You are on page 1of 19

PENDIDIKAN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN

DEMOKRASI

ss

DISUSUN OLEH :
1. HIDAYATUN NIKMAH (161120001797)
2. APRILIYA DWI NAFISA (161120001809)
3. ALYA SAVIKA (161120001819)

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS


PRODI AKUNTANSI
KELAS AA

UNIVERSITAS ISLAM NAHDLATUL ULAMA JEPARA


TAHUN 2016
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr. Wb. Puji syukur kami haturkan kepada Allah SWT yang
senantiasa memberikan rahmat, nikmat, taufik, serta hidayah-Nya. Sehingga pada kesempatan
kali ini kami dapat menyelesaikan tugas pendidikan pancasila dan kewarganegaraan.
Tugas ini kami susun atas kerja sama dari kelompok kami. Begitu juga dengan dosen
kami yang memberikan bimbingan dan arahan kepada kami. Tujuan dan harapan kami dalam
membuat tugas ini adalah tak lain lagi hanya untuk memperdalam pemahaman kami terhadap
materi kuliah “Demokrasi “ dalam mata kuliah pendidikan pancasila dan kewarganegaraan.
Akhir kata dari kami semoga makalah ini dapat bermanfaat kepada para pembaca
sekaligus dapat menambah wawasan pengetahuan kami. Kami menyadari masih banyak
kekurangan dari bentuk penyusunan maupun materi. Untuk itu kami mengharap kritik dan
saran dari pembaca makalah ini. Atas kritik dan sarannya kami mengucapkan terima kasih.
Wassalamu,alaikum Wr. Wb.

2
DAFTAR ISI
Kata Pengantar 2
Daftar Isi 3
Pembahasan Demokrasi 4
1. Konsep Dasar Demokrasi Dan Sistem Pemerintahan Negara 4
2. Sejarah Perkembangan Demokrasi Di Indonesia Dari Masa Ke Masa 5
3. Teori-Teori Demokrasi 10
4. Tipe-Tipe Demokrasi 13
5. Praktik-Praktik Demokrasi Di Negara Maju 15
6. Praktik-Praktik Demokrasi Di Negara Berkembang 15
7. Demokrasi Di Indonesia Sejarah Dan Perkembangannya 16
8. Berbagai Upaya Mendemokrasikan Demokrasi Dalam Koridor Demokrasi 17
Penutup 18
Daftar Pustaka 19

3
PEMBAHASAN

DEMOKRASI

1. Konsep Dasar Demokrasi dan Sistem Pemerintahan Negara


A. Pengertian Demokrasi
         Pengertian demokrasi berasal dari bahasa Yunani, yaitu demos yang berarti
rakyat dan cratos yang berarti pemerintahan. Sehingga dapat diartikan sebagai
pemerintahan rakyat. Atau bisa disebut dengan pemerintahan dari rakyat, oleh rakyat ,
dan untuk rakyat. Pilar demokrasi yang biasa kita kenal adalah prinsip trias politica,
dimana membagi ketiga kekuasaan politik negara yaitu eksekutif,yudikatif dan
legislatif.
Berikut pengertian demokrasi menurut para ahli :
- Aristoteles
Pengertian demokrasi adalah sebagai kebebasan, dimana karena hanya lewat
kebebasan setiap warga negara dapat saling berbagi kekuasaan. Dia menambahkan
bahwa seseorang yang hidup tanpa bebas memilih cara hidupnya sama saja seprti
budak.
- Kraneburg
Kraneburg mengartikan demokrasi sesuai dengan arti dasarnya yaitu cara
memerintah rakyat.
- Menurut Abraham Lincoln
Mantan presiden Amerika ini berpendapat bahwa demokrasi adalah pemerintah
dari, oleh, dan untuk rakyat.
- Koentjoro Poerbopranoto
Dia mengatakan bahwa demokrasi adalah sebuah sistem dimana rakyat ikut
berpartisipasi secara aktif dalam pemerintahan negara.
Pada intinya demokrasi terbagi menjadi dua  :
1. Demokrasi langsung (Direct Democracy) yaitu demokrasi yang mengambil arti
demokrasi sebagai pengambilan keputusan secara langsung tiap warga negara
yang tanpa diwakili oleh siapapun. 
2. Demokrasi tidak langsung yaitu demokrasi yang mengambil arti demokrasi
sebagai pengambilan keputusan oleh perwakilan warga negara.

4
B. Konsep Demokrasi
Dimana sebelumnya sudah dijelaskan bahwa pengertian demokrasi berasal dari bahasa
Yunani, yaitu demos yang berarti rakyat dan cratos yang berarti pemerintahan. Artinya
adalah pemerintahan rakyat dimana rakyat memegang seluruh kekuasaan.
Pemerintahan ditangan rakyat. Sehingga dapat diartikan sebagai pemerintahan rakyat.
Atau bisa disebut dengan pemerintahan dari rakyat, oleh rakyat , dan untuk rakyat.
   
