You are on page 1of 7

ALAT TES TAHAPAN VISUAL MOTORIK HALUS (TSUMO) UNTUK

ECONOMICALLY DISADVANTAGED CHILDREN (EDC)

Sella Dermawan, Leonita Dwi Agustin, Monika Puspa Dewi,


Priska Ayuningdiah Hutami, dan Christiany Suwartono
Fakultas Psikologi, Unika Atma Jaya
monika.puspa@live.com

Abstrak

Artikel ini menjelaskan mengenai reliabilitas dan validitas dari alat ukur tahapan integrasi
visual motorik untuk anak-anak dengan ekonomi menengah ke bawah. Pengukuran ini
difokuskan pada integrasi visual motorik dalam kemampuan menulis. Studi ini dilakukan pada
19 anak-anak dengan ekonomi menengah ke bawah di Sekolah Bisa! yang berusia 5-13 tahun.
Lebih lanjut, studi ini merupakan adaptasi dari 8 tahapan kemampuan menulis oleh Gentry
(2007) ke dalam kebudayaan Indonesia. Tahapan integrasi visual motorik ini terdiri dari 4 tahap;
coretan dan bentuk dasar, menulis kata, menulis frase, dan menulis kalimat. 19 item diterima
dengan skor koefisien korelasi >.3 menggunakan point biserial dan memiliki kesulitan item yang
bervariasi. Alat ukur ini juga memiliki skor reliabilitas yang tinggi (r =.96) dengan menggunakan
KR20. Pengukuran validitas alat ini menggunakan U Mann-Whitney dan konsistensi internal
yang terbukti valid. Grade norm digunakan dalam mengukur norma dengan menggunakan true
score dari setiap subjek. Maka, dapat disimpulkan bahwa alat ukur ini dapat digunakan dalam
mengetahui tahapan integrasi visual motorik, terutama dalam kemampuan menulis anak-anak
dengan ekonomi menengah ke bawah selain anak-anak di Sekolah Bisa!.

Kata kunci: integrasi visual motorik, menulis, EDC, alat ukur

Abstract

This article reports the reliability and validity of visual motor integration stages scale for
economically disadvantage children (EDC). This measurement focused on visual motor
integration especially in writing ability. The study consisted of 19 EDC in Sekolah Bisa! from 5-
13 years old. Furthermore, this study is also adapted from the 8th stages writing ability by
Gentry (2007) to Indonesian culture. The Visual Motor Integration Stages Scale (TSUMO)
consists of 4 stages; basic stroke and form, words writing, phrase writing, and sentence writing.
All 19 items are accepted and have correlation coeffiient >.3 using point biserial and have
variation in item difficulty. It also has high reliability coefficient (r =.96) using KR20. U Mann-
Whitney and internal consistency are used to determine the validity and proved to be valid.
Grade norm is used to measure the norm of true score for each subject. Therefore, we can imply
which stage is the subject account for from the true score of each subject. It is noted that this
scale can be used to determine visual motor integration stage, especially in handwriting for EDC
exclude Sekolah Bisa!

