Professional Documents
Culture Documents
Disusun Oleh :
Kelompok 5
HALAMAN COVER…………………………………………………………….1
DAFTAR ISI……………………………………………………………………..2
BAB I : PENDAHULUAN……………………………………… ………………3
a) Latar belakang……………………………………………………………..3
b) Rumusan masalah………………………………………………………….3
c) Tujuan penulisan…………………………………………………………..4
BAB II : PEMBAHASAN……………………………………………………….5
a) Pengertian Nasikh dan Mansukh………………………………………….5
b) Syarat-syarat Nasakh………………………………………………………7
c) Jenis-jenis Nasakh…………………………………………………………7
d) Macam-macam Nasakh dalam Al-Qur’an………………………………...8
e) Hikmah Nasakh…………………………………………………………12
BAB III : PENUTUP……………………………………………………………13
a) Kesimpulan………………………………………………………………13
b) Saran…………………………………………………………………….13
DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………….14
BAB I
PENDAHULUAN
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah, maka rumusan masalah dalam
penulisan makalah ini diantaranya:
1. Apa pengertian dari Nasikh dan Mansukh ?
2. Apa saja syarat-syarat Nasakh ?
3. Apa saja jenis-jenis Nasakh ?
4. Apa saja macam-macam Nasakh dalam Al-Qur’an ?
5. Apa hikmah dari adanya Nasakh ?
C. Tujuan Penulisan
Berdasarkan rumusan masalah, maka tujuan penulisan dalam makalah ini
diantaranya:
1. Untuk menjelaskan pengertian Nasikh dan Mansukh.
2. Untuk menjelaskan syarat-syarat Nasakh.
3. Untuk menyebutkan jenis-jenis Nasakh.
4. Untuk menyebutkan macam-macam Nasakh dalam Al-Qur’an.
5. Untuk menjelaskan hikmah dari adanya Nasakh.
BAB II
PEMBAHASAN
ُك ِم ْن َّرسُوْ ٍل َّواَل نَبِ ٍّي آِاَّل اِ َذا تَ َم ٰنّ ٓى اَ ْلقَى ال َّشي ْٰطنُ فِ ْٓي اُ ْمنِيَّتِ ٖ ۚه فَيَ ْن َس ُخ هّٰللا ُ َما ي ُْلقِى ال َّشي ْٰطن َ َِو َمٓا اَرْ َس ْلنَا ِم ْن قَ ْبل
ۙ ثُ َّم يُحْ ِك ُم هّٰللا ُ ٰا ٰيتِ ٖ ۗه َوهّٰللا ُ َعلِ ْي ٌم َح ِك ْي ٌم
Artinya: “dan kami tidak mengutus seorang rasul da tidak (pula) seorang nabi
sebelum engkau (Muhammad), melainkan apabila ia mempunyai suatu
keinginan, setan pun memasukkan godaan-godaan ke dalam keinginannya itu.
Tetapi Allah menghilangkan apa yang dimasukkan setan itu. Dan Allah akan
menguatkan ayat-ayatnya. Dan Allah maha mengetahui lagi maha bijaksana”.
1. Menggantikan (al-tabdil)2, sebagai terdapat dalam QS. al-Nahl ayat 101.3
ََوِإ َذا بَ َّد ْلنَٓا َءايَةً َّم َكانَ َءايَ ٍة ۙ َوٱهَّلل ُ َأ ْعلَ ُم بِ َما يُنَ ِّز ُل قَالُ ٓو ۟ا ِإنَّ َمٓا َأنتَ ُم ْفتَ ۭ ٍر ۚ بَ ْل َأ ْكثَ ُر ُه ْم اَل يَ ْعلَ ُمون
Artinya: “Dan apabila kami mengganti ayat yang satu dengan ayat yang
lain”.
2. Pengalihan (al-tahwil),4 sebagai yang berlaku dalam ilmu fara’id}
(pembagian harta warisan).