C. Bentuk Demokrasi
Dalam hal ini demokrasi terbagi 2 secara umum, yaitu:
a. Demokrasi langsung
   yaitu demokrasi yang mengambil arti demokrasi sebagai pengambilan
keputusan secara langsung tiap warga negara yang tanpa diwakili oleh siapapun.
Artinya adalah setiap rakyat mewakili dirinya sendiri dalam memilih suatu
kebijakan sehingga mereka memilih pengaruh langsung terhadap politik yang
terjadi.
b. Demokrasi tidak langsung
   yaitu demokrasi yang mengambil arti demokrasi sebagai pengambilan
keputusan oleh perwakilan warga negara. Artinya adalah demokrasi yang
dilakukan oleh masyarakat dalam setiap pemilihan umum untuk menyampaikan
pendapat dan mangambil keputusan bagi mereka.

2. SEJARAH PERKEMBANGAN DEMOKRASI DI INDONESIA DARI MASA KE


MASA

Sejarah Demokrasi di Indonesia sejak Zaman Kemerdekaan Hingga Saat Ini


Indonesia merupakan negara yang menerapkan demokrasi dalam sistem
pemerintahannya. Namun, penerapan demokrasidi Indonesia mengalami beberapa
perubahan sesuai kondisi politik dan pemimpin kala itu. Berikut penjelasan sejarah
demokrasi di Indonesia. Sejarah demokrasi di Indonesia dari zaman kemerdekaan hingga
zaman reformasi saat ini.
Sejak Indonesia merdeka dan menjadi negara pada tanggal 17 Agustus 1945, dalam UUD
1945 menetapkan bahwa Negara Kesatuan Republik Indonesia menganut paham
demokrasi, dimana kedaulatan (kekuasaan tertinggi) berada ditangan Rakyat dan
dilaksanakan sepenuhnya oleh Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR), atau tergolong
sebagai negara yang menganut paham Demokrasi Perwakilan.

5
Berikut periode perkembangan demokrasi di Indonesia:

A. Perkembangan Demokrasi Masa Revolusi Kemerdekaan ( 1945 – 1950)

Indonesia masih berjuang menghadapi Belanda yang ingin kembali ke Indonesia. Pada
saat itu pelaksanaan demokrasi belum berjalan dengan baik. Hal itu disebabkan oleh
masih adanya revolusi fisik. Pada awal kemerdekaan masih terdapat sentralisasi
kekuasaan hal itu terlihat Pasal 4 Aturan Peralihan UUD 1945 yang berbunyi sebelum
MPR, DPR dan DPA dibentuk menurut UUD ini segala kekuasaan dijalankan oleh
Presiden denan dibantu oleh KNIP. Untuk menghindari kesan bahwa negara Indonesia
adalah negara yang absolut pemerintah mengeluarkan :
 Maklumat Wakil Presiden No. X tanggal 16 Oktober 1945, KNIP berubah
menjadi lembaga legislatif.
 Maklumat Pemerintah tanggal 3 Nopember 1945 tentang Pembentukan Partai
Politik.
 Maklumat Pemerintah tanggal 14 Nopember 1945 tentang perubahan sistem
pemerintahn presidensil menjadi parlementer

Perkembangan demokrasi pada periode ini telah meletakkan hal-hal mendasar.


Pertama, pemberian hak-hak politik secara menyeluruh. Kedua, presiden yang secara
konstitusional ada kemungkinan untuk menjadi dictator. Ketiga, dengan maklumat
Wakil Presiden, maka dimungkinkan terbentuknya sejumlah partai politik yang
kemudian menjadi peletak dasar bagi system kepartaian di Indonesia untuk masa-masa
selanjutnya dalam sejarah kehidupan politik kita.

B. Perkembangan Demokrasi  Parlementer (1950-1959)


Periode pemerintahan negara Indonesia tahun 1950 sampai 1959 menggunakan UUD
Sementara (UUDS) sebagai landasan konstitusionalnya. Pada masa ini adalah masa
kejayaan demokrasi di Indonesia, karena hampir semua elemen demokrasi dapat
ditemukan dalam perwujudan kehidupan politik di Indonesia. Lembaga perwakilan
rakyat atau parlemen memainkan peranan yang sangat tinggi dalam proses politik
yang berjalan. Perwujudan kekuasaan parlemen ini diperlihatkan dengan adanya
sejumlah mosi tidak percaya kepad pihak pemerintah  yang mengakibatkan kabinet
harus meletakkan jabatannya.
Pada tahun 1950-1959 bisa disebut sebagai masa demokrasi liberal yang parlementer,
dimana  presiden sebagai Kepala Negara bukan sebagai kepala eksekutif. Masa
demokrasi ini peranan parlemen, akuntabilitas politik sangat tinggi dan
berkembangnya partai-partai politik. Namun demikian praktik demokrasi pada masa
ini dinilai gagal disebabkan :
 Dominannya politik aliran, sehingga membawa konsekuensi terhadap
pengelolaan konflik

