You are on page 1of 26

LAPORAN

PENYULUHAN GIZI

DIET TETP PENDERITA TBC PARU

Disusun untuk memenuhi salah satu Tugas Praktik Kerja Lapangan (PKL)
Penyuluhan Gizi
Asuhan Gizi Klinik (AGK)

Disusun Oleh:

FANNY PRAMANDITA P2.06.31.1.19.037


VINKA CITRA PRIMADISYA P2.06.31.1.19.037

PROGRAM STUDI D III GIZI TASIKMALAYA

JURUSAN GIZI POLITEKNIK KESEHATAN TASIKMALAYA

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

2022

1
LEMBAR PENGESAHAN

Laporan Penyuluhan Gizi yang berjudul “Diet TETP Penderita TBC Paru” yang
telah dilaksanakan pada tanggal 24 Februari 2022 dan telah mendapatkan
persetujuan dari pembimbing

Pembimbing

Zaira Siti Mecca Medina, S.Gz

NIP.

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT. Karena atas rahmat dan
karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan Laporan Penyuluhan Gizi di RSUD Al-
Ihsan Kabupaten Bandung Provinsi Jawa Barat tahun 2022. Laporan ini dibuat
untuk memenuhi salah satu tugas Asuhan Gizi Klinik (AGK) dalam Praktik Kerja
Lapangan (PKL). Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada
pihak-pihak dibawah ini yang telah memberikan bantuan, bimbingan dan motivasi
sehingga laporan ini dapat terselesaikan. Untuk itu pada kesempatan ini penulis
mengucapkan terima kasih kepada:

1. Wida Widiasih, S.Gz, RD selaku kepala Instalasi Gizi RSUD Al-Ihsan


Provinsi Jawa Barat
2. Zaira Siti Mecca Medina, S.Gz selaku pembimbing yang telah
meluangkan waktunya untuk memberikan arahan sehingga penulis dapat
menyusun laporan ini
3. Sumarto, STP., MP selaku Ketua Jurusan Gizi Poltekkes Kemenkes
Tasikmalaya yang telah memberikan arahan, bimbingan serta dukungan
dalam penyusunan laporan ini
4. Dina Setiawati, M.Gz selaku pembimbing yang telah memberikan arahan,
saran dan motivasi dalam penyusunan laporan ini
5. Seluruh karyawan dan staf di Instalasi Gizi RSUD Al-Ihsan yang telah
banyak membekali pengetahuan dan pengalaman serta sangat berarti bagi
penulis.
6. Semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan laporan yang tidak
bisa penulis sebutkan satu-satu

Penulis menyadari bahwa dalam proses penyusunan laporan ini masih terdapat
banyak kekurangan baik dalam penyusunan kalimat maupun dalam isi dari
laporan ini. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang
membangun untuk menyempurnakan laporan selanjutnya

Bandung, Februari 2022

Peneliti

ii
DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN....................................................................................i
KATA PENGANTAR............................................................................................ii
DAFTAR ISI.........................................................................................................iii
DAFTAR LAMPIRAN.........................................................................................iv
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................1
SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP).........................................................3
A. Tujuan Instruksional Umum.........................................................................3
B. Tujuan Instruksional Khusus........................................................................3
C. Metode..........................................................................................................3
D. Proses Pemberian Penyuluhan......................................................................4
E. Alat dan Media..............................................................................................6
F. Materi............................................................................................................6
LAPORAN KEGIATAN.........................................................................................7
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................8
LAMPIRAN............................................................................................................9

iii
DAFTAR LAMPIRAN

1. Materi Penyuluhan Diet TETP Penderita TBC


2. Foto Kegiatan
3. Berita Acara Penyuluhan

iv
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Penyakit Tuberkulosis (TB) adalah penyakit infeksi akibat kuman


Mycobacterium tuberculosis yang ditularkan langsung dari manusia ke manusia
melalui percikan dahak. Penyakit ini merupakan salah satu penyebab infeksi
kronik menular yang masih menjadi masalah kesehatan. Penyakit yang sudah
cukup lama ada ini merupakan masalah global di dunia dan diperkirakan sekitar
sepertiga penduduk dunia telah terinfeksi oleh Mycobacterium tuberculosis.