Keywords: visual-motoric integration, writing skill, EDC, measurement

1  

 
Kemiskinan dan pendidikan ini terjadi pada Sekolah Bisa! yang
merupakan dua hal yang saling merupakan sekolah bagi EDC (Komunikasi
berhubungan. Pada masyarakat miskin, Pribadi, 2011).
angka putus sekolah untuk tingkat Dalam menentukan seorang siswa
pendidikan dasar yang tercatat pada tahun akan masuk dalam jenjang kelas tertentu,
2007 adalah 1,78%, jauh di atas masyarakat sekolah Bisa! mengadakan asesmen awal
tidak miskin yaitu 0,38% (BPS, 2009). dengan melihat kemampuan membaca,
Angka putus sekolah yang tinggi ini menulis, dan berhitung (calistung) setiap
mengindikasikan adanya hambatan yang calon siswa. Calon siswa yang dinilai belum
dialami oleh anak-anak yang berasal dari memiliki kemampuan calistung sama sekali,
keluarga miskin (untuk selanjutnya disebut akan dikelompokkan ke dalam kelas A.
dengan economically disadvantaged Calon siswa yang belum lancar calistung,
children/EDC) untuk menyelesaikan akan dikelompokkan ke dalam kelas B dan
sekolahnya. EDC sendiri adalah anak-anak calon siswa yang dianggap sudah lancar
yang berasal dari keluarga miskin dan membaca dan menulis akan dikelompokkan
tinggal di lingkungan serba terbatas, ke dalam kelas C. Akan tetapi, asesmen
sehingga orangtua tidak memiliki cukup hanya dilakukan berdasarkan penilaian
penghasilan untuk membayar biaya sekolah. subjektif guru yang saat itu melakukan
Keberadaan EDC ini membuat asesmen. Akibat dari proses asesmen yang
pemerintah maupun swasta mendirikan tidak terstandar ini, pengelompokkan siswa
lembaga-lembaga pendidikan non-formal menjadi kurang sesuai. Banyak siswa yang
tanpa memungut biaya. Dalam UU No.20 belum bisa membaca dan menulis dengan
Tahun 2003, mengenai Sistem Pendidikan lancar dikelompokkan ke dalam kelas C. Hal
Nasional pada Pasal 1 ayat (12), pendidikan ini terlihat melalui observasi. Pada saat
non-formal adalah jalur pendidikan di luar siswa kelas C diminta menulis oleh gurunya,
pendidikan formal yang dapat dilaksanakan siswa tersebut belum bisa menulis dengan
secara terstruktur dan berjenjang (Hasbullah, sempurna karena masih banyak huruf-huruf
2008). Lembaga pendidikan non-formal ini yang hilang. Padahal, jika mengacu pada
biasanya merupakan bentuk pendidikan kriteria pembagian kelas, seharusnya siswa
yang diberikan kepada EDC. Hal ini tersebut berada di kelas B karena siswa-
dikarenakan pendidikan untuk EDC berbeda siswa yang berada di kelas C adalah siswa
dengan sekolah pada umumnya. Kurikulum yang sudah lancar dalam menulis.
yang digunakan tidak mengacu pada Ketidaksetaraan ini membuat guru
kurikulum yang ditetapkan Kementerian kesulitan dalam mengajar. Di satu sisi guru
Pendidikan, melainkan disesuaikan dengan harus mengajarkan materi tertentu kepada
kebutuhan siswa. Pada umumnya materi siswa, namun di sisi lain guru juga harus
yang diberikan berkisar pada pengetahuan mengajarkan menulis kepada beberapa siswa
dasar seperti menulis, membaca, berhitung, yang belum bisa menulis. Akibatnya, guru
agama, kebersihan, dan sebagainya. Selain menjadi tidak fokus dalam mengajar. Oleh
itu, sekolah untuk EDC tidak menggunakan karena itu, perlu dibuat suatu alat ukur yang
alat tes baku untuk menentukan kelas mana dapat digunakan dalam asesmen penerimaan
yang sesuai bagi calon siswa. Guru hanya calon siswa EDC, sehingga kemampuan
melakukan observasi singkat untuk calon siswa dapat diketahui secara pasti.
mengetahui kemampuan siswa kemudian Salah satu alat ukur yang dapat
menentukan kelas siswa. Asesmen seperti dikembangkan adalah tes untuk mengukur

