You are on page 1of 2

Pada masa sebelum terbit Magna Carta tahun 1215, di Inggris masyarakat pernah

menolak membayar pungutan pajak (upeti) kepada Raja. Tidak ada pajak tanpa
keterwakilan rakyat di parlemen atau wakil rakyat yang membela kepentingan rakyat.
Sejak adanya Magna Carta, slogan “No taxation without representation” populer. Pajak
dipungut harus berdasarkan undang-undang yang disahkan parlemen, tidak ada
pungutan pajak oleh pemerintah kecuali didasari undang-undang yang disahkan Dewan
Perwakilan Rakyat.

Kemudian pada tahun 1750-an frase “No taxation without representation” digunakan di
Amerika Serikat masa revolusi dan berkembang slogan istilah baru, “Taxation without
Representation is Robbery”. Pemungutan pajak tanpa persetujuan Dewan Perwakilan
Rakyat dalam bentuk undang-undang adalah perampokan.

Sumber: https://isnan-wijarno.com/2012/03/no-taxation-without-representation/

Maka, pungutan pajak harus dilakukan dengan Undang-undang, sehingga ada istilah
yang menyatakan bahwa “taxation without representation is robbery” dan “No taxation
without representation”, berikan analisa saudara atas maksud pernyataan tersebut!

Jawaban :

Dalam hal pemungutan pajak, di Negara lain terdapat dalil pajak, seperti :

Inggris : No Taxation without Representation

USA : Taxation without representation is Robbery

Dalil tersebut dimaksudkan untuk menghindari anggapan bahwa negara itu sama dengan perampok,
karena perpindahan sebagian kekayaan rakyat (pembayaran pajak) tanpa izin pemilik (rakyat). Dalam hal
ini, negara harus mendapat izin lebih dahulu dari rakyat karena pemungutan pajak tidak dapat
dipaksakan dan tidak ada kontra prestasi secara langsung yang dapat ditunjuk.

Berkait dengan hal tersebut, dasar hukum pemungutan pajak di Indonesia sendiri adalah Pasal 23 UUD
1945, bahwa :”Pajak dan Pungutan lain yang bersifat memaksa untuk keperluan negara diatur dengan
undang-undang”.

Ketentuan-ketentuan di atas merupakan dasar filosofi pemungutan pajak, karena tidak ada perpindahan
kekayaan tanpa persetujuan pemilik, dan ini menunjukkan bahwa masyarakat (pemilik) memberikan izin
atas perpindahan sebagian kekayaannya kepada negara melalui proses pembuatan undang-undang
dimana wakil rakyat memberi persetujuan.
Sumber :

Dyah Adriantini Sintha Dewi, S.H., M.Hum., Implementasi Pasal 23 A UUD Negara Republik Indonesia
dalam Pengembalian Kelebihan Pembayaran Pajak, Fakultas Hukum Universitas Muhammadiyah
Magelang, Mei 2020.

You might also like