Berdasarkan data Badan Kesehatan dunia (WHO) tahun 2019, jumlah


pasien tuberkulosis di Indonesia sekitar 843.000. Menurut data TB Indonesia
tahun 2020, jumlah kasus TBC meningkat menjadi 845,000 dan jumlah kematian
lebih dari 98.000 orang. Penyebab utama meningkatnya beban masalah
Tuberkulosis antara lain adalah kemiskinan seperti pada negara-negara sedang
berkembang; perubahan demografik karena meningkatnya penduduk dunia dan
perubahan struktur umur kependudukan serta dampak pandemi HIV. Saat ini
prevalensi TB pada pasien HIV sangat meningkat baik nasional maupun global,
sehingga penatalaksanaan gizi pada pasien TB-HIV juga perlu mendapat
perhatian.

Selain itu penyebab semakin meningkatnya beban masalah Tuberkulosis


tersebut adalah peningkatan potensi kegagalan program Tuberkulosis antara lain
karena tatalaksana kasus yang tidak sesuai standar. Salah satu penyebabnya adalah
diagnosis dan paduan obat yang tidak standar serta peranan terapi dietetik yang
belum memadai. Dalam rangka mencapai target Millenium Development Goals
(MDGs) pada tahun 2015 yakni prevalensi penyakit Tuberkulosis turun 50% dari
data survei prevalensi tahun 1990 sebesar 448 per 100.000 penduduk menjadi
sebesar 224 per 100.000 penduduk. Untuk itu dibutuhkan upaya percepatan
pengendalian Tuberkulosis (TB) di Indonesia, antara lain melalui upaya pelayanan
gizi yang berkualitas bagi pasien Tuberkulosis.
Bila dikaitkan dengan status gizi bahwa gizi merupakan faktor pendukung
bagi penanggulangan penyakit infeksi seperti Tuberkulosis, maka gizi yang
seimbang dapat membantu mempercepat proses penyembuhan penyakit
Tuberkulosis.

Risiko komplikasi, termasuk kematian pada pasien Tuberkulosis


dipengaruhi oleh status gizi secara individual. Status gizi dan utilisasi/penggunaan
zat gizi menjadi terganggu akibat adanya infeksi. Selain itu dengan adanya
infeksi, kebutuhan zat gizi menjadi meningkat karena tubuh memerlukan energi
untuk melawan penyakit.

Adanya ketidakmampuan memenuhi kebutuhan zat gizi yang meningkat


akan mengakibatkan tubuh mengalami defisiensi/ kekurangan zat gizi terutama
energi dan protein. Karena itulah tubuh menggunakan cadangan energi yang
menyebabkan penurunan berat badan, lemah dan status gizi menurun. Oleh karena
itu kebutuhan bahan makanan yang mengandung antioksidan seperti vitamin C,
vitamin E dan karoten meningkat. Antioksidan sangat dibutuhkan untuk
melindungi paru dari proses inflamasi akibat asap rokok dan polutan lainnya yang
juga menjadi faktor risiko terjadinya penyakit Tuberkulosis itu sendiri. Obat anti
tuberkulosis (rimfampisin dan INH) dan beberapa obat lini kedua dapat
mengganggu absorpsi zat gizi apabila diminum bersamaan dengan makanan.

Kondisi diatas menunjukkan pentingnya perencanaan kebutuhan gizi dan


pemantauan terhadap asupan makanan serta status gizi pasien, disamping
pemantauan terhadap pengobatan Tuberkulosis. Untuk itu disusun Pedoman
Pelayanan Gizi Pada Pasien Tuberkulosis, dengan harapan dapat meningkatkan
pengetahuan dan keterampilan petugas kesehatan dalam memberikan pelayanan
gizi bagi pasien Tuberkulosis untuk meningkatkan kualitas hidupnya.

2
SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP)

Tema/ Pokok Bahasan : Penyuluhan tentang Diet pada Penderita TBC

Sub Pokok Bahasan : Diet TETP Penderita TBC Paru

Sasaran : Pasien TBC

Tempat : Poli Paru RSUD Al-Ihsan Provinsi Jawa Barat

Hari/Tanggal : Kamis, 24 Februari 2022

Waktu : 30 menit

Penyuluh : Fanny Pramandita

Vinka Citra Primadisya

Pembimbing : Zaira Siti Mecca Medina, S.Gz

A. Tujuan Instruksional Umum

Setelah diberikan penyuluhan, diharapkan pasien mampu


mengetahui dan memahami diet pada pasien TBC.

