You are on page 1of 16

MAKALAH SEJARAH PERADABAN ISLAM

“DINASTI – DINASTI KECIL”

Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas matakuliah Sejarah Perdaban Islam dengan dosen
pengampu Dr. Fajar Farham Hikam, S.Sy.,M.Pd.I.

Disusun oleh :
Kelompok 10
Pendidikan Kimia 1 B
Maradhista Cheva Tryawan (1222080051)
Marsya Malika Rahma (1222080053)
Nurtriana Fathatunnisa (1222080071)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KIMIA

FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN GUNUNG DJATI

BANDUNG

2022
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kepada Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan
karunia-Nya. Shalawat beserta salam semoga tetap tercurah limpahkan kepada junjungan nabi besar
kita, nabi Muhammad SAW beserta keluarganya, para sahabatnya, dan sampai kepada kita selaku
umatnya.

Makalah ini dibuat untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah SEJARAH PERADABAN
ISLAM. Kami menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih jauh dari kata sempurna, baik
dari segi penulisan maupun penyusunan makalah ini. Maka dari itu kami meminta kepada pembaca
sekalian untuk memberi kritik dan saran yang membangun.

Semoga makalah ini dapat bermanfaat khususnya bagi penulis dan umumnya bagi pembaca
sekalian. Tak lupa kami ucapkan terimakasih atas bantuan semua pihak yang telah membantu
sehingga buku ini dapat tersusun. Semoga segala bentuk bantuan yang kami terima diridhoi oleh
Allah SWT. Sekian dan terima kasih.

Bandung, 20 November 2022

Penulis
DAFTAR ISI
BAB 1
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pada awal periode, Abbasiyah mengalami kejayaan, akan tetapi persoalan-persoalan


politik telah menyebabkan keruntuhan Dinasti Bani Abbasiyah dikemudian hari. Dengan adanya
perselisihan tersebut, disintegrasi tidak dapat dielakkan lagi. Banyak Dinasti yang
memerdekakan diri dari Baghdad, sesuai dengan kebangsaan masing-masing dan mendirikan
sebuah Dinasti baru. Diantara Dinasti itu adalah Dinasti Aghlabiyah, Fathimiyyah, Ayubiyyah
dan Mamalik.

Kehadiran keempat Dinasti ini telah membawa pencerahan bagi Islam, terutama Kairo
yang dijadikan sebagai ibu kota pemerintahan. Dengan demikian Mesir telah menjadi suatu kota
peradaban Islam yang menjadi pusat segala kegiatan pada masa itu. Untuk mengetahui lebih
lanjut maka diperlukan pembahasan yang lebih mendalam, namun yang akan dibahas pada
penulisan kali ini yaitu seputar dinasti-dinasti kecil mulai dari berdirinya, pertumbuhannya dan
keruntuhannya.

B. Rumusan Masalah

Permasalahan yang harus dijelaskan secara mendalam mengenai dinasti-dinasti kecil yaitu
dinasti aghlabiyah, fatimiyah, ayyubiyah, dan mamalik dapat dirumuskan di antaranya:

1. Bagaimana berdirinya dinasti Aghlabiyyah, Fathimiyyah, Ayubiyyah, dan Mamalik.


2. Bagaimana perkembangan kemajuan dinasti Aghlabiyyah, Fathimiyyah, Ayyubiyyah, dan
Mamalik.
3. Bagaimana kemunduran dinasti Aghlabiyyah, Fathimiyyah, Ayubiyyah, dan Mamalik.

C. Tujuan Pembahasan
Dengan bertitik tolak belakang diatas, maka tujuan pembahasan pada makalah ini
adalah sebagi berikut:
1. Untuk mengetahui proses berdirinya dinasti Aghlabiyyah, Fathimiyyah, Ayubiyyah, dan
Mamalik.
2. Untuk mengetahui perkembangan kemajuan dinasti Aghlabiyyah, Fathimiyyah,
Ayyubiyyah, dan Mamalik.
3. Untuk mengetahui kemunduran dinasti Aghlabiyyah, Fathimiyyah, Ayubiyyah, dan
Mamalik.

BAB II

PEMBAHASAN

A. Dinasti Aghlabiyyah

1. Sejarah Pembentukan

Dinasti Aghlabiyah merupakan sebuah dinasti yang pusat pemerintahannya berada di


Qairawan, Tunisia. Nama dinasti ini dinisbatkan dari nama Ibrahim ibn al-Aghlab, seorang
Khurasan yang menjadi perwira dalam barisan tentara Abbasiyah pada masa pemerintahan
khalifah Harun al- Rasyid. Pada masa pemerintahan khalifah Harun al-Rasyid tersebut di
daerah bagian barat Afrika Utara muncul dua kekuatan yang mengancam stabilitas
kekhalifahan Abbasiyah.Kekuatan tersebut adalah Dinasti Idrisiyah yang beraliran Syiah dan
kelompok Khawarij.

