimulai, Kontraktor harus mengajukan data lengkap dari


peralatan yang akan dipergunakan, cara pemancangan dan prosedur kerjanya
termasuk mesin pancang dan peralatan yang akan digunakan di lapangan.

b. Sistem pemancangan dapat digunakan jenis alat pancang digunakan drop


hammer (diesel) atau hydroulic jacked. Penggunaan jenis alat pancang harus
disesuaikan dengan petunjuk Konsultan Pengawas atau Direksi.

c. Cara pemancangan yang dipakai harus tidak menyebabkan kerusakan pada


bentuknya. Drop Hammer (pemukul) atau hydraulic jacked harus dipakai yang
sesuai untuk type tiang pancang dan sifat dari bahan.
d. Kondisi lapangan harus diperiksa untuk meyakinkan apakah kemungkinan untuk
penempatan peralatan pemancangan, pemancangan dan percobaan beban.

3.4.9 Urutan Pemancangan

a. Sebelum melakukan pekerjaan Kontraktor harus mengajukan usul mengenai


urutan rencana pemancangan yang harus diatur sedemikian rupa sehingga tidak
akan saling mengganggu.

b. Dalam satu group tiang pancang yang jaraknya saling berdekatan waktu dan tiap
kali pemancangan harus diperhatikan sedemikian rupa sehingga tidak saling
mengganggu.

c. Konsultan Pengawas dapat meminta kepada Kontraktor untuk merubah urutan


pemancangan kalau menurutnya urutan yang akan dijalankan mengakibatkan
gangguan pada tiang pancang yang sudah selesai. Kontraktor tidak dibenarkan
mengajukan claim atau perpanjangan waktu karena perubahan tersebut.

3.4.10 Pelaksanaan Pemancangan

a. Ketentuan Umum
- Kontraktor harus dapat menjamin terhadap kualitas dari tiang pancang yang
akan dipancang.
- Data-data sondir dan borings yang dilampirkan dalam dokumen ini adalah
untuk informasi Kontraktor tentang keadaan strata tanah dan kondisi tanah.
Tidak dibenarkan untuk mengklaim sehubungan dengan pekerjaan tambahan
yang dilakukan oleh Kontraktor disebabkan karena ketidaktelitian dalam
menerima informasi.
- Kontraktor harus memancang tiang pancang sampai lapisan tanah
pendukung dan harus dapat menjamin bahwa tiang pancang akan aman
mendukung.

b. Persiapan
- Kontraktor agar melakukan/menentukan tiap tiang pancang tepat pada
daerah yang telah ditentukan.
- Tiang pancang ditempatkan pada posisi yang tepat sesuai dengan urutan
kerja yang telah direncanakan.
- Tiap tiang pancang diberi tanda dengan cat putih setiap interval 0.5 m.
- Kontraktor agar mencatat semua data pemancangan dari setiap tiang dan
seteliti mungkin.
- Kontraktor agar melakukan tindakan pencegahan untuk menghindari
kerusakan pada kepala tiang pancang selama pemancangan. Untuk maksud
tersebut, helmet dan packing yang cocok dan disetujui oleh Konsultan
Pengawas harus dipasang pada kepala tiang pancang.

c. Instalasi
- Kontraktor harus memberi laporan kepada Konsultan Pengawas tentang
pelaksanaan pemancangan sehingga Konsultan Pengawas dapat melakukan
inspeksi.
- Kedalaman tiang pancang ditentukan berdasarkan hasil penyelidikan tanah,
test penetrasi dan final set dari tiang pancang.
- Kedalaman minimal dari tiang pancang akan ditentukan oleh Konsultan
Pengawas berdasarkan data/catatan hasil pemancangan sebelumnya dan
atau gambar kerja.
- Total set untuk 10 pukulan terakhir ditentukan oleh Soil Consultant. Jumlah
pukulan untuk seluruh panjang tiang tidak boleh lebih dari 1000 pukulan. Jika
digunakan hydraulic jacked penetrasi tiang hingga menunjukan beban 2 (dua)
kali dari rencana beban sesuai persetujuan Konsultan Pengawas.
- Bila ada keragu-raguan, Konsultan pengawas boleh memerintahkan untuk
memancang sampai kedalaman tertentu walaupun final set yang disyaratkan
telah terpenuhi.
- Jika ada kerusakan pada tiang pancang selama pamancangan, maka pada
bagian yang rusak tersebut dipotong dan disambung dengan pengarahan
dari Konsultan Pengawas. Jika menurut Konsultan Pengawas tidak
memungkinakan Kontraktor untuk memperbaiki tiang pancang, ia dapat
memerintahkan untuk mengganti dengan yang baru (cadangan). Kontraktor
harus menanggung seluruh biaya perbaikan, pemacangan tiang pengganti
dan persiapan perhitungan-perhitungan serta gambar pondasi, kecuali jika
ada persetujuan dengan Konsultan Pengawas.
- Kontraktor tidak dibenarkan menggunakan alat pancang untuk keperluan
lain/sementara. Semua pekerjaan keperluan lain/sementara, yang
menggunakan alat pancang harus terlebih dahulu mendapat persetujuan dari
Konsultan Pengawas.

d. Toleransi Pelaksanaan
Ketidaklurusan tiang tidak lebih dari 1 : 40 dalah arah vertikal. Kemiringan tiang
tidak lebih dari 1 : 24 dari sudut yang ditentukan.
e. Laporan Pemancangan
Kontraktor harus membuat dan menyerahkan laporan kepada Konsultan
Pengawas tentang hasil-hasil pemancangan untuk melengkapi laporan standar.
Laporan ini dikirim kepada Konsultan Pengawas tidak melebihi siang hari waktu
pemancangan dengan disertai data-data sebagai berikut :
- Nomor referensi halaman
- Lokasi
- Nomor pile
- Ukuran pile
- Panjang tiang
- Elevasi muka tanah
- Tanggal dan waktu pemancangan
- Kedalaman tiang
- Elevasi ujung tanah tiang
- Detail tentang final test / beban maksismum pemancangan
- Metoda pengangkatan dan pemancangan tiang
- Jenis dan type peralatan yang dipakai
- Loncatan /pantauan ram (Ram Stroke)
- Waktu yang diperlukan untuk pemancangan
- Jumlah pukulan
- Nilai daya dukung
Pada akhir pekerjaan pemancangan, Kontraktor harus membuat dan
menyerahkan gambar denah pondasi dan toleransi yang terdapat dilapangan
sebanyak yang diperlukan oleh Pemberi Tugas.

f. Pembuangan Beton Puing dan Tanah Galian


Kontraktor harus memindahkan dan membuang reruntuhan beton, sisa-sisa
potongan besi beton dan tanah galian keluar lapangan/proyek atau ke suatu
tempat yang ditentukan oleh Konsultan Pengawas, dimana biaya untuk
pembuangan tersebut ditanggung oleh pihak Kontraktor.

