Professional Documents
Culture Documents
Makalah Sejarah Peradaban Islam
Makalah Sejarah Peradaban Islam
Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas matakuliah Sejarah Perdaban Islam dengan dosen
pengampu Dr. Fajar Farham Hikam, S.Sy.,M.Pd.I.
Disusun oleh :
Kelompok 10
Pendidikan Kimia 1 B
Maradhista Cheva Tryawan (1222080051)
Marsya Malika Rahma (1222080053)
Nurtriana Fathatunnisa (1222080071)
BANDUNG
2022
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan kepada Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan
karunia-Nya. Shalawat beserta salam semoga tetap tercurah limpahkan kepada junjungan nabi besar
kita, nabi Muhammad SAW beserta keluarganya, para sahabatnya, dan sampai kepada kita selaku
umatnya.
Makalah ini dibuat untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah SEJARAH PERADABAN
ISLAM. Kami menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih jauh dari kata sempurna, baik
dari segi penulisan maupun penyusunan makalah ini. Maka dari itu kami meminta kepada pembaca
sekalian untuk memberi kritik dan saran yang membangun.
Semoga makalah ini dapat bermanfaat khususnya bagi penulis dan umumnya bagi pembaca
sekalian. Tak lupa kami ucapkan terimakasih atas bantuan semua pihak yang telah membantu
sehingga buku ini dapat tersusun. Semoga segala bentuk bantuan yang kami terima diridhoi oleh
Allah SWT. Sekian dan terima kasih.
Penulis
DAFTAR ISI
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kehadiran keempat Dinasti ini telah membawa pencerahan bagi Islam, terutama Kairo
yang dijadikan sebagai ibu kota pemerintahan. Dengan demikian Mesir telah menjadi suatu kota
peradaban Islam yang menjadi pusat segala kegiatan pada masa itu. Untuk mengetahui lebih
lanjut maka diperlukan pembahasan yang lebih mendalam, namun yang akan dibahas pada
penulisan kali ini yaitu seputar dinasti-dinasti kecil mulai dari berdirinya, pertumbuhannya dan
keruntuhannya.
B. Rumusan Masalah
Permasalahan yang harus dijelaskan secara mendalam mengenai dinasti-dinasti kecil yaitu
dinasti aghlabiyah, fatimiyah, ayyubiyah, dan mamalik dapat dirumuskan di antaranya:
C. Tujuan Pembahasan
Dengan bertitik tolak belakang diatas, maka tujuan pembahasan pada makalah ini
adalah sebagi berikut:
1. Untuk mengetahui proses berdirinya dinasti Aghlabiyyah, Fathimiyyah, Ayubiyyah, dan
Mamalik.
2. Untuk mengetahui perkembangan kemajuan dinasti Aghlabiyyah, Fathimiyyah,
Ayyubiyyah, dan Mamalik.
3. Untuk mengetahui kemunduran dinasti Aghlabiyyah, Fathimiyyah, Ayubiyyah, dan
Mamalik.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Dinasti Aghlabiyyah
1. Sejarah Pembentukan
Salah satu kemajuan Dinasti Aghlabiyah yang terkenal adalah kemajuan dan
ketangguhan militernya.Armada laut dinasti ini mampu menjelajah pulau-pulau di laut
tengah dan pantai-pantai Eropa. Dinasti yang semula hanya memilki wilayah
kegubernuran telah mencuat kekuasaannya hingga ke Eropa, Sisilia, pulau-pulau yang
berdekatan dengan Tunisia, kota-kota Pantai Italia dan kota Roma serta Pantai
Yugoslavia. Kesuksesan yang diraih dinasti ini dalam menaklukkan berbagai wilayah
tersebut, di antaranya adalah semangat egalitarianisme, dengan tidak membeda-bedakan
antara orang Arab dengan orang Barbar.