Dalam rangka mempertahankan pemerintahan Abbasiyah itulah kemudian Harun al-


Rasyid mengirimkan bala tentaranya ke Ifriqiyah (sekarang Tunisia) di bawah pimpinan
Ibrahim ibn al-Aghlab dan berhasil menumpas kelompok Khawarij.Dengan keberhasilan
yang dicapai itulah, Ibrahim mengusulkan kepada khalifah agar wilayah Ifriqiyah tersebut
dihadiahkan kepadanya dan keturunannya secara permanen. Usulan Ibrahim itu kemudian
disetujui khalifah dan secara resmi ia diangkat sebagai gubernur di Tunis pada tahun 800 M
serta diberi hak otonomi secara luas, dan sebagai imbalannya dia harus membayar upeti
tahunan sebesar 40.000 dinar kepada khalifah di Baghdad.

Dalam perjalanan selanjutnya, hubungan Ibrahim semakin baik dengan khalifah


Abbasiyah.Setelah satu tahun menjadi amir, khalifah kemudian memberikan hak otonomi
penuh kepada Ibrahim untuk mengatur wilayahnya dan menentukan kebijakan politiknya,
termasuk menentukan penggantinya tanpa campur tangan sedikitpun dari khalifah walaupun
secara formal masih tetap mengakui kekhalifahan Baghdad. Dengan demikian Ibrahim ibnu
al-Aghlab membina wilayah ini dengan keturunannya, yang kemudian dikenal dengan
Dinasti Aghlabiyah.

Dinasti Aghlabiyah.di perintah oleh 11 khalifah, antara lain:


1) IbrahimI (179 H/795 M)
2) Abdullah I (197 H/812 M)
3) Ziyaadatullah (210 H/817 M)
4) Abu Ilqal Al-Aghlab (223 H/838 M)
5) Muhammad I (226 H/841 M)
6) Ahmad (242 H/856 M)
7) Ziyaadatullah II (248 H/863 M)
8) Abu Al-gharaniq Muhammad II (250 H/863 M)
9) Ibrahim II (261 H/875 M)
10) Abdullah II (289 H/902 M)
11) Ziyaadatullah III (290-296 H/903-909 M)

2. Kemajuan yang Dicapai


Sosok Ibrahim I adalah sosok panglima militer Abbasiyah yang gagah perkasa.
Penguasa Dinasti Aghlabiyah ini mulai dari Ibrahim I dan para penggantinya mampu
menumpas beberapa pemberontakan yang bermunculan, antara lain pemberontakan
Hamdis (805 M), Zaid ibn Sahal (822M), Mansur ibn Nashir Tanbizi (823 M), dan lain-
lain.Kesuksesan para penguasa dalam menumpas para pemberontak menunjukkan bahwa
Dinasti Aghlab merupakan dinasti yang dibangun atas kekuatan yang mampu memelihara
stabilitas politik pemerintahan secara baik.

Terdapat beberapa kemajuan yang dicapai Dinasti Aghlabiyah yang mampu


memberikan kontribusi kepada peradaban Islam. Kemajuan tersebut meliputi:

 Kemajuan di bidang Politik

Salah satu kemajuan Dinasti Aghlabiyah yang terkenal adalah kemajuan dan
ketangguhan militernya.Armada laut dinasti ini mampu menjelajah pulau-pulau di laut
tengah dan pantai-pantai Eropa. Dinasti yang semula hanya memilki wilayah
kegubernuran telah mencuat kekuasaannya hingga ke Eropa, Sisilia, pulau-pulau yang
berdekatan dengan Tunisia, kota-kota Pantai Italia dan kota Roma serta Pantai
Yugoslavia. Kesuksesan yang diraih dinasti ini dalam menaklukkan berbagai wilayah
tersebut, di antaranya adalah semangat egalitarianisme, dengan tidak membeda-bedakan
antara orang Arab dengan orang Barbar.

Di samping itu juga yang tidak kalah pentingnya adalah semangat jihadnya untuk
mengembangkan Islam.Hal ini terbukti dengan adanya kebijakan Ziadatullah I yang
menunjuk seorang faqih mazhab Maliki yang juga penyusun kitab Asadiyat, sebagai
komandan perang.Ulama besar yang berpengaruh ini kemudian mengumandangkan jihad
melawan orang-orang kafir.Semangat pasukan Islam dalam jihad ini sangatlah tinggi
dikarenakan pimpinan mereka adalah orang yang alim dalam beragama.