3.4.11 Pembebanan Tiang Pancang

a. Umum
- Antara pamancangan tiang yang akan ditest dan percobaan pembebanan
pada tiang tersebut harus ada jangka waktu paling sedikit 2 (dua) minggu
untuk mengembalikan kondisi tanah akibat pemancangan tiang kepada
keadaan semula. Pemancangan tiang yang berdekatan dengan tiang
percobaan harus ditunda selama adanya percobaan pembebanan tiang.
- Kontraktor harus menyediakan tenaga kerja yang berpengalaman, bahan dan
semua perlengkapan yang diperlukan untuk pelaksanaan, pencatatan dan
pengukuran dari percobaan beban termasuk penyediaan, penyusunan
kentledge yang digunakan dan pembongkaran kembali.
- Percobaan pembebanan dilakukan pada tiang pancang jika tidak memenuhi
persyaratan yang ditentukan sesuai 4.10.3 d. ditentukan oleh Konsultan
Pengawas untuk system pemancangan yang disetujui. Hasil percobaan yang
diterima digunakan untuk mengevaluasi perencanaan dan pelaksanaan
pekerjaan pemancangan.
- Gambar kerja dikirim kepada Konsultan Pengawas untuk persetujuan, disertai
cara pelaksanaan percobaan dan peralatannya, jenis beban, alat pengaman
dan kalibrasi alat.

b. Standar Percobaan Pembebanan


Percobaan pembebanan dilakukan minimal pada tiang percobaan yang terdiri
dari :
- (dua) used pile untuk percobaan pembebanan vertikal sesuai 4.11.5 (a).
- 1 (satu) used pile untuk percobaan pembebanan lateral sesuai 4.11.5 (b).
Beban percobaan pada tiang adalah sebesar 2 kali beban rencana sesuai
dengan ASTM D 1142-81 dan ASTM D 3966-81.

c. Perlengkapan Pembebanan
- Beban percobaan didapat dari reaksi kentledge melalui jack hidraulis yang
besarnya melebihi dari beban percobaan dan ditempatkan pada platform
sebagaimana harusnya.
- Beban kentledge terdiri dari balok-balok beton dengan ukuran yang sama.
- Plat baja dengan ketebalan yang cukup untuk menerima beban ditempatkan
secara sentris diatas pile cap untuk dapat menyalurkan beban percobaan
secara sempurna kepada tiang.
- Ukuran plat baja tidak boleh lebih kecil dari ukuran pile cap dan juga tidak
boleh lebih kecil dari ukuran jack yang digunakan.
- Jack hidraulic harus ditempatkan senstris pada tiang/pile cap.
- Jack dan alat lainnya termasuk hydraulic ram, hydraulic pump dan pressure
gauge harus dikalibrasi sebelum percobaan dilakukan.

d. Alat Pengukuran Penurunan


Laporan kalibrasi harus disertakan pada semua alat-alat percobaan
pembebanan yang membutuhkan kalibrasi sebelum percobaan beban dilakukan.

e. Prosedur Percobaan
Beban percobaan dikerjakan dalam 4 cycle sesuai dengan ASTM D 3966-81
untuk percobaan pembebanan lateral.
f. Prosedur Percobaan Pembebanan Vertikal

SCHEDULE PEMBEBANAN VERTIKAL


"CYCLIC-HYDRAULIC"
ASTM D 1143-81 SECTION 5.2

Tahapan Siklus Beban (dalam % Beban Rencana) Lama Pembebanan

1 0 A
2 25 cycle 1 A
3 50 1 jam
4 25 20 menit
5 0 1 jam
6 50 20 menit
7 75 A
8 100 cycle 2 1 jam
9 75 20 menit
10 50 20 menit
11 0 1 jam
12 50 20 menit
13 100 20 menit
14 125 A
15 150 cycle 3 1 jam
16 125 20 menit
17 100 20 menit
18 50 20 menit
19 0 1 jam
20 50 20 menit
21 100 20 menit
22 150 20 menit
23 175 A
24 200 cycle 4 B
25 175 20 menit
26 150 20 menit
27 100 20 menit
28 50 20 menit
29 0 20 menit

A: Beban ditahan tetap selama 1 jam dan sampai mencapai penurunan : 0.25
mm/jam atau maksimum 2 jam.

B: Beban ditahan selama 12 jam dan sampai mencapai penurunan : 0.25


mm/jam atau maksimum 24 jam.
b. Prosedur percobaan pembebanan horisontal
g. Prosedur Percobaan Pembebanan Horizontal
SCHEDULE PEMBEBANAN HORIZONTAL
"CYCLIC-LOADING"
ASTM D 3966-81 SECTION 6.2

Tahapan % dari Beban Lama Pembebanan 1 Pembacaan Lateral


Siklus Rencana (menit) Movement (menit ke)

1 0 - -
2 25 10 0-5-10
3 50 cycle 1 10 0-5-10
4 25 10 0-5-10
5 0 10 0-5-10
6 50 10 0-5-10
7 75 15 0-5-10-15
8 100 cycle 2 20 0-5-10-15-20
9 50 10 0-5-10
10 0 10 0-5-10
11 50 10 0-5-10
12 100 10 0-5-10
13 125 cycle 3 20 0-5-10-15-20
14 150 20 0-5-10-15-20
15 75 10 0-5-10
16 0 10 0-5-10
17 50 10 0-5-10
18 100 10 0-5-10
19 150 10 0-5-10
20 170 20 0-5-10-15-20
21 180 20 0-5-10-15-20
22 190 20 0-5-10-15-20
23 200 cycle 4 60 0-10-20-30-40-50-60
24 150 10 0-5-10
25 100 10 0-5-10
26 50 10 0-5-10
27 0 10 0-5-10

g. Prosedur Pembacaan

1. Percobaan Pembebanan Vertikal


Pembacaan dilakukan sebagai berikut :
- Sesudah dan sebelum penambahan beban
- Sesudah dan sebelum penurunan beban
- Setiap 10 menit
- Pada pembebanan 200 % beban rencana, pembacaan dilakukan
sebagai berikut :
* Setiap 10 menit selama 2 jam pertama
* Selanjutnya setiap 1/2 jam
2. Percobaan Pembebanan Lateral
Pembebanan dilakukan sebagai berikut :
- Sesudah dan sebelum penambahan beban
- Sesudah dan sebelum penurunan beban
- Setiap 5 menit
- Pada pembebanan 100 % beban rencana, pembacaan dilakukan
setiap 10 menit

i. Laporan Percobaan Pembebanan


Laporan hasil percobaan dikirim kepada Konsultan Pengawas untuk
persetujuan, terdiri dari :
- Nama proyek dan lokasi
- Laporan penyelidikan tanah dan pencatatan pelaksanaan pemancangan
tiang percobaan
- Sertifikat dari kalibrasi peralatan
- Catatan pembebanan yang meliputi :
1. Tanggal percobaan
2. Waktu pembacaan
3. Beban percobaan
4. Pembacaan dial gauge, dll.
- Grafik load-settlement :
1. Grafik load-time
2. Grafik time-settlement
- Kesimpulan dari hasil percobaan

j. Kriteria Kegagalan dari Percobaan Pembebanan Meliputi :


- Penurunan permanen melampui 6 mm.
- Pergerakan lateral maksimum yang terjadi lebih besar dari 10 mm pada
percobaan lateral.
- Percobaan pembebanan tidak boleh diteruskan jika terjadi ketidakstabilan
kentledge, keruskan dari pile cap ataupun kerusakan lainnya yang dapat
memberikan hasil yang tidak sebenarnya.

k. Kegagalan dan Kerusakan


- Jika percobaan pembebanan tidak sesuai dengan yang disyaratkan maka
test tambahan harus dilakukan dan pelaksanaannya harus atas
persetujuan Konsultan Pengawas dan atas biaya Kontraktor.
- Jika terjadi kerusakan atau/kegagalan pada tiang dalam percobaan
pembebanan maka Kontraktor harus mengganti tiang tersebut dengan
tiang yang lain/tambahan sesuai dengan petunjuk dari Perencana atas
biaya Kontraktor.
- Biaya dari percobaan pembebanan tambahan, penggantian atau
penambahan tiang dan persiapan perhitungan-perhitungan serta gambar-
gambar fondasi yang disebabkannya akan dibebankan kepada Kontraktor.
BAB IV
PEKERJAAN STRUKTUR BAJA

4.1. LINGKUP PEKERJAAN

a. Penyediaan bahan-bahan, tenaga kerja, peralatan dan alat bantu lainnya yang diperlukan
untuk melaksanakan pembuatan konstruksi baja, seperti dinyatakan dalam gambar
dengan hasil baik.

b. Semua pekerjaan pengadaan dan pemasangan bagian-bagian konstruksi baja, seperti


baja profil, pelat-pelat, baut-baut, untuk pekerjaan-pekerjaan sebagai berikut :
- Pekerjaan Struktur Kolom dan Balok atap gedung sesuai gambar rencana.
- Pekerjaan Konstruksi Atap sesuai gambar rencana.
- Pekerjaan Konstruksi rangka plafond dan rangka penggantung.
- Pemasangan Konstruksi ikatan dan perlengkapan lainnya.
- Pekerjaan pengecatan meni untuk seluruh konstruksi baja.

c. Semua pekerjaan pembuatan bagian-bagian konstruksi baja, seperti sambungan-


sambungan, pengelasan baik las sudut maupun las tumpul dan lain-lain sesuai dengan
Gambar Kerja dan Uraian Pelaksanaan dan Persyaratan Pekerjaan.

