You are on page 1of 14

MAKALAH PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

(KONSEP MANUSIA, EKSISTENSI DAN MARTABAT MANUSIA, TANGGUNG


JAWAB MANUSIA SEBAGAI HAMBA ALLAH DAN KHOLIFAH ALLAH)

Disusun oleh:
1. Ananda Dian Puspawardani (15000122120076)
2. Aulya Ornella Putri (15000122140319)
3. Istiqomah Dwi Ramadhani (15000122140314)
4. Marsya Razita (15000122140318)
5. Shafina Naurah Ramadhanti (15000122130149)

PROGRAM STUDI PSIKOLOGI


FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG
TAHUN 2022
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan atas kehadirat Allah SWT, yang senantiasa memberikan
kami karunia nikmar serta kesehatan, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini, dan
bisa menyampaikan materi makalah ini yang sangat bermanfaat kepada orang lain.
Sebelumnya kami ingin mengucapakan terimakasih kepada Bapak Suparno, S.Ag.,
M.S.I., selaku dosen pengampu mata kuliah Pendidikan agama islam yang telah memberikan
kami kesempatan untuk memabahas serta menelaah materi “Konsep Manusia, Eksitensi dan
Martabat Manusia, Tanggung Jawab Manusia Sebagai Hamba Allah dan Kholifah Allah”.
Adapun tujuan penulisan makalah ini yaitu untuk menambah pengetahuan dan wawasan pada
mata kuliah yang sedang dipelajari, guna agar kami semua menjadi mahasiswa yang berguna
bagi agama, bangsa dan negara.
Dalam penyusunan makalah ini kami menyadari bahwa masih banyak terdapat
kesalahan serta kekurangan. Agar makalah ini bisa menjadi sempurna besar harapan kami
agar dapat menerima perbaikan, ktirik dan saran dari para pembaca.
Demikianlah, semoga makalah yang kami susun ini bisa bermanfaat bagi kita semua,
khususnya bagi kami selaku pembuat makalah ini.
Terimakasih, wassalamu’alaikum.

i
Daftar Isi

KATA PENGANTAR………………………………………………………………………...i
DAFTAR ISI………………………………………………………………………………….ii
BAB 1 PENDAHULUAN……………………………………………………………………1
1.1 Latar belakang…………………………………………………………………………….1
1.2 Tujuan……………………………………………………………………………………..1
1.3 Manfaat……………………………………………………………………………………1
BAB 2 PEMBAHASAN………………………………………………...……………………2
2.1 Konsep Manusia………………………………………………...…………………………2
2.2 Eksitensi dan Martabat Manusia………………………………………………...………...3
2.3 Tanggung Jawab Manusia sebagai Hamba Allah dan Kholifah Allah…………………….6
BAB 3 PENUTUP…………………………………………………………………………….8
3.1 Kesimpulan………………………………………………………………………………...8
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Manusia diciptakan oleh Allah dengan segala kesempurnaannya. Dalam


ilmu mantiq (logika) manusia disebut sebagai Al Insanu Hayawanunnathiq
(manusia adalah makhluk yang berpikir). Nathiq sama dengan berkata kata atau
mengeluarkan pendapatnya berdasarkan pikirannya. Sedangkan dalam Kamus Besar
Bahasa Indonesia (KBBI) “manusia” bermakna sebagai “makhluk yang berakal budi.
Menurut pengertian ini manusia adalah makhluk Tuhan yang diberi potensi akal dan
budi, nalar dan moral untuk dapat menguasai makhluk lainnya demi
kemakmuran dan kemaslahatannya. Manusia juga makhluk sempurna yang diciptakan
oleh Allah melebihi malaikat dan jin sekalipun. Dijadikan Khalifah di muka bumi
oleh-Nya.

Nah agar kita lebih mengetahui bagaimana hakikat, martabat, dan tanggung
jawab manusia menurut pandangan Islam, khususnya berdasarkan al-Qur’an. Di
samping itu, kajian ini juga akan menganalisis keterkaitan antara manusia dengan
agama dan sejauh manakah manusia membutuhkan agama serta tantangan yang
dihadapi dalam menjalankan agama, baik yang datang dari dalam maupun dari luar diri
manusia.