 Kemajuan di bidang Kebudayaan

Kesetabilan bidang ekonomi dan iklim politik yang kondusif menyebabkandinasti


Aghlabiyah mampu membangun beberapa kota menjadi kota yang megah, di antaranya
adalah kota Tunisia dan Sisilia, selain itu guna mengimbangi masjid-masjid di timur
dibangunlah masjid Qairawan yang megah. Pada masa pemerintahan Ziadatullah
dibangun 10.000 benteng pertahanan di Afrika Utara dengan konstruksi dan arsitektur
yang megah pula.Kota Sisilia yang dikuasai Dinasti Aghlabiyah ini merupakan wilayah
transformasi ilmu dan kebudayaan Arab dan Islam ke wilayah Eropa lewat jalur tengah.

 Kemajuan di bidang Ilmu Pengetahuan

Dinasti Aghlabiyah juga mengalami kemajuan di bidang ilmu pengetahuan. Hal


ini dibuktikan dengan keberadaan kota Qairawan, sebagai pusat penting bagi
perkembangan mazhab Maliki yang menggantikan kota Madinah. Di kota ini pula lahir
sejumlah intelektual Islam terkemuka mazhab Maliki, di antaranya adalah Sahnun
pengarang kitab Mudawwanat, Yusuf ibnu Yahya, Abu Zakaria al-Kinani dan Isa ibnu
Muslim. Karya-karya mereka tentang mazhab Maliki tersimpan dengan baik di masjid
Qairawan. Meskipun dinasti ini bukan termasuk dinasti yang besar, akan tetapi kemajuan
di bidang ilmu pengetahuan dan agama serta kontribusinya terhadap peradaban Islam
tampak nyata.

 Kemajuan di bidang Perekonomian

Di bidang ekonomi, pemerintahan Dinasti Aghlabiyah mendapatkan pemasukan


dari beberapa sektor, yaitu sektor pertanian, perdagangan, dan industri.Dinasti ini
membangun bendungan untuk irigasi, dan juga mengembangkan perkebunan anggur dan
kurma.Sementara itu untuk memajukan bidang perdagangan, dibangunlah jalan-jalan dan
angkutan serta lalu lintas perdagangan.

Untuk mengembangkan sektor industri, Bani Aghlabiyah mendirikan manufaktur


alat-alat pertanian, pengolahan emas, perak, dan lain-lain.Kemajuan ekonomi ini
menjadikan pemerintahan Dinasti Aghlabiyah dengan segenap penduduknya hidup
dengan relatif makmur.

a. Kemunduran dan Kehancuran


Setelah Bani Aghlabiyah berkuasa selama satu setengah abad, badai kehancuran mulai
mengancam, lambat laun dinasti ini mengalami tangga penurunan tepatnya pada abad
ke-IX.Kemunduran ini terjadi di bidang politik, yang disebabkan oleh gencarnya
propaganda orang-orang Syi’ah yang dimotori Abu Abdullah al-Syi’i atas perintah
Ubaidillah al-Mahdi, pendiri dinasti Fathimiyah. Kuatnya pasukan yang dibentuk
kelompok Syi’ah dari sekte Ismailiah ini kemudian mampu menggulingkan Dinasti
Aghlabiyah pada tahun 909 M, yang pada saat itu diperintah oleh Ziadatullah II, dan
sekaligus menandai berdirinya dinasti baru dan terkenal bernama Dinasti Fathimiah.
Artinya, Dinasti Aghlabiyah juga berakhir di tangan Dinasti Fathimiyah.

B. Dinasti Fathimiyyah
1. Sejarah Berdirinya Dinasti Fathimiyyah
Dinasti Fathimiyyah adalah dinasti syiah yang berkuasa dari tahun 909 M sampai
dengan tahun 1171 M, atas dasar legitimasi klaim keturunan Nabi lewat Fatimah dan Ali bin
Abi Thalib dari ismail anak Jafar Sidik, keturunan keenam dari Ali bin Abi Thalib. Dinasti
ini didirikan sebagai tandingan bagi penguasa dunia muslim saat itu yang terpusat di
Baghdad, yaitu Bani Abbasiyah. Wilayah kekuasaan dinasti Fathimiyyah meliputi Afrika
Utara, Mesir, dan Suriah. Berdirinya dinasti ini dilatarbelakangi oleh melemahnya Dinasti
Abbasiyah. Dinasti Fathimiyyah mengalami puncak kejayaan pada masa kepemimpinan
khalifah Al-Azis. Kebudayaan Islam berkembang pesat pada masa dinasti ini, ditandai
dengan berdirinya Masjid Al-Azhar yang sekarang terkenal dengan nama Universitas Al-
Azhar.

