You are on page 1of 10

LAPORAN PRAKTIKUM TERMODINAMIKA

“KELARUTAN SEBAGAI FUNGSI SUHU”

Disusun Oleh :
Stevanda Kasenda (21501014)

Waktu Praktikum : Jumat 18 November 2022


Tanggal Laporan : 22 November 2022

ILMU KIMIA

FAKUTAS MATEMATIKA ILMU PENGETAHUAN ALAM DAN KEBUMIAN

UNVERSITAS NEGERI MANADO

NOVEMBER
2022
Kelarutan Sebagai Fungsi Suhu

1. Tujuan Penelitian :
Percobaan ini bertujuan untuk menentukan kalor pelarutan diferensial, menentukan
kelarutan zat pada berbagai suhu dan memahami apa itu larutan jenuh.

2. Dasar Teori :

Kelarutan adalah jumlah zat yang dapat larut dalam sejumlah pelarut sampai membentuk
larutan jenuh. Adapun cara menentukan kelarutan suatu zat ialah dengan mengambil
sejumlah tertentu pelarut murni, misalnya 1 liter. Kemudian memperkirakan jumlah zat
yang dapat membentuk larutan lewat jenuh, yang ditandai dengan masih terdapatnya zat
padat yang tidak larut. Setelah dikocok ataupun diaduk akan terjadi kesetimbangan antara
zat yang larut dengan zat yang tidak larut (Atkins, 1994).

Suatu zat dikatakan tak larut, jika zat tersebut larut dalam jumlah yang sangat sedikit.
Kelarutan suatu zat akan tergantung pada temperatur dan tekanan yang diberikan. Jumlah
maksimal zat terlarut dalam sejumlah tertentu pelarut dan pada suhu tertentu merupakan
ukuran kelarutan suatu zat yang larut tersebut (Chang, 2005).

Larutan jenuh didefinisikan sebagai larutan yang mengandung zat terlarut dalam jumlah
yang diperlukan untuk adanya kesetimbangan antara zat larut dan zat tak larut.
Pembentukan larutan jenuh dapat dipercepat dengan pengadukan yang kuat dari zat terlarut
yang berlebih. Banyaknya zat terlarut yang melarut dalam pelarut yang banyaknya tertentu,
untuk menghasilkan suatu larutan jenuh disebut kelarutan zat terlarut. Lazimnya kelarutan
dinyatakan dalam gram zat terlarut per 100 cm³ atau 100 gram pelarut pada temperatur
yang sudah ditentukan (Keenan, 1991).

Larutan dikatakan jenuh pada temperatur tertentu, bila larutan tidak dapat melarutkan lebih
banyak zat terlarut. Bila jumlah zat terlarut kurang dari larutan jenuh disebut larutan tidak
jenuh. Dan bila jumlah zat terlarut lebih dari larutan jenuh disebut larutan lewat jenuh. Daya
larut suatu zat dalam zat lain, dipengaruhi oleh jenis zat pelarut, temperatur dan sedikit
tekanan.
Dalam larutan jenuh terjadi keseimbangan antara molekul-molekul zat yang larut dan
tidak larut. Keseimbangan itu dapat dituliskan sebagai berikut:
A (p) ⇌ A(l)
A(l) : molekul zat terlarut
A (p) : molekul zat yang tidak larut

Tetapan keseimbangan proses pelarutan tersebut,


𝑎𝑧 𝑎𝑧
𝐾= ∗= = 𝑦𝑧 𝑚𝑧
𝑎𝑧 1
𝑎𝑧 : keaktifan zat yang larut
𝑎𝑧∗: keaktifan zat yang tidak larut, yang mengambil harga satu untuk zat padat dalam
keadaan standar
𝑦𝑧 : koefisien keaktifan zat yang larut
𝑚𝑧 : kemolalan zat yang larut yang karena larutan jenuh disebut kelarutan

Hubungan tetapan keseimbangan suatu proses dengan suhu, diberikan oleh isobar reaksi
Van't Hoff,
𝜕𝑙𝑛 𝐾 𝛥𝐻0
( ) = 𝑅𝑇 𝑧
𝜕𝑇
𝑝