B. Tujuan Instruksional Khusus

Setelah mengikuti penyuluhan selama 30 menit diharapkan pasien mampu:


1. Menjelaskan pengertian TBC
2. Menjelaskan penyebab dan gejala TBC
3. Menjelaskan hubungan gizi dan TBC penyakit TBC
4. Menjelaskan penatalaksanaan diet TETP bagi penderita TBC
5. Menjelaskan bahan makanan untuk penderita TBC
6. Menjelaskan tips pemilihan bahan makanan
7. Contoh menu sehari

C. Metode

Ceramah dan tanya jawab

3
D. Proses Pemberian Penyuluhan

Tahapan Kegiatan
No Metode Media Waktu
Penyuluhan

1 Pembukaan 1. Memberi salam Ceramah - 5 menit


2. Memperkenalkan
diri
3. Menyampaikan
tujuan
4. Kontrak waktu
penyuluhan

2 Penyajian 1. Penyampaian Ceramah Materi 10 menit


Materi materi Diskuisi Power
a. Menjelaskan Tanya Point
pengertian Jawab
TBC Lemba
b. Menjelaskan r balik
penyebab dan
gejala TBC
c. Menjelaskan
hubungan
gizi dan TBC
penyakit
TBC
d. Menjelaskan
penatalaksan
aan diet
TETP bagi
penderita
TBC
e. Menjelaskan
bahan
makanan
untuk
penderita
TBC
f. Menjelaskan

4
tips
pemilihan
bahan
makanan
g. Contoh menu
sehari

3 Evaluasi 1. Menanyakan Tanya- 10 menit


kembali hal-hal Jawab
yang sudah
dijelaskan
mengenai
pengertian
penyakit TBC
2. Meminta peserta
untuk
menyebutkan
penyebab dan
cara penularan
TBC
3. Mengajak peserta
untuk
menyebutkan
diet/jenis
makanan yang
boleh dan tidak
boleh dikonsumsi
pasien TBC

4 Penutup 1. Menyimpulkan Ceramah - 5 menit


materi
2. Mengucapkan
salam penutup

5
E. Alat dan Media

Menggunakan alat bantu power point, proyektor dan layer proyektor,


pengeras suara (toa) dan leaflet

F. Materi

1. Definisi TBC
Penyakit Tuberkulosis (TB) adalah penyakit infeksi akibat kuman
Mycobacterium tuberculosis yang ditularkan langsung dari manusia ke
manusia melalui percikan dahak. Kuman batang aerobik dan tahan
asam ini dapat merupakan organisme patogen maupun saprofit.
Sebagian besar kuman TBC menyerang paru, tetapi dapat juga
mengenai organ tubuh lainya (Depkes RI, 2002). Kuman
Mycobacterium tuberculosis pada umumnya menyerang paru - paru
dan sebagian lagi dapat menyerang di luar paru - paru, seperti kelenjar
getah bening (kelenjar), kulit, usus/saluran pencernaan, selaput otak,
dan sebagianya (Laban, 2008).
2. Tujuan Pemberian Diet TBC
Terapi diet bertujuan memberikan makanan secukupnya guna
memperbaiki dan mencegah kerusakan jaringan tubuh lebih lanjut serta
memperbaiki status gizi agar penderita dapat melakukan aktifitas
normal. Tujuan pelayanan gizi pada tuberculosis
a. Meningkatkan status gizi atau mempertahankan status gizi baik
b. Meningkatkan kekebalan tubuh
c. Memperbaiki nafsu makan
d. Mengatasi infeksi dan komplikasi
e. Meningkatkan pengetahuan pasien dan keluarga tentang gizi
berkaitan dengan tuberkulosis

6
7
LAPORAN KEGIATAN

Hari/Tanggal : Kamis, 24 Februari 2022

Tempat Kegiatan : Gedung Poli Paru RSUD Al-Ihsan Provinsi Jawa Barat

Nara Sumber : Mahasiswi Poltekkes Kemenkes Tasikmalaya

- Fanny Pramandita
- Vinka Citra Primadisya

Tema : Diet Pada Pasien Penyakit TBC

Peserta Kegiatan : Internal Instalasi Poli Paru RSUD Al-Ihsan Provinsi Jawa
Barat

