You are on page 1of 14

LAPORAN PENDAHULUAN

PROSEDUDUR MENGGUNAKAN ALAT KESEHATAN KEBIDANAN

Disusun guna Memenuhi Persyaratan Ketuntasan


Praktik Kebutuhan Dasar Manusia

Program Studi Sarjana Terapan Kebidanan

Disusun oleh:
Nama : Destriana Ekha Prastiwi
NIM : PO.62.24.2.307

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PALANGKA RAYA
JURUSAN KEBIDANAN
TAHUN 2022
LEMBAR PENGESAHAN
LAPORAN PENDAHULUAN

Telah Disahkan Tanggal: Juni 2022

Mengesahkan,

Pembimbing Institusi ,

Sofia Mawaddah, SST ., M.Keb


NIP. 19811105 200212 2 002

Mengetahui,

Ketua Program Studi Sarjana Koordinator Mata Kuliah


Terapan Kebidanan dan Ketrampilan Dasar Manusia
Pendidikan Profesi Bidan

Erina Eka Hatini ,SST., MPH Yeni Lucin, S.Kep. MPH


NIP. 19800608 200112 2 001 NIP 19650727 198602 2 001

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkah dan karuniaNya
sehingga panduan pelaksanaan pembuatan laporan pendahuluan Kebutuhan Dasar Manusia
mahasiswa Sarjana Terapan Kebidanan Angkatan VII Semester II Jurusan Kebidanan
Poltekkes Kemenkes Palangka Raya ini dapat diselesaikan.
Penyusunan panduan ini dimaksud sebagai acuan bagi mahasiswa dan juga teman-
teman semua dalam melaksanakan pembuatan laporan pendahuluan yang pelaksanaannya
ditatanan pelayanan Rumah Sakit dengan mematuhi aturan dan protokol kesehatan menuju
transis endemic kegiatan praktik sesuai dengan capaian pembelajaran.
Kami menyadari banyak kekurangan dalam penyusunan pedoman ini sehingga kami
terbuka terhadap saran dan kritik yang membangun untuk penyempurnaan panduan ini dan
semoga panduan ini dapat bermanfaat bagi semua pihak yang terlibat dalam proses
pembelajaran ini.