2  

 
kemampuan menulis EDC. Dalam kaitannya motorik yang dikombinasikan dengan
dengan menulis, maka integrasi visual beberapa hal yang mempengaruhi
motorik merupakan hal terpenting yang kemampuan menulis untuk alat tes ini.
perlu dikuasai anak (Ercan, Ahmetoğlu, & Tahapan integrasi visual motorik adalah
Aral, 2011). Lebih lanjut lagi, beberapa tingkatan yang dicapai seseorang dalam
penelitian (Weintrab & Graham dalam mengkoordinasikan kemampuan mata dan
Kaiser, 2009; Weil & Amundson dalam tangan untuk bekerja secara bersamaan
Desai & Rege, 2005) telah menunjukkan dalam pola yang efisien dan halus sehingga
adanya hubungan yang signifikan antara bisa menerjemahkan persepsi visual menjadi
integrasi visual motorik dengan kemampuan fungsi motorik dalam bentuk-bentuk yang
menulis. Oleh karena itu, perlu disusun alat sederhana dan memiliki pengetahuan akan
tes tahapan visual motorik (TSUMO) bagi huruf dan bahasa dalam tulisan.
EDC yang digunakan sebagai salah satu alat Tahapan-tahapan integrasi visual
bantu dalam asesmen calon siswa. motorik anak ini akan diadaptasi dari teori
Sanghavi dan Kelkar (2005) tahapan menulis oleh Gentry (2007). Gentry
menyatakan bahwa integrasi visual motorik menjelaskan tahapan menulis melalui 8
adalah kemampuan mata dan tangan untuk tahapan yaitu: (1) Tahap tulisan non
bekerja secara bersamaan dalam pola yang alfabetik dimana anak sudah dapat membuat
efisien dan halus sehingga bisa coretan atau goresan, (2) Tahap pra-alfabet
menerjemahkan persepsi visual menjadi dimana anak mampu membuat coretan yang
fungsi motorik. Sudah ada beberapa alat tes menyerupai huruf, (3) Tahap penulisan
untuk melihat kemampuan integrasi visual alfabet secara parsial dimana anak sudah
motorik anak, seperti Visual Motor mampu menulis dan mengenali huruf
Integration Test oleh Beery (dalam Kaiser dengan benar namun belum menjadi kata,
2009) dan Bender-Gestalt Test (Brannigan, (4) Tahap penulisan alfabet secara
Decker, & Madsen, 2004). Dalam keseluruhan dimana anak sudah mampu
administrasinya, kedua alat tes ini meminta menulis kata dengan benar, (5) Tahap
subjek untuk menggambar ulang bentuk- menggabungkan alfabet dimana anak sudah
bentuk tersebut di atas kertas menggunakan dapat menggabungkan huruf, (6) Tahap
pensil. Berbeda dengan kedua alat tes suara awal, tengah, dan akhir dimana anak
integrasi visual motorik tersebut, alat tes dapat mengeja dengan tepat kata-kata yang
tahapan integrasi visual motorik ini pernah dilihat. (7) Tahap fase transisi
mengkombinasikan integrasi visual motorik dimana anak sudah dapat mengenal kata-
dengan beberapa hal lainnya yang kata tidak hanya dari suara tetapi dari apa
mempengaruhi kemampuan menulis. yang dilihat, dan (8) Tahap pengejaan
Lamme (dalam Desai & Rege, 2005) standar dimana anak sudah menguasai
menyatakan ada beberapa hal yang prinsip berbahasa dan dapat membuat
mempengaruhi kemampuan menulis, seperti karangan.
perkembangan otot-otot kecil, koordinasi Adaptasi dari teori tahapan menulis
mata dan tangan, manipulasi penggunaan Gentry perlu dilakukan karena kurang sesuai
alat tulis, membuat bentuk-bentuk atau dengan budaya menulis di Indonesia. Teori
coretan sederhana, pengenalan akan huruf, Gentry dirumuskan berdasarkan struktur
dan pengetahuan akan bahasa dalam tulisan. kata bahasa Inggris yang memiliki tata
Bila dilihat dari tujuan alat tes ini, maka bahasa yang berbeda dengan bahasa
peneliti merumuskan definisi integrasi visual Indonesia. Selain itu, sekolah bagi EDC