Masjid ini berfungsi sebagai pusat pengkajian Islamdan ilmu pengetahuan. Dinasti
Fatimiyah berakhir setelah Al-Adid, selaku khalifah terakhir Dinasti Fatimiyah jatuh
sakit. Terjadinya krisis dalam lingkup dinasti, mulai dari konflik internal antar umat Islam,
kondisi politik yang tidak stabil telah menghancurkan ekonomi rakyat, dan adanya
rongrongan Pasukan Salib dan Yerusaleem mengancam kota Kairo pada tahun 1167 M, telah
menambah daftar kekacauan Dinasti Fatimiyah. Meskipun kekacauan tersebut dapat di atasi
oleh Salahuddin Al-Ayyubi pada tahun 1771 M dengan memakzulkan (menurunkan)
khalifah terakhir Dinasti Fatimiyah, kemudian mendirikan Dinasti Ayyubiah.

2. Lembaga Pendidikan Islam pada masa Dinasti Fatimiyyah


Tak dapat dipungkiri bahwa Lembaga Pendidikan memiliki peranan yang sangat
penting dalam proses pengembangan pendidikan. Dalam perkembangan selanjutnya, lembaga
pendidikan Islam tidak hanya terpusat di Masjid saja, melainkan ada beberapa lembaga-
lembaga baru Pendidikan yang dibentuk, dan memiliki fungsi yang cukup kompleks untuk
pengembangan pendidikan Islam berdasarkan tingkat kebutuhan pendidikan pada masa
dinasti yang berkuasa. Beberapa Lembaga yang dijadikan sebagai pusat pengembangan
pendidikan, diantaranya :
a. Masjid dan Istana
Pada masa dinasti ini, khalifah selaku pemimpin mengumpulkan para penulis
di istana untuk menyalin buku-buku seperti Al-Quran, Hadits, Fiqih, sastra
hingga ilmu kedokteran. Selain itu, Masjid menjadi salah satu tempat
berkumpulnya ulama fiqih. Mereka dikumpulkan oleh khalifah dengan tujuan
untuk membuat buku tentang madzhab Syiah Ismailiyah yang akan diajarkan
kepada masyarakat.
b. Perpustakaan
Selain masjid dan istana, pada masa dinasti ini pun perpustakan merupakan
tempat pengembangan pendidikan pula. Perpustakaan yang terbesar yang dimiliki
Dinasti Fatimiyah dinamakan “Dar’al ‘Ulum” yang masih memiliki
keterkaitannya dengan perpustakaan “Baitul Hikmah”. Perpustakaan ini
didirikan oleh Khalifah Fathimyah Al-Azis pada tahun 975-996 M. Konon berisi
tidak kurang dari 100.000 volume, bahkan sebanyak 600.000 jilid buku.
c. Dar al-ilm
Tidak hanya itu, pemerintahan Dinasti Fatimiyah tepatnya pada bulan Jumadil
Akhir sekitar tahun 1005 M, atas dasar usulan perdana menterinya Ya’kub bin
Khilis, Khalifah al-Hakim mendirikan lembaga pendidikan dengan sebutan
Jamiah Ilmiyah Akademi (lembaga riset) seperti akademi-akademi lain yang ada
di Bagdad maupun belahan dunia lain. Lembaga ini kemudian diberi nama Dar al
Hikmah. Di lembaga inilah berkumpul para ahli fiqih, astronomi, dokter, dan ahli
nahwu dan bahasa untuk melakukan penelitian ilmiah.

3. Perkembangan Ilmu Pengetahuan pada masa dinasti fatimiyyah


Dalam perkembangannya, para ulama mengklasifikasi ilmu pengetahuan di masa dinasti
fatmiyyah ke dalam beberapa bidang ilmu pengetahuan, antara lain :
a. Kedokteran
Dinasti Fatimiyyah sangat memberikan perhatian yang besar pada ilmu
kedokteran. Dinasti ini menempatkan posisi dokter ditempat yang tinggi
dengan memberikan upah dan kedudukan yang terhormat. Lazimnya para
dokter ini pula menguasai ilmu filsafat serta bahasa asing khususnya bahasa
Yunani. Tokoh kedokteran yang sangat dikenal pada Dinasti Fatimiyah seperti
abu Abdullah Muhammad bin Ahmad bin said An-Namimi yang bertempat
tinggal Di Baitul Maqdis. Ia banyak menimba ilmu di negara lain, sehingga
memiliki kemampuan untuk meracik obat sendiri.
b. Syair
Syair termasuk bidang pengetahuan yang cukup berkembang pada masa ini.
Para penyair melakukan puji-pujian terhadap khalifah dengan menghina syair-
syair ahli Sunnah, dengan pekerjaanya ini para penyair seperti Ibnu Hani
banyak mendapat imbalan dari khalifah yang berkuasa pada masa itu. Para
penyair bersama khalifah berusaha untuk menyebarkan doktrin Syi’ah
Ismailiyah melalui pantun dan syair.
c. Filsafat
Filsafat merupakan bidang pengetahuan yang berkembang pada masa Dinasti
Fatimiyah. Tokoh filsafat yang terkenal pada masa dinasti ini disebut dengan
Ikhwan al-Shafa. Tokok lain, yang juga berkecimpun dalam bidang filsafat di
antaranya Abu Hatim al-Raji, Abu Hanifah an-Nu’man al-Maghriby, dan Ja’far
bin Mansyur al-Yaman. Para tokoh tersebut, banyak melahirkan pemikiran
dalam bentuk pemikiran filsafat, seperti; Kitab al-Buyu’ dan Kitab Tharah
karya Abu Hanifah an-Nu’man al-Maghriby, atau kitab ta’wil al zakat dan
kitab Al-Jafru al-Aswad karya Ja’far bin Mansyur al-Yaman.