DAFTAR ISI
BAB 1
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Praktik kebidanan adalah kegiatan proses pembelajaran di lahan praktik dalam konteks
klinik, di pelayanan institusi Rumah Sakit, Program Studi Sarjana Terapan Kebidanan Kelas
Regular Angkatan VII Semester II melaksanakan kegiatan praktik klinik Kebutuhan Dasar
manusia (KDM) di wahana praktik khususnya Praktik KDM di Pelayanan institusi Rumah
sakit sebagai salah satu bentuk tuntutan kurikulum dan pelayanan umum bagi masyarakat.
Dalam menjalankan kegiatan tersebut Politeknik Kesehatan Kemenkes Palangka Raya
Program Studi Sarjana terapan Kebidanan tidak terlepas dari kegiatan administrasi, keuangan
dan pembimbingan.
Praktek Klinik Ketrampilan Dasar Kebidanan yang dilaksanakan pada semester II,
merupakan aplikasi dari mata kuliah KDM . Adapun tuntutan Kompetensi sesuai dengan
yang tertuang dalam kurikulum ketrampilan dasar praktik kebidanan harus langsung
diaplikasikan pada tuntunan situasi nyata sehingga target komptensi dapat tercapai dan
ketrampilan mahasiswa dapat diakui selain itu mahasiswi dapat memadukan pengetahuan,
keterampilan dan sikap yang akan diperlukan dalam kehidupan professional dan kompeten
dalam kewenangannya dan model pembimbingan yang digunakan preceptorship-mentorship.
Dengan metode ini, diharapkan mahasiswa dapat mengintegrasikan seluruh pengetahuan,
sikap dan keterampilan yang telah didapat pada perkuliahan teori maupun praktik
laboratorium dan klinik, sehingga kompetensi yang diharapkan dapat tercapai.
B. TUJUAN
A. Umum
Setelah pembuatan laporan pendahuluan Kebutuhan Dasar manusia (KDM) ini
diharapkan dapat memberikan kemampuan kepada mahasiswa untuk melaksanakan praktik
klinik mandiri yang didasari konsep, sikap dan keterampilan dalam memberikan Pemenuhan
kebutuhan dasar manusia.
B. Khusus
Secara khusus tujuan pembuatan laporan pendahuluan ini diharapkan agar mahasiswa :
a) Mampu menggunakan alat kesehatan/kebidanan
b) Melakukan Prosedur pencegahan infeksi, cuci tangan, sterilisasi alat, pemasangan sarung
tangan,
c) Melakukan prosedur pemeriksaan fisik bayi, anak, dewasa
d) Melakukan prosedur Pemeriksaan Vital Sign Suhu, Nadi, respirasi, tekanan darah, Nyeri)
e) Melakukan prosedur memandikan klien, Shampooing, Vulva Hygiene, Bad making
f) Melakukan pengaturan posisi klien sesuai kebutuhan
g) Melakukan prosedur pemasangan dan melepas NGT/OGT, memberikan makan via NGT
h) Memasang dan melepas infus
i) Melakukan prosedur pemberian obat oral,parenteral (IM,IC,SC,IV langsung/per
infus),Vagina ,rectum, kulit
j) Melakukan pemberian O2
C. MANFAAT
Mahasiswi dapat memperoleh pengalaman dan keterampilan dalam melakukan
praktikum, mempertinggi partisipasi siswa baik secara individu maupun kelompok, siswa
belajar berfikir melalui prinsip-prinsip materi yang sudah diberikan oleh dosen dan
mahasiswi dapat berbaur langsung dengan masyarakat.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. PENGERTIAN
1. Pengertian Alat Kesehatan Secara Umum
Alat kesehatan adalah barang atau instrumen atau alat termasuk setiap komponen di
dalamnya baik itu bagian atau perlengkapan yang diproduksi untuk tujuan medis selain itu
alat kesehatan juga dijual dan digunakan sebagai pemeliharaan perawatan kesehatan
diagnosis maupun yang lainnya yang berkaitan dengan kesehatan.
Alat perhiasan sendiri selain untuk fungsi di atas juga sebagai perbaikan instruktur fungsi
tubuh manusia diagnosis kehamilan pemeliharaan selain kehamilan selain itu juga sebagai
pencegahan kehamilan namun tidak termasuk golongan obat.
2. Pengertian Alat Kesehatan Menurut Klasifikasinya
Alat kesehatan juga dibedakan berdasarkan klasifikasinya ada beberapa alat kesehatan
yang di mana tentu memiliki pengertian yang berbeda-beda berikut ini pengertian yang
berdasar golongannya atau klasifikasinya.
3. Berdasarkan Jenisnya
Alat kesehatan elektromedik radiasi: adalah adalah alat kesehatan yang dalam
pengoperasiannya menggunakan arus listrik AC maupun DC selain itu juga memancarkan zat
radioaktif selama digunakan.