3  

 
hanya menuntut kemampuan anak sampai subjek diminta mengikuti instruksi. Subjek
bisa menulis secara visual motorik yang yang tidak dapat menyelesaikan salah satu
tidak mencakup kemampuan kognitif tahapan dengan baik, tidak dapat
(mengarang). Oleh karena itu, tahapan melanjutkan ke tahapan berikutnya
integrasi visual motorik yang digunakan (berhenti).
pada alat tes TSUMO ini diukur berdasarkan
4 tahap yaitu: (1) Tahap pra-alfabet dimana Uji Psikometrik
anak dapat menulis bentuk sederhana yang
menyerupai huruf, (2) Tahap penulisan kata Analisis Item
dimana anak sudah dapat menuliskan kata Analisis item menggunakan
dengan sempurna, (3) Tahap penulisan frase koefisien korelasi dengan mengkorelasikan
dimana anak sudah menuliskan dua kata skor item dengan skor total subjek dengan
dengan benar, dan (4) Tahap penulisan rumus point biserial menggunakan SPSS.
kalimat dimana anak sudah bisa menuliskan Selain itu, peneliti juga menghitung derajat
kalimat. kesulitan item untuk mengurutkan item dari
yang paling mudah sampai paling sulit di
setiap domain sehingga setiap domain
METODE memiliki item dengan derajat kesulitan yang
bervariasi. Perhitungan derajat kesulitan
Partisipan Penelitian item juga berfungsi untuk mengeliminasi
Subjek dalam penelitian ini adalah item-item dengan derajat kesulitan yang
anak-anak dengan rentang usia 5-13 tahun. sama sehingga jumlah item pada alat tes
Pada saat pilot test, diambil 10 anak non- tidak terlalu banyak.
EDC dan 20 anak EDC. Try out dilakukan
terhadap 51 anak EDC dan field dilakukan Reliabilitas
terhadap seluruh siswa Sekolah Bisa! yang Untuk menguji reliabilitas alat tes,
berjumlah 19 anak. Kelas A berjumlah 7 peneliti menggunakan metode dengan satu
anak (5-7 tahun), kelas B 3 anak (8-10 kali administrasi, yaitu KR20. KR20
tahun), dan kelas C 9 anak (11-13 tahun). digunakan untuk mengetahui konsistensi
internal bagi data dengan skoring dikotomi
Prosedur dan memiliki derajat kesulitan heterogen
Pada tahap awal, terlebih dahulu (Crocker & Algina, 1986). Koefisien
dilakukan pilot test untuk mengetahui reliabilitas diterima dalam rentang .80 atau
derajat kesulitan item, keterbacaan item, dan .90 (Anastasi dan Urbina, 1997). Selain
estimasi waktu pengerjaan. Setelah itu menghitung koefisien reliabilitas, standard
dilakukan try out yang bertujuan untuk error measurement (SEM) juga dihitung
mengukur tingkat kesulitan item dan untuk mengetahui nilai error dalam level of
melakukan analisis item. Pada tahap akhir significance (LOS) 68% karena perhitungan
dilakukan field dengan tujuan menghitung koefisien reliabilitas hanya berdasarkan satu
analisis item, reliabilitas, validitas, dan kali perhitungan (Crocker & Algina, 1986).
norma dari alat tes. Keseluruhan pengujian
dilakukan secara klasikal. Satu instruktur Validitas
memberikan instruksi kepada 3-5 orang Validitas alat ukur menggunakan
subjek. Sebelum memulai setiap subtes, validitas konten, validitas kriterion, dan
diberikan instruksi terlebih dahulu dan validitas konstruk. Pengujian validitas

4  

 
konten dilakukan dengan expert judgement lainnya yang dieliminasi karena memiliki
untuk mengetahui apakah item-iten yang derajat kesulitan yang sama dalam 1 domain,
telah dibuat sesuai dengan domain yang yaitu item 15, 19, 20, 27, 29, dan 31.
ingin diteliti. Validitas konstruk diuji Dengan demikian, didapatkan 27 item yang
menggunakan korelasi antara skor masing- dianalisis untuk field. Dari hasil pengujian
masing item dengan skor total yang telah field, didapatkan kembali 9 item yang
dikoreksi. Perhitungan korelasi ini bertujuan ditolak karena memiliki nilai koefisien
untuk mengetahui konsistensi internal alat korelasi <.3, yaitu item 1, 3, 5, 7, 10, 11, 12,
ukur (Anastasi & Urbina, 1987). Untuk itu 13, dan 14. Akhirnya, didapatkan 18 item
peneliti menggunakan rumus point biserial yang valid untuk digunakan pada alat tes ini.
dengan SPSS. Validitas kriterion diuji
menggunakan kelompok kontras yang Reliabilitas dan Validitas
berasal dari hasil uji beda skor total anak- Pengujian reliabilitas alat tes
anak non EDC dibandingkan dengan skor menggunakan KR20 menghasilkan nilai
total EDC dengan prosedur U Mann- koefisien korelasi yang cukup tinggi, yaitu
Whitney. KR =.96. Bila dimasukkan dengan hasil
perhitungan SEM, maka didapatkan rentang
Norma reliabilitas alat tes ini adalah .96 ± 1.3.
Norma dihitung dengan Sedangkan pengujian validitas
menggunakan grade norms. Karena tujuan menggunakan konsistensi internal
dari alat tes ini mengetahui tahapan integrasi menghasilkan koefisien korelasi per item
visual motorik yang dicapai oleh subjek, pada rentang .30 hingga .93. Berikut adalah
maka perhitungan grade norms dijadikan hasil pengujian validitas konstruk
standarisasi untuk menilai skor total subjek menggunakan korelasi item dengan skor
dalam alat tes ini. Untuk menghitung grade total yang telah dikoreksi:
norms, pertama-tama dihitung mean dari
masing-masing tahapan. Kemudian
menghitung standard error measurement Tabel 1: Hasil Validitas Konstruk
untuk menentukan rentang skor rata-rata Corrected Corrected
setiap tahapan sehingga dapat ditentukan Item-Total Item-Total
tahapan integarasi visual motorik yang Item Correlation Item Correlation
Item1 0.301 Item10 0.918
dicapai oleh subjek.
Item2 0.467 Item11 0.934
Item3 0.299 Item12 0.799
HASIL DAN PEMBAHASAN Item4 0.721 Item13 0.719
Item5 0.626 Item14 0.934
Analisis Item Item6 0.803 Item15 0.885
Analisis item dilakukan sebanyak Item7 0.835 Item16 0.787
dua kali kepada dua sampel yang berbeda, Item8 0.523 Item17 0.759
yaitu pada saat uji coba alat tes (try-out) dan Item9 0.761 Item18 0.719
pengujian sesungguhnya (field). Dari 36
item yang dianalisis pada saat try out
Pengujian validitas juga
didapatkan 3 item yang ditolak, yaitu item 1,
6, dan 9 karena memiliki nilai koefisien menggunakan pengujian kelompok kontras.
Dengan menggunakan U Mann-Whitney
korelasi <.3. Selain itu, terdapat juga 6 item
diketahui nilai U = 9, p<.05. Dengan
5  