1.2 Tujuan

1. Dapat mengetahui hakikat dari manusia menurut filsafat dan agama.


2. Dapat memberikan pandangan eksistensi kita sebagai khalifah dimuka bumi.
3. Dapat mengetahui sejauh manakah hubungan kita dengan sang pencipta.

1.3 Manfaat

1. Mengetahui hakikat dari manusia menurut filsafat dan agama.


2. Bisa memberikan pandangan eksistensi kita sebagai khalifah dimuka bumi.
3. Mengetahui sejauh manakah hubungan kita dengan sang pencipta.
BAB II
PEMBAHASAN

2.1. Konsep Manusia


Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) “manusia” diartikan
sebagai “makhluk yang berakal budi, ada pula insan; orang. Menurut pengertian
ini manusia adalah makhluk Tuhan yang diberi potensi akal dan budi, nalar serta
moral. Sedangkan dalam bahasa Arab, kata “manusia” ini bersepadan dengan:
Basyar, Al Insan, Bani Adam, Khalifah, Alnas, Hamba Allah. Islam menjelaskan
bahwa Allah SWT menciptakan manusia berasal dari tanah, kemudian menjadi nutfah
(air mani), alaqah (segumpal darah), dan mudgah (segumpal daging) sehingga
akhirnya menjadi makhluk Allah SWT yang paling sempurna dan memiliki berbagai
kemampuan. Kesempurnaan yang dimiliki manusia merupakan suatu konsekuensi
fungsi dan tugas mereka sebagai khalifah di muka bumi ini.

1. Manusia adalah Makhluk Ciptaan Allah SWT.


Firman Allah SWT mengenai penciptaan manusia dalam Q.S. Al-Hajj ayat 5.

Artinya : “Wahai manusia! Jika kamu meragukan (hari) kebangkitan, maka


sesungguhnya Kami telah menjadikan kamu dari tanah, kemudian dari setetes
mani, kemudian dari segumpal darah, kemudian dari segumpal daging yang
sempurna kejadiannya dan yang tidak sempurna, agar Kami jelaskan kepada
kamu; dan Kami tetapkan dalam rahim menurut kehendak Kami sampai waktu
yang sudah ditentukan, kemudian Kami keluarkan kamu sebagai bayi, kemudian
(dengan berangsur-angsur) kamu sampai kepada usia dewasa, dan di antara kamu
ada yang diwafatkan dan (ada pula) di antara kamu yang dikembalikan sampai
usia sangat tua (pikun), sehingga dia tidak mengetahui lagi sesuatu yang telah
diketahuinya. Dan kamu lihat bumi ini kering, kemudian apabila telah Kami
turunkan air (hujan) di atasnya, hiduplah bumi itu dan menjadi subur dan
menumbuhkan berbagai jenis pasangan (tetumbuhan) yang indah.”

2. Kemandirian dan Kebersamaan


Pada dasarnya manusia diciptakan oleh Allah SWT dengan kedudukan
sebagai makhluk individu dan makhluk sosial. Setiap individu mengalami
perkembangan dan berusaha untuk mengenali jati dirinya sehingga mereka
menyadari bahwa jati diri mereka berbeda dengan yang lain.
Firman Allah dalam Q.S. Al-A’raf ayat 189.

Artinya : “Dialah yang menciptakan kamu dari jiwa yang satu (Adam)
dan daripadanya Dia menciptakan pasangannya, agar dia merasa senang
kepadanya. Maka setelah dicampurinya, (istrinya) mengandung kandungan yang
ringan, dan teruslah dia merasa ringan (beberapa waktu). Kemudian ketika dia
merasa berat, keduanya (suami istri) bermohon kepada Allah, Tuhan Mereka
(seraya berkata), "Jika Engkau memberi kami anak yang shalih, tentulah kami
akan selalu bersyukur."
Kebersamaan (sosialitas) hanya akan terwujud jika dalam keterhubungan
itu manusia mampu saling menempatkan sebagai subyek, untuk
memungkinkannya menjalin hubungan manusiawi yang efektif, sebagai
hubungan yang disukai dan diridhai Allah SWT. Selain itu manusia merupakan
suatu kaum (masyarakat) dalam menjalani hidup bersama dan berhadapan
dengan kaum (masyarakat) yang lain. Manusia dalam perspektif agama Islam
juga harus menyadari bahwa pemeluk agama Islam adalah bersaudara satu
dengan yang lain.