6
 Landasan sosial ekonomi yang masih lemah
 Tidak mampunya konstituante bersidang untuk mengganti UUDS 1950
 Persamaan kepentingan antara presiden Soekarno dengan kalangan Angkatan
Darat, yang sama-sama tidak senang dengan proses politik yang  berjalan

Atas dasar kegagalan itu maka Presiden mengeluarkan Dekrit Presiden 5 Juli 1959 :
 Bubarkan konstituante
 Kembali ke UUD 1945 tidak berlaku UUD S 1950
 Pembentukan MPRS dan DPAS

C. Perkembangan Demokrasi Terpimpin (1959-1965)


Pengertian demokrasi terpimpin menurut Tap MPRS No. VII/MPRS/1965 adalah
kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan
perwakilan yang berintikan musyawarah untuk mufakat secara gotong royong
diantara semua kekuatan nasional yang progresif revolusioner dengan berporoskan
nasakom dengan ciri:
 Dominasi Presiden
 Terbatasnya peran partai politik
 Berkembangnya pengaruh PKI

Sejak berakhirnya pemillihan umum 1955, presiden Soekarno sudah menunjukkan


gejala ketidaksenangannya kepada partai-partai politik. Hal itu terjadi karena partai
politik sangat orientasi pada kepentingan ideologinya sendiri dan dan kurang
memperhatikan kepentingan politik nasional secara menyeluruh.disamping itu
Soekarno melontarkan gagasan bahwa demokrasi parlementer tidak sesuai dengan
kepribadian bangsa indonesia yang dijiwai oleh Pancasila.
Penyimpangan masa demokrasi terpimpin antara lain:
 Mengaburnya sistem kepartaian, pemimpin partai banyak yang dipenjarakan
 Peranan Parlemen lembah bahkan akhirnya dibubarkan oleh presiden dan
presiden membentuk DPRGR
 Jaminan HAM lemah
 Terjadi sentralisasi kekuasaan
 Terbatasnya peranan pers
 Kebijakan politik luar negeri sudah memihak ke RRC (Blok Timur)

7
Setelah terjadi peristiwa pemberontakan G 30 September 1965 oleh PKI, menjadi
tanda akhir dari pemerintahan Orde Lama.

D. Perkembangan Demokrasi  dalam Pemerintahan Orde Baru


Pemerintahan Orde Baru  ditandai oleh Presiden Soeharto yang menggantikan Ir.
Soekarno sebagai Presiden kedua Indonesia. Pada masa orde baru ini menerapkan
Demokrasi Pancasila untuk menegaskan bahwasanya model demokrasi inilah yang
sesungguhnya sesuai dengan ideologi negara Pancasila.
Awal Orde baru memberi harapan baru pada rakyat pembangunan disegala bidang
melalui Pelita I, II, III, IV, V dan pada masa orde baru berhasil menyelenggarakan
Pemilihan Umum tahun 1971, 1977, 1982, 1987, 1992, dan 1997.Namun demikian
perjalanan demokrasi pada masa orde baru ini dianggap gagal sebab:
 Rotasi kekuasaan eksekutif hampir dikatakan tidak ada
 Rekrutmen politik yang tertutup
 Pemilu yang jauh dari semangat demokratis
 Pengakuan HAM yang terbatas
 Tumbuhnya KKN yang merajalela
 Sebab jatuhnya Orde Baru:
 Hancurnya ekonomi nasional ( krisis ekonomi )
 Terjadinya krisis politik
 TNI juga tidak bersedia menjadi alat kekuasaan orba
 Gelombang demonstrasi yang menghebat menuntut Presiden Soeharto untuk
turun jadi Presiden.

Orde Baru mewujudkan dirinya sebagai kekuatan yang kuat dan relatif otonom,
dan sementara masyarakat semakin teralienasi dari lingkungan kekuasaan
danproses formulasi kebijakan. Kedaan ini adalah dampak dari (1) kemenangan
mutlak dari kemenangan Golkar dalam pemilu yang memberi legitimasi politik
yangkuat kepada negara; (2) dijalankannya regulasi-regulasi politik semacam
birokratisasai, depolitisasai, dan institusionalisasi; (3) dipakai pendekatan
keamanan; (4) intervensi negara terhadap perekonomian dan pasar yang
memberikan keleluasaan kepda negara untuk mengakumulasikan modal dan
kekuatan ekonomi; (5) tersedianya sumber biaya pembangunan, baik dari
eksploitasi minyak bumi dan gas serta dari komoditas nonmigas dan pajak
domestik, mauppun yang berasal dari bantuan luar negeri, dan akhirnya (6) sukses
negara orde baru dalam menjalankan kebijakan pemenuhan kebutuhan pokok

8
rakya sehingga menyumbat gejolak masyarakat yang potensinya muncul karena
sebab struktural.