1
Manna Khalil al-Qattan, Mabahith Fi ‘Ulum al-Qur’an, diterjemah Mudzakkir, (Bogor, Pustaka
Lentera Antar Nusa, 1996), hlm. 326
2
Ibid, hlm. 326
3
Depag RI, al-Qur’an dan Terjemah, hal. 339
4
M. Hashbi ash-Shiddiqi, Ilmu-ilmu al-Qur’an, (Jakarta: Bulan Bintang, 1972), hlm. 140
3. Mengutip atau memindahkan (al-Naql),5 seperti kalimat Nasakhtu al-kitab,
berarti saya mengutip isi buku, dalam ayat al-Qur’an surat al-Jatsiyah ayat
29:
س ُخ َما ُك ْنتُ ْم تَ ْع َملُ ْون
ِ ستَ ْن
ْ َق ۗاِنَّا ُكنَّا ن ُ ٰه َذا ِك ٰتبُنَا يَ ْن ِط
ِّ ق َعلَ ْي ُك ْم ِبا ْل َح
(Allah berfirman), “Inilah Kitab (catatan) Kami yang menuturkan
kepadamu dengan sebenar-benarnya. Sesungguhnya Kami telah menyuruh
mencatat apa yang telah kamu kerjakan.”
Dari definisi yang telah disebutkan, disini jelas bahwa nash
mempunyai makna yang banyak, akan tetapi diantara makna-makna
tersebut yang paling mendekati kebenaran adalah bermakna alizalah
menghilangkan).
Artinya: “ayat mana saja yang Kami nasakhkan, atau Kami jadikan
(manusia) lupa kepadanya, Kami datangkan yang lebih baik daripadanya
5
Manna Khalil al-Qat}t}an, Mabahits Fi ‘Ulum al-Qur’an, diterjemah Mudzakkir, (Bogor, Pustaka
Lentera Antar Nusa, 1996), hlm. 326
6
Muhammad, Abu Zahroh, al-Shafi’i, Hayatuh Wa ‘Asrah Wa alFiqhuh, Jilid II, (Dar al-Fikr, Mesir,
1945), hlm. 240.
7
Ibid, hlm. 240.
atau yang sebanding dengannya. tidakkah kamu mengetahui bahwa
Sesungguhnya Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu”.
Mansukh adalah hukum yang diangkat atau yang dihapus. Maka
ayat mawarith (warisan) atau hukum yang terkandung di dalamnya
misalnya adalah penghapusan (Nasikh) hukum wasiat kepada kedua orang
tua atau kerabat sebagaimana akan dijelaskan.
B. Syarat-syarat Nasakh
Dalam Nasakh terdapat syarat-syarat yang harus diketahui yaitu:
1) Hukum yang Mansukh adalah hukum Shara’
2) Dalil penghapusan hukum tersebut adalah khitab shar’i
3) Khitab yang dihapus atau yang diangkat hukumnya tidak terikat
(dibatasi) dengan waktu tertentu.
C. Jenis-jenis Nasakh
1. Nasakh al-Qur’an dengan al-Qur’an. Misalnya ayat tentang ‘iddah
empat bulan sepuluh hari.8
2. Nasakh Al-Qur’an dengan as-Sunnah :9
a. Nasakh al-Qur’an dengan hadith ahad. akan tetapi Jumhur
al-‘Ulama’ sepakat bahwa ini tidak berlaku karena al-Qur’an
adalah mutawatir.
b. Nasakh al-Qur’an dengan hadith mutawatir, nasakh semacam ini
diperbolehkan oleh Malik, Abu Hanifah dan Ahmad.
