You are on page 1of 12

MAKALAH

KONSEP TASAWUF AMALIH

Di ajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah tasawuf


Dosen pengampuh:
Drs.Abd.Rasyid,S.pd.,M.pd
Di susun oleh kelompok 5:
Andi Adiyaksa Basuni (2131013)
Nur Rahmi (2131014)
Nur Hatifa(2131042)

PRODI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


FAKULTAS TARBIYAH
STAI DDI MAROS TAHUN 2022
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah Yang Maha Kuasa.
Hanya berkat rahmat, taufiq dan hidayah-NYA, sehingga makalah ini dapat
terselesaikan dengan lancar, baik dan tepat waktu. Sholawat serta salam senantiasa
tersanjungkan kepangkuan Rasulullah Saw,beserta keluarga, sahabat-sahabatnya dan
para pengikutnya yang telah membawa kita dari jalan yang gelap gulita ke jalan yang
terang benderang ke jalan agama islam.

Penulisan makalah ini guna melengkapi / memenuhi salah satu tugas mata
kuliah “ILMU TASAWUF”. Dengan terselesaikannya makalah yang berjudu
"KONSEP TASAWUF AMALIH (AMAL)” penulis dengan ikhlas menyampaikan
terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu baik langsung maupun tidak
langsung khususnya kepada dosen pembimbing Mata Kuliah “ILMU TASAWUF”,
Bapak Drs.Abdul Rasyid, S.Pd.,M.Pd.

Sebagai manusia biasa yang tak lepas dari kekhilafan, demi perbaikan makalah
ini selalu di harapkan kritik dan saran dari semua pihak. Semoga makalah ini
bermanfaat bagi penulis khususnya dan bagi para pembaca pada umumnya. Akhirul
kalam semoga segala usaha kita dalam peningkatan mutu pendidikan mendapat ridho
dari Allah SWT Aamiin.
DAFTAR ISI

KATAPENGANTAR...............................................................................................

DAFTAR ISI.............................................................................................................

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang...............................................................................................
B. Rumusan Masalah..........................................................................................
C. Tujuan Penulisan............................................................................................

BAB II PEMBAHASAN

A. Pengertian Tasawuf Amali.............................................................................


B. Istilah-Istilah Tasawuf Amali........................................................................
C. Metode Tasawuf Amali..................................................................................
D. Tokoh-Tokoh Tasawuf Amali........................................................................

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan....................................................................................................
B. Kritik Dan Saran............................................................................................

DAFTAR PUSTAKA ..............................................................................................


BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Hasrat untuk mendekatkan diri kepada Allah adalah tujuan utama dari sufi dan
merupakan keinginan yang manusiawi. Sejalan dengan semakin berkembangnya
tasawuf, maka orang yang ingin mendekatkan diri kepada Tuhan smakin banyak
pula.
Tinjauan analitis terhadap tasawuf menunjukkan bahwa para sufi dengan
berbagai aliran yang dianutnya memiliki konsepsi tentang jalan (thariqat) menuju
Allah. Jalan ini dimulai dengan latihan-latihan rohaniyah (riyadhah), lalu secara
bertahap menempuh fase yang dikenal dengan maqam (tingkatan) dan hal
(keadaan). Tingkat pengenalan ma’rifat adalah jargon yang pada umumnya
dikejar oleh para sufi. Lingkup perjalanan para sufi untuk memperoleh ma’rifat
ini sering juga disebut kerangka ‘Irfani.

B. Rumusan Masalah
1. Apa itu Tasawuf Amali?
2. Apa saja istilah-istilah yang terdapat dalam Tasawus Amali?
3. Apa saja Metode Tasawuf Amali?
4. Siapa saja tokoh Tasawuf Amali ?