E. Perkembangan Demokrasi  Pada Masa Reformasi (1998 Sampai Dengan


Sekarang)
Sejak runtuhnya Orde Baru yang bersamaan waktunya dengan lengsernya Presiden
Soeharto, maka Indonesia memasuki suasana kehidupan kenegaraan yang baru,
sebagai hasil dari kebijakan reformasi yang dijalankan terhadap hampir semua aspek
kehidupan masyarakat dan negara yang berlaku sebelumnya. Kebijakan reformasi ini
berpuncak dengan di amandemennya UUD 1945 (bagian Batangtubuhnya) karena
dianggap sebagai sumber utama kegagalan tataan kehidupan kenegaraan di era Orde
Baru.
Berakhirnya masa orde baru ditandai dengan penyerahan kekuasaan dari Presiden
Soeharto ke Wakil Presiden BJ Habibie pada tanggal 21 Mei 1998.
Masa reformasi berusaha membangun kembali kehidupan yang demokratis antara
lain:
 Keluarnya Ketetapan MPR RI No. X/MPR/1998 tentang pokok-pokok
reformasi
 Ketetapan No. VII/MPR/1998 tentang pencabutan tap MPR tentang
Referandum
 Tap MPR RI No. XI/MPR/1998 tentang penyelenggaraan Negara yang bebas
dari KKN
 Tap MPR RI No. XIII/MPR/1998 tentang pembatasan Masa Jabatan Presiden
dan Wakil Presiden RI
 Amandemen UUD 1945 sudah sampai amandemen I, II, III, IV
 Pada Masa Reformasi berhasil menyelenggarakan pemiluhan umum sudah
dua kali yaitu tahun 1999 dan tahun 2004.

Demokrasi yang diterapkan Negara kita pada era reformasi ini adalah demokresi
Pancasila, namun berbeda dengan orde baru dan sedikit mirip dengan demokrasi
perlementer tahun 1950 1959. Perbedaan demkrasi reformasi dengan demokrasi
sebelumnya adalah:
 Pemilu yang dilaksanakan (1999-2004) jauh lebih demokratis dari yang
sebelumnya.
 Ritasi kekuasaan dilaksanakan dari mulai pemerintahan pusat sampi pada
tingkat desa.
 Pola rekruitmen politik untuk pengisian jabatan politik dilakukan secara
terbuka.

9
 Sebagian besar hak dasar bisa terjamin seperti adanya kebebasan menyatakan
pendapat

3. TEORI-TEORI DEMOKRASI

Ada beberapa teori-teori demokrasi yaitu :


1. Teori Demokrasi Klasik
            Demokrasi, dalam pengertian klasik, pertama kali muncul pada abad ke-5
SM tepatnya di Yunani. Pada saat itu pelaksanaan demokrasi dilakukan secara
langsung, dalam artian rakyat berkumpul pada suatu tempat tertentu dalam rangka
membahas pelbagai permasalahan kenegaraan.
            Bentuk negara demokrasi klasik lahir dari pemikiran aliran yang dikenal
berpandangan a tree partite classification of state yang membedakan bentuk
negara atas tiga bentuk ideal yang dikenal sebagai bentuk negara kalsik-
tradisional. Para penganut aliran ini adalah Plato, Aristoteles, Polybius dan
Thomas Aquino.
            Plato dalam ajarannya menyatakan bahwa dalam bentuk demokrasi,
kekuasaan berada di tangan rakyat sehingga kepentingan umum (kepentingan
rakyat) lebih diutamakan. Secara prinsipil, rakyat diberi kebebasan dan
kemerdekaan. Akan tetapi kemudian rakyat kehilangan kendali, rakyat hanya
ingin memerintah dirinya sendiri dan tidak mau lagi diatur sehingga
mengakibatkan keadaan menjadi kacau, yang disebut Anarki. Aristoteles sendiri
mendefiniskan demokrasi sebagai penyimpangan kepentingan orang-orang
sebagai wakil rakyat terhadap kepentingan umum. Menurut Polybius, demokrasi
dibentuk oleh perwalian kekuasaan dari rakyat. Pada prinsipnya konsep demokrasi
yang dikemukakan oleh Polybius mirip dengan konsep ajaran Plato. Sedangkan
Thomas Aquino memahami demokrasi sebagai bentuk pemerintahan oleh seluruh
rakyat dimana kepentingannya ditujukan untuk diri sendiri.
            Prinsip dasar demokrasi klasik adalah penduduk harus menikmati
persamaan politik agar mereka bebas mengatur atau memimpin dan dipimpin
secara bergiliran.

2. Teori Civic Virtue


Pericles adalah negarawan Athena yang berjasa mengembangkan demokrasi. Prinsip-
prinsip pokok demokrasi yang dikembangkannya adalah:
a.    Kesetaraan warga negara
b.    Kemerdekaan
c.    Penghormatan terhadap hukum dan keadilan
d.   Kebajikan bersama

10
Prinsip kebajikan bersama menuntut setiap warga negara untuk mengabdikan diri
sepenuhnya untuk negara, menempatkan kepentingan republik dan kepentingan
bersama diatas kepentingan diri dan keluarga.
Di masa Pericles dimulai penerapan demokrasi langsung (direct democrazy). Model
demokrasi ini bisa diterapkan karena jumlah penduduk negara kota masih terbatas,
kurang dari 300.000 jiwa, wilayah nya kecil, struktur sosialnya masih sederhana dan
mereka terlibat langsung dalam proses kenegaraan.