3. Manusia Merupakan Makhluk yang Terbatas.


Manusia memiliki kebebasan dalam mewujudkan diri (self realization),
baik sebagai satu diri (individu) maupun sebagai makhluk social, terrnyata tidak
dapat melepaskan diri dari berbagai keterikatan yang mengikat atau
membatasinya. Keterbatasan itu merupakan hakikat manusia yang melekat dan
dibawa sejak manusia diciptakan Allah SWT. Keterbatasan itu berbentuk tuntutan
memikul tanggung jawab yang lebih berat daripada makhluk-makhluk lainnya.
Tanggung jawab yang paling asasi sudah dipikulkan ke pundak manusia pada saat
berada dalam proses penciptaan setiap anak cucu Adam berupa janji atau
kesaksian akan menjalani hidup di dalam fitrah beragama tauhid.
Firman Allah Q.S. Al-A’raf ayat 172.

Artinya : “Dan (ingatlah) ketika Tuhanmu mengeluarkan dari sulbi (tulang


belakang) anak cucu Adam keturunan mereka dan Allah mengambil kesaksian
terhadap roh mereka (seraya berfirman), “Bukankah Aku ini Tuhanmu?” Mereka
menjawab, “Betul (Engkau Tuhan kami), kami bersaksi.” (Kami lakukan yang
demikian itu) agar di hari Kiamat kamu tidak mengatakan, “Sesungguhnya ketika
itu kami lengah terhadap ini.”
Kesaksian tersebut merupakan sumpah yang mengikat atau membatasi
manusia sebagai individu bahwa didalam kehidupannya tidak akan menyembah
selain Allah SWT. Bersaksi akan menjadi manusia yang bertaqwa pada Allah
SWT. Manusia tidak bebas menyembah sesuatu selain Allah SWT, yang sebagai
perbuatan syirik dan kufur hanya akan mengantarkannya menjadi makhluk yang
terkutuk dan dimurkai-Nya.
2.2. Eksistensi dan Martabat Manusia

- Tujuan Penciptaan Manusia


Tujuan manusia di ciptakan yaitu untuk mengabdi kepada Allah, dengan cara
mematuhi segala perintah-Nya dan menjauhi apapun larangan-Nya.

Ada beberapa tujuan adanya manusia di dunia, yaitu :


1. Tujuan Umum
Tujuan umum adanya manusia di dunia yaitu sebagai rahmat untuk
alam semesta. Rahmat yang dimaksud yaitu kasih sayang, karunia, dan belas
kasih. Jadi manusia sebagai rahmat adalah manusia ada untuk memberikan
kasih sayang kepada alam semesta. (QS. Al Anbiya’:107)

2. Tujuan Individu
Setiap individu pasti menginginkan sukses di dunia dan bahagia di
akhirat. Amal shaleh diterapkan manusia dengan cara berbuat baik dan
menghindari perbuatan buruk. (QS. An Nahl:97)

3. Tujuan Individu dalam Keluarga


Manusia adalah makhluk sosial dan diciptakan berpasang- pasangan,
maka manusia wajib untuk membentuk keluarga. Rasa kasih sayang yang
Allah berikan, menjadikan suatu keluarga selalu tentram dan jangan sampai
ada konflik yang menimbulkan kejahatan atau kebencian (QS. Ar Rum 21)

4. Tujuan Individu dalam Masyarakat


Selain harus membentuk keluarga, manusia juga harus bersosialisasi
dan memiliki kebutuhan bermasyarakat. Kita sebagai manusia harus bisa
mengajak masyarakat untuk memelihara iman dan taqwa. ( QS. Al‘Araf : 96 )

5. Tujuan Individu dalam Bernegara


Tujuannya yaitu menjadi warga negara yang baik supaya negara juga
makmur dan selalu mendapat rezeki yang cukup serta aman. Maka dari itu,
sebagai warna negara kita harus selalu bersyukur. Jika banyak diantara kita
banyak yang tidak bersyukur atas nikmat Allah dan selalu berkeluh kesah
maka negara kita tidak terlepas dengan bencana.