C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui Apa itu Tasawuf Amali
2. Untuk mengetahui Apa saja istilah-istilah yang terdapat dalam Tasawus
Amali
3. Untuk mengetahui Apa saja metode Tasawuf Amali
4. Dan untuk mengetahui siapa saja tokoh Tasawus Amali
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Tasawuf Amali


Tasawuf amali adalah tasawuf yang penekanannya pada amaliah berupa wirid
dan amaliah lainnya. Tasawuf amali atau hadah, menghapuskan sifat-sifat yang
tercela, melintasi semua hambatan itu, dan menghadap total dari segenap esensi
diri hanya kepada Alla SWT. Di dalamnya terdapat kaedah-kaedah suluk
(perjalanan tarbiyah ruhaniyah), macam-macam etika (adab) secara terperinci,
seperti hubungan antara murid dengan shaykh, uzlah dengan khalwah, tidak
banyak makan, mengoptimalkan waktu malam, diam, memeperbanyak zikir, dan
semua yang berkaitan dengan kaedah-kedah suluk dan adab.
Pada hakikatnya metode kaum shufi ini hanyalah sebuah lanjutan atau
pengembangan dari tasawuf sunni. Dinamakan tasawuf amali karena sisi amal di
dalamnya lebih dominan dari sisi teori.

B. Istilah-istilah Tasawuf Amali


Dilihat dari tingkatan dan komunitas itu, terdapat beberapa istilah sebagai
berikut, yaitu :
a. Menurut Al- Kalabazi dalam bukunya “At-Ta’arruf li al- Madzhab ahli
ash-shaufiyah; menyatakan bahwa murid yaitu, orang yang mencari
pengetahuan dan bimbingan dalam melaksanakan amal ibadahnya, dengan
memusatkan segala perhatian dan usahanya kearah itu, melepas segala
kemauannya dengan menggantungkan diri dan nasibnya kepada iradah
Allah.
Murid dalam tasawuf ada tiga kelas, yaitu :

1. Mubtadi atau Pemula, yaitu mereka yang baru mempelajari syari’at.


2. Mutawassith, adalah tingkatan menengah yaitu, orang yang sudah
dapatmelewati kelas pemula, telah mempunyai pengetahuan yang
cukup denga syari’at.
3. Muntahi, adalah tingkat atas atau orang yang telah matang ilmu
syari’at sudah menjalani tarekat dan mendalami ilmu bathiniyah.
b. Syekh yaitu, seorang pemimpin kelompok kerohanian, pengawas murid-
muriddalam segala kehidupannya, penunjuk jalan dan sewaktu-waktu
dianggap sebagaiperantara antara seorang murid dengan Tuhannya.
c. Wali dan Quthub , yaitu seseorang yang telah sampai kepuncak kesuucian
bathin,memperoleh ilmu laduni yang tinggi sehingga tersingkap tabir
rahasia yang gaib-gaib. Orang seperti ini akan memperoleh karunia dari
Allah dan itulah yangdisebut wali.
Dilihat dari sudut amalan serta jenis ilmu yang dipelajari, maka terdapat
beberapa istilah yang khas dalam dunia tasawuf, yaitu : ilmu-lahir dan ilmu-
bathin. Oleh karena itu cara memahami dan mengamalkannya juga harus
memiliki aspek lahir dan aspek batin. Kedua aspek yang terkandung dalam ilmu
itu mereka bagi kepada empat kelompok, yaitu :
a. Syari’at.
Syari’at mereka artikan sebagai amalan-amalan lahir yang difardukan
dalamAgama, yang biasanya dikenal sebagai rukun Islam dan segala hal
yangberhubungan dengan itu bersumber dari Al Quran dan Sunnah Rasul.
b. Tarekat.
Dalam melakukan syari’at tersebut di atas, haruslah berdasarkan tata
cara yangtelah digariskan dalam Agama dan dilakukan hanya karena
pengahambaan dirikepada Allah, karena kecintaan kepada Allah dan
karena ingin berjumpa dengan-Nya.
c. Hakikat.
Secara lughawi, hakikat berarti inti sesuatu, puncak atau sumber asal
sesuatu. Dalam dunia sufi, hakikat diartikan sebagai aspek lain dari
syari’at yang bersifatlahiriyah, yaitu aspek bathiniah. Dengan demikian
dapat diartikan sebagai rahasiayang paling dalam dari segala amal, inti
dari syari’at dan akhir dari perjalanan yang ditempuh oleh seorang sufi.
d. Ma’rifah.
Dari segi bahasa, ma’rifah berarti pengetahuan atau pengalaman,
sedangkan dalam istilah sufi, ma’rifah itu diartikan sebagai pengetahuan
mengenai tuhan melalui hati sanubari.