Jumlah Peserta : 15 orang

Pembahasan

Penyuluhan kali ini dilakukan secara langsung kepada pasien penderita


TBC, penyuluhan dilakukan di Poli Paru RSUD Al-Ihsan Provinsi Jawa Barat
dengan durasi waktu 30 menit. Penyampaian penyuluhan terdapat beberapa poin
materi yang di sampaikan mengenai pengertian TBC, penyebab dan gejala TBC,
hubungan gizi dan TBC, penatalaksanaan diet TETP, bahan makanan untuk
penderita TBC, tips pemilihan bahan makanan, dan contoh menu sehari.

8
DAFTAR PUSTAKA

Almatser, S.2004. Penuntun Diit. PT. Gramedia Pustaka Utara. Jakarta.


Depkes RI. 2002. Pedoman Nasional Penenggulangan Tuberkulosis.
Cetakan ke-8. Jakarta : Dirjen Depkes RI.
Djiteng, R. 1989. Kajian Penelitian Gizi. Fakultas Pertanian IPB. Bogor.
Evan, T.M dan Crockford, M. 1994. Atlas Bantu Pulmonologi. Penerbit
Hipokrates. Jakarta.
Fatimah, Nur. 2002. Malnutrisi dalam Gizi Medik Indonesia.
http://med.wnhas.ac.id.
Hizira, S. 2008. Hubungan Pola Konsumsi dan Status Gizi Penderita
Tuberkulosis. http://www.scribd.com/doc.
Laban, 2008. Penyakit dan Cara Pencegahannya. Kanisius. Yogyakarta.
Lisdiana, 1998. Waspada Terhadap Kelebihan dan Kekurangan
Gizi. Anggota IKAPI. Jakarta.
Moehyi, S. 1999. Pengaturan Makanan dan Diet untuk Penyembuhan
Penyakit. Gramedia. Jakarta.
Price, S.A. 1995. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-proses Penyakit.
Edisi 4. Penerbit Buku Kedokteran ECG. Jakarta.
Price, S.A dan Wilson, L.M. 1995. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-
proses Penyakit. Edisi 4. Penerbit Buku Kedokteran ECG. Jakarta.
Rahmawati, E. 2007. Waspadai Tuberkulosis Paru. Availeble
from:http://dokterniken.com/jurnal/item 365.html.
Supariasa. Dkk. 2002. Penilaian Status Gizi. Penerbit Buku Kedokteran
ECG.Jakarta.

9
LAMPIRAN

LAMPIRAN 1

MATERI PENYULUHAN

DIET TETP PENDERITA TBC PARU

A. Pengertian TBC
Penyakit Tuberkulosis (TB) adalah penyakit infeksi akibat kuman
Mycobacterium tuberculosis yang ditularkan langsung dari manusia ke
manusia melalui percikan dahak. Kuman batang aerobik dan tahan asam
ini dapat merupakan organisme patogen maupun saprofit. Sebagian besar
kuman TBC menyerang paru, tetapi dapat juga mengenai organ tubuh
lainya (Depkes RI, 2002). Kuman Mycobacterium tuberculosis pada
umumnya menyerang paru - paru dan sebagian lagi dapat menyerang di
luar paru -paru, seperti kelenjar getah bening (kelenjar), kulit, usus/saluran
pencernaan, selaput otak, dan sebagianya (Laban, 2008).
B. Penyebab dan Gejala TBC
Penyebab penyakit Tuberkulosis adalah kuman Tuberkulosis yang
disebut Mycobacterium Tuberculosis, dimana sebagian besar menyerang
paru yang disebut Tuberkulosis paru, selain itu dapat juga mengenai organ
tubuh lainnya diluar paru atau disebut Tuberkulosis ekstraparu.
Gejala yang ditemukan pada pasien Tuberkulosis adalah:
1. Gejala utama adalah batuk berdahak selama 2 minggu atau lebih.
2. Gejala tambahan yang sering dijumpai dahak bercampur darah, batuk
darah, sesak napas, nafsu makan menurun, berat badan turun, rasa
kurang enak badan (malaise), berkeringat pada malam hari walaupun
tanpa kegiatan, demam yang berulang lebih dari sebulan.
C. Hubungan Kebutuhan Gizi dengan Tuberkulosis (Bahaya TBC)
Bila dikaitkan dengan status gizi bahwa gizi merupakan faktor
pendukung bagi penanggulangan penyakit infeksi seperti Tuberkulosis,
maka gizi yang seimbang dapat membantu mempercepat proses
penyembuhan penyakit Tuberkulosis.