4.2. PERSYARATAN UMUM

4.2.1. Peraturan-peraturan

a. Semua peraturan/normalisasi yang dipakai harus yang berlaku di Indonesia, misalnya PBI,
PMI, Peraturan Konstruksi Baja untuk Gedung di Indonesia dan lain sebagainya.

b. Semua pekerjaan baja dan bangunan ini harus memenuhi syarat dari AISC, "Specification
for Fabrication and Erection" 12 Pebruari 1969.
c. Semua pekerjaan baut (bolt) pada bangunan ini harus memenuhi syarat dari AISC,
"Specification for Structural Joints Bolts".

c. Semua pekerjaan las harus mengikuti American Welding Society Code for Arc
Welding in Building Construction Section 4.

4.2.2. Teknis

a. Kontraktor wajib meneliti kebenaran dan bertanggung jawab terhadap semua ukuran-
ukuran yang tercantum pada gambar design.

b. Perhitungan detail dan sambungan dari bagian-bagian konstruksi baja yang tidak
tercantum dalam gambar design harus dilengkapi oleh Kontraktor dan harus dinyatakan
pada shop drawing.
Untuk itu Kontraktor harus meminta persetujuan dari Perencana/ Direksi Lapangan
sebelum memulai pekerjaan tersebut.

c. Perubahan bahan atau perubahan detail berhubung alasan-alasan tertentu yang dapat
diterima, harus diajukan dan diusulkan untuk mendapatkan persetujuan dari Perencana.
Semua perubahan-perubahan yang disetujui ini dapat dilaksanakan tanpa ada biaya
tambahan yang mempengaruhi kontrak, kecuali untuk perubahan yang mengakibatkan
pekerjaan kurang akan diperhitungkan sebagai pekerjaan kurang.

d. Kontraktor bertanggung jawab terhadap semua kesalahan-kesalahan detailing, fabrikasi


dan ketepatan penyetelan/pemasangan semua bagian-bagian konstruksi baja.

e. Sebelum memulai pekerjaan fabrikasi Kontraktor harus melakukan pengukuran lapangan


dan menyatakannya dalam shop drawing, untuk disetujui oleh Direksi Lapangan.

f. Pekerjaan perubahan dan pekerjaan tambahan di lapangan pada waktu pemasangan


yang diakibatkan oleh kurang teliti atau kelalaian pelaksanaan harus dilaksanakan atas
biaya Kontraktor.

g. Kurang tepatnya pemasangan karena kesalahan fabrikasi harus dibetulkan, diperbaiki


atau diganti dengan yang baru, semua atas biaya Kontraktor.
4.3. PERSYARATAN BAHAN

4.3.1. Baja IWF (dimensi sesuai gambar rencana)

a. Baja IWF (wide flange) yang digunakan untuk konstruksi kolom, pembalokan rangka atap
dan pekerjaan lain seperti disebut dalam gambar rencana adalah dari kualitas baik
dengan mutu BJ-37.

b. Permukaan batang baja tersebut harus tampak rata dan bebas dari cacat-cacat lain yang
dapat merugikan dalam penggunaan akhir serta memenuhi persyaratan dalam PUBBI
1982.

4.3.2. Baja CNP (dimensi sesuai gambar rencana)

a. Baja CNP (lips channel) yang digunakan pada pekerjaan rangka dan lainnya seperti dise-
but dalam gambar rencana, adalah dari kwalitas baik, ukuran sesuai gambar rencana, dan
memenuhi persyaratan yang harus dimiliki baja CNP, sesuai PUBBI 1982 pasal 83.

b. Toleransi ketebalan yang diijinkan = 0,1 mm


Toleransi ukuran yang diijinkan = 1 mm

4.3.3. Baja Siku (dimensi seperti gambar rencana)

a. Baja siku yang dipergunakan untuk pekerjaan konstruksi penggantung, pengaku dan
pekerjaan lainnya seperti diterangkan dalam gambar rencana, adalah dari kualitas baik
dan sesuai dengan persyaratan baja siku pada PUBBI - 1982.

b. Baja siku yang dimaksud adalah baja siku sama kaki.

4.3.4. Baja Strip (tebal pelat sesuai gambar rencana)

a. Baja Strip (pelat baja) yang digunakan untuk pembuatan konstruksi dudukan, pelat
pengaku, pelat sambungan, dan keperluan lain untuk pekerjaan baja sesuai gambar
rencana, adalah dari kwalitas baik sesuai dengan persyaratan untuk baja strip dalam
PUBBI 1982 pasal 85.
4.3.5. Kawat Las

a. Kawat las (yang selanjutnya disebut elektroda las) busur listrik berlapis yang dipakai untuk
pengelasan baja karbon rendah dan baja paduan rendah, harus memenuhi syarat-syarat
yang ditentukan dalam SII 0192 - 1978.

b. Mempunyai klasifikasi menurut sifat mekanik dari logam las, jenis lapisan, posisi penge-
lasan dan jenis arus listrik yang dapat digunakan seperti pada tabel 80 - 1 PUBBI 1982.

c. Memenuhi persyaratan serta ketentuan-ketentuan yang disebutkan dalam tabel 80 - 9


pada PUBBI 1982.

d. Kawat las adalah dari kwalitas ex KOBE atau CIG.

4.3.6. Anker, Mur, Baut (dimensi sesuai gambar rencana).

a. Anker, mur, baut yang digunakan sebagai alat penyambung atau pengikat dalam
pembuatan rangka baja dan pekerjaan lainnya seperti gambar rencana, adalah dari
kwalitas baik dan minimal mempunyai mutu yang sama dengan baja yang digunakan,
sesuai dengan PUBBI 1982 pasal 92.

b. Mur dan baut untuk sambungan utama span menggunakan jenis HTB dengan tegangan
leleh baja sebesar 10.000 kg/cm2.
Mur dan baut untuk sambungan sekunder digunakan baut hitam, kecuali ditentukan lain
dalam gambar.

4.3.7. Baja Tulangan

a. Baja tulangan yang dimaksud dalam pekerjaan konstruksi baja adalah baja tulangan untuk
konstruksi pengaku dan atau untuk ikatan penggantung.

b. Baja tulangan adalah dari kwalitas baik, ex Krakatau Steel, sesuai dengan persyaratan
yang ada pada baja tulangan untuk beton.
4.4. PERSYARATAN PELAKSANAAN

4.4.1. Ketentuan Umum

a. Sebelum melaksanakan pekerjaan baja, Pemborong harus membuat shop drawing terlebih
dahulu yang mencakup tentang ukuran, elevasi, bentuk yang disesuaikan dengan kondisi
lapangan untuk mendapatkan persetujuan dari Direksi Lapangan.

b. Hasil pelaksanaan pekerjaan baja harus bermutu baik dan rapi, dimana semua pekerjaan
harus bebas dari puntiran, tekanan dan hubungan terbuka.

c. Semua bagian harus mempunyai ukuran yang tepat, sehingga dalam pemasangan tidak
diperlukan bahan pengisi.

d. Semua detail harus dilaksanakan dengan teliti sesuai dengan gambar rencana dan
petunjuk dari Direksi Lapangan.

e. Setiap pertemuan batang yang membentuk sudut satu dengan yang lainnya harus
diperkuat dengan baja IWF yang dipotong miring sesuai pada gambar rencana dan di las
atau di baut sesuai dengan gambar rencana.

f. Plat-plat pengaku yang perlu dipasang pada badan IWF dari pelat baja dan dilas pada
badan IWF, supaya dipasang sesuai dengan jumlah dan jarak seperti ketentuan.

g. Sistim sambungan pada dudukan dilakukan dengan cara dianker pada kolom/ balok beton
(lihat gambar rencana), jumlah, diameter, dan panjang anker sesuai seperti disebutkan
dalam gambar rencana.