3. Nasakh al-Sunnah dengan Al-Qur’an, ini dibolehkan oleh jumhur
sebagaimana masalah menghadap ke Bayt al-Maqdis yang ditetapkan
dengan as-Sunnah dan didalam Al-Qur’an tidak terdapat dalil yang
menunjukkannya. Ketetapan ini kemudian di nasakh oleh al-Qur’an
dengan firman-Nya:
ْ ش ْط َر ا ْل َم
ۗ س ِج ِد ا ْل َح َر ِام ٰ س َم ۤا ۚ ِء فَلَنُ َولِّيَنَّ َك ِق ْبلَةً ت َْر
َ ضى َها ۖ فَ َو ِّل َو ْج َه َك َّ قَ ْد نَ ٰرى تَقَلُّ َب َو ْج ِه َك ِفى ال
ُّ ش ْط َر ٗه ۗ َواِنَّ الَّ ِذيْنَ اُ ْوتُوا ا ْل ِك ٰت َب لَيَ ْعلَ ُم ْونَ اَنَّهُ ا ْل َح
ۗ ق ِمنْ َّربِّ ِه ْم َ ث َما ُك ْنتُ ْم فَ َولُّ ْوا ُو ُج ْو َه ُك ْم ُ َو َح ْي
ََو َما هّٰللا ُ بِ َغافِ ٍل َع َّما يَ ْع َملُ ْون
8
Manna Khalil al-Qattan, Mabahits Fi Ulum al-Qur’an, diterjemah Mudzakkir, (Bogor, Pustaka
Lentera Antar Nusa, 1996), hlm. 334.
9
Ibid, hlm. 336.
Artinya : “Sungguh Kami (sering) melihat mukamu menengadah ke
langit, Maka sungguh Kami akan memalingkan kamu ke kiblat yang
kamu sukai. Palingkanlah mukamu ke arah Masjidil Haram. dan
dimana saja kamu berada, Palingkanlah mukamu ke arahnya. dan
Sesungguhnya orang-orang (Yahudi dan Nasrani) yang diberi Al kitab
(Taurat dan Injil) memang mengetahui, bahwa berpaling ke Masjidil
Haram itu adalah benar dari Tuhannya; dan Allah sekali-kali tidak
lengah dari apa yang mereka kerjakan”. (Al-baqarah: 144)
Tetapi nasakh versi ini pun ditolak oleh Imam Shafi’i dalam salah
satu riwayat. Menurutnya apa saja yang ditetapkan Sunnah tentu di
dukung oleh al-Qur’an dan apa saja yang ditetapkan oleh al Qur’an
tentu pula didukung oleh as-Sunnah. Hal ini karena Al-Qur’an dan As-
Sunnah harus senatiasa sejalan dan tidak bertentangan.10
4. Nasakh Sunnah dengan Sunnah Dalam hal ini ada empat bentuk yaitu:
a. Nasakh mutawatir dengan mutawatir.
b. Nasakh ahad dengan ahad.
c. Nasakh ahad dengan mutawatir.
d. Nasakh mutawatir dengan ahad tiga bentuk pertama
diperbolehkan sedangkan yang ke empat terjadi silang
pendapat.11
D. Macam-Macam Nasakh dalam al-Qur’an
1. Nasakh dari segi bacaan dan hukumnya sekaligus.
Yaitu bacaan dan tulisan ayatnya pun tidak ada lagi termasuk
hukum ajarannya telah terhapus dan diganti dengan hukum yang
baru.12
Misalnya penghapusan ayat tentang keharaman kawin dengan
saudara satu susuan karena samasama menetek kepada seorang ibu
dengan sepuluh kali susuan dengan lima kali susuan saja.
2. Nasakh hukumnya tanpa menasakh bacaannya.
10
Ibid. hlm. 336.
11
Ibid. hlm. 337.
12
Ibid. hlm. 336
Yaitu tulisan dan bacaannya tetap ada dan boleh dibaca sedangkan
isi hukumnya sudah dihapus atau tidak boleh diamalkan. Misalnya
pada surat al Baqarah ayat 240 tentang istri-istri yang dicerai suaminya
harus ber’iddah selama satu tahun dan masih berhak mendapatkan
nafkah dan tempat tinggal selama ‘iddah satu tahun.