6. Tujuan Individu dalam Pergaulan Internasional


Tujuannya yaitu saling membantu, saling mengetahui, dan saling
mengenal satu negara dengan negara lain. Sebagai individu kita harus dapat
memilih mana yang baik dan mana yang buruk untuk diri kita. (QS. Al
Hujurat:13)

- Cara Membangun Kesadaran Diri


1. Memahami diri sendiri (Self Understanding).
Mengenal diri sendiri adalah dasar dari Kecerdasan Spiritual (SQ): siapakah
kita, untuk apa kita hidup, dari mana kita berasal, dan kemana kita akan pergi
2. Kesadaran Diri (Self Awareness).
Kita harus dapat mengenali perasaan apa pun yang sedang kita rasakan.
3. Pengendalian diri (Self Control).
Sadar sepenuhnya akan apa yang kita lakukan.

Manusia dilahirkan dimana alam semesta ini memiliki tugas yang berat pada
fungsinya yang ganda, yaitu sebagai hamba Allah dan sebagai khalifah Allah.

M. Quraish Shihab mengemukakan ada beberapa potensi yang diberikan Allah kepada
manusia berkaitan dengan kedudukannya sebagai khalifah Allah di muka bumi, yaitu :
1) Kemampuan untuk mengetahui fungsi, sifat, dan kegunaan segala macam benda.
2) Pengalaman selama berada di surga, baik yang manis seperti kedamaian dan
kesejahteraan, maupun yang pahit seperti keluarnya Adam dan Hawa dari surga akibat
terbujuk oleh rayuan syaitan.
3) Allah telah memudahkan alam semesta ini untuk diolah oleh manusia.
4) Selama di dunia, manusia diberi petunjuk oleh Allah.

- Keunggulan dan Potensi Manusia


Potensi diri adalah kekuatan dari individu yang terpendam di dalam yang
dapat diwujudkan menjadi suatu kenyataan nyata dalam kehidupan manusia. Apabila
dikaitkan dengan penciptaan manusia, maka potensi diri adalah kekuatan diberikan
oleh Allah sejak dalam kandungan ibu sampai akhir hayatnya yang masih terpendam
dalam dirinya dan menunggu untuk diwujudkan menjadi sesuatu yang bermanfaat
dalam kehidupan di dunia dan di akhirat. Sesuai dengan tujuan diciptakannya manusia
yaitu untuk mengabdi kepada Allah.

Ada beberapa macam potensi manusia, antara lain :


1. Potensi Fisik : Potensi fisik manusia yang dapat digunakan sesuatu fungsinya
yaitu untuk berbagai kepentingan dalam pemenuhan kebutuhan hidup.
2. Potensi Mental Intelektual : Potensi yang ada pada otak manusia.
3. Potensi Mental Spiritual Question : Potensi kecerdasan yang berhubungan
dengan jiwa, keimanan, dan akhlak manusia
4. Potensi Sosial Emosional : Potensi yang terdapat pada bagian otak manusia
yang berfungsi untuk mengendalikan amarah dan tanggung jawab terhadap sesuatu.

2.3. Tanggung Jawab Manusia sebagai Hamba dan Kholifah Allah

Manusia adalah makhluk paling sempurna yang Allah SWT ciptakan. Allah
SWT menciptakan sesuatu tidaklah mungkin hanya sia-sia, termasuk dalam
menciptakan manusia pastinya Allah SWT memiliki tujuan. Tujuan yang pertama
ialah beribadah kepada Allah SWT, ini terdapat pada surah Az-Zariyat ayat 56 :

َ ‫ت ْال ِج َّن َوااْل ِ ْن‬


‫س اِاَّل لِيَ ْعبُ ُد ْو ِن‬ ُ ‫َو َما َخلَ ْق‬
yang artinya : “Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya
mereka mengabdi kepada-Ku.”, tujuan yang kedua ialah untuk menjadi saksi Allah
bahwa hanya Allah lah Tuhannya, dan tujuan yang ketiga adalah menjadi khalifah,
khalifah menurut Dawam Raharjo memiliki makna ganda di Indonesia. Khalifah bisa
saja memiliki arti kepala negara dalam pemerintahan islam, selain itu khalifah juga
bisa berarti wakil tuhan yang ada di bumi.