C. Dinasti Ayubiyyah
D. Dinasti Mamalik
1. Sejarah Dinasti Mamalik
Dinasti ini berkuasa selama kurang lebih 267 tahun dari tahun 1250 M. sampai 1517 M,
Priode Mamluk ini menjadi terkenal karena dinasti ini melakukan penyempurnaan sistem militer
budak pasca-Abbasiyah.
Sebenarnya, sebelum priode Mamluk beberapa resimen budak telah digunakan oleh
khalifah di dalam seluruh lapisan militer Timur TengahNamun demikian, dinasti Mamluk di
Mesir merupakan rezim Timur Tengah yang pertama didasarkan pada militer budak, karena
seluruh elit rezim ini termasuk sultannya adalah budak dan mantan budak. Mamalik jamak dari
Mamluk adalah bangsa hamba belian yang dibawa orang dari Asia Kecil, Circassia Turkoman
atau Mongol dan dari tanah Yunani. Mereka dibeli oleh raja- raja Bani Ayyub di pasar Nuchasah
untuk dilatih menjadi tentara menggantikan tentara dari bangsa Mesir dan bangsa Arab. Mereka
rata-rata berusia sepuluh atau duabelas tahun, masuk Islam dan dibesarkan di barak-barak militer.
Mereka tidak hanya belajar dan dilatih teknik kemiliteran, tetapi juga dibekali dengan sikap loyal
yang tinggi terhadap tuan-tuan mereka dan solidaritas terhadap sesama militer. Setelah mahir
karena telah melewati beberapa tahapan, mereka diangkat menjadi anggota resimen tentara
kerajaan.
Sultan Malik al- Shaleh Najamuddin al-Ayyuby adalah raja yang mula-mula memperbanyak
pembelian budak, yaitu sebanyak dua belas ribu orang, Beliau membuatkan mereka asrama di pulau
Raudhah setelah rakyat banyak mengeluh dan mengadu karena gangguan para budak belian ini.
Itulah sebabnya mereka dinamai al-Mamalikul Bahriyah atau al-Mamalikul Nil. Pada awalnya,
mereka memulai karier sebagai pengawal pribadi raja, kemudian menjadi tentara dan bertugas di
pemerintahan, Pada masa Malik al- Shaleh Najamuddin inilah mereka mendapat hak-hak istimewa,
baik dalam karier ketentaraan maupun dalam imbalan-imbalan material
Keluarga Bani Ayyub agaknya tidak menyadari malapetaka yang mengancam kekuasaan mereka,
sebagaimana malapetaka yang menimpa Bani Abbas yang telah memberikan kepercayaan tinggi
kepada bangsa Turki dan menyerahkan jabatan-jabatan strategis kepada mereka. Akibatnya, bangsa
Turki inilah yang mengambil alih kekuasaan dari tangan Bani Abbas. Ini pula yang terjadi pada Bani
Ayyub, karena terlalu memberikan kepercayaan kepada Mamluk sehingga dengan berbekal
pengalaman kemiliteran dan pemerintahan, Mamluk dapat merebut kekuasaan dari penguasa
Ayyubiyah.
Dari latar belakang di atas, penulis akan mengungkapkan dalam tulisan ini proses pembentukan
dinasti Mamalik di Mesir, kemajuan- kemajuan yang pernah dicapainya, serta faktor-faktor
penyebab keruntuhannya.
2. Pembentukan Dinasti Mamalik
Sebagaimana telah diuraikan di atas bahwa pada masa kekuasaan sultan Malik al-Shaleh
Najamuddin sebagai penguasa terakhir dari daulat bani Ayyubi. Tentara elit mereka adalah orang-
orang mamluk yang setia kepadanya, bahkan sebagian besar pejabat- pejabat negara adalah dari
kalangan Mamluk, Proses pembentukan dinasti Mamalik ini berawal dari terbunuhnya sultan Malik
al-Shaleh Najamuddin pada 14 Sya‟ban 647 H. atau 22 Nopember 1249 M. dalam suatu
pertempuran mempertahankan kota Kairo dari serangan tentara Salib di bawah pimpinan Louis IX
dari Prancis. Kemudian Permaisuri sultan yang bernama Syajaratuddur memanggil seorang anak
tirinya yang bernama Turansyah (putra Malik al-Shaleh dari istri yang lain), untuk menyelamatkan
negara dari serangan kaum Salib, Turansyah datang ke Mesir dengan bala tentara mamluknya sendiri
yang berasal dari Mesopotamia, maka terjadilah pertempuran yang sangat dahsyat di daerah
Mansyuriah yang berakhir dengan kemenangan di tangan Turansyah dan secara tidak langsung
Turansyah memegang tampuk kekuasaan di Mesir. Beliau mulai mempromosikan anak buahnya
yang berasal dari suku Kurdi untuk menempati posisi-posisi strategis dalam pemerintahan, yang
mengakibatkan terjadinya kecemburuan dan iri hati serta ketakutan dari kelompok Mamluk pengikut
Syajaratuddur (Mamluk Bahri), karena ketidakharmonisan inilah terutama perlakuannya yang tidak
simpatik kepada ibu tirinya, maka pada tanggal 28 Muharram 648 H. /2 Mei 1250 sekelompok
perwira Mamluk Bahri yang dipimpin oleh Ayabek dan Baybars berhasil membunuh Turansyah, dan
mereka lalu memproklamirkan Syajaratuddur menjadi sultan penguasa dinasti yang baru, sekaligus
sebagai penguasa pertama perempuan dalam kerajaan Islam (Usman, 1962:105). Dengan
terbunuhnya Turansyah maka berakhirlah kekuasaan Bani Ayyub di Mesir dan digantikan oleh
kerajaan Mamalik Bahriyah.