ٍ اج ِه ْم َّمتَاعًا اِلَى ا ْل َح ْو ِل َغ ْي َر اِ ْخ َر
ۚ اج ِ اج ۖا َّو
ِ صيَّةً اِّل َ ْز َو ً َوالَّ ِذيْنَ يُت ََوفَّ ْونَ ِم ْن ُك ْم َويَ َذ ُر ْونَ اَ ْز َو
ف َوهّٰللا ُ َع ِز ْي ٌز َح ِك ْي ٌم ِ ُاح َعلَ ْي ُك ْم فِ ْي َما فَ َع ْلنَ فِ ْٓي اَ ْنف
ٍ ۗ س ِهنَّ ِمنْ َّم ْع ُر ْو َ َفَاِنْ َخ َر ْجنَ فَاَل ُجن
Artinya: “dan orang-orang yang akan meninggal dunia di antara kamu
dan meninggalkan isteri, hendaklah Berwasiat untuk isteriisterinya,
(yaitu) diberi nafkah hingga setahun lamanya dan tidak disuruh pindah
(dari rumahnya). akan tetapi jika mereka pindah (sendiri), Maka tidak
ada dosa bagimu (wali atau waris dari yang meninggal) membiarkan
mereka berbuat yang ma'ruf terhadap diri mereka. dan Allah Maha
Perkasa lagi Maha Bijaksana”. (QS. al-Baqarah: 240)
Ketentuan hukum ayat tersebut dihapus oleh ayat 234 surat al-
Baqarah , sehingga keharusan ‘iddah satu tahun tidak berlaku lagi.
13
Ibid,hlm.336
misalnya penghapusan hukuman penahan di rumah (terhadap
wanita yang berzina). Artinya: ‛dan terhadap para wanita yang
mengerjakan perbuatan keji, datangkanlah empat orang saksi dari
pihak kamu (untuk menjadi saksi). Kemudian apabila mereka telah
memberikan kesaksian, maka kurungkanlah mereka (wanita-wanita
itu) di dalam rumah…….‛.(QS.an-Nisa>’:15) Ayat tersebut kemudian
dinasakh dengan ayat:
Artinya: ‛Perempuan yang berzina dan laki-lakiyang berzina
maka cambuklah setiap ortangdarimereka100kalicambukan.‛. (QS. an-
Nu>r:2)
8. Nasakh dengan pengganti yang lebih ringan,
misalnya:Artinya: ‛Diwajibkan atas kamu berpuasasebagaimana
diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu…...‛. (QS. al-
Baqarah:183) Ayat tersebut kemudian dinasakh dengan ayat sebagai
berikut:
Artinya: ‚Dihalalkan bagi kamu pada malam hari bulan puasa
bercampur dengan isteri-isteri kamu; mereka adalah pakaian bagimu,
dan kamupun adalah pakaian bagi mereka‛. (QS. Al-Baqarah: 187)
14
Manna khalila al-qattan, Mabahits Fi Ulumul-Qur’an, terjemah Mudzakkir, (Bogor, Pustaka
Lentera Antar Nusa, 1996), hlm. 334.
BAB III
PENUTUP
G. Kesimpulan
Tulisan ini untuk membahas pengertian tentang Nasakh dan Mansukh
karena ternyata banyak pengertian yang ada di dalamnya, juga berkenaan dengan
macam- macam Nasakh dalam al-Qur’a>ndan begitu pula jenis- jenis Nasakh
yang ada. Kendati banyak para ulama yang berselisih pendapat mengenai
diperbolehkannya Nasakh dan Mansukh ini akan tetapi perlu diketahui bahwa
seiring dengan perkembangan dakwah dan kemajuan zaman serta pergantian
kaum yang satu dengan yang lainnya maka hukum shar’i menyesuaikan dengan
keadaan masyarakat yang ada. Banyak hikmah yang dapat dipetik setelah
mempelajari Nasakh dan Mansukh, sehingga setelah mengetahui lebih dalam lagi
maka dari nasikh dan mansuk makin kuat keimanan kita dan kepercayaan kita
bahwa Allah tidak akan menguji hambanya di luar batas kemampuannya.
H. Saran
Diharapkan dengan adanya makalah ini dapat menambah wawasan bagi pembaca
dan apabila masih yterdapat banyak kesalahn dan kekurangan mohon berikan
sarab dan kritik darp para pembaca sehingga kami sebagai penulis dapat
memperbaiki hasil kerja kami dengan lebih baik lagi sehingga dapat bermanfaat
dimasa yang akan datang.
DAFTAR PUSTAKA