- Sebagai Hamba Allah

Manusia juga pastinya memiliki peran dan tanggung jawab selama hidup di
dunia. Peran manusia yang paling utama ialah bagaimana manusia dapat
menempatkan dirinya di hadapan Allah dan makhluk sosial. Seperti yang terdapat
pada surah Az-Zariyat ayat 56, di dalam surah tersebut terdapat penulisan Abdi yang
berarti pengabdian. Di Al-Qur’an konsep pengabdian atau penghambaan hanya
berlaku kepada Tuhan dengan kata lain Al-Qur’an tidak mengakui adanya
penghambaan manusia kepada manusia atau ciptaan Tuhan yang lain. Oleh karena itu,
peran manusia yakni beribadah hanya kepada Allah, mengerjakan segala perintah-Nya
dan menjauhi apa yang dilarang oleh-Nya. Individu yang hanya mementingkan
duniawi sebenarnya tidak memahami apa arti sebenarnya dari peran dan tanggung
jawab sebagai hamba Allah. Tidak berguna peran dan tanggung jawabnya jika
seseorang yang melaksanakan ibadah dengan rajin tetapi masih mencaci,
menggunjing, atau berperilaku tidak terpuji kepada sesama makhluk Allah. Maka dari
itu, sebagai makhluk Allah harus senantiasa menyeimbangkan ibadah kepada Tuhan
dan kegiatan sosial yang dapat membantu sesama makhluk Tuhan.

- Sebagai Khalifah fil-ardl

Individu dalam berperan sebagai makhluk sosial tidak akan terlepas sebagai
khalifah fil-ardl yang artinya sebagai pelaksana amanat yang telah diberikan oleh
Allah. Seperti yang ada di dalam surah Hud ayat 61 yang artinya : “….Dia telah
menciptakan kamu dari bumi (tanah) dan menjadikan kamu pemakmurnya…” amanat
yang terkandung pada ayat tersebut ialah mengendalikan dan memakmurkan tempat
tinggal kita (bumi) dengan mengelola sumber daya supaya menciptakan kehidupan
yang sejahtera di bumi. Tanggung jawab manusia tidak hanya sekedar mengelola
sumber daya alam, melainkan hasil dari proses tersebut dapat menjadi berguna untuk
melakukan perubahan ataupun pengembangan di dalam masyarakat dan lingkungan
sekitar.

Tanggung jawab sebagai khalifah Allah di bumi dapat diketahui melalu surah
Al Baqarah ayat 30 yang artinya : “Dan (ingatlah) ketika Tuhanmu berfirman kepada
para malaikat, “Aku hendak menjadikan khalifah di bumi.” Mereka berkata, “Apakah
Engkau hendak menjadikan orang yang merusak dan menumpahkan darah di sana,
sedangkan kami bertasbih memuji-Mu dan menyucikan nama-Mu?” Dia berfirman,
“Sungguh, Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui.”
Tugas sebagai khalifah ini merupakan bentuk dari perwujudan pengabdian
kepada Allah SWT, tugas ini sudah menjadi tanggung jawab sejak manusia pertama
hingga manusia terakhir di akhir zaman.
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Berdasarkan uraian diatas, dapat kami simpulkan bahwa Manusia adalah


makhluk yang sempurna yang allah ciptakan serta hakikat manusia adalah sebagai
khalifah. Selain hakikat manusia sebagai khalifah, manusia juga mempunyai beberapa
tanggung jawab terhadap sang pencipta.
Apabila dikaitkan dengan penciptaan manusia, Tujuan manusia di ciptakan
yaitu untuk mengabdi kepada Allah, dengan cara mematuhi segala perintah-Nya dan
menjauhi apapun larangan-Nya.
DAFTAR PUSTAKA

Khairullah. (2011). Peran Dan Tanggung Jawab Manusia dalam Al-Qur’an. Jurnal Al-Fath,
05(01), 79.

Budi Abdullah. (2018). Konsep Manusia Dalam Islam: Studi Terhadap Eksistensi Manusia.
Wahana Inovasi, Volume 7 No 2.

Heru Juabdin Sada. (2016). Manusia Dalam Perspektif Agama Islam. Al-Tadzkiyyah: Jurnal
Pendidikan Islam, Volume 7.

You might also like