𝛥𝐻0 : perubahan entalpi


proses R: tetapan gas ideal
Titrasi merupakan bagian dari analis kimia yang didasarkan pada metode volumetri. Proses
titrasi dilakukan dengan melakukan penambahan secara hati- hati sejumlah zat tertentu
kepada zat lain hingga terjadi titik ekuivalen dan titik akhir tittrasi. Dalam prakteknya, titik
ekuivalen dan titik akhir titrasi terjadi secara bersamaan (Day dan Underwood, 2002).

Proses titrasi akan selalu menggunakan larutan standar primer dan larutan standar sekunder.
Larutan standar primer merupakan larutan yang konsentrasinya sudah diketahui saat
penimbangan. Sedangkan larutan standar sekunder adalah larutan yang konsentrasinya
akan diketahui setelah dititrasi bersama larutan standar perimer. Indikator merupakan suatu
zat warna yang larut dengan perubahan warnanya tampak jelas dalam rentang pH tertentu
(Brady, 1999).
Asam oksalat merupakan padatan kristal dengan rumus umum ICO, yang sedikit larut
dalam air. Asam oksalat menjadi anhidrat jika dipanaskan pada suhu 110°C, termasuk asam
yang sangat beracun. Asam oksalat memiliki berat molekul (BM) sebesar 90,05 gr/mol.
Asam karboksilat paling sederhana ini bisa digambarkan dengan rumus HOOC COOH.
Merupakan asam organik yang relatif kuat. 10.000 kali lebih kuat dari asam asetat.
Dianionnya, dikenal sebagai oksalat, juga akan pereduktor. Banyak ion logam yang
membentuk endapan tak larut dengan asam oksalat, contoh terbaik adalah kalsium
(CaOOC-COOCa), penyusun utama jenis batu ginjal yang sering ditemukan. Asam oksalat
memiliki densitas 1.90 gr cm Kelrutan dalam air yaitu 90 gr dm (pada suhu 20°C) dan
keasamannya (pKa) yaitu 1, 38, 4, 28. Titik nyala yaitu 166 °C. Senyawa-senyawa yang
terkait yaitu Oksalil klorida, Dinadium oksalat, Kalsium oksalat, dan Fenil oksalat ester.
Data diatas berlaku pada temperatur dan tekanan standar (25°C, 100 kPa). (Daintith, 1994).

Natrium hidroksida (NaOH) mudah larut dalam etanol maupun pelarut air. NaOH berwarna
putih, lembab dan dapat menyerap gas CO₂ dari udara bebas. NaOH 50% pada temperatur
tertentu dapat sebagai media oksida anodik yang tumbuh pada baja. NaOH sangat larut
dalam air dan akan melepaskan panas ketika larutan. Ia juga larut dalam etanol dan metanol.
Walaupun kelarutan NaOH dalam kedua cairan ini lebih kecil dari pada kelarutan KOH.
Tidak larut dalam dictil eter dan pelarut non polar lainnya, meninggalkan noda kuning pada
kain dan kertas. Massa molar NaOH yaitu 39,9971 gr/mol. Penampilan berupa zat padat
putih, densitasnya 2,1 gr/cm, padat, titik lelehnya 3,8°C(591 K), titik didih 1390°C (1663
K), kelarutan dalam air 111 gr/100 ml (20°C), kebebasan (pKe) yaitu -2,43, titik nyalanya
yaitu tidak mudah menguap. (Daintith, 1994).

Indikator pp merupakan suatu indikator yang umum digunakan dalam tittasi asam-basa.
Indikator pp sangat mudah larut dalam alkohol dan pelarut organik lainnya. C-H1404 tidak
memberikan perubahan warna pada kondisi di bawah pH = 8 dan memberikan warna di
atas pH-9,6 (Daintith, 1994).