C. Metode Tasawuf Amali


Potensi untuk memperoleh ma’rifat telah ada pada manusia. Untuk ,
memperoleh kearifan atau ma’rifat, hati (qalb) mempunyai fungsi esensial,
sebagai mana yang diungkapkan Ibnu Arabi dalam Fushus Al-Hikam-nya : “Qalb
dalam pandangan kaum sufi adalah tempat kedatangan kasyf dan ilham. Ia pun
berfungsi sebagai alat untuk ma’rifat dan menjadi cermin yang memantulkan
(tajalli) makna-makna keghaiban”.
Dalam dunia tasawuf, qalb merupakan pengetahuan tentang hakikat, termasuk
di dalamnya adalah hakikat ma’rifat. Qalb yang dapat memperoleh ma’rifat
adalah qalb yang telah suci dari berbagai noda atau akhlak buruk yang sering
yang dilakukan manusia.
Di samping melalui tahapan-tahapan maqamat dan ahwal, untuk memperoleh
ma’rifat, seseorang harus melalui upaya-upaya tertentu, seperti berikut ini :
1. Riyadhah.
Riyadhah sering juga disebut sebagai latihan-latihan mistik, adalah
latihan kejiwaan melalui upaya membiasakan diri agar tidak melakukan
hal-hal yang mengotori jiwa.
Riyadhah perlu dilakukan untuk memperoleh ilmu ma’rifat yang dapat
diperoleh melalui upaya melakukan perbuatan kesalehan atau kebaikan
yang terus menerus. Hal terpenting dalam riyadhah adalah melatih jiwa
melepaskan ketergantungan terhadap duniawi yang fatamorgana, lalu
menghubungkan diri dengan realitas rohani dan Ilahi.[14]
2. Tafakur.
Tafakur penting dilakukan bagi mereka yang menginginkan ma’rifat
sebab, tatkala jiwa telah belajar dan mengolah ilmu, lalu memikirkan
(bertafakur) dan menganalisanya, pintu keghaiban akan dibukakan
untuknya. Menurut Al-Ghazali, orang yang berfikir dengan benar akan
menjadi dzawi Al-albab (ilmuan) yang terbuka pintu qalbunya sehingga
akan mendapat ilham.
3. Tazkiyat An-Nafs.
Tazkiyat An-Nafs adalah proses penyucian jiwa manusia. Proses
penyucian jiwa ini dalam kerangka tasawuf dapat dilakukan melalui
tahapan takhalli dan tahalli. Tazkiyat An-Nafs adalah inti kegiatan
bertasawuf.
4. Dzikrullah
Secara etimologi zikir adalah mengingat, sedangkan secara istilah
adalah membahasi lidah dengan ucapan-ucapan pujian kepada Allah.
Pentingnya zikir untuk mendapatkan ilmu ma’rifat didasarkan atas
argumentasi tentang peranan zikir itu sendiri bagi hati. Al-Ghazali dalam
Ihya’, menjelaskan bahwa hati manusia tak ubahnya seperti kolam yang di
dalamnya mengalir bermacam-macam air. Pengaruh-pengaruh yang
datang ke dalam hati adakalanya berasal dari luar, yaitu pancaindera dan
adakalanya dari dalam, yaiti khayal, syahwat, amarah dan akhlak atau
tabi’at manusia.
D. Tokoh-tokoh Tasawuf Amali
1. Rabiah Al-Adawiah.
Nama lengkap Rabi’ah bin Ismail Al-Adawiah Al-Bashriyah Al-Qaisiyah.
Ia lahir diperkirakan lahir pada tahun 95 H/ 713 M di suatu perkampungan
dekat kota Bashrah (Irak) dan wafat pada tahun 185 H/ 801 M.
Rabiah Al-Adawiah, dalam perkembangan mistisisme dalam Islam
tercatat sebagai peletak dasar tasawuf berasarkan cinta kepada Allah.[16]
2. Dzu Al-Nun Al-Mishri.
Nama lengkapnya adalah Abu Al-Faidh Tsauban bin Ibrahim, lahir di
Ikhkim, dataran tinggi Mesir tahun 180 H/ 796 M dan wafat pada tahun 246
H/ 856 M. Julukan Dzu Al-Nun diberikan kepadanya sehubungan dengan
berbagai kekeramatannya yang diberikan Allah kepadanya. Diantara yang
pernah ia lakukan adalah mengeluarkan seorang anak dari perut buaya di