 
demikian, alat tes ini valid secara eksternal tahap, yaitu penulisan pra-alfabet, penulisan
apabila diuji dengan kelompok lain. Berikut kata, penulisan frase, dan penulisan kalimat.
adalah hasil uji beda antara skor total siswa Alat tes ini reliabel dengan nilai yang cukup
Sekolah Bisa! dengan siswa yang belajar di tinggi. Alat tes ini juga valid secara internal
sekolah umum: maupun eksternal. Dengan demikian, alat tes
ini bisa menguji konstruk integrasi visual
Tabel 2: Hasil Uji Beda motorik khusus untuk anak EDC dengan
SkorTotal hasil yang berbeda secara signifikan dengan
Mann-Whitney U 9 anak-anak nonEDC.
Wilcoxon W 199 Secara keseluruhan alat tes ini
Z -5.035 memiliki koefisien reliabilitas yang sangat
Asymp. Sig. (2-tailed) 0 tinggi dan memiliki 19 item yang valid
Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] .000
a secara internal. Hal ini memiliki beberapa
arti penting, yaitu item-item dalam tes
tahapan kemampuan ini dapat dikatakan
Dengan U = 9, p<.05, maka alat tes ini valid telah berfungsi dengan baik untuk mengukur
secara eksternal. konstruk yang hendak diukur serta bisa
membedakan tahapan integrasi visual
motorik antara EDC dengan nonEDC.
Norma Namun, selama proses pengujian analisis
Pengujian norma menggunakan item, reliabilitas, dan validitas alat tes ini,
Grade Norms untuk melihat tahapan peneliti mengalami beberapa kesulitan yang
integarsi visual motorik tiap subjek. disarankan untuk diatasi apabila ada
Perhitungan grade norms menghasilkan penelitian selanjutnya.
kategori sebagai berikut: Pertama, kondisi subjek, yaitu
disadvantaged children, yang biasanya
Tabel 3: Norma langsung dilatih untuk menulis huruf tanpa
Kategori Rentang menebalkan titik-titik untuk membentuk
Tahapan Domain
(µ ± 1∂e) Skor
pola tertentu menyebabkan mereka tidak
Penulisan
Tahap 1 1.4 ± 1.3 0-3 dapat mengerjakan beberapa item untuk
pra-alfabet
Penulisan tahap menulis pertama dan kedua. Namun,
Tahap 2 3.8 ± 1.3 3-5 anak-anak tersebut bisa mengerjakan item-
kata
Penulisan item pada tahap selanjutnya yang berupa
Tahap 3 6.2 ± 1.3 5-8 penulisan huruf. Dengan demikian, untuk
frase
Penulisan penelitian selanjutnya penggunaan item pada
Tahap 4 9.8 ± 1.3 9-11
kalimat domain pertama dan kedua harus
disesuaikan dengan kondisi EDC. Item-item
pada kedua domain tersebut sebenarnya bisa
SIMPULAN DAN SARAN direvisi dengan menggunakan bentuk yang
lebih sederhana sehingga tidak
Alat tes tahapan visual motorik menimbulkan kebingungan skoring.
disusun dengan tujuan sebagai alat bantu Kedua, jumlah sampel yang
dalam melakukan proses asesmen calon digunakan untuk menghitung reliabilitas dan
siswa. Konstruk alat tes ini adalah tahapan validitas alat tes ini kurang banyak sehingga
visual motorik yang dibagi menjadi empat distribusi skor total subjek tidak normal. Hal