Di samping itu juga yang tidak kalah pentingnya adalah semangat jihadnya untuk
mengembangkan Islam.Hal ini terbukti dengan adanya kebijakan Ziadatullah I yang
menunjuk seorang faqih mazhab Maliki yang juga penyusun kitab Asadiyat, sebagai
komandan perang.Ulama besar yang berpengaruh ini kemudian mengumandangkan jihad
melawan orang-orang kafir.Semangat pasukan Islam dalam jihad ini sangatlah tinggi
dikarenakan pimpinan mereka adalah orang yang alim dalam beragama.
B. Dinasti Fathimiyyah
1. Sejarah Berdirinya Dinasti Fathimiyyah
Dinasti Fathimiyyah adalah dinasti syiah yang berkuasa dari tahun 909 M sampai
dengan tahun 1171 M, atas dasar legitimasi klaim keturunan Nabi lewat Fatimah dan Ali bin
Abi Thalib dari ismail anak Jafar Sidik, keturunan keenam dari Ali bin Abi Thalib. Dinasti
ini didirikan sebagai tandingan bagi penguasa dunia muslim saat itu yang terpusat di
Baghdad, yaitu Bani Abbasiyah. Wilayah kekuasaan dinasti Fathimiyyah meliputi Afrika
Utara, Mesir, dan Suriah. Berdirinya dinasti ini dilatarbelakangi oleh melemahnya Dinasti
Abbasiyah. Dinasti Fathimiyyah mengalami puncak kejayaan pada masa kepemimpinan
khalifah Al-Azis. Kebudayaan Islam berkembang pesat pada masa dinasti ini, ditandai
dengan berdirinya Masjid Al-Azhar yang sekarang terkenal dengan nama Universitas Al-
Azhar.
Masjid ini berfungsi sebagai pusat pengkajian Islamdan ilmu pengetahuan. Dinasti
Fatimiyah berakhir setelah Al-Adid, selaku khalifah terakhir Dinasti Fatimiyah jatuh
sakit. Terjadinya krisis dalam lingkup dinasti, mulai dari konflik internal antar umat Islam,
kondisi politik yang tidak stabil telah menghancurkan ekonomi rakyat, dan adanya
rongrongan Pasukan Salib dan Yerusaleem mengancam kota Kairo pada tahun 1167 M, telah
menambah daftar kekacauan Dinasti Fatimiyah. Meskipun kekacauan tersebut dapat di atasi
oleh Salahuddin Al-Ayyubi pada tahun 1771 M dengan memakzulkan (menurunkan)
khalifah terakhir Dinasti Fatimiyah, kemudian mendirikan Dinasti Ayyubiah.
C. Dinasti Ayubiyyah
D. Dinasti Mamalik
1. Sejarah Dinasti Mamalik
Dinasti ini berkuasa selama kurang lebih 267 tahun dari tahun 1250 M. sampai 1517 M,
Priode Mamluk ini menjadi terkenal karena dinasti ini melakukan penyempurnaan sistem militer
budak pasca-Abbasiyah.
Sebenarnya, sebelum priode Mamluk beberapa resimen budak telah digunakan oleh
khalifah di dalam seluruh lapisan militer Timur TengahNamun demikian, dinasti Mamluk di
Mesir merupakan rezim Timur Tengah yang pertama didasarkan pada militer budak, karena
seluruh elit rezim ini termasuk sultannya adalah budak dan mantan budak. Mamalik jamak dari
Mamluk adalah bangsa hamba belian yang dibawa orang dari Asia Kecil, Circassia Turkoman
atau Mongol dan dari tanah Yunani. Mereka dibeli oleh raja- raja Bani Ayyub di pasar Nuchasah
untuk dilatih menjadi tentara menggantikan tentara dari bangsa Mesir dan bangsa Arab. Mereka
rata-rata berusia sepuluh atau duabelas tahun, masuk Islam dan dibesarkan di barak-barak militer.