3. Data Praktikum :

Dalam percobaan ini, kristal H2C2O4 dilarutkan dalam 50 mL aquades yang bersuhu
sekitar 60°C, pelarutan kristal H2C2O4 dilakukan hingga membentuk larutan jenuh yang
ditandai dengan terbentuknya endapan larutan yang dibuat kemudian larutan diperlakukan
sehingga suhu larutan sesuai pada kondisi suhu yang telah ditentukan.
Untuk dapat menentukan kelarutan H2C2O4 pada berbagai temperatur dapat dilakukan
dengan cara mentitrasi larutan jenuh H2C2O4 kemudian menentukan volume titran yang
digunakan dalam titrasi tersebut. Pada percobaan ini digunakan larutan NaOH 0,5M
sebagai titran.
Reaksi pada saat terjadi kesetimbangan asam oksalat dalam aquades adalah:
H2C2O4(s) + H2O(l) <——> H2C2O4(aq)
Pada saat pembuatan larutan jenuh yang perlu diperhatikan adalah larutan jangan sampai
lewat jenuh, sehingga endapan yang dihasilkan tidak terlalu banyak. Untuk larutan jenuh,
setelah terjadi kesetimbangan antara zat terlarut dalam larutan dan zat yang tidak larut maka
dalam kesetimbangan tersebut kecepatan melarut sama dengan kecepatan mengendap yang
artinya konsentrasi zat dalam larutan akan selalu tetap. Tetapi apabila kesetimbangan
diganggu misalnya dengan cara suhunya diubah, maka konsentrasi larutan akan berubah.
Pada percobaan ini, ditentukan kelarutan asam oksalat pada beberapa suhu, yaitu suhu
30°C, 20°C, dan 10°C serta menentukan kalor pelarutan zat. Penentuan kelarutan
menggunakan metode titrasi. Pada larutan asam oksalat 1 M, dilakukan titrasi dengan
larutan standar NaOH sebagai titrannya. Volume asam oksalat kurang lebih sepertiga
tabung reaksi dan ditetesi indikator pp, kemudian di titrasi dengan larutan standar NaOH
sampai terjadi perubahan warna.

4. Perhitungan

1. Pembuatan larutan standar asam oksalat 1 M


• Menentukan massa asam oksalat
Mol = V × M
= 50 × 1
= 50 mmol
Massa H2C2O4 = mol × Mr [H2C2O4]
Massa H2C2O4 = 50 × 90
Massa H2C2O4 = 4.500 mg
Massa H2C2O4 = 4,5 g
• Pembuatan larutan
Massa asam oksalat yang sudah ditentukan adalah sebesar 4,5 gram yang dilarutkan dalam
50 mL aquades sehingga didapatkan konsentrasi larutan asam oksalat sebesar 1 M.
2. Pembuatan larutan standar natrium hidroksida
• Menentukan massa natrium hidroksida
Mol = V × M
= 250 × 0,5
= 125 mmol
Massa NaOH = mol × Mr [NaOH]
Massa NaOH = 125 × 40
Massa NaOH = 5000 mg
Massa NaOH = 5 g
• Pembuatan larutan
Massa NaOH yang sudah ditentukan adalah sebesar 5 gram yang dilarutkan dalam 250 mL
aquades sehingga didapatkan konsentrasi larutan NaOH sebesar 0,5 M.

3. Penentuan kelarutan zat pada beberapa suhu

T(°C)
Asam oksalat Volume NaOH (0,5M (mL))
V1 V2
30 50 50
20 50 21
10 50 17

Berdasarkan tabel di atas, dapat diketahui bahwa kelarutan semakin berkurang seiring
menurunnya suhu. Saat suhu menurun, maka semakin sedikit volume larutan NaOH yang
menitrasi asam oksalat. Pada proses titrasi tersebut dapat diketahui persamaan reaksinya,
yaitu:

H2C2O4(aq) + 2NaOH (aq) ——> Na2C2O4(aq) + 2H2O(aq)


kemudian kelarutan asam oksalat pada beberapa suhu dapat dibuktikan dengan
menggunakan rumus titrasi asam-basa sebagai berikut.
MH2C2O4 × VH2C2O4 × 2 = MNaOH × VNaOH × 1 ....... (Sebelum pengenceran)
M1H2C2O4 × V1H2C2O4 = M2H2C2O4 × V2H2C2O4 ....... (Sesudah pengenceran)
Dari rumus diatas dapat diperoleh konsentrasi larutan pada setiap suhu sebagai berikut:

Suhu (°C) Konsentrasi H2C2O4 (M)


Sebelum Sesudah
pengenceran pengenceran
30 2 1
20 0,84 0,42
10 0,68 0,34

5. Jawaban pertanyaan :
• Pertanyaan
1. Pencuplikan untuk menentukan kelarutan di sini dilakukan dari suhu tinggi ke suhu
rendah. Bagaimana pendapat anda kalau pencuplikan itu dilakukan dengan arah
berlawanan yaitu dari rendah ke suhu tinggi?

2. Dalam integrasi isobar reaksi Van’t Hoff diandaikan ∆H tidak tergantung pada suhu.
Bagaimana bentuk persamaan bila kalor pelarut merupakan fungsi kuadrat.
∆H = A + BT + CT2 A, B dan C tetapan?

• Jawaban
1. Pencuplikan untuk menentukan kelarutan dilakukan dari suhu tinggi ke suhu
rendah. Jika pencuplikan tersebut dilakukan dengan arah berlawanan yaitu dari
suhu rendah ke suhu tinggi, maka akan diperoleh grafik yang sama. Kelarutan zat
akan bertambah seiring dengan kenaikan suhu. Tetapi sedikit sulit dilakukan karena
untuk mencapai suhu yang lebih tinggi membutuhkan pemanasan yang dapat
memperbesar kelarutan suatu zat, sehingga zat dalam larutan tersebut akan larut
secara terus menerus dan dapat titik jenuh.
2. Dalam integrasi persamaan Van't Hoff diandaikan bahwa ΔH tidak tergantung pada
suhu. Bentuk penjualannya bila kalor pecah merupakan fungsi kuadrat dari suhu
:ΔH = A + B + CT2, dengan A, B, dan C tetapan, maka akan dihasilkan kurva yang
berbentuk parabola. Penurunan persamaan Van't Hoff

A(p)↔Al)(1)

A(l) : molekul zat terlarut


A(p) : molekul zat tidak terlarut
Tetapan kesetlnibangan proses pelarrttan tersebilt,

°, a

K= . = =.m,

: kereaktifan zat terlaiilt

° : kereaktifan zat teilarilt yang tidak lantt

: koefisien keaktifan zat v’ang larut

m, : keniolai an zat lartit karena jesuit (kelarritan)

d‘K-
T

H* : perubahan entalpi proses

R : tetapan gas ideal

Peisaniaan (2) dan (3) :

d In
dT '

Hps : kalor pelai titan dlferenslat pada konsentrasi permit

k Hps
r' RT2 (5)

d ln y
Dalam hat °'. d lnni dapat diabaikan,

[ d ln y. k Hps - d In y . ni
d In ni (5) ataa

(”)
Persaniaan antara sritia TI dan T2 :

k H p.q T 2— T I
2.303 B T 2xT 1
DAFTAR PUSTAKA

Atkins, P.W. 1994. Physical Chemistry. New York: Freeman,


Brady, J. 1999. Kimia Universitas Asas dan Struktur. Jakarta: Bina Aksara.
Chang, R. 2005. Konsep-konsep Inti Kimia Dasar. Jakarta: Erlangga.
Daintith, J. 1994. Kamus Lengkap Kimia: Oxport. Jakarta: Erlangga.
Day, R., A. dan Underwood. A. L. 2002. Analisis Kimia Kuantitatif Edisi Keenam. Jakarta:
Erlangga.
Keenan, C.W. 1991. Ilmu Kimia untuk Universitas. Jakarta: Elangga.
Sandi, S., R. Kelarutan Sebagai Fungsi Suhu.
https://www.academia.edu/41669568/Kelarutan_sebagai_Fungsi_Suhu_fix_
.(Diakses pada 23 November 2022)

You might also like