4.4.2. Pemotongan

a. Tukang-tukang yang digunakan harus dari tenaga ahli dalam bidangnya dan
melaksanakan pekerjaan dengan baik sesuai dengan petunjuk pengawas.

b. Ketelitian sangat diperlukan untuk menjamin bahwa seluruh bagian cocok satu sama
lainnya setelah dilakukan pemasangan/penyetelan.

c. Pola (mal) pengukuran, semua pola dan peralatan lainnya untuk menjamin ketelitian
pekerjaan harus disediakan oleh Pemborong.
Pengukuran dilakukan dengan mempergunakan pita baja yang telah disetujui oleh
Pengawas Lapangan.

d. Semua plat harus diperiksa kerataannya, batang-batang diperiksa kelurusannya, harus


bebas dari puntiran, dan kalau perlu diadakan tindakan perbaikan sehingga batang-
batang setelah disusun akan terlihat rapat dan lurus.
Cara yang diperlukan dalam pekerjaan tersebut diatas harus sedemikian rupa sehingga
tidak merusak/ berbekas pada material tersebut.

e. Pemotongan dapat digunakan oksigen atau las pemotong, hanya permukaan yang kurang
rata yang digurinda seperlunya dengan syarat bahwa tepi yang telah selesai harus cukup
lurus, tepat, licin dan rata, seperti pada hasil yang dipotong mesin gergaji.

4.4.3. Penyambungan Las Lumer

a. Penyambungan dengan las lumer menggunakan mesin las listrik dengan tebal las harus
rata.

b. Pengelasan harus penuh, tidak keropos dan tidak memotong.

c. Permukaan yang akan dilas harus bebas dari kotoran minyak, cat dan lainnya.

d. Cara pengelasan harus dilakukan menurut persyaratan yang berlaku dan atau yang
disetujui oleh Direksi Lapangan.
Pada waktu pengelasan, posisi pengelasan harus datar dan profil-profil atau batang-
batang tidak boleh termakan oleh las, sehingga luas efektif dari bahan tidak berkurang
akibat pengelasan.

e. Las yang dipakai yaitu las sudut dan las tumpul, mutu las yang dipakai minimal sama
dengan mutu dari profil-profil atau batang-batang yang bersangkutan.

f. Dimensi, tebal, dan panjang las harus disesuaikan dengan yang tercantum pada gambar
rencana dan atau atas petunjuk pengawas.
g. Pekerjaan las yang akan tampak harus dihaluskan sehingga sama dengan permukaan
disekitarnya.

h. Direksi lapangan berhak menolak hasil pekerjaan bila terjadi kesalahan dan tidak sesuai
dengan gambar rencana dan atau petunjuk pengawas, Pemborong harus memperbaiki
atau mengulangi pekerjaan tersebut dan segala akibat ditanggung oleh Pemborong
sendiri.

4.4.4. Sambungan Baut

a. Lubang untuk sambungan baut harus dibor, selisih diameter baut tidak boleh lebih dari 1
mm.

b. Sambungan dengan baut harus dikerjakan sedemikian rupa sehingga kokoh/ kuat atas
petunjuk dari pengawas.

c. Dimensi, jumlah dan jarak dari pada sambungan baut harus sesuai dengan gambar
rencana dan atau atas petunjuk dari pengawas.

d. Direksi Lapangan berhak menolak hasil pekerjaan bila terjadi kesalahan dan tidak sesuai
dengan gambar rencana dan atau petunjuk pengawas, Pemborong harus memperbaiki
atau mengulangi pekerjaan tersebut dan segala akibat ditanggung oleh Pemborong.

4.4.5. Pengeboran

a. Lubang untuk baut agar dibor, bila jumlah pelat yang akan dibor lebih dari satu lapis,
dapat dijepit bersama-sama untuk menembus seluruh tebal secara serentak.

b. Lubang bor harus disesuaikan dengan diameter baut yang akan digunakan

4.4.6. Pekerjaan Montage

a. Dalam pekerjaan montage terlebih dahulu pemborong harus membuat mal atau montage
sementara dengan skala 1:1 dari bentuk konstruksi sesuai gambar rencana dan dilas
sementara untuk selanjutnya mendapat persetujuan pengawas.
Setelah montage sementara tersebut disetujui pengawas, selanjutnya pemborong dapat
melakukan montage yang sebenarnya menurut type konstruksi.
b. Pengawas berhak menolak hasil pekerjaan bila terjadi kesalahan dan tidak sesuai dengan
gambar rencana, Pemborong harus memperbaiki atau mengulangi pekerjaan tersebut dan
segala akibat tersebut ditanggung oleh Pemborong sendiri.

4.4.7. Pekerjaan Pemasangan

a. Untuk menaikkan atau mengangkat konstruksi baja yang telah selesai dirakit harus
digunakan alat katrol/crane dan alat penopang lainnya yang diperlukan dalam pekerjaan
ini.

b. Setelah komponen yang satu dengan yang lainnya sudah berdiri sesuai dengan posisi
yang telah disetujui pengawas maka pekerjaan selanjutnya adalah pemasangan
konstruksi pengaku.

c. Pengawas berhak menolak hasil pekerjaan bila terjadi kesalahan dan ketidak sesuaian
dengan gambar rencana dan atau petunjuk pengawas, pelaksana harus
memperbaiki atau mengulangi pekerjaan tersebut dan segala akibat ditanggung oleh
pelaksana.

d. Sebelum erection selesai, portal pertama harus ditopang dengan batang yang kokoh dan
diikat kuat pada patok-patok yang kokoh.

e. Pemborong harus mengajukan metoda pelaksanaan sebelum erection dimulai,


untuk disetujui Pengawas Lapangan.

f. Pengawas Lapangan berhak menolak hasil pekerjaan bila terjadi kesalahan dan tidak
sesuai dengan gambar rencana dan atau petunjuk pengawas, Pemborong harus
memperbaiki atau mengulangi pekerjaan tersebut dan segala akibat ditanggung oleh
pemborong.
BAB V
PEKERJAAN BETON BERTULANG

5.1. LINGKUP PEKERJAAN

Bagian ini meliputi mulai dari pengadaan bahan-bahan, peralatan, tenaga/ personil dan jasa-
jasa lain sehubungan dengan pekerjaan beton bertulang untuk pembuatan pondasi dan rangka
bangunan dari gedung RSUD MALINGPING PROVINSI BANTEN sesuai dengan gambar
rencana dan persyaratan-persyaratan yang ada dalam rencana kerja dan syarat-syarat teknis
ini.

Dalam hal ini Kontraktor harus menyediakan tenaga, dan segala peralatan serta perlengkapan
yang ada kaitannya dengan pekerjaan beton bertulang sesuai dengan kapasitas yang
diperlukan untuk menyelesaikan seluruh pekerjaan tersebut.