Mereka tidak hanya belajar dan dilatih teknik kemiliteran, tetapi juga dibekali dengan sikap loyal
yang tinggi terhadap tuan-tuan mereka dan solidaritas terhadap sesama militer. Setelah mahir
karena telah melewati beberapa tahapan, mereka diangkat menjadi anggota resimen tentara
kerajaan.
Sultan Malik al- Shaleh Najamuddin al-Ayyuby adalah raja yang mula-mula memperbanyak
pembelian budak, yaitu sebanyak dua belas ribu orang, Beliau membuatkan mereka asrama di pulau
Raudhah setelah rakyat banyak mengeluh dan mengadu karena gangguan para budak belian ini.
Itulah sebabnya mereka dinamai al-Mamalikul Bahriyah atau al-Mamalikul Nil. Pada awalnya,
mereka memulai karier sebagai pengawal pribadi raja, kemudian menjadi tentara dan bertugas di
pemerintahan, Pada masa Malik al- Shaleh Najamuddin inilah mereka mendapat hak-hak istimewa,
baik dalam karier ketentaraan maupun dalam imbalan-imbalan material
Keluarga Bani Ayyub agaknya tidak menyadari malapetaka yang mengancam kekuasaan mereka,
sebagaimana malapetaka yang menimpa Bani Abbas yang telah memberikan kepercayaan tinggi
kepada bangsa Turki dan menyerahkan jabatan-jabatan strategis kepada mereka. Akibatnya, bangsa
Turki inilah yang mengambil alih kekuasaan dari tangan Bani Abbas. Ini pula yang terjadi pada Bani
Ayyub, karena terlalu memberikan kepercayaan kepada Mamluk sehingga dengan berbekal
pengalaman kemiliteran dan pemerintahan, Mamluk dapat merebut kekuasaan dari penguasa
Ayyubiyah.
Dari latar belakang di atas, penulis akan mengungkapkan dalam tulisan ini proses pembentukan
dinasti Mamalik di Mesir, kemajuan- kemajuan yang pernah dicapainya, serta faktor-faktor
penyebab keruntuhannya.
2. Pembentukan Dinasti Mamalik
Sebagaimana telah diuraikan di atas bahwa pada masa kekuasaan sultan Malik al-Shaleh
Najamuddin sebagai penguasa terakhir dari daulat bani Ayyubi. Tentara elit mereka adalah orang-
orang mamluk yang setia kepadanya, bahkan sebagian besar pejabat- pejabat negara adalah dari
kalangan Mamluk, Proses pembentukan dinasti Mamalik ini berawal dari terbunuhnya sultan Malik
al-Shaleh Najamuddin pada 14 Sya‟ban 647 H. atau 22 Nopember 1249 M. dalam suatu
pertempuran mempertahankan kota Kairo dari serangan tentara Salib di bawah pimpinan Louis IX
dari Prancis. Kemudian Permaisuri sultan yang bernama Syajaratuddur memanggil seorang anak
tirinya yang bernama Turansyah (putra Malik al-Shaleh dari istri yang lain), untuk menyelamatkan
negara dari serangan kaum Salib, Turansyah datang ke Mesir dengan bala tentara mamluknya sendiri
yang berasal dari Mesopotamia, maka terjadilah pertempuran yang sangat dahsyat di daerah
Mansyuriah yang berakhir dengan kemenangan di tangan Turansyah dan secara tidak langsung
Turansyah memegang tampuk kekuasaan di Mesir. Beliau mulai mempromosikan anak buahnya
yang berasal dari suku Kurdi untuk menempati posisi-posisi strategis dalam pemerintahan, yang
mengakibatkan terjadinya kecemburuan dan iri hati serta ketakutan dari kelompok Mamluk pengikut
Syajaratuddur (Mamluk Bahri), karena ketidakharmonisan inilah terutama perlakuannya yang tidak
simpatik kepada ibu tirinya, maka pada tanggal 28 Muharram 648 H. /2 Mei 1250 sekelompok
perwira Mamluk Bahri yang dipimpin oleh Ayabek dan Baybars berhasil membunuh Turansyah, dan
mereka lalu memproklamirkan Syajaratuddur menjadi sultan penguasa dinasti yang baru, sekaligus
sebagai penguasa pertama perempuan dalam kerajaan Islam (Usman, 1962:105). Dengan
terbunuhnya Turansyah maka berakhirlah kekuasaan Bani Ayyub di Mesir dan digantikan oleh
kerajaan Mamalik Bahriyah.