Alat kesehatan elektromedik non radiasi: tidak menggunakan arus AC maupun DC pada
pengoperasiannya.
Alat kesehatan non elektromedik steril: alat kesehatan ataupun produk steril dan
sebelumnya sudah mengalami proses sterilisasi sehingga tidak membutuhkan arus listrik AC
maupun DC contoh alat kesehatan ini diantaranya kasa jarum suntik dan masih banyak lagi.
Alat kesehatan non elektromedik tidak steril: alat kesehatan ini tidak mengalami proses
sterilisasi terlebih dahulu dan tidak melakukan arus listrik AC dan DC pada
pengoperasiannya contoh kursi roda timbangan bayi dan lain-lain.
Produk diagnosis invitro: peralatan kesehatan ini dipakai pada saat pemeriksaan
specimen dari tubuh manusia yang membutuhkan diagnosis dan pemeriksaan lebih lanjut
contohnya alat gula darah alat tes kehamilan dan lain-lain.
4. Berdasarkan Fungsinya.
Alat kesehatan medis: tentu alat ini memiliki fungsi untuk membantu segala macam
kegiatan medis dalam hal ini peralatan medis dibagi menjadi dua yaitu perlengkapan dan
utesilent atau alat bantu yang digunakan tenaga medis.
Alat kesehatan non medis: untuk alat kesehatan yang satu ini tidak memiliki fungsi untuk
membantu kegiatan medis namun peralatan ini sangat membantu untuk kelancaran kegiatan
medis baik itu di rumah sakit Puskesmas maupun klinik.
5. Berdasarkan Sifat Pemakaian.
Alat kesehatan habis dipakai: alat kesehatan yang hanya digunakan satu kali dan setelah
itu harus dibuang contohnya adalah penggunaan testpack.
Alat kesehatan tidak habis pakai: alat kesehatan ini bisa digunakan secara terus-menerus
dan dalam kurun waktu yang lama selain itu alat kesehatan ini tidak memiliki masa
kadaluarsa penggunaan contohnya kursi roda.
B. TUJUAN
Alat kesehatan berdasarkan tujuan penggunaan sebagaimana dimaksud oleh produsen,
dapat digunakan sendiri maupun kombinasi untuk manusia dengan satu atau beberapa tujuan
sebagai berikut:
1. Diagnosis, pencegahan, pemantauan, perilaku atau pengurangan penyakit.
2. Diagnosis, pemantauan perlakuan pengurangan atau kompensasi kondisi penyakit.
3. Penyelidikan, penggantian, pemodifikasian, mendukung anatomi atau proses fisiologis.
4. Mendukung atau mempertahankan hidup.
5. Menghalangi pembuahan.
6. Desinfeksi alat kesehatan.
7. Menyediakan informasi untuk tujuan medis atau diagnosa melalui penguji in Vitro
terhadap spesimen dari tubuh.
C. INDIKASI
Untuk kegunaan lain, lihat Indikasi (disambiguasi). Dalam kedokteran, indikasi adalah
alasan yang sah untuk menggunakan, pengobatan, prosedur, atau pilihan tertentu. [1] Ada
banyak indikasi untuk menggunakan prosedur atau pengobatan. [2] Suatu indikasi biasanya
dapat dikacaukan dengan istilahdiagnosis. Diagnosis adalah penilaian kondisi [medis]
tertentu hadir sementara indikasi indikasi adalah alasan untuk digunakan. [3] Kebalikan dari
indikasi adalahkontraindikasi, [4] alasan untuk menahan pengobatan medis tertentu karena
risiko pengobatan jelas lebih besar daripada manfaatnya.
Di Amerika Serikat, indikasi untuk obat resep disetujui olehFDA. Indikasi termasuk
dalam bagian Indikasi dan Penggunaan dari Informasi Peresepan. Peran utama dari bagian
pelabelan ini adalah untuk mendukung praktik perawatan kesehatan dengan mudah
mengetahui terapi yang tepat untuk mengkomunikasikan indikasi obat yang disetujui. Bagian
Indikasi dan Penggunaan menyatakan atau kondisi, atau manifestasi atau gejalanya, mana
obat tersebut disetujui, serta apakah obat tersebut diindikasikan untuk pengobatan,
pencegahan, pengurangan, penyembuhan, atau diagnosis penyakit itu atau kondisi.Selain itu,
bagian Indikasi dan Penggunaan harus berisi kelompok usia yang disetujui serta informasi
lain yang diperlukan untuk menjelaskan penggunaan yang tepat (misalnya, mengidentifikasi
subkelompok pasien/penyakit yang ditunjukkan, menyatakan apakah terapi tambahan
diperlukan).
D. KONTRA INDIKASI
Kontraindikasi adalah suatu kondisi atau faktor yang berfungsi sebagai alasan untuk
mencegah tindakan medis tertentu karena bahaya yang akan didapatkan pasien.