10
Risiko komplikasi, termasuk kematian pada pasien Tuberkulosis
dipengaruhi oleh status gizi secara individual. Status gizi dan
utilisasi/penggunaan zat gizi menjadi terganggu akibat adanya infeksi.
Selain itu dengan adanya infeksi, kebutuhan zat gizi menjadi meningkat
karena tubuh memerlukan energi untuk melawan penyakit.
Adanya ketidakmampuan memenuhi kebutuhan zat gizi yang
meningkat akan mengakibatkan tubuh mengalami defisiensi/ kekurangan
zat gizi terutama energi dan protein. Karena itulah tubuh menggunakan
cadangan energi yang menyebabkan penurunan berat badan, lemah dan
status gizi menurun. Oleh karena itu kebutuhan bahan makanan yang
mengandung antioksidan seperti vitamin C, vitamin E dan karoten
meningkat. Antioksidan sangat dibutuhkan untuk melindungi paru dari
proses inflamasi akibat asap rokok dan polutan lainnya yang juga menjadi
faktor risiko terjadinya penyakit Tuberkulosis itu sendiri. Obat anti
tuberkulosis (rimfampisin dan INH) dan beberapa obat lini kedua dapat
mengganggu absorpsi zat gizi apabila diminum bersamaan dengan
makanan. Kondisi diatas menunjukkan pentingnya perencanaan kebutuhan
gizi dan pemantauan terhadap asupan makanan serta status gizi pasien,
disamping pemantauan terhadap pengobatan Tuberkulosis.
Pada orang terinfeksi kuman Mycobacterium Tuberculosis terjadi
gangguan sistem kekebalan pada tubuh. Gangguan sistem kekebalan tubuh
pada kondisi yang parah akan menyebabkan penurunan status gizi yang
dapat disebabkan oleh karena kurangnya asupan makanan yang
disebabkan oleh anoreksia, malabsorpsi, dan meningkatnya penggunaan
zat gizi dalam tubuh.
Status gizi yang menurun sering dijumpai pada pasien
Tuberkulosis termasuk kehilangan lean body mass yang ditandai dengan
penurunan berat badan. Penyakit Tuberkulosis biasanya berhubungan
dengan rendahnya kadar mikronutrient serum seperti Zinc, Vitamin A,
Vitamin C, Vitamin D, Vitamin E.

11
a. Kurang energi dan zat gizi makro
Kurang energi dan zat gizi makro (protein, lemak, dan karbohidrat)
merupakan faktor risiko berkembangnya Tuberkulosis Laten menjadi
Tuberkulosis Aktif yang berkaitan dengan sistem imunitas tubuh dan
status gizi, serta mempermudah terjadinya infeksi Tuberkulosis
Primer/baru. Beberapa tanda dan gejala utama antara lain kelaparan,
anemia, hilangnya protein dan jaringan otot serta lemak tubuh.
Anoreksia, kaheksia dan tubuh yang lemah dapat meningkatkan
risiko Tuberkulosis dan sebaliknya Tuberkulosis dapat memperburuk
status gizi. Pada pasien dengan TB-HIV sering disertai diare yang
dapat menyebabkan kehilangan zat gizi makro dan mikro. Kurang
energi dan protein akan menurunkan imunitas sehingga dapat
merusak efektivitas protektif vaksin BCG.
b. Kurang gizi mikro
Kekurangan energi dan zat gizi makro menyebabkan defisiensi Zinc,
vitamin A, vitamin C, vitamin D dan Fe, serta mengakibatkan
kerusakan imunitas sel yang sangat kritis untuk melawan
Tuberkulosis. Zat gizi mikro tersebut juga sangat penting pada
pencegahan resistensi OAT. Pada pasien Tuberkulosis umumnya
ditemukan gejala anemia, namun pemberian Fe tidak dianjurkan.
Beberapa penelitian melaporkan bahwa pemberian Fe dapat
menyebabkan multiplikasi kuman Tuberkulosis, sehingga
memperberat penyakit.
c. Peran gizi dalam penyembuhan pasien tuberculosis
Pada Tuberkulosis terjadi peningkatan Resting Energy Expenditure
(REE) karena metabolisme meningkat, sehingga kebutuhan energi,
protein dan zat gizi mikro akan meningkat. Pemenuhan energi,
protein dan zat gizi mikro tersebut perlu diperhatikan, mengingat
pada pasien Tuberkulosis seringkali terjadi gangguan gastrointestinal,
baik karena penyakitnya maupun efek dari OAT serta penurunan
nafsu makan yang akan berdampak pada asupan makanan. Selain itu
penurunan konsentrasi zat gizi mikro akan berdampak pula terhadap

