Professional Documents
Culture Documents
Psikologi Abk - Kelompok 10 - 2022C
Psikologi Abk - Kelompok 10 - 2022C
Dosen Pengampu :
Dr. FEBRITA ARDIANINGSIH, M. Si
Disusun Oleh :
PLB 2022C
i
DAFTAR ISI
ii
BAB I
PENDAHULUAN
Setiap individu yang terlahirkan di dunia ini memiliki kemampuan yang berbeda
terutama dalam bidang akademik, yang diakibatkan adanya perbedaan tingkat intelegensi
yang dimiliki oleh setiap individu tersebut. Sering kita temui adanya individu yang memiliki
tingkat intelegensi yang tinggi dan sering mendominasi dalam kehidupan sehari-hari terutama
dalam proses pembelajaran, yang disebut anak berbakat atau pintar.Ada pula anak yang
biasa-biasa saja yang intelegensinya normal atau sering disebut dengan anak normal, dan
sering pula ditemukan anak yang memiliki tingkat intelegensi rendah atau di bawah normal
yang mengakibatkan mereka mengalami keterlambatan belajar.
Di Indonesia masih banyak anak yang mengalami lamban belajar terutama dalam
bidang akademiknya.Akibat lamban belajar tersebut, prestasi belajar anak menurun atau
rendah. Hal tersebut menjadi salah satu faktor rendahnya mutu pendidikan di Indonesia.
Dalam dunia pendidikan tentunya, kita tidak akan lepas dari permasalahan tersebut. Memang
sudah menjadi kewajiban kita sebagai calon pendidik untuk memahami permasalahan-
permasalahan yang ada tersebut dengan jelas, dan mengetahui serta melakukan upaya
pemecahan masalah-masalah tersebut. Oleh karena itu, dalam makalah ini akan dijelaskan
mengenai pengertian slow learner atau yang disebut lamban belajar pada anak, bagaimana
karakteristik dan penyebabnya, untuk membantu calon pendidik agar memahami cara
menghadapi anak yang mengalami gangguan lamban belajar.
1
BAB II
PEMBAHASAN
Jika dilakukan tes IQ maka skor mereka antara 70-90 (Cooter&Cooter Jr., 2004;
Willey,2007). Anak-anak lamban belajar atau Slow Learner juga terbatas pada kemampuan
lain seperti pada aspek komunikasi dan bahasa, emosi, sosial atau moral.
B. Karakteristik
Berikut adalah beberapa Karakteristik dari anak lamban belajar (slow learner) :
1. Intelegensi
Dari segi intelegensi anak-anak lamban belajar berada pada kisaran 70-90
berdasarkan skala WISC.Anak dengan IQ tersebut biasanya mengalami kesulitan
pada semua mata pelajaran, terutama pada hafalan dan pemahaman, sulit
memahami hal abstrak dan nilai hasil belajar rendah.
2. Bahasa
Anak-anak lamban belajar mengalami masalah dalam berkomunikasi baik dalam
menyampaikan ide dan gagasan maupun dalam memahami percakapan orang lain.
Untuk meminimalisir kesulitan, sebaiknya melakukan komunikasi yang
sederhana.
3. Emosi
Anak-anak lamban belajar memiliki emosi yang kurang stabil, cepat marah dan
meledakledak serta sensitif.Jika melakukan kesalahan atau tertekan, biasanya
mereka cepat patah semangat.
4. Sosial
Anak-anak lamban belajar dalam bersosialisasi biasanya kurang baik. Saat
bermain, mereka memilih jadi pemain pasif atau penonton dan terkadang lebih
senang bermain dengan anak dibawah usia mereka.
5. Moral
Moral seseorang akan berkembang seiring kematangan kognitifnya, anak-anak
lamban belajar tahu aturan yang berlaku, tetapi tidak paham untuk apa peraturan
2
tersebut dibuat. Hal tersebut disebabkan kemampuan memori mereka terbatas
sehingga sering lupa.
C. Klasifikasi
Kesulitan belajar menurut Mark Selikowitz dibagi menjadi dua kelompok kes ulitan
belajar, yaitu kelompok pertama kesulitan dalam kemampuan dasar akademik diantaranya
membaca (dyslexia), menulis (dysgraphia), mengeja (spelling), berhitung (diskalkulia) dan
bahasa (aphasia), sedangkan kelompok kedua antara lain kesulitan pada kemampuan
organisasi, mengontrol perilaku, kemampuan sosial, dan kemampuan koordinasi.
Slow learner tidak terjadi dengan sendirinya pada anak. Berikut adalah sejumlah
faktor yang dapat menjadi penyebab slow learner pada anak.
1. Faktor Keturunan
Keturunan termasuk salah satu kemungkinan penyebab anak lambat belajar.
3. Trauma psikis
Slow learner juga bisa disebabkan karena faktor eksternal. Salah satunya adalah
perlakuan buruk dari orang-orang di sekitar anak. Perlakuan buruk, apalagi jika
berkelanjutan, dapat memicu trauma psikis pada anak. Faktor ini dinilai mampu
mempengaruhi perkembangan otak anak.
4. Trauma fisik
Kecelakaan yang menyebabkan cedera kepala atau sistem saraf juga termasuk
kemungkinan penyebab gangguan belajar anak, termasuk slow learner.