Kontraindikasi adalah kebalikan dari indikasi, yang merupakan alasan untuk menggunakan
pengobatan tertentu.
Beberapa kontraindikasi bersifat mutlak, yang berarti bahwa tidak ada keadaan wajar
untuk melakukan suatu tindakan. Misalnya, anak-anak dan remaja dengan infeksi virus tidak
boleh diberikan aspirin karena risiko sindrom Reye,] dan orang dengan anafilaksis alergi
makanan harus menghindari makanan yang menyebabkan alergi. Demikian pula, orang
dengan hemokromatosis tidak boleh diberikan preparat besi.
Kontraindikasi lainnya bersifat relatif, yang berarti bahwa pasien berada pada risiko yang
lebih tinggi dari komplikasi, tetapi risiko ini dapat sebanding dengan pertimbangan lain atau
dikurangi dengan langkah-langkah lain. Misalnya, seorang wanita hamil biasanya harus
menghindari sinar-X, tetapi risiko yang dimiliki sebanding dengan manfaat tindakan untuk
mendiagnosis keadaan serius seperti tuberkulosis. Kontraindikasi relatif juga dapat disebut
sebagai peringatan, seperti di Formularium Nasional Inggris.
E. PERSIAPAN ALAT
1. PERALATAN TIDAK STERIL
Tensimeter, Stetoskop Bioculer, Stetoskop Monocular, Timbangan Dewasa, Timbangan
Bayi, Pengukur Panjang Bayi, Termometer, Pengisap Lendir, Oksigen dengan Regulator,
Ambu bag dengan masker resusitasi (Ibu + Bayi), Penghisap lendir, Lampu Sorot,
Penghitung Nadi (jam dengan jarum detik), Sterilisator, Bak Instrumen dengan Tutup, Reflek
hamer, Alat periksa HB (Sahli), Set Pemeriksaan Urine (Protein+Reduksi), Pita Pengukur,
Sarung Tangan Karet untuk mencuci alat, Apron/Celemek, Masker, Pengamanan Mata,
Sarung Kaki Plastik, Infus Set, Standart Infus, Semprit Disposible, Tempat Kotoran /
Sampah, Tempat Kain Kotor, Tempat Plasenta, Pot, Piala Ginjal/bengkok besar dan kecil,
Sikat, sabun ditempatnya, Kertas Lakmus, Vacum Ekstraktor set, Semprit glyserin, Gunting
ferband, Pengukur Darah, Spatel Lidah, IUD Kit, Implant Kit, Handuk Bayi, Topi Bayi,
Selimut Bayi.
2. PERALATAN STERIL (DTT)
Klem Pean, ½ klem kocher, Korentang, Gunting Tali Pusat, Gunting Benang, Gunting
episiotomi, Kateter Karet/Metal, Pincet Anatomi pendek dan panjang, Tenacukum / kochel
tang, Pincet Chirurgi, Spekulum Vagina cocor bebek dan sim, Mangkok Metal Kecil,
Pengikat Tali Pusat, Penghisap Lendir, Tampon tang dan Tampon Vagina, Pemegang Jarum,
Jarum Kulit dan Otot, Sarung Tangan, Benang Sutera dan Catgut, Doek steril (kain steril).
3. BAHAN HABIS PAKAI
Kapas, Kain Kasa, Plester, Handuk, Pembalut Wanita
4. FORMULIR PENCEGAHAN INFEKSI
Wadah anti tembus untuk pembuangan tabung suntik dan jarum, Tempat untuk sampah
terkontaminasi basah dan kering dalam tempat terpisah, Ember untuk menyiapkan larutan
klorin, Ember plastik tertutup untuk mendekontaminasi.
Peralatan, Ember plastic dan sikat untuk membersihkan dan mencuci peralatan, DTT set
untuk merebus dan atau mengukus, Tempat penyimpanan peralatan bersih yang tertutup.
5. FORMULIR YANG DISEDIAKAN
Formulir Informed Consent, Formulir ANC, Formulir Partograf, Formulir Persalinan /
Nifas dan KB, Buku Register : (Ibu, Bayi, Anak, KB), Formulir Laporan, Formulir Rujukan,
Formulir Surat kelahiran, Formulir permintaan darah, Buku KIA.
6. OBAT – OBATAN
Roborantia, Immunisasi, Anafilaktif syock, Sedativa, Anti biotika, Anti piretika, Utero
tonika, Koagulantia, Anti Kejang (Mg S04 untuk Ibu Hamil : Diazepam perrectal untuk
bayi ), Glyserin, Cairan Infus, Obat Luka.
F. PROSEDUR KERJA
1. Puskesmas
Puskesmas adalah organisasi kesehatan fungsional yang merupakan pusat pengembangan
kesehatan masyarakat yang juga membina peran serta masyarakat dan memberikan pelayanan
secara menyeluruh dan terpadu kepada masyarakat di wilayah kerja nya dalam bentuk
kegiatan pokok (Depkes RI, 1991). Dengan kata lain puskesmas mempunyai wewenang dan
tanggungjawab atas pemeliharaan kesehatan masyarakat dalam wilayah kerjanya. Menurut
Kepmenkes RI No. 128/Menkes/SK/II/2004 puskesmas merupakan Unit Pelayanan Teknis
Dinas kesehatan kabupaten/kota yang bertanggung jawab menyelenggarakan pembangunan
kesehatan di suatu wilayah kerja.