Kekuasaan dinasti Mamalik ini yang berlangsung mulai dari berdirinya tahun 1250-1517 M.
secara geonologis dapat dibagi kepada dua priode. Pertama, priode kekuasaan Mamalik al-Bahri
mulai tahun 1250 M. sampai berakhirnya kekuasaan al-Shaleh al-Hajji bin Sya‟ban yang memangku
jabatan kedua kalinya tahun 1389-1390.M, kedua priode kekuasaan Mamalik Burji, mulai dari
berkuasanya Barquq 1389 M. sampai kerajaan ini dikalahkan oleh kerajaan Usmani pada tahun
1517M.
Kalau ada negeri Islam yang selamat dari kehancuran akibat serangan bangsa Mongol, baik serangan
Hulagu Khan maupun Timur Lenk, maka negeri itu adalah Mesir karena Mesir di bawah kekuasaan
dinasti Mamalik.tidak pernah dikalahkan oleh tentara Mongol. Dengan terhindarnya Mesir dari
kehancuran maka persambungan perkembangan peradaban dengan masa klassik relatif terlihat dan
beberapa di antara prestasi yang pernah dicapai pada masa klassik masih bertahan di Mesir.

3. Kemajuan-kemajuan yang Dicapai


Selama masa pemerintahannya, Dinasti Mamalik telah mencapai berbagai kemajuan penting di
antaranya adalah konsolidasi pemerintahan, perekonomian, ilmu pengetahuan, militer, kesenian dan
arsitektur, Secara garis besar akan diuraikan sebagai berikut.
• Kemajuan di Bidang Pemerintahan
Kemenangan dinasti Mamalik atas tentara Mongol di Ain Jalut merupakan modal besar
untuk menguasai daerah-daerah sekitarnya. Banyak penguasa dinasti kecil mengikat perjanjian
kesetiaan dengan dinasti Mamaliki. Untuk menjalankan pemerintahan dalam negeri, Baybars
mengangkat anggota militer sebagai elit politik, dan untuk memperoleh simpati dari kerajaan
Islam lainnya, Baybars membaiat Al-Mustanshir sebagai khalifah keturunan Abbasiyah yang
berhasil meloloskan diri dari serangan Mongol, sehingga khalifah Abbasiyah, setelah Bagdad
dihancurkan oleh tentara Mongol, berhasil dipertahankan oleh dinasti Mamalik di Mesir dengan
Kairo sebagai pusatnya.
Pada tahun 1263 M. Baybars mengangkat hakim kepala untuk masing-masing empat mazhab
hukum yang utama, seorang syeikh kepala untuk kalangan sufi dan seorang pimpinan bagi
sekumpulan keturunan Nabi (Naqib al-Asyraf) di samping pengangkatan hakim ini juga
diangkat administrator hukum, professor, imam shalat dan pejabat keagamaan muslim lainnya.
Rezim Mamalik ini menggaji semua tokoh-tokoh agama dengan gaji yang memadai, juga
subsidi diberikan kepada madrasah mereka sedemikian rupa sehingga semua kegiatan
keagamaan masuk ke dalam sebuah sistem birokrasi negara.