sungai Nil dalam keadaan selamat atas permintaan ibu dari anak tersebut.
a. Al-Misri membedakan ma’rifat kepada ma’rifat sufiah dan ma’rifat
aqliyah.Ma’rifat sufiah menggunakan pendekatan qalb, sedangkan
aqliyah menggunakan pendekatan akal yang biasa digunakan para
teolog.
b. Ma’rifat sebenarnya adalah musyahadah qalbiyah (penyaksian hati),
sebab ma’rifat merupakan fitrah dalam hati manusia sejak azali.[17]
3. Abu Yazid Al-Bustami.
Nama lengkap Abu Yazid Thaifur bin ‘Isa bin Syarusan Al-Bustami, lahir
di daerah Bustam (Persia) tahun 874 M dan wafat 947 M.
Ajaran tasawuf yang terpenting Abu Yazid adalah fana dan baqa. Fana
berasal dari kata faniya yang berarti lenyap. Dalam istilah tasawuf, fana
adakalanya diartikan sebagai keadaan moral yang luhur. Adapun baqa berasal
dari kata baqiya artinya tetap, sedang dalam istilah tasawuf adalah mendirikan
sifat-sifat terpuji kepada Allah.[18]
4. Abu Manshur Al-Hallaj.
Nama lengkap Abu Al-Mughist Al-Husain bin Manshur bin Muhammad
Al-Baidhawi, lahir di Baida sebuah kota kecil di daerah Persia pada tahun 244
H/ 855 M.
Diantara ajaran tasawuf yang paling terkenal adalah Al-Hulul dan Wahdat
Asy-syuhud yang kemudian melahirkan paham wihdat al-wujud (kesatuan
wujud) yang dikembangkan oleh Ibn ‘Arabi.
Al-Hallaj berpendapat bahwa dalam diri manusia sebenarnya ada sifat-
sifat keTuhanan. Ia menakwilkan ayat 34 dari Al-Baqarah yang Artinya: "Dan
(ingatlah) ketika Kami berfirman kepada Para Malaikat: "Sujudlah kamu
kepada Adam," Maka sujudlah mereka kecuali Iblis; ia enggan dan takabur
dan adalah ia Termasuk golongan orang-orang yang kafir.
Bahwa Allah memberi perintah kepada malaikat untuk sujud kepada
Adam. Karena yang berhak diberi sujud hanya Allah, Al-Hallaj memahami
bahwa dalam diri adam sebenarnya terdapat unsur keTuhanan. Ia berpendapat
demikian, karena sebelum menjadikan makhluk, Tuhan melihat Dzat-Nya dan
ia pun cinta kepada Dzat-Nya sendiri, cinta yang tak dapat disifatkan, dan
cinta inilah yang menjadi sebab wujud dan sebab dari yang banyak ini. Ia
mengeluarkan sesuati dari copy diri-Nya yang mempunyai segala sifat dan
nama. Bentuk copy ini adalah Adam. Pada diri Adam-lah Allah muncul.
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Tasawuf amali adalah tasawuf yang penekanannya pada amaliah berupa wirid
dan amaliah lainnya. Dilihat dari tingkatan tasawuf terbagi menjadi murid, syaikh
dan wali. Sedangkan dilihat dari segi keilmuannya tingkatan tasawuf terbagi
menjadi, Syari’at; Thariqat; Hakikat dan Ma’rifat.
Dalam dunia tasawuf, qalb merupakan pengetahuan tentang hakikat, termasuk
di dalamnya adalah hakikat ma’rifat. Qalb yang dapat memperoleh ma’rifat
adalah qalb yang telah suci dari berbagai noda atau akhlak buruk yang sering
yang dilakukan manusia.

B. Kritik dan Saran


Demikianlah makalah ini kami tulis dengan harapan dapat bermanfaat.
Namun demikian kami penulis menyadari masih banyak kelemahan dan
kekurangannya, untuk itu kritik dan saran yang bersifat membangun sangat
penulis harapkan, demi sempurnya makalah ini kedepannya.
DAFTAR PUSTAKA

http://referensiagama.blogspot.com/januari/2011,Dr. Zakiyah Daradjat, Pengantar


Ilmu,Tasawuf, IAIN Sumut, 1981, hal. 123,Ibid, hal. 128-129,Ibid. hal 77,Ibid. hal
80,Ibid, hal. 82,Ibid, hal. 120,Ibid, hal.125,Ibid, hal. 132.

You might also like