2. Perencanaan Puskesmas
Arah perencanaan puskesmas adalah mewujudkan kecamatan sehat 2010. Dalam
perencanaan puskesmas hendaknya melibatkan masyarakat sejak awal sesuai kondisi
kemampuan masyarakat di wilayah kecamatan. Pada dasarnya ada 3 langkah penting dalam
penyusunan perencanaan yaitu :
 Dentifikasi kondisi masalah kesehatan masyarakat dan lingkungan serta fasilitas
pelayanan kesehatan tentang cakupan dan mutu pelayanan
 Identifikasi potensi sumber daya masyarakat dan provider, dan
 Menetapkan kegiatan -kegiatan untuk menyelesaikan masalah.
Hasil perencanaan puskesmas adalah Rencana Usulan Kegiatan (RUK) tahun yang akan
datang setelah dibahas bersama dengan Badan Penyantun Puskesmas (BPP). Setelah
mendapat kejelasan dana alokasi kegiatan yang tersedia selanjutnya puskesmas membuat
Rencana Pelaksanaan Kegiatan (RPK). Proses perencanaan dapat menggunakan instrumen
Perencanaan Tingkat Puskesmas (PTP) yang telah disesuaikan dengan kondisi setempat atau
dapat memanfaatkan instrument lainnya.
3. Penggerakkan Pelaksanaan
Puskesmas melaksanakan serangkaian kegiatan yang merupakan penjabaran lebih rinci
dari rencana pelaksanaan kegiatan. Penyelenggaraan penggerakan pelaksanaan puskesmas
melalui instrumen lokakarya mini puskesmas yang terdiri dari :
 Lokakarya mini bulanan adalah alat untuk penggerakan pelaksanaan kegiatan bulanan
dan juga monitoring bulanan kegiatan puskesmas dengan melibatkan lintas program
intern puskesmas.
 Lokakarya mini tribulanan dilakukan sebagai penggerakan pelaksanaan dan monitoring
kegiatan puskesmas dengan melibatkan lintas sektoral, Badan Penyantun Puskesmas atau
badan sejenis dan mitra yang lain puskesmas sebagai wujud tanggung jawab puskesmas
perihal kegiatan.
4. Pengawasan, Pengendalian dan Penilaian
Untuk terselenggaranya proses pengendalian, pengawasan dan penilaian diperlukan
instrumen yang sederhana. Instrumen yang telah dikembangkan di puskesmas adalah: 1)
Pemantauan Wilayah Setempat (PWS), 2) Penilaian / Evaluasi Kinerja Puskesmas sebagai
pengganti dan stratifikasi.
5. Kesehatan kerja puskesmas
Risiko petugas puskesmas terhadap kesehatan dan kecelakaan kerja dapat digambarkan
sebagai hasil penelitian di Jakarta Timut thn 2004, menunjukkan bahwa rendahnya perilaku
petugas kesehatan di puskesmas terhadap kepatuhan melaksanakan setiap prosedur tahapan
kewaspadaan universal dengan benar hanya 18,3% status vaksinasi Hepatitis B petugas
kesehatan puskesmas masih rendah sekitar 12,5% riwayat pernah tertusuk jarum bekas sekitar
84,2 %. Dalam puskesmas terdapat beberapa kerugian yang didapat jika tidak terlalu
memperhatikan Kesehatan dan keselamatan Petugas ataupun pasien. Kerugian Akibat
Kecelakaan Kerja dalam Puskesmas antara lain Kerugian Langsung yaitu Penderitaan
pribadi, rasa kehilangan dari anggota keluarga korban dan Kerugian Tak langsung
(tersembunyi) yaitu Kerusakan mesin dan peralatan, terganggunya produksi, terganggunya
waktu kerja prtugas Kesehatan dll. (Silalahi bennet dkk, manajemen keselamatan dan
keselamatan kerja, jakarta, sbdodadi, 1995).
6. Upaya Kesehatan Kerja di Puskesmas
Upaya Kesehatan Kerja Di Puskesmas Ditujukan untuk melindungi pekerja agar hidup
sehat dan terbebas dari gangguan kesehatan serta pengaruh buruk yang diakibatkan oleh
pekerja. Upaya kesehatan kerja yang dimaksud meliputi pekerja disektor fomal dan informal