• Kemajuan di Bidang Militer


Dinasti Mamalik terkenal karena ketangguhan pasukan militernya yang pada umumnya
berasal dari pelaut yang kuat, sehat kekar, mempunyai tubuh yang tegap tegas dan amat disiplin,
Sejak dari usia 10-12 tahun mereka dilatih dan dididik dengan sempurna melalui tahapan
pendidikan militer dengan loyalitas yang tinggi, dari jenjang meliter paling awal beralih menjadi
pengawal sultan, lalu naik menjadi panglima dan akhirnya menjadi sultan. Dalam dinasti
Mamalik tidak dikenal sistem pengalihan kekuasaan secara turun temurun, tetapi siapa yang
kuat, berprestasi dan pantas, itulah yang diangkat menjadi sultan. Dengan kekuatan militernya
inilah selama hampir tiga abad lamanya dinasti ini tidak pernah mengalami kekalahan dari
tentara Mongol sehingga dapat menguasai sepanjang pesisir Laut Tengah, daerah Assasin di
pegunungan Syria, Cirenia (pusat kekuasaan Armenia).

• Kemajuan di Bidang Ekonomi


Kemajuan ekonomi sangat ditentukan oleh stabilitas keamanan dalam negeri. Hal ini dapat
dicapai oleh Mesir terutama di masa pemerintahan Baybars, dengan membuka hubungan dagang
dengan Prancis dan Italia melalui jalur perdagangan yang telah dirintis oleh daulat Fatimiyah
sebelumnya, Kairo menjadi jalur perdagangan antara Asia dan Eropa karena menjadi
penghubung melalui jalur Laut Merah dan Laut Tengah dan Eropa.
Di samping itu hasil pertanian menjadi meningkat karena didukung oleh pembangunan jaringan
komunikasi dan transportasi antar kota baik melalui laut maupun darat. Ketangguhan angkatan
laut Mamalik juga sangat membantu pengembangan perekonomiannya.

• Kemajuan di Bidang Ilmu Pengetahuan


Mesir yang selamat dari kehancur akibat serangan tentara Mongol dan tentara Salib, menjadi
tempat pelarian para ilmuan Bagdad. Mereka mendapat perlindungan dan jaminan kehidupan,
sehingga ilmu pengetahuan pun menjadi berkembang sangat pesat, seperti sejarah, astronomi,
matematika, kedokteran dan ilmu agama. Suasana ini memunculkan ilmuan-ilmuan besar dalam
bidang sejarah seperti Ibn Khalikan, Ibn Taghribardi dan Ibn Khaldun, dalam bidang Astronomi
dikenal nama Nasiruddin al-Tusi, dalam bidang matematika, Abu al-Faraj al-„ibry, dalam
bidang kedokteran:Abu al- Hasan Ali al-Nafis (penemu susunan dan peredaran darah dalam
paru- paru manusia), Abdul Mun‟im al-Dimyathi (seorang dokter hewan), Al-Razi sebagai
perintis psykoterapi, dalam bidang opthalmologi :Salahuddin bin Yusuf, dalam bidang ilmu
keagamaan: Ibn Taimiyah (pemikir reformis dalam Islam), As. Sayuthi, Ibn Hajar al-Asqalani
dalam ilmu hadis dan lain-lain.
.
• Kamajuan di Bidang Seni dan Budaya
Dinasti Mamalik banyak mengalami kemajuan di bidang arsitektur, keramik, karya arsitektur
dalam logam dan ilmu bela diri, karena mendatagnkan arsitak-arsitek ke Mesir untuk
membangun sekolah dan masjid-masjid yang indah, termasuk rumah sakit, museum,
perpustakaan, villa-villa, kubah dan menara masjid yang indah. Bangunan-bangunan ini
berderetan di sepanjang jalan utama dan di tempat-tempat pemakaman sehingga menciptakan
sebuah pertunjukan visual yang sangat luas, membentuk tatanan fisik kota yang melambangkan
hubungan integral antara negara, Islam dan masyarakat Urban.