Kekuasaan dinasti Mamalik ini yang berlangsung mulai dari berdirinya tahun 1250-1517 M.
secara geonologis dapat dibagi kepada dua priode. Pertama, priode kekuasaan Mamalik al-Bahri
mulai tahun 1250 M. sampai berakhirnya kekuasaan al-Shaleh al-Hajji bin Sya‟ban yang memangku
jabatan kedua kalinya tahun 1389-1390.M, kedua priode kekuasaan Mamalik Burji, mulai dari
berkuasanya Barquq 1389 M. sampai kerajaan ini dikalahkan oleh kerajaan Usmani pada tahun
1517M.
Kalau ada negeri Islam yang selamat dari kehancuran akibat serangan bangsa Mongol, baik serangan
Hulagu Khan maupun Timur Lenk, maka negeri itu adalah Mesir karena Mesir di bawah kekuasaan
dinasti Mamalik.tidak pernah dikalahkan oleh tentara Mongol. Dengan terhindarnya Mesir dari
kehancuran maka persambungan perkembangan peradaban dengan masa klassik relatif terlihat dan
beberapa di antara prestasi yang pernah dicapai pada masa klassik masih bertahan di Mesir.
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan di atas, maka dapat diambil kesimpulan yang pempengaruhi
munculnya dinasti-dinasti kecil disebabkan berbagai hal yang terjadi di pusat pemerintahan
Abbasiyah memberikan pengaruh besar terhadap daerah-daerah kekuasaan daulah ini. Kerena
pemerintahan khalifah yang lemah banyak muncul pemberontakan-pemberontakan di berbadi daerah
yang ingin membentuk dinasti-dinasti kecil yang melepaskan diri dri bani Abbasiyah.
Dinasti Aghlabiyah, Fatimiyah, Ayyubiyah dan Mamalik merupakan dinasti- dinasti kecil yang
berdiri sekira abad 8-12 Masehi. Walaupun termasuk dinasti-dinasti kecil, tetapi pengaruhnya cukup
besar bagi kemajuan umat muslim di dunia. Dengan berbagai aspek yang telah diraihnya, maka dapat
dijadikan tolak ukura sebagai bahan untuk menuju proses peradaban Islam pada masa sekarang dan
yang akan datang supaya lebih baik.
DAFTAR PUSTAKA
Abdullah,Taufik. Ensiklopedi Dunia Islam Jilid. II; Jakarta: PT. Ikhtiar Baru Van Hoeve.
Abd.Halim, 1982. Uwais Dirasah li Suqut Tsalatsin Islamiyah, diterjemahkan oleh Samsul Munir
Amin, Sejarah Peradaban Islam, 254.
Galsse, Cyril, 1999. Ensiklopedi Islam, diterjemahlkan oleh Ghufron A.Mas‟adi, ed. I, Cet.II,
Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Hasan, Ibrahim Hasan, 1989. Islamic History and Cultur, diterjemahkan oleh Djahdan Hamlan
“Sejarah dan Kebudayaan Islam,Cet.I, Yogyakarta: Kota Kembang.
Munir Amin, Samsul.2009. Sejarah Peradaban Islam. Jakarta: Amzah.
Saleh Patuhena, dkk. 2009. Sejarah Islam Klasik. Makassar: Ulauddin Press. 131.
Suwito, ed., 2008. Sejarah Sosial Pendidikan Islam Jakarta: Kencana Prenada Media Group.
Yatim, Badri. 1996. Sejarah Kebudayaan Islam II. Jakarta: Ditjen Binbaga Islam.