5.2. PENGENDALIAN PEKERJAAN

Kecuali disebutkan lain, maka semua pekerjaan beton bertulang harus mengikuti ketentuan-
ketentuan sebagai berikut :

NI-2-PBI 1971 = Peraturan Beton Indonesia (1971)


SK SNI T-15-1991-03 = Tata Cara Perhitungan Struktur Beton untuk Bangunan
Gedung
NI-3-1970 = Peraturan Umum Bahan Bangunan Indonesia
PUBBI-1982 = Persyaratan Umum Beban Bangunan di Indonesia
SII = Standar Industri Indonesia
SII 0136-84 = Baja Tulangan Beton
SII 0784-83 = Jaringan Kawat Baja Las untuk Tulangan Beton
SNI 2847-2013 = Persyaratan Beton Struktural Untuk Bangunan Gedung
SNI 1729-2015 = Spesifikasi Untuk Bangunan Gedung Baja Struktural.
SNI 1726-2012 = Tata Cara Perencanaan Ketahanan Gempa untuk Struktur
Bangunan Gedung dan Non Gedung.
SNI 1727-2013 = Beban Minimum untuk Perancangan Bangunan Gedung dan
Struktur Lain.
American Society for Testing Materials (ASTM 1993)
ASTM C13-88 = Method of Making and Curing Concrete Test Specimens
ASTM C33-86 = Specification for Concrete Aggregates
ASTM C39-86 = Test Method for Compressive Strength for Cylindrical Concrete
Test Specimens
ASTM C42-87 = Method of Obtaining and Testing Drilled Cores and Sawed
Beams of Concrete
ASTM C143-89 = Test Method for Slump of Portland Cement Concrete
ASTM C150-86 = Specification for Portland Cement
ASTM C172-82 = Method for Air Content of Freshly Mixed Concrete by the
Pressure Method
ASTM C260-86 = Air-Entraining Admixtures for Concrete
ASTM C330-85 = Specification for Lightweight Aggregates for Structural
Concrete
ASTM C494-92 = Standar Specification for Chemical Admixtures for Concrete
ACI 318M-11 = Building Code Requirements for Structural Concrete
AISC 360-10 = AISC Specification for Structural Steel Buildings

5.3. PEKERJAAN BETON COR DI TEMPAT

5.3.1 BAHAN-BAHAN
Untuk pekerjaan beton cor ditempat ini, harus menggunakan adukan beton siap pakai
(ready mixed concrete). Proses dilaksanakan dengan mesin Batching Plant Fully
Automatic Computerized System dengan printer memory.

a. Aggregat Kasar
- Agregat kasar berupa batu pecah yang diperoleh dari pemecahan batu dengan
Wet System Stone Crusher.
- Agregat kasar harus sesuai dengan spesifikasi agregat kasar untuk beton
menurut ASTM C33-86.
- Ukuran terbesar agregat kasar adalah 2,5 cm.
- Sistem penyimpanan harus sedemikian rupa agar memudahkan pekerjaan dan
menjaga agar tidak terjadi kontaminasi bahan yang tidak diinginkan.
- Agregat kasar untuk beton harus terdiri dari butiran-butiran yang kasar, keras
tidak berpori dan berbentuk kubus. Bila ada butir-butir yang pipih jumlahnya
tidak boleh melampaui 20 % dari jumlah berat seluruhnya.
- Agregat kasar tidak boleh mengalami pembubukan hingga melebihi 50 %
kehilangan berat menurut test mesin Los Angeles
- Agregat kasar harus bersih dari zat-zat organis, zat-zat reaktif alkali atau
substansi yang merusak beton.
- Kontraktor harus mengirimkan contoh bahan untuk agregat kasar yang akan
digunakan untuk campuran beton oleh sub kontraktor ready mixed. Selanjutnya
bahan agregat tersebut dikirim ke laboratorium yang disetujui oleh Pengawas
untuk diuji, apabila hasil pengujian menunjukkan bahwa material tersebut tidak
memenuhi syarat untuk pembuatan campuran beton K-250, Pengawas berhak
untuk menolak bahan agregat kasar tersebut untuk digunakan. Biaya-biaya yang
timbul untuk pengujian di laboratorium adalah menjadi tanggungan kontraktor
dan harus sudah termasuk dalam penawaran harga satuan beton bertulang.

Gradasi

Saringan Ukuran (mm) % Lewat saringan

1" 25 100
3/4" 20 90-100
3/8" 9,5 20-55
No.4 4,76 0-10

b. Agregat Halus
- Agregat halus dapat digunakan pasir alam yang berasal dari daerah setempat
dengan catatan memenuhi syarat seperti yang tercantum dalam PBI'71 untuk
Agregat Halus.
- Pasir harus bersih dari bahan organik, zat-zat alkali dan substansi-substansi
yang merusak beton.
- Pasir laut tidak boleh digunakan untuk beton.
- Pasir harus terdiri dari partikel-partikel yang tajam dan keras.
- Cara dan penyiapan harus sedemikian rupa agar menjamin kemudahan
pelaksanaan pekerjaan dan menjaga agar tidak terjadi kontaminasi yang tidak
diinginkan.
- Kontraktor harus mengirimkan contoh bahan pasir yang akan digunakan untuk
campuran beton oleh sub kontraktor ready mixed. Selanjutnya bahan pasir
tersebut dikirim ke laboratorium yang disetujui oleh Pengawas untuk diuji,
apabila hasil pengujian menunjukkan bahwa material tersebut tidak memenuhi
syarat seperti yang telah ditentukan, maka Pengawas berhak untuk menolak
bahan pasir tersebut untuk digunakan. Segala biaya yang timbul untuk
pelaksanaan pengujian bahan di laboratorium adalah menjadi tanggungan
kontraktor dan harus sudah termasuk dalam harga satuan penawaran beton
bertulang.
Gradasi

Saringan Ukuran (mm) % Lewat saringan

3/8" 9,5 100


No.4 4,76 90-100
No.8 2,38 80-100
No.16 1,19 50-85
No.30 0,595 25-65
No.50 0,297 10-30
No.100 0,147 5-10
No.200 0,074 0-5

c. PC (Portland Cement)
Semen yang harus dipakai adalah semen dengan mutu yang disyaratkan sesuai
dengan NI-Bab 3.2. Kontraktor harus mengusahakan agar satu merk semen saja
yang dipakai untuk seluruh pekerjaan beton. Semen ini harus dibawa ke tempat
pekerjaan dalam zak yang tertutup oleh pabrik dan terlindung serta harus dalam
jumlah sesuai dengan urutan pengirimannya.
Penyimpanannya harus dilaksanakan dalam tempat-tempat rapat air dengan lantai
terangkat dan ditumpuk sesuai urutan pengiriman. Semen yang rusak atau
tercampur apapun tidak boleh dipakai dan harus dikeluarkan dari lapangan.

d. Air
Air untuk campuran beton harus bersih dan jernih sesuai dengan persyaratan dalam
NI-2 Bab 3.6. Sebelum air untuk pengecoran beton dipergunakan, harus terlebih
dahulu diperiksakan pada Laboratorium PAM/PDAM setempat yang disetujui
Pengawas dengan biaya sepenuhnya ditanggung oleh Kontraktor. Kontraktor harus
menyediakan air atas biaya sendiri.

e. Additive
Dalam hal digunakan bahan additive dalam campuran beton, maka kontraktor harus
mendiskusikan terlebih dahulu dari penggunaan bahan-bahan additive tersebut
guna mendapatkan persetujuan dan petunjuk-petunjuk mengenai cara-cara
pelaksanaannya dari pihak Pengawas dan Perencana sesuai dengan spesifikasi
teknis dan brosur yang dikeluarkan oleh pabrik yang memproduksi bahan additive
tersebut. Bahan additive untuk campuran beton K-250 ini dapat menggunakan dari
produk Fosrock, Sika atau yang setara. Jenis bahan additive yang digunakan
adalah untuk kemudahan kerja (workability) dan kekedapan beton.
f. Mutu Beton
Mutu beton yang digunakan untuk seluruh pekerjaan beton cor di tempat dalam
pekerjaan ini adalah K-250, untuk lantai kerja digunakan Beton Rabat dengan
campuran 1 pc : 3 ps : 5 kr.

5.4. PELAKSANAAN PEKERJAAN BETON

Sebelum melaksanakan pekerjaan beton, Kontraktor harus mengadakan trial test atau Mixed
Design yang dapat membuktikan bahwa mutu beton yang disyaratkan dapat tercapai. Dari hasil
test tersebut ditentukan oleh Pengawas "Deviasi Standar" yang akan dipergunakan untuk
menilai mutu beton ditinjau terhadap mutu (kekuatan tekan) dan tingkat kekedapannya selama
pelaksanaan.