3
E. Permasalahan utama yang dihadapi
Kasus-kasus masalah belajar yang terjadi pada siswa SL,diorientasikan dalam
berbagai aspek-aspek substansi belajar akademik di sekolah dasar kelas awal. Aspek itu
meliputi belajar membaca dan menulis permulaan, khususnya membaca dengan
menggunakan Bahasa Indonesia, serta berhitung dengan tahap membilang dan
mengoperasikan angka. Aspek akademik tersebut ditinjau dari komponen saat
pencapaiannya, kendala tidak tercapainya sesuai dengan standar kelas, kesulitan-kesulitan
teknis dan substansi ketika melakukan belajar untuk mencapai kompetensi membaca,
menulis, dan berhitung dengan pengoperasian angka.
Bentuk-bentuk penanganan atau tindakan yang sudah diusahakan oleh guru antara lain:
1. Memanfaatkan potensi lain dari anak SL untuk membangkitkan motivasi belajar
2. Mempergunakan buku dan sumber belajar lain yang memudahkan belajar bagi anak
SL
3. Menggunakan media-media gambar agar mempermudah belajar anak SL
4. Menjelaskan secara lisan dan berulang
5. Memberikan contoh dengan peragaan
6. Menggunakan media yang dapat disentuh atau diraba
7. Bertanya langsung kepada anak SL untuk memastikan pemahaman yang dapat
ditangkap
8. Memanggil nama anak agar memperhatikan
9. Memperbolehkan anak SL menggunakan alat bantu
10. Mendorong siswa lainnya untuk membantu
11. Memastikan perhatian anak
12. Menempatkan anak SL duduk di urutan depan
13. Memberikan pengulangan ketika menjelaskan materi
14. Memberikan tambahan jam pelajaran di luar jam pelajaran efektif
15. Mempersilahkan ke luar kelas untuk mendapatkan remedi dari guru khusus
16. Memberikan pekerjaan rumah yang lebih mudah dibanding dengan siswa lainnya
4
17. Pengurangan tugas bagi siswa SL dibanding dengan siswa lainnya
18. memberikan soal yang lebih mudah kepada siswa SL
19. memberikan bantuan kepada siswa SL ketika mengerjakan tugas;
20. Bantuan membacakan;
21. bantuan menuliskan;
22. pemberian waktu yang lebih banyak kepada siswa SL dibanding dengan siswa lainnya
ketika mengerjakan tugas;
23. menyediakan tempat terpisah dari siswa lainnya;
24. memberikan tugas yang dapat dikoreksi oleh siswa SL sendiri;
25. memberikan tugas secara bergradasi dari mulai tingkat amat mudah ke yang tingkat
sulit;
26. meminta orang tua agar lebih memperhatikan belajar putranya; dan
27. berkonsultasi dengan ahli terkait.
Seperti yang sudah terurai di atas mengenai Anak slow leaners, di mana anak
mengalami lamban belajar dan memperoleh informasi yang di peroleh. Dengan begitu juga
karena kondisi slow leaners ini anak berdampak pada anak, slow learner dapat didasarkan
situasi dimana anak tidak mencapai penguasaan objek pembelajaran dimana penguasaan
objek ini merupakan syarat ke tingkat pembelajaran berikutnya. Anak yang mengalami
hambatan ini lebih banyak membutuhkan kesempatan dan waktu untuk dapat mengulang
materi pelajaran. Pengulangan ini dimaksudkan untuk mencapai hasil seperti anak yang lain.
Anak yang mengalami slow learner memiliki berdampak prestasi rendah karena kelambatan
perkembangan pola pikir dalam mencerna setiap informasi pembelajaran. Kelambanan ini
tidak hanya soal pola pikir namun juga pada aspek mentalitas. Sejalan dengan penjelasan
yang telah diuraikan di atas, beberapa sebab anak mengalami slow learner dapat diuraikan
untuk memberikan pemahaman dalam upaya pencegahan maupun penanganannya.
Gejala lain yang dapat ditemukenali berkaitan dengan slow leaner ini dapat dilihat
pada aspek keterbatasan kognitif anak. Hal ini dapat dicermati pada daya ingat anak rendah
dalam pembelajaran. Gangguan dan kurang konsentrasi menyebabkan mereka tidak
menangkap isi pesan secara baik dalam pembelajaran juga bisa muncul pada perilaku anak.
Bentuk kesulitan ini terjadi dalam pembelajaran. Oleh karena itu, pendampingan sangat
dibutuhkan ditopang dengan cara belajar secara tepat untuk membantu anak memahami
informasi dalam pembelajaran.
5
Dampak lainnya bisa diamati pada aspek emosi peserta didik. Anak yang mengalami
slow learner selalu menunjukkan emosi yang biasanya kurang terkendali. Peserta didik pada
fase emosi ini mudah meletup tidak terkendali karena terdorong ego yang harus dipenuhi
melalui Tindakan refleks yang jika tidak dikontrol bisa berakibat negatif. Meskipun
demikian, ekspresi peserta didik semacam itu dipandangnya sebagai sesuatu yang biasa
karena anak yang mengalami kelambatan belajar juga memiliki kebutuhan emosi yang harus
terpenuhi seperti halnya anak-anak normal sebagaimana kebutuhan merasa dirinya aman
maupun mendapatkan perlakuan kasih sayang. Anak-anak ini harus didorong mentalnya
sehingga merasa diterima oleh lingkungan serta memperoleh pengakuan sosial. Selain itu,
mereka juga diberikan ruang kemandirian dan tanggung jawab yang mampu mereka jalankan.
Anak-anak yang lambat belajar juga harus mendapatkan pengalaman dan aktivitas baru yang
dapat menstimulus dan memberikan efek perkembangan potensi mereka.
6
BAB III
PENUTUP
4.1. Kesimpulan