6  

 
ini menyebabkan hasil perhitungan koefisien guidelines for the use of the global
reliabilitas menjadi terlalu tinggi. Nilai scoring system. (Bender Visual-Motor
koefisien reliabilitas yang terlalu tinggi bisa Gestalt Test, Second Edition Assessment
terjadi akibat jumlah sampel yang terlalu Service Bulletin No.1). Itasca, IL:
sedikit (Crocker & Algina, 1986). Dengan Riverside Publishing.
demikian, penelitian selanjutnya sebaiknya Crocker, L. & Algina, J. (1986).
menggunakan jumlah sampel yang lebih Introduction to classical and modern test
besar sehingga koefisien reliabilitas yang theory. Fort Worth: Harcourt Brace
dihasilkan berada pada rentang yang Jovanovich.
disarankan oleh Anastasi dan Urbina (1997), Desai, A. S. & Rege, P. V. (2005).
yaitu antara .80 - .90. Correlation between developmental test
Ketiga, administrasi alat tes dalam of visual motor integration [VMI] and
kelompok kecil menyulitkan peneliti untuk handwriting in cerebral palsy children.
mengontrol dan menjelaskan instruksi The Indian Journal of Occupational
pengerjaan alat tes kepada subjek. Walaupun Therapy, 27-32.
pengelompokan subjek sudah berdasarkan Ercan, Z. G., Ahmetoğlu. E., & Aral, N.
rentang usia yang hampir sama, namun (2011). Investigating the visual-motor
ternyata EDC dengan usia yang sama belum integration skills of 60-72-month-old
tentu memiliki kemampuan visual motorik children at high and low socio-economic
halus yang sama. Dengan demikian, status as regard the age factor.
administrasi alat tes selanjutnya sebaiknya International Education Studies, 100-
dilakukan secara individu dibandingkan 104.
dengan kelompok kecil karena walaupun Gentry, R. J. (2007). Spelling connections:
peneliti sudah berusaha untuk mengontrol research and stages of spelling
subjek dengan usia yang sama dalam development. USA: Zaner-Bloser.
kelompok kecil, namun subjek tetap Habullah. (2008). Dasar-dasar ilmu
memiliki kemampuan menulis yang pendidikan. (Ed. ke-6). Jakarta: Raja
berbeda-beda. Selain itu, dengan Grafindo Persada.
pengadministrasian perindividu, subjek Kaiser, M-L., Albaret, J-M., & Doudin, P-A.
dapat lebih mengerti perintah dari alat tes (2009). Relationship between visual-
yang diberikan dan subjek juga tidak motor integration, eye-hand
memiliki kesempatan untuk mencontek coordination, and quality of handwriting.
pekerjaan subjek lainnya. Journal of Occupational Therapy,
Schools, & Early Intervention, 87–95.
Sanghavi, R. & Kelkar, R. (2005). Visual-
DAFTAR PUSTAKA motor integration and learning disabled
Anastasi, A., & Urbina, S. (1997). children. The Indian Journal of
Psychological testing (7th ed). New Occupational Therapy, 33-38.
Jersey: Prentice Hall.
BPS. (2009). Perkembangan beberapa
indikator utama sosial-ekonomi
indonesia. Jakarta: Badan Pusat Statistik.
Brannigan, G. G., Decker, S. L., & Madsen,
D. H. (2004). Innovative features of the
Bender-Gestalt II and expanded

7  

You might also like