3. Teori Social Contract


Teori kontrak sosial berkembang dan dipengaruhi oleh pemikiran Zaman Pencerahan
(Enlightenment) yang ditandai dengan rasionalisme, realisme, dan humanisme, yang
menempatkan manusia sebagai pusat gerak dunia. Pemikiran bahwa manusia adalah
sumber kewenangan secara jelas menunjukkan kepercayaan terhadap manusia untuk
mengelola dan mengatasi kehidupan politik dan bernegara. Dalam perspektif
kesejarahan, Zaman Pencerahan ini adalah koreksi atau reaksi atas zaman sebelumnya,
yaitu Zaman Pertengahan. Walau demikian, pemikiran-pemikiran yang muncul di
Zaman Pencerahan tidaklah semuanya baru. Seperti telah disinggung di atas, teori
kontrak sosial yang berkembang pada Zaman Pencerahan ternyata secara samar-samar
telah diisyaratkan oleh pemikir-pemikir zaman-zaman sebelumnya seperti Kongfucu
dan Aquinas. Yang jelas adalah bahwa pada Zaman Pencerahan ini unsur-unsur
pemikiran liberal kemanusiaan dijadikan dasar utama alur pemikiran.

Hobbes, Locke dan Rousseau sama-sama berangkat dari, dan membahas tentang
kontrak sosial dalam analisis-analisis politik mereka. Mereka sama-sama mendasarkan
analisis-analisis mereka pada anggapan dasar bahwa manusialah sumber kewenangan.
Akan tetapi tentang bagaimana, siapa mengambil kewenangan itu dari sumbernya, dan
pengoperasian kewenangan selanjutnya, mereka berbeda satu dari yang lain.
Perbedaan-perbedaan itu mendasar satu dengan yang lain, baik di dalam konsep
maupun di dalam praksinya.           

Dalam membangun teori kontrak sosial, hobbes, Locke dan Rousseau memulai dengan
konsep kodrat manusia, kemudian konsep-konsep kondisi alamiah, hak alamiah dan
hukum alamiah.

Hobbes menyatakan bahwa secara kodrati manusia itu sama satu dengan lainnya.
Masing-masing mempunyai hasrat atau nafsu (appetite) dan keengganan (aversions),
yang menggerakkan tindakan mereka. Appetites manusia adalah hasrat atau nafsu
akan kekuasaan, akan kekayaan, akan pengetahuan, dan akan kehormatan. Sedangkan
aversions manusia adalah keengganan untuk hidup sengsara dan mati. Hobbes
menegaskan pula bahwa hasrat manusia itu tidaklah terbatas. Untuk memenuhi hasrat
atau nafsu yang tidak terbatas itu, manusia mempunyai power. Oleh karena setiap
manusia berusaha untuk memenuhi hasrat dan keengganannya, dengan menggunakan

11
power-nya masing-masing, maka yang terjadi adalah benturan power antarsesama
manusia, yang meningkatkan keengganan untuk mati. 

Dengan demikian Hobbes menyatakan bahwa dalam kondisi alamiah, terdapat


perjuangan untuk power dari manusia atas manusia yang lain. Dalam kondisi alamiah
seperti itu manusia menjadi tidak aman dan ancaman kematian menjadi semakin
mencekam. Karena kondisi alamiah tidak aman, maka dengan akalnya manusia
berusaha menghindari kondisi perang satu dengan lainnya itu dengan menciptakan
kondisi artifisial (buatan). Dengan penciptaan ini manusia tidak lagi dalam kondisi
alamiah, tetapi sudah memasuki kondisi sipil.

Locke memulai dengan menyatakan kodrat manusia adalah sama antara satu dengan
lainnya. Akan tetapi berbeda dari Hobbes, Locke menyatakan bahwa ciri-ciri manusia
tidaklah ingin memenuhi hasrat dengan power tanpa mengindahkan manusia lainnya.
Menurut Locke, manusia di dalam dirinya mempunyai akal yang mengajar prinsip
bahwa karena menjadi sama dan independen manusia tidak perlu melanggar dan
merusak kehidupan manusia lainnya. Oleh karena itu, kondisi alamiah menurut Locke
sangat berbeda dari kondisi alamiah menurut Hobbes. Menurut Locke, dalam kondisi
alamiah sudah terdapat pola-pola pengaturan dan hukum alamiah yang teratur karena
manusia mempunyai akal yang dapat menentukan apa yang benar apa yang salah
dalam pergaulan antara sesama.

Masalah ketidaktentraman dan ketidakamanan kemudian muncul, menurut Locke,


karena beberapa hal. Pertama, apabila semua orang dipandu oleh akal murninya, maka
tidak akan terjadi masalah. Akan tetapi, yang terjadi, beberapa orang dipandu oleh
akal yang telah dibiarkan (terbias) oleh dorongan-dorongan kepentingan pribadi,
sehingga pola-pola pengaturan dan hukum alamiah menjadi kacau. Kedua, pihak yang
dirugikan tidak selalu dapat memberi sanksi kepada pelanggar aturan dan hukum yang
ada, karena pihak yang dirugikan itu tidak mempunyai kekuatan cukup untuk
memaksakan sanksi.