5.4.1 Pengecoran Beton

a. Pengecoran beton dapat dilaksanakan setelah Kontraktor mendapat ijin secara


tertulis dari Pengawas. Permohonan ijin rencana pengecoran harus diserahkan
paling lambat dua (2) hari sebelumnya. Sebelum pengecoran dimulai, Kontraktor
harus sudah menyiapkan seluruh stek-stek untuk kolom praktis dan angker-angker
untuk pengikat dudukan kuda-kuda maupun penyaluran tulangan yang diperlukan,
pada pelat kolom dan balok-balok beton untuk bagian yang akan saling
berhubungan atau pada konstruksi sambungan, juga sudah disiapkan opening dan
sparing-sparing untuk pekerjaan M & E sesuai dengan gambar rencana dan gambar
kerja yang telah disetujui.

b. Memberitahukan Pengawas selambat-lambatnya 24 jam sebelum suatu pengecoran


beton dilaksanakan. Persetujuan Pengawas untuk mengecor beton berkaitan
dengan pelaksanaan pekerjaan cetakan dan pemasangan besi serta bukti bahwa
Kontraktor dapat melaksanakan pengecoran tanpa gangguan. Persetujuan tersebut
diatas tidak mengurangi tanggung jawab Kontraktor atas pelaksanaan pekerjaan
Beton secara menyeluruh.

c. Adukan beton tidak boleh dituang bila waktu sejak dicampurnya air pada semen dan
agregat atau semen pada agregat telah melampaui 1 jam dan waktu ini dapat
berkurang lagi jika Konsultan Pengawas menganggap perlu didasarkan pada
kondisi tertentu.
d. Beton harus dicor sedemikian rupa sehingga menghindarkan terjadinya pemisahan
material (segregation) dan perubahan letak tulangan. Cara penuangan dengan alat
concrete pump dan alat-alat bantu pembantu seperti talang, pipa chute dan
sebagainya, harus mendapat persetujuan Pengawas.

e. Alat-alat penuangan seperti talang, pipa chute dan sebagainya harus selalu bersih
dan bebas dari lapisan-lapisan beton yang mengeras. Adukan beton tidak boleh
dijatuhkan secara bebas dari ketinggian lebih dari 2 meter. Selama dapat
dilaksanakan sebaiknya digunakan pipa yang terisi penuh adukan dengan
pangkalnya terbenam dalam adukan yang baru dituang.

f. Penggetaran tidak boleh dilaksanakan pada beton yang telah mengalami "initial set"
atau yang telah mengeras dalam batas dimana akan terjadi plastis karena getaran.
Penggetaran harus dilakukan dengan seoptimal mungkin untuk didapat mutu yang
maksimal.

g. Semua pengecoran bagian dasar konstruksi beton yang menyentuh tanah harus
diberi lantai dasar setebal 5 cm atau sesuai gambar kerja agar menjamin duduknya
tulangan dengan baik dan penyerapan air semen dengan tanah.

h. Bila pengecoran harus berhenti sementara sedang beton sudah menjadi keras dan
tidak berubah bentuk, harus dibersihkan dari lapisan air semen (laintance) dan
partikel-partikel yang terlepas sampai suatu kedalaman yang cukup sampai tercapai
beton yang padat. Segera setelah pemberhentian pengecoran ini maka adukan
yang lekat pada tulangan dan cetakan harus dibersihkan.

i. Supplier ready mix harus mempunyai kapasitas supply minimal 40 m3/jam, (atau hal
ini dapat ditentukan di lapangan sesuai petunjuk Pengawas).

j. Untuk mencapai kapasitas 40 m3/jam, Supplier harus memiliki minimal 20 truk mixer,
1 buah concrete pump cadangan dan 1 buah bacthing plant cadangan.

k. Selimut beton :
- Pelat lantai yang berhubungan dengan tanah : 5 cm
- Pelat lantai yang tidak berhubungan dengan tanah : 2 cm
- Balok yang berhubungan dengan tanah : 5 cm
- Balok yang tidak berhubungan dengan tanah : 4 cm
5.4.2 Dimensi Beton

Ukuran-ukuran yang tertera dalam Gambar Kerja adalah ukuran beton struktur.

5.4.3 Pemadatan Beton

a. Kontraktor harus bertanggung jawab untuk menyediakan peralatan untuk


mengangkut dan menuang beton dengan kekentalan secukupnya agar didapat
beton padat tanpa menggetarkan secara berlebihan.

b. Pelaksanaan penuangan dan penggetaran beton sangat penting. Beton


digetarkan dengan vibrator secukupnya dengan dijaga agar tidak berlebihan
(overvibrate). Hasil beton yang berongga-rongga dan terjadi pengantongan beton-
beton tidak akan diterima.

c. Penggetaran tidak boleh digunakan untuk tujuan mengalirkan beton.

d. Pada daerah pembesian yang penuh (padat) harus digetarkan dengan penggetar
berfrekuensi tinggi, agar dijamin pengisian beton dan pemadatan yang baik.

e. Penggetaran beton harus dilaksanakan oleh tenaga kerja yang berpengalaman


dan terlatih.

5.4.4 Lantai Kerja

Semua beton yang berhubungan dengan tanah sebagai dasarnya harus diurug pasir
padat setebal sesuai yang ditunjukkan dalam gambar, kemudian dipasang lantai kerja
dengan ketebalan sesuai gambar dengan adukan 1PC : 3PS : 5KR dibawah konstruksi
beton tersebut.

5.4.5 Slump (kekentalan Beton)

Kekentalan beton untuk jenis konstruksi berdasarkan pengujian dengan PBI-1971


adalah sebagai berikut :
Slump (mm)
Jenis Konstruksi
Max. Min.

- Kaki dan dinding pondasi 125 50


- Plat, balok dan dinding 150 75
- Kolom 150 75
- Plat diatas tanah 125 50

Bila tidak digunakan alat penggetar dengan frekuensi getaran tinggi harga tersebut
diatas dapat dinaikkan sebesar 50%, tetapi dalam hal apapun tidak boleh melebihi 150
mm.

5.4.6 Penyambungan Beton dan Water Stop

a. Pada prinsipnya pengecoran beton harus dilakukan secara menerus (kontinu)


selama satu periode pengecoran, apabila kontraktor tidak dapat melakukannya
karena sesuatu hal sehingga pengecoran harus berhenti dan disambung, maka
khusus untuk penyambungan didaerah beton yang berhubungan dengan
tanah/kedap air, harus dipasang water stop atas biaya sendiri dari kontraktor, lokasi
pemberhentian pengecoran akan ditentukan oleh Pengawas.

b. Setiap penyambungan beton, permukaan harus dibersihkan / dikasarkan dan diberi


bahan bonding agent dari produk Fosrock, Sika atau yang setaraf dan yang dapat
menjamin kontinuitas adukan beton lama dengan yang baru.

c. Tempat-tempat penyambungan pengecoran yang terletak dibawah permukaan


tanah atau tempat-tempat yang berhubungan dengan genangan air hujan/air kotor
harus diberi waterstop dan dipasang sesuai petunjuk konsultan Pengawas dan
brosur dari pabrik pembuat, biaya untuk pengadaan dan pemasangan water stop
menjadi tanggungan kontraktor.

5.4.7 Construction Joint (Sambungan Beton)

a. Rencana atau schedule pengecoran harus dipersiapkan untuk penyelesaian satu


struktur secara menyeluruh. Dalam schedule tersebut Pengawas akan memberikan
persetujuan dimana letak construction joints tersebut. Dalam keadaan mendesak
Pengawas dapat merubah letak construction joints. Perlu atau tidaknya pada
construction joint diberi water stop, dapat dikonsultasikan dengan Pengawas.
b. Permukaan construction joins harus bersih dan dibuat kasar dengan mengupas
seluruh permukaan sampai didapat permukaan beton yang padat dengan
menyemprotkan air pada permukaan beton, sesudah 2 jam tapi kurang dari 4 jam
sejak beton dituang.

c. Bila pada sambungan beton timbul retak/bocor, perbaikan dilakukan dengan


menggunakan bahan-bahan additive yang disetujui Pengawas. Bila dijumpai
adanya kekeroposan beton, maka perlu dilakukan penyuntikan/grouting.