12
imunitas pasien Tuberkulosis, sehingga pasien lebih rentan terhadap
reaktivasi penyakit dan risiko komplikasi.
d. Status gizi
Penilaian status gizi dapat dilakukan dengan beberapa cara yaitu
dengan biofisik, biokimia dan antropometri, karena relatif lebih
mudah, murah dan tidak memerlukan tenaga yang ahli (Djiteng,
1989). Indikator yang digunakan dalam penilaian status gizi adalah
Index Masa Tubuh dihitung dengan pembagian Berat Badan (dalam
kilogram) dan Tinggi Badan (dalam meter) pangkat dua (Supariasa,
2002) dengan rumus:
Berat badan( kg)
IMT: 2
Tinggi badan(m )
Katagori IMT menurut (WHO, 2004) sebagai berikut:

Klasifikasi Indeks Massa Tubuh (kg/m2)

Kurus (underweight) <18,5

Normal 18,5-22,9

Gemuk (overweight) 23-26,9

Obesitas ≥27

(WHO expert, 2004)


D. Penatalaksanaan Diet
1. Tujuan Terapi Diet
Terapi diit bertujuan memberikan makanan secukupnya guna
memperbaiki dan mencegah kerusakan jaringan tubuh lebih lanjut serta
memperbaiki status gizi agar penderita dapat melakukan aktifitas
normal. Tujuan pelayanan gizi pada tuberculosis
f. Meningkatkan status gizi atau mempertahankan status gizi baik
g. Meningkatkan kekebalan tubuh
h. Memperbaiki nafsu makan
i. Mengatasi infeksi dan komplikasi

13
j. Meningkatkan pengetahuan pasien dan keluarga tentang gizi
berkaitan dengan tuberkulosis
2. Macam Diet untu Penyakit TBC
a. Diet Tinggi Energi Tinggi Protein I (TETP 1) Energi: 2600 kkal,
protein 100 gr (2/kg BB).
b. Diit Tinggi Energi Tinggi Protein II (TETP II) Energi 3000 kkal,
protein 125 gr (2,5 gr/kg BB)
Penderita dapat diberikan salah satu dari dua macam diit Tinggi
Energi Tinggi Protein (TETP) sesuai tingkat penyakit penderita.
3. Syarat dan Prinsip Diet
a. Makanan yang diberikan mengandung energi dan protein tinggi
(Tinggi Energi Tinggi Protein)
b. Karbohidrat cukup (60-70% total energi)
c. Lemak cukup (20 – 25% total energi)
d. Vitamin dan mineral cukup, terutama vitamin C dan Fe (Minimal
sesuai KGA).
e. Bentuk makanan sesuai kemampuan pasien
f. Makanan mudah cerna
g. Makanan tidak merangsang
h. Frekuensi makan dapat sampai 6 kali makanan utama dengan porsi
kecil yang padat gizi. Makanan padat gizi dapat dibuat dengan
menambahkan susu, telur, tepung, minyak, santan, dll dalam
makanan.
E. Bahan Makanan Penderita TBC

Kelompok Nama Bahan


Kandungan Gizi
Makanan Makanan

Sumber karbohidrat Nasi E= 180 kkal


Kh= 39,8 g
Roti E= 248 kkal
Kh= 50 g
Jagung

14
E= 366 kkal
Ubi jalar merah Kh= 69,1 g
E= 151 kkal
Kentang Kh= 35,4 g
E= 62 kkal
Singkong Kh= 13,5 kkal
E= 154 kkal
Kh= 36,8 g