dan berlaku bagi setiap orang selain pekerja yang berada dilingkungan tempat kerja.
Berdasarkan Kepmenkes Nomor 128/MENKES/SK/II/2004 tentang kebijakan dasar
puskesmas menyatakan bahwa puskesmas merupakan unit pelaksana teknis Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota yang bertanggung jawab dalam menyelenggarakan pembangunan kesehatan
diwilayah kerjanya termasuk upaya kesehatan kerja. Menurut International Labaour
Organisation (ILO) diketahui bahwa 1,2 juta orang meninggal setiap tahun karena kecelakaan
kerja atau penyakit akibat hubungan kerja (PAHK). Dari 250 juta kecelakaan, 3000.000
orang meninggal dan sisanya meninggal karena PAHK oleh sebab itu diperkirakan ada 160
juta PAHK baru setiap tahunnya. Melihat data tersebut maka sangat perlu diberikan
perlindungan kesehatan dan keselamatan kerja kepada masyarakat pekerja di wilayah kerja
puskesmas dengan tujuan meningkatkan kemampuan pekerja untuk menolong dirinya sendiri
sehingga terjadi peningkatan status kesehatan dan akhirnya peningkatan produktivitas kerja .
Adapun sasaran dari program ini adalah pekerja di sektor kesehatan antara lain masyarakat
pekerja di puskesmas, balai pengobatan/poliklinik, laboraturium kesehatan, Pos Upaya
Kesehatan Kerja (Pos UKK), Jaringan dokter perusahaan bidang kesehatan kerja, masyarakat
pekerja diberbagai sektor pembangunan, dunia usaha dan lembaga swadaya masyarakat.
Untuk menerapkan pelayanan kesehatan kerja di puskesmas, secara umum kita dapat
melihat langkah-langkah yang dapat diterapkan sebagaimana yang tertuang dalam pedoman
pelayanan kesehatan kerja yang meliputi perencanaan, pelaksanaaan dan evaluasi serta
memperhatikan aspek indikator yang harus dipenuhi. Strategi yang dikembangkan adalah
dengan cara terpadu dan menyeluruh dalam pola pelayanan kesehatan puskesmas dan
rujukan, dilakukan melalui pelayanan kesehatan paripurna, yang meliputi upaya peningkatan
kesehatan, pencegahan penyakit akibat kerja, penyembuhan penyakit dan pemulihan
kesehatan. Serta peningkatan pelayanan kesehatan kerja dilaksanakan melalui peran serta
aktif masyakarat khususnya masyarakat pekerja.
7. Sebab-sebab kecelakaan di Puskesmas
 Tindak perbuatan manusia baik pasien, pengunjung ataupun ptugas kesehatan yang tidak
memenuhi standar keselamatan (unsafe human acts).
 Keadaan- keadaan lingkungan yang tidak aman (unsafe conditions) 80-85% kecelakaan
disebabkan oleh kelalaian atau kesalahan manusia Suatu pendapat: Langsung atau tidak
langsung semua kecelakaan disebabkan oleh semua manusia yang terlibat dalam suatu
kegiatan. (International Labour Office, Geneva, pencegahan kecelakaan , Buku pedoman,
PT. Pustaka Binaan Presindo. Jakarta, 1989.

DAFTAR PUSTAKA

KESEHATAN, K. (2016). PEDOMAN PENANDAAN ALAT KESEHATAN. Diambil kembali


dari informasi_alkes/: http://regalkes.kemkes.go.id/informasi_alkes/008.%20Pedoman
%20Penandaan%20ALKES.pdf
SRI SUHARTINI, E. Y. (2020, April). Laporan Praktik Klinik Kebidanan. Diambil kembali
dari Laporan-praktik-klinik-kebidanan: https://idoc.pub/documents/laporan-praktik-
klinik-kebidanan-546g8j5p1qn8
TEAM, M. (t.thn.). Alat-alat Kesehatan. Diambil kembali dari tahukan-anda-mengenai-alat-
kesehatan-alkes-online: https://www.medicalogy.com/blog/tahukan-anda-mengenai-
alat-kesehatan-alkes-online/

You might also like