5.4.6 Penyambungan Beton Keras danTulangan

Pada prinsipnya penyambungan antara beton keras (eksisting) dengan baja


tulangan pada pekerjaan penambahan lantai di bangunan eksisting harus
meneruskan transfer gaya antara elemen yang akan disambung (antara kolom
eksisting dan balok baru atau balok eksisting dengan balok baru).
Penyambungan antara beton keras dengan tulangan dengan menggunakan
Anchoring System . Pelaksanaan pekerjaan penyambungan ini harus sesuai
dengan gambar rencana dan setting operation yang ditentukan produk yang
digunakan sesuai dengan persetujuan Konsultan Pengawas.

5.4.8 Pekerjaan Water Proofing


Pekerjaan water proofing dilakukan pada daerah beton yang berhubungan langsung
dengan tanah dan pada plat beton dudukan tangki air seperti yang ditunjukkan dalam
gambar. Jenis water proofing yang digunakan adalah jenis coating dari produk
Fosrock, Sika atau yang setara dan diatasnya diberi finishing plesteran kedap air
(screed). Kontraktor harus mengajukan dahulu brosur-brosur yang memuat
spesifikasi bahan dan cara-cara pemasangan dari water proofing tersebut.

5.4.9 Pengujian Laboratorium Beton Ready Mixed


Untuk setiap hari pengiriman beton ready mix harus diambil sampel atau benda uji
dalam bentuk kubus ukuran 15 x 15 x 15 cm atau bentuk silinder dengan ukuran
diameter 15 cm dan tinggi 30 cm. Jumlah benda uji yang harus disediakan untuk
setiap periode pengecoran beton, akan disesuaikan di lapangan.

Jenis pengujian yang dilakukan di laboratorium adalah test kuat tekan beton.

Selain pengambilan sampel pada setiap truk, maka beton tersebut harus diuji terlebih
dahulu nilai slump-nya sebelum dapat diterima sebagai bahan konstruksi.
5.5 PEMBESIAN

Sebelum pekerjaan pembesian dimulai, kontraktor harus menyerahkan gambar kerja


pembesian kepada Pengawas untuk mendapatkan persetujuan.
Besi tulangan beton harus disimpan dengan cara sedemikian rupa sehingga bebas dari
hubungan langsung dengan tanah lembab maupun basah. Besi tulangan harus disimpan
berkelompok berdasarkan ukuran masing-masing. Besi tulangan polos maupun besi-besi
tulangan ulir (deformed bars) harus sesuai dengan persyaratan, yang dinyatakan sebagai
BJTD-40 (tulangan ulir) dan BJTP-24 (tulangan polos), seperti dinyatakan dalam gambar
dengan persyaratan sebagai berikut :
- BJTD -40 untuk dia.> 12 mm
- BJTP -24 untuk dia.  12 mm
Besi tulangan yang akan digunakan harus bebas dari karat dan kotoran lain, apabila harus
dibersihkan dengan cara disikat atau digosok tanpa mengurangi diameter penampang besi,
atau dengan bahan cairan sejenis "Vikaoxy Off" yang disetujui Pengawas. Pengawas berhak
memerintahkan untuk menambah besi tulangan di tempat yang dianggap perlu sampai
maksimum 5% dari tulangan dalam gambar struktur, tanpa biaya tambahan.
Baja tulangan dapat difabrikasi diluar RSUD MALINGPING PROVINSI BANTEN atau di lokasi
pekerjaan dan pada tempat yang terlindung dari cuaca hujan/panas. Pekerjaan pembesian
terutama panjang dan ukuran, bengkokan, sambungan dan panjang-panjang penyaluran harus
sesuai dengan syarat-syarat yang ditentukan dalam perencanaan. Baja tulangan yang telah
selesai difabrikasi kemudian dirakit/dipasang pada posisi bekisting yang telah siap
sebelumnya, penahan/pengikat tulangan pada bekisting dapat dilakukan dengan bahan beton
decking atau jangkar/kaki ayam supaya baja tulangan dapat terpasang kokoh, kuat dan tepat
pada posisinya.

5.6 KAWAT PENGIKAT

Ukuran minimal kawat pengikat adalah Ø 1 mm seperti yang disyaratkan dalam NI-2 Bab. 3.7.

5.7 CETAKAN BETON

5.7.1 Standard
Seluruh cetakan mengikuti persyaratan Normalisasi dibawah ini :
SNI 2847-2013 = Persyaratan Beton Struktural Untuk Bangunan Gedung
5.7.2 Persyaratan Bahan dan Pelaksanaan

a. Bahan pelepas acuan (realising agent) harus sepenuhnya digunakan pada semua
acuan untuk pekerjaan beton.

b. Cetakan untuk beton cor ditempat biasa Bahan cetakan harus dibuat dari bahan
multiplaks dengan tebal minimal 12 mm dengan penguat-penguat kayu atau pipa
secukupnya, sehingga keseluruhan form work dapat berdiri stabil dan tidak
terpengaruh oleh desakan-desakan beton pada waktu pengecoran serta tidak
terjadi perubahan bentuk.

c. Rencana desain seluruh cetakan menjadi tanggung jawab Kontraktor sepenuhnya.

d. Kontraktor harus membuat gambar kerja untuk rencana bekisting dan diserahkan
kepada Pengawas untuk mendapatkan persetujuan

e. Cetakan harus sesuai dengan bentuk, ukuran batas-batas bidang dari hasil beton
yang diinginkan oleh perencana dalam gambar rencana.
f. Cetakan harus sedemikian rupa agar menghasilkan permukaan beton yang rata.
Untuk itu dapat digunakan cetakan multiplex atau plat besi dengan permukaan yang
halus dan rata.

g. Sebelum beton dituang, konstruksi cetakan harus diteliti untuk memastikan bahwa
benar dalam letak yang diinginkan, kokoh, rapat, tidak terjadi penurunan dan
pengembangan pada saat beton dituangkan serta bersih dari segala benda yang
tidak diinginkan dan kotoran-kotoran.

Permukaan cetakan harus diberi minyak yang biasa diperdagangkan untuk


mencegah lekatnya beton pada cetakan. Pelaksanaannya agar berhati-hati jangan
terjadi kontak dengan besi yang dapat mengurangi daya lekat besi dengan beton.

h. Permukaan cetakan harus dibasahi dengan rata agar tidak terjadi penyerapan air
beton yang baru dituang.

i. Cetakan beton dapat dibongkar dengan persetujuan tertulis dari Pengawas atau jika
umur beton telah melampaui waktu sebagai berikut :
* Bagian sisi balok : 48 jam
* Balok tanpa beban konstruksi : 7 hari
* Balok dengan beban konstruksi : 21 hari
* Plat lantai / atap : 21 hari

Dengan persetujuan Pengawas, cetakan beton dapat dibongkar lebih awal dengan
syarat benda uji yang kondisi perawatannya sama dengan beton sebenarnya telah
mencapai kekuatan 75 % dari kekuatan pada umur 28 hari.
Segala ijin yang diberikan oleh Pengawas sekali-kali tidak boleh menjadi bahan
untuk mengurangi/membebaskan tanggung jawab Kontraktor dari adanya
kerusakan-kerusakan yang timbul akibat pembongkaran cetakan tersebut.
Pembongkaran cetakan beton tersebut harus dilaksanakan dengan hati-hati
sedemikian rupa sehingga tidak menyebabkan cacat pada permukaan beton, tetap
dihasilkan sudut-sudut yang tajam dan tidak pecah. Bekas cetakan beton untuk
bagian-bagian konstruksi yang terpendam dalam tanah harus dicabut dan
dibersihkan sebelum dilaksanakan pengurugan tanah kembali.

j. Hasil pengecoran
Semua permukaan beton yang dihasilkan harus rapi, bersih rata dan tanpa
cacat/keropos, lurus dan tepat pada posisinya sesuai dengan gambar rencana.
BAB VI
PEKERJAAN GALIAN, PENGURUGAN & PEMBUANGAN TANAH

6.1 PEKERJAAN GALIAN

6.1.1 Pekerjaan ini berupa pekerjaan galian yang berhubungan dengan pembangunan
gedung peralatan tahap I seperti yang tercantum dalam Bill of Quantity
6.1.2 Urutan penggalian harus dilaksanakan dengan mengikuti petunjuk Pengawas,
terutama kaitannya dengan pelaksanaan galian yang harus memperhatikan daerah
sekitarnya serta konstruksi pengaman lereng galian dan utilitas existing yang
mungkin ada di dalam tanah seperti pipa PDAM, kabel telepon, kabel PLN dll.
6.1.3 Pekerjaan galian harus dilaksanakan dengan menggunakan alat excavator dan
dibantu dengan tukang gali yang ahli.