Oleh karena kondisi alamiah, karena ulah beberapa orang yang biasanya punya
power, tidaklah menjamin keamanan penuh, maka seperti halnya Hobbes, Locke juga
menjelaskan tentang upaya untuk lepas dari kondisi yang tidak aman penuh menuju
kondisi aman secara penuh. Manusia menciptakan kondisi artifisial (buatan) dengan
cara mengadakan kontrak sosial. Masing-masing anggota masyarakat tidak
menyerahkan sepenuhnya semua hak-haknya, akan tetapi hanya sebagian saja. Antara
pihak (calon) pemegang pemerintahan dan masyarakat tidak hanya hubungan
kontraktual, akan tetapi juga hubungan saling kepercayaan (fiduciary trust).

Seperti halnya Hobbes dan Locke, Rousseau memulai analisisnya dengan kodrat
manusia. Pada dasarnya manusia itu sama. Pada kondisi alamiah antara manusia yang
satu dengan manusia yang lain tidaklah terjadi perkelahian. Justru pada kondisi

12
alamiah ini manusia saling bersatu dan bekerjasama. Kenyataan itu disebabkan oleh
situasi manusia yang lemah dalam menghadapi alam yang buas. Masing-masing
menjaga diri dan berusaha menghadapi tantangan alam. Untuk itu mereka perlu saling
menolong, maka terbentuklah organisasi sosial yang memungkinkan manusia bisa

Walaupun pada prinsipnya manusia itu sama, tetapi alam, fisik dan moral menciptakan
ketidaksamaan. Muncul hak-hak istimewa yang dimiliki oleh beberapa orang tertentu
karena mereka ini lebih kaya, lebih dihormati, lebih berkuasa, dan sebagainya.
Organisasi sosial dipakai oleh yang punya hak-hak istimewa tersebut untuk menambah
power dan menekan yang lain. Pada gilirannya, kecenderungan itu menjurus ke
kekuasaan tunggal.

Untuk menghindar dari kondisi yang punya hak-hak istimewa menekan orang lain
yang menyebabkan ketidaktoleranan (intolerable) dan tidak stabil, maka masyarakat
mengadakan kontrak sosial, yang dibentuk oleh kehendak bebas dari semua (the free
will of all), untuk memantapkan keadilan dan pemenuhan moralitas tertinggi. Akan
tetapi kemudian Rousseau mengedepankan konsep tentang kehendak umum (volonte
generale) untuk dibedakan dari hanya kehendak semua (omnes ut singuli). Kehendak
bebas dari semua tidak harus tercipta oleh jumlah orang yang berkehendak (the
quantity of the ‘subjects’), akan tetapi harus tercipta oleh kualitas kehendaknya (the
quality of the ‘object’ sought).
           
4. Teori trias politica      
 Trias politica atau teori mengenai pemisahan kekuasaan, di latar belakangi pemikiran
bahwa kekuasaan-kekuasaan pada sebuah pemerintahan yang berdaulat tidak dapat
diserahkan kepada orang yang sama dan harus dipisahkan menjadi dua atau lebih
kesatuan kuat yang bebas untuk mencegah penyalahgunaan kekuasaan oleh pihak
yang berkuasa. Dengan demikian diharapkan hak-hak asasi warga negara dapat lebih
terjamin.

Dalam bukunya yang berjudul L’esprit des Louis Montesquieu membagi kekuatan
negara menjadi tiga kekuasaan agar kekuasaan dalam negara tidak terpusat pada
tangan seorang raja penguasa tunggal, yaitu sebagai berikut.
a.    Legislatif, yaitu kekuasaan untuk membentuk undang-undang.
b.    Eksekutif, yaitu kekuasaan untuk menjalankan undang-undang.
c.    Legislatif, yaitu kekuasaan untuk mengawasi pelaksanaan undang-undang
(mengadili).

Ide pemisahan kekuasaan tersebut, menurut Montesquieu dimaksudkan untuk


memelihara kebebasan politik, yang tidak akan terwujud kecuali bila terdapat
keamanan masyarakat dalam negeri. Montesquieu menekankan bahwa satu orang atau
lembaga akan cenderung untuk mendominasi kekuasaan dan merusak keamanan
masyarakat tersebut bila kekuasaan terpusat padanya. Oleh karenanya, dia berpendapat

13
bahwa agar pemusatan kekuasaan tidak terjadi, haruslah ada pemisahan kekuasaan
yang akan mencegah adanya dominasi satu kekuasaan terhadap kekuasaan lainnya.