Sumber protein Daging Ayam P= 18,2 g


Daging sapi, P= 17,5 g
Ikan Mujair P= 18,7 g
Telur Ayam P= 12,4 g
Telur puyuh P= 8,6 g
Sosis P= 14,5 g

Sumber protein Tahu P= 10,9 g


nabati Tempe P= 20,8 g
Kacang hijau P= 20,8 g
Kacang merah P= 11 g
Kacang tanah P= 26 g

Sayuran Bayam Vit. C= 41 mg


Fe= 3,5 g
Wortel Vit. A = 3784 mcg
Vit. C= 18 mg
Fe= 1 mg
Labu siam Vit. A= 48 mcg
Vit. C= 18 mg
Fe= 0,5 mg
Buncis
Vit. A= 772 mcg
Vit. C= 11 mg

15
Kangkung Fe= 0,7 mg
Vit. A= 2828 mcg
Vit. C= 17 mg
Fe= 2,3 mg

Buah-buahan Pepaya, semangka, melon, pisang, buah kaleng,


buah kering dan jus buah

F. Tips Memilih Makanan Penderita TBC


(1) Bila tidak nafsu makan, bisa memulai dengan makanan favorit, dengan
porsi kecil tapi sering, kalori tinggi.
(2) Bila terdapat batuk dan sesak berikan makanan dengan porsi kecil tapi
sering, pilih makanan yang berkuah hangat, menghindari olahan
makanan yang digoreng, bila sesak jumlah karbohidrat dapat
dikurangi, utamakan karbohidrat kompleks (ubi, jagung, kentang)
(3) Bila demam perbanyak minum walaupun tidak teras haus
(4) Bila memungkinkan konsumsi susu 2 – 3 gelas/hari.
(5) Konsumsi sayur dan buah sebanyak 5 – 6 porsi/hari.
(6) Hindari pengolahan makanan dengan digoreng, terlalu manis (gula dan
sirup), terlalu asam, es dan pedas atau merangsang lainnya seperti teh
dan kopi karena akan merangsang batuk.
(7) Hindari alkohol.
(8) Hindari makanan mentah dan kurang matang
(9) Gunakan air bersih dan air mengalir untuk mencuci makanan dan
peralatan makan
(10) Masak air minum sampai mendidih sebelum dikonsumsi, hindari
mengkonsumsi air mentah / batu es dari air yang tidak matang
(11) Cucilah tangan dengan sabun dan air mengalir saat mengolah
makanan, sebelum dan sesudah makan, setelah kontak dengan
binatang, keluar dari toilet, setelah bersin dan batuk

16
(12) Jika membeli makanan, pilih makanan yang segar, perhatikan
keutuhan kemasan dan tanggal kadaluarsa pada produk makanan
jadi/pabrikan
(13) Menyimpan makanan matang dalam kondisi tertutup paling lama 3
jam atau dihangatkan kembali.
G. Contoh Menu Sehari

Pagi Siang Malam

Nasi Nasi Nasi


Telur pindang Ikan pepes Ayam bakar
Tumis kangkong Sambal goreng Oseng tahu
kering tempe Cah sayuran
Sayur bening Jeruk manis
bayam
Snack: Snack: Snack:
Jus melon Roti bakar Susu

17
LAMPIRAN 2
FOTO KEGIATAN

Pembukaan Penyuluhan oleh Penyampaian Materi


MC

Penyampaian Materi Sasaran Penyuluhan

Sasaran Penyuluhan Penutupan Penyuluhan

18
LAMPIRAN 3
BERITA ACARA PENYULUHAN

Hari/Tanggal : Kamis/ 24 Februari 2022


Kegiatan : Penyuluhan
Tema : Penyuluhan tentang Diet pada Penderita TBC
Jumlah Peserta : 15 orang

Narasumber : Fanny Pramandita

Vinka Citra Primadisya

Tempat : Gedung Poli Paru RSUD Al-Ihsan

Penanggung Jawab Kegiatan

Mengetahui,

Zaira Siti Mecca Medina, S.Gz


NIP.

19
20
Lampiran 3. Absensi Peserta
Daftar Hadir Penyuluhan

21

You might also like