6.1.4 Galian harus dilaksanakan sampai mencapai elevasi/kedalaman seperti yang


ditentukan dalam gambar rencana. Lebar daerah galian dilaksanakan seoptimal
mungkin dengan mempertimbangkan keamanan lereng galian, gangguan terhadap
bangunan existing disekitar galian, ruang bebas untuk bekerja dll.

6.1.5 Jika pada galian terdapat kotoran dan bagian tanah yang tidak padat atau lepas,
maka bagian ini harus dikeluarkan seluruhnya, kemudian lubang yang terjadi harus
ditutup urugan pasir dan dipadatkan.

6.1.6 Bila Kontraktor melakukan penggalian melebihi kedalaman yang ditentukan, maka
Kontraktor harus menutup kelebihan tersebut dengan urugan pasir yang dipadatkan
dan disiram air setiap ketebalan 5 cm lapis demi lapis serta mencapai ketinggian
yang diinginkan.
6.1.7 Dasar galian dikerjakan dengan teliti, datar dan harus dibersihkan dari segala
macam kotoran.

6.1.8 Apabila disekitar daerah galian terdapat konstruksi/bangunan existing pelaksanaan


galian dapat dilakukan dengan tanpa membuat lereng/ kemiringan pada dinding
galian (digali vertikal), hal ini dimaksudkan agar daerah galian tidak terlalu besar
sehingga dapat mengurangi pekerjaan bongkaran pada konstruksi existing di
sekitar daerah pekerjaan dan Kontraktor tetap berkewajiban untuk
menjaga/melindungi dinding galian tersebut.
6.1.9 Hasil galian yang tanahnya memenuhi syarat untuk bahan timbunan dipindahkan
dan disimpan sementara ketempat yang akan ditentukan oleh Pengawas untuk
selanjutnya akan digunakan untuk pekerjaan timbunan.

6.1.10 Kelebihan tanah bekas galian (yang tidak digunakan lagi untuk timbunan) harus
dibuang dari lokasi. Area antara papan patok ukur dengan galian harus bebas dari
timbunan tanah.

6.1.11 Untuk menjaga lereng-lereng lubang galian agar tidak longsor/ runtuh, kontraktor
harus melindungi dinding lereng tersebut dengan cara memberikan lapisan air
semen/ shotcrete kemudian permukaan dinding lereng tersebut ditutup dengan
plastik dari dasar galian sampai permukaan atas agar air permukaan/air hujan tidak
jatuh langsung ke permukaan tanah pada lereng galian.

6.1.12 Disyaratkan bahwa seluruh permukaan galian terutama dasar galian harus kering
untuk pekerjaan-pekerjaan selanjutnya, khususnya untuk pekerjaan dasar pondasi
Pile Cap dan Pondasi telapak.

6.1.13 Pada saat pelaksanaan penggalian menggunakan alat berat, maka Kontraktor
harus melaksanakan dengan ekstra hati-hati agar semua instalasi yang ada dalam
tanah tidak terganggu. Semua kerusakan-kerusakan pada instalasi-instalasi
tersebut akibat kelalaian pelaksanaan pekerjaan, menjadi tanggung jawab
Kontraktor untuk memperbaikinya.

6.1.14 Perhitungan volume pekerjaan galian, timbunan dan buangan tanah adalah sebagai
berikut :
- Volume galian dihitung sesuai dengan rencana galian
- Volume timbunan bekas galian dihitung berdasarkan bagian-bagian lubang
galian yang harus ditimbun kembali berdasarkan rencana galian (material
timbunan yang digunakan adalah material bekas galian yang memenuhi syarat
dan akan ditentukan oleh pengawas).
- Volume buangan tanah bekas tanah galian dihitung berdasarkan dari volume
rencana galian dikurangi dengan volume timbunan kembali berdasarkan gambar
bukan berdasarkan volume tanah buyar.
- Apabila kontraktor merasa ada ketidak-cocokan dalam volume pekerjaan
pembuangan tanah seperti yang tercantum dalam BOQ (kaitannya dengan tanah
buyar) sehingga volume dianggap kurang, maka kekurangan ini boleh
dimasukkan dalam perhitungan analisis harga satuan.
6.2 PEKERJAAN PENGURUGAN DAN PEMADATAN

6.2.1 Pekerjaan pengurugan dan pemadatan tanah ini adalah untuk semua daerah bekas
galian sampai permukaan yang ditentukan dan untuk pekerjaan timbunan lainnya

dengan kepadatan mencapai 95%  dry = 1,7 ton/m3, atau sesuai dengan persyaratan
dan petunjuk yang diberikan oleh Perencana/Pengawas.

6.2.2 Sebelum pelaksanaan pekerjaan ini, seluruh area penimbunan harus sudah bersih dari
bahan-bahan organik, sisa bongkaran dan bahan-bahan lain yang dapat mengurangi
kualitas pekerjaan ini.

6.2.3 Urugan harus bebas dari segala bahan yang dapat membusuk, sisa bongkaran dan
atau yang dapat mempengaruhi kepadatan urugan.

6.2.4 Penghamparan tanah urugan harus dilakukan lapis demi lapis langsung dipadatkan
tiap lapis sampai mencapai permukaan/peil yang diinginan. Tebal tiap lapisan tanah
yang dipadatkan ± antara 20-30 cm. Pemadatan dilakukan dengan alat pemadatan
yang disetujui oleh Direksi / Pengawas lapangan.
Dalam kondisi kering, pemadatan harus dilakukan dengan menambahkan air pada
lapisan tanah yang dipadatkan

6.2.5 Untuk pengurugan pasir padat dibawah lantai kerja, dilakukan dengan cara yang sama
seperti tersebut diatas.

6.3 PEKERJAAN BUANGAN TANAH / MATERIAL BEKAS GALIAN

6.3.1 Atas petunjuk pengawas, kontraktor harus memisahkan material tanah dari hasil galian
untuk keperluan penimbunan kembali sesuai dengan volume yang diperlukan.

6.3.2 Material tanah hasil galian yang akan digunakan kembali untuk timbunan, harus
dipisahkan dan disimpan ditempat/ lokasi yang tidak mengganggu pekerjaan dan
lingkungan. Lokasi penyimpanan tanah ini harus atas ijin dari pengawas.

6.3.3 Sisa material hasil galian yang tidak akan digunakan lagi harus dibuang keluar lokasi
proyek dengan menggunakan back hoe dan dump truck, kecuali lokasi buangan
ditentukan oleh Direksi.

6.3.4 Kendaraan (Dump Truck) yang membawa material buangan, tidak boleh mengotori
jalan-jalan dilingkungan kampus dan disepanjang jalan yang dilalui. Kontraktor
berkewajiban atas biaya sendiri untuk membersihkan kembali jalan-jalan yang tercemar
/ kotor akibat proses pengangkutan material buangan. Pembersihan ini harus dilakukan
setiap saat bila terjadi pengotoran dan tidak boleh dilakukan dengan menunggu waktu
setelah pekerjaan selesai.

You might also like