4. TIPE-TIPE DEMOKRASI

Tipe-tipe demokrasi di dunia sangat banyak sekali jumlahnya. Hal ini terjadi karena
setiap negara memiliki caranya tersendiri dalam menerapkan demokrasi. Selain itu,
sebuah negara sering kali memodifikasi sebuah bentuk demokrasi, agar sebisa
mungkin cocok dengan masyarakat di negaranya. hasilnya jenis atau tipe demokrasi-
demokrasi baru akan bermunculan. berikut saya sajikan beberapa tipe demokrasi yang
digunakan oleh sebagian besar negara.
Menurut David Collier dan Steven Levitsky setidaknya ada kurang kebih 550 jenis
demokrasi yang kini berkembang di dunia. Dengan menggunakan teori bandul yang
menggunakan prinsip pengukuran dari negara yang kadar demokrasinya paling lemah
hingga yang paling kuat, kita bisa menentuukan adanya empat titik perkembangan
demokrasi.

 Rezim Otoritarian
 Demokrasi Elektoral

 Demokrasi Liberal
 Demokrasi Penuh

Dari teori ini kemudian dikenallah istilah demokrasi elektoral, pseudo-demokrasi,


Demokrasi liberal, Demokrasi Terpimpin, Demokrasi Pancasila, dsb.
Adapun tipe demokrasi yang umum diimplementasikan di dunia saat ini adalah :

1. Demokrasi langsung
Demokrasi langsung disebut juga demokrasi asli, di mana kehendak rakyat dapat
diwujudkan secara langsung tanpa perantara apapun seperti yang terjadi di polis
Athena di masa Yunani Kuno.
Kelebihan : keputusan berada penuh di tangan rakyat
Kekurangan : hanya dapat diterapkan pada ruang lingkup yang kecil

2. Demokrasi perwakilan
Demokrasi perwakilan ini memiliki aturan dimana setiap warga bebas
menjalankan haknya dalam pengambilan keputusan politik, namun bukan secara
personal melainkan melalui perwakilan yang ditunjuk dan bertanggung jawab
terhadap mereka. Komponen paling penting dalam demokrasi ini terletak pada
rakyat dan pemerintah, dengan pemilihan umum secara periodik sebagai alat

14
masyarakat untuk mengontrol pemerintah. Demokrasi perwakilan dibagi lagi
menjadi tiga subtipe :
a. Demokrasi parlementer
o Parlemen merupakan satu-satunya lembaga perwakilan tertinggi
pengambil keputusan
o Kembaga eksekutif dipimpin perdana menteri
o Kepala negara tidak memiliki kekuasaan eksekutif

Contoh negara penganut demokrasi parlementer : Inggris, Belanda

b. Demokrasi Presidensil
o Kepala negara dipilih langsung oleh rakyat
o Kepala negara memiliki kekuasaan mandiri, baik dalam pembentukan
pemerintahan maupun dalam menyusun perundang-undangan.
Contoh : Amerika Serikat

c. Demokrasi Campuran
Meskipun ada dua jenis demokrasi yang telah diterapkan oleh beberapa negara
di dunia, namun dalam prakteknya banyak negara-negara yang
mengombinasikan keduannya, misalnya demokrasi semi-presidensial di Swiss,
prancis, dan portugal. Setidaknya ada lima jenis demokrasi campuran :
o Presidensial murni
o Presidensial-parlemen(Rusia)
o Perdana menteri-presidensial(Polandia)
o Parlementer dengan presiden
o Parlementer murni(Austria)

3. Demokrasi satu partai


Demokrasi ini digunakan oleh negara-negara komunis seperti china, rusia. Namun
banyak orang meragukan bahwa ini termasuk dalam tipe demokrasi atau bukan.

5. Praktik-Praktik demokrasi di Negara maju


Di negara maju dapat kita lihat di negara jepang adalah salah satu dari sedikit negara
untuk tetap mempertahankan budaya sendiri. Budaya ini tetap terwujud dalam politik
dan ekonomi jepang. Salah satu aspek dari jepang dari jepang pasca-perang budaya
politik adalah bahwa jepang enggan untuk menerima rasa bersalah perang. Dengan
banyak fitur lain dari kehidupan politik jepang mencerminkan norma yang kuat dari
kelompok menjaga harmoni

6. Praktik-praktik demokrasi di Negara berkembang

15
Di negara berkembang menggunakan budaya politik parochial partisipan karena pada
tatanan ini terlihat negara-negara tersebut sedang giat melakukan pembangunan
kebudayaan. Norma-norma yang biasanya diperkenalkan bersifat partisipatif ,yang
berusaha meraih keselarasa dan keseimbangan sehingga tertentu mereka lebih banyak
menuntut kultur partisipan.1[5]

7. Demokrasi di Indonesia Sejarah dan perkembangannya


1. Periode 1945-1959
Demokrasi pada masa ini dikenal dengan sebutan demokrasi parlementer.sistem
parlementer ini mulai berlaku sebulan sesudah kemerdekaan di proklamirkan.
Lemahnya budaya demokrasi untuk mempraktikkan dimokrasi model barat ini
telah memberi peluang sangat besar kepada partai-partai politik untuk
mendominasi kehidupan social-politik.