4. Kemunduran dan Kehancurannya


Dinasti Mamalik mencapai banyak kemajuan berkat wibawa dan kepribadian para sultan yang
sangat tinggi, loyalitas masyarakat dan loyalitas para militer kepada negara, solidaritas sesama
militer, stabilitas keamanan negara yang bebas dari ancaman dan gangguan dari luar. Akan
tetapi ,setelah semua itu menjadi pudar dan menipis, mulai pula dinasti ini sedikit demi sedikit
mengalami kemunduran.
Dinasti Mamalik ini berkuasa selama kurang lebih 267 tahun melewati 47 sultan dengan prekuensi
pergantian pimpinan sebanyak 53 kali.
Kemunduran dinasti ini bermula dari peralihan kekuasaan dari tangan Mamalik Bahri ke Mamalik
Burji. Kemunduran ini secara garis besar disebabkan oleh dua faktor yaitu: pertama faktor internal,
dan kedua faktor eksternal.
Secara internal, diawali dengan menurunnya solidaritas antara sesama militer, hal ini dipicu oleh
kehadiran mamluk Burji dari Circassia yang dibawa oleh sultan Qalawun. Apalagi setelah mamluk
Burji ini berkuasa solidaritas dan disiplin tentara merosot, dan secara militer Mesir sudah menjadi
lemah. Penguasa Burji banyak di antara mereka yang bermoral rendah, tidak menyukai ilmu
pengetahuan, hidup bermewah-mewah dan berpoya-poya, korupsi uang negara mengakibatkan pajak
dinaikkan, akibatnya semangat kerja rakyat menjadi menurun dan perekonomian negara merosot dan
tidak stabil. Kondisi ini semakin diperparah dengan datangnya musim kemarau panjang dan
berjangkitnya berbagai wabah penyakit
Secara eksternal, kemunduran tersebut disebabkan oleh penemuan Tanjung Harapan di Afrika
Selatan oleh Vasco da Gama (Portugis) pada tahun 1498 yang dijadikannya sebagai jalur
perdagangan dari negeri-negeri penghasil rempah-rempah. Akibatnya, jalur pelabuhan rempah-
rempah dari India ke Eropa, menyebabkan pelabuhan besar Kairo dan Syiria lambat laun menjadi
sepi sehingga penghasilan negara dari sektor pelabuhan semakin merosot.
Faktor lain sebagai penyebab langsung kemunduran dan kehancuran dinasti Mamalik adalah
munculnya kekuatan baru dari kerajaan Usmani. Kerjaan inilah yang mengakhiri riwayat dinasti
Mamalik di Mesir. Sejak kekalahan pasukan Mamalik menghadapi pasukan Usmani dalam suatu
pertempuran sengit di luar kota Kairo pada tahun 1517 M., wilayah Mesir jatuh ke dalam kekuasaan
Turki Usmani, bahkan Mesir dijadikan salah dari satu provinsinya. Hal ini berlangsung sampai
akhirnya Napoleon Bonaparte dari Perancis mencaploknya dari Turki Usmani
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan di atas, maka dapat diambil kesimpulan yang pempengaruhi
munculnya dinasti-dinasti kecil disebabkan berbagai hal yang terjadi di pusat pemerintahan
Abbasiyah memberikan pengaruh besar terhadap daerah-daerah kekuasaan daulah ini. Kerena
pemerintahan khalifah yang lemah banyak muncul pemberontakan-pemberontakan di berbadi daerah
yang ingin membentuk dinasti-dinasti kecil yang melepaskan diri dri bani Abbasiyah.
Dinasti Aghlabiyah, Fatimiyah, Ayyubiyah dan Mamalik merupakan dinasti- dinasti kecil yang
berdiri sekira abad 8-12 Masehi. Walaupun termasuk dinasti-dinasti kecil, tetapi pengaruhnya cukup
besar bagi kemajuan umat muslim di dunia. Dengan berbagai aspek yang telah diraihnya, maka dapat
dijadikan tolak ukura sebagai bahan untuk menuju proses peradaban Islam pada masa sekarang dan
yang akan datang supaya lebih baik.
DAFTAR PUSTAKA

Abdullah,Taufik. Ensiklopedi Dunia Islam Jilid. II; Jakarta: PT. Ikhtiar Baru Van Hoeve.

Abd.Halim, 1982. Uwais Dirasah li Suqut Tsalatsin Islamiyah, diterjemahkan oleh Samsul Munir
Amin, Sejarah Peradaban Islam, 254.

Galsse, Cyril, 1999. Ensiklopedi Islam, diterjemahlkan oleh Ghufron A.Mas‟adi, ed. I, Cet.II,
Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Hasan, Ibrahim Hasan, 1989. Islamic History and Cultur, diterjemahkan oleh Djahdan Hamlan
“Sejarah dan Kebudayaan Islam,Cet.I, Yogyakarta: Kota Kembang.
Munir Amin, Samsul.2009. Sejarah Peradaban Islam. Jakarta: Amzah.
Saleh Patuhena, dkk. 2009. Sejarah Islam Klasik. Makassar: Ulauddin Press. 131.
Suwito, ed., 2008. Sejarah Sosial Pendidikan Islam Jakarta: Kencana Prenada Media Group.
Yatim, Badri. 1996. Sejarah Kebudayaan Islam II. Jakarta: Ditjen Binbaga Islam.

You might also like