Ketiadaan budaya demokrasi yang sesuai dengan sistem demokrasi parlimenter ini
akhirnya melahirkan fragmentasi politik berdasarkan afiliasi kesukuan dan agama.
Akibatnya, pemerintahan yang berbasis pada koalisi politik pada masa ini jarang
dapat bertahan lama. Koalis yang di bangun sangat mudah pecah. Hal ini
mengakibatkan destabilisasi politik nasional yang mengancam integrasi nasional
yang sedang di bangun persaingan tidak sehat antara faksi-faksi politik dan
pemberontakan daerah terhadap pemerintah pusat telah mengancam berjalanya
demokrasi itu sendiri.2[6]

2. Periode 1959-1965
Periode di kenal dengan sebutan demokrasi terpimpin (guided democracy). Cirri-
ciri demokrasi ini adalah dominasi politik presiden dan berkembangnya pengaruh
komunis dan peranan tentara (ABRI) dalam panggung politik nasional. Hal ini di
sebabkan oleh lahirnya dekrit presiden 5 juli 1959 sebagai usaha untuk mencari
jalan keluar dari kebuntuan politik melalui pembentukan kepimpinan personal
yang kuat. Sekalipun UUD 1945 memberi peluang seorang presiden untuk
memimpin pemerintahan selama 5 tahun, ketettapan MPRS NO.III/1963
mengankat insinyur soekarno sebagai presiden seumur hidup. Dengan lahirnya
MPRS ini secara otomotis telah membatalkan pembatasan waktu lima tahun UUD
1945, kepemimpinan presiden tanpa batas ini terbukti melahirkan tindakan dan
kebijakan yang menyimpang dari ketentuan-ketentuan Undang-Undang Dasar
1945.

2
16
3. Periode 1965-1998
Periode ini merupakan masa pemerintahan presiden soeharto dengan orde
barunya. Sebutan orde baru merupakan kritik terhadap periode sebelumnya, orde
lama. Orde baru, sebagaimana di nyatakan oleh pendukungnya, adalah upaya
untuk meluruskan kembali penyelewengan terhadap undang-undang dasar 1945
yang terjadi dalam masa demokrasi terpimpin. Seiring pergantian kepemimpinan
nasional, demokrasi terpimpin ala presiden soekarno telah diganti oleh elite orde
baru dengan demokrasi pancasila.

8. Berbagai upaya mendemokrasikan demokrasi dalam koridor demokrasi


Demokratisasi merupakan penerapan kaidah-kaidah atau prinsip demokrasi pada
kegiatan sistem politik kenegaraan. Tujuan untuk membentuk kehidupan politik
bercirikan demokrasi. Demokratisasi merujuk pada proses perubahan menuju
sistem pemerintahan yang lebih demokratis.

Tahapan demokrasi:
1.      Pergantian dari penguasa non demokratis ke penguasa demokrasi
2.      Pembentikan lembaga dan tertib politik demokrasi
3.      Konsolidasi demokrasi
4.      Praktik demokrasi sebagai budaya politik bernegara.3[7]

3
17
PENUTUP

A.  KESIMPULAN
Kata demokrasi memiliki pengertian umum sebagai sebuah bentuk pemerintahan rakyat
(government of the people) dimana kekuasaan tertinggi terletak di tangan rakyat dan di
lakukan secara langsung oleh rakyat atau melalui para wakil mereka melalui mekanisme
pemilihan yang berlangsung secara bebas.

Konsep demokrasi lahir dari tradisi pemikiran yunani tentang hubungan Negara dan hukum,
yang dipraktekan pada masa itu bebrbentuk demokrasi langsung,yaitu hak rakyat untuk
membuat keputusan politik dijalankan secara langsung oleh seluruh warga Negara
berdasarkan prosedur mayoritas.

B.  SARAN
Demokrassi masih sebatas proses-proses politik transaksional. Pada saat yang sama jati diri
bangsa Indonesia makin dipertanyakan. Maka dari itu demokrasi harus diorientsikan untuk
menjaga empat konsensus kebangsaaan Indonesia yaitu, Pancasila, UUD 1945, NKRI, dan
Binneka Tunggal Ika.

18
DAFTAR PUSTAKA

http://haezersianturi.blogspot.co.id/2015/03/konsep-dasar-demokrasi-dan-sistem.html
http://sistempemerintahannegaraindonesia.blogspot.co.id/2015/11/sejarah-perkembangan-
demokrasi-di.html
http://halidachanblog.blogspot.co.id/2010/12/teori-teori-demokrasi.html
https://sujianto7.blogspot.co.id/2016/02/tipe-tipe-demokrasi-yang-paling-terkenal.html
http://yukitamari.blogspot.co.id/2011/12/budaya-politik-negara-maju-dan_06.html
http://yukitamari.blogspot.co.id/2011/12/budaya-politik-negara-maju-dan_06.html
] http://lutfiarizza.wordpress.com//tag/demokrasi
http://fajarjero.blogspot.co.id/2015/11/demokrasi.html

19

You might also like