You are on page 1of 14

92 Wistara, Vol. 4, No.

2, September 2021

PEMBELAJARAN MENGANALISIS UNSUR PEMBANGUN


CERPEN DENGAN MENGGUNAKAN MODEL PROBLEM BASED
LEARNING DAN PENGARUHNYA TERHADAP PENINGKATAN
KEMAMPUAN MEMBACA KRITIS PADA PESERTA DIDIK
KELAS XI

Anna Isprianti
SMK Negeri 7 Bandung
anna.isprianti@gmail.com

Naskah masuk: September disetujui: September revisi akhir: September

Abstrak: Tujuan penelitian ini adalah untuk meningkatkan kemampuan membaca kritis melalui
pembelajaran menganalisis unsur pembangun cerpen peserta didik kelas XI dengan menggunakan
model problem based learning. Desain penelitian ini adalah metode campuran dengan tipe penyisip
kuantitatif kualitatif. Pengujian dilaksanakan pada kelas eksperimen dan kontrol. Subjek penelitian
adalah peserta didik kelas XI K3 SMK Negeri 7 Bandung, dipilih dengan teknik purposive,
nonprobability sampling. Data dianalisis berdasarkan hasil pretes dan postes, observasi, wawancara,
dan angket. Uji hipotesis penelitian ini adalah uji normalitas, uji homogenitas, uji t dan uji regresi.
Hasil uji independent sample t test diperoleh hasil H0 ditolak dan H1 diterima. Artinya terdapat
perbedaan rerata nilai postes kemampuan menganalisis unsur pembangun cerpen yang signifikan
antara kelas eksperimen dan kelas kontrol. Uji rerata nilai postes dengan kriteria menggunakan taraf
signifikan α = 5%. Berdasarkan nilai Sig. (2-tailed) dari tabel sebesar 0,031 < 0,05, maka H0 ditolak
dan H1 di terima, artinya terdapat perbedaan rerata nilai postes kemampuan membaca kritis yang
signifikan antara kelas eksperimen dan kelas kontrol. Uji analisis regresi sederhana membuktikan
bahwa “Kemampuan menganalisis unsur pembangun cerpen (X) berpengaruh positif terhadap
peningkatan kemampuan membaca kritis peserta didik (Y) dengan total pengaruh 44,7%”. Pengaruh
positif ini bermakna semakin meningkatnya kemampuan menganalisis unsur pembangun cerpen (X)
maka akan berpengaruh terhadap peningkatan kemampuan membaca kritis peserta didik (Y).
Kata kunci: membaca kritis, problem-based learning, menganalisis unsur pembangun cerpen

PENDAHULUAN Prakoso (2020) dalam webinar: Ayo


Berdasarkan laporan hasil PISA 2018 Persiapkan AKM mu, Menuju Sekolah
yang dirilis tanggal 3 Desember 2019, skor Berkualitas, menyampaikan bahwa kaitan
membaca Indonesia ada di peringkat 74 antara hasil PISA dan AKM adalah
dari 79 negara. Skor tersebut menurun mengenai Literasi. AKM tidak cukup dari
dari tes PISA 2015. Saat itu, skor membaca latihan soal namun memerlukan
Indonesia ada di peringkat 65. Di antara pembiasaan. Salah satu proses kognitif
negara-negara Asia Tenggara, Indonesia dalam AKM adalah Literasi. Proses
berada paling bawah bersama Filipina Literasi tersebut di dalamnya terdapat
yang mendapat peringkat terakhir dalam aktivitas menemukan informasi,
membaca. Hasil studi PISA 2018 yang interpretasi dan integrasi, serta evaluasi
dirilis oleh OECD menunjukkan bahwa dan refleksi. Selain teks informasi, konten
kemampuan peserta didik Indonesia yang terdapat dalam Asesmen Nasional
dalam membaca, meraih skor rata-rata adalah teks sastra. Dengan demikian
yakni 371, dengan rata-rata skor OECD menemukan informasi, menginterpretasi,
yakni 487. dan mengevaluasi teks sastra adalah
Pembelajaran Menganalisis Unsur…93

bagian dari konten dan proses dalam Seperti yang disebutkan


Asesmen Kompetensi Minimum (AKM) sebelumnya bahwa selain teks informasi,
yang juga bertujuan untuk meningkatkan konten yang terdapat dalam Asesmen
skor PISA Indonesia. Nasional adalah teks sastra. Dalam
Pemerhati pendidikan Indra pembelajaran Bahasa Indonesia di SMK
Charismiadji (2019) dalam Republika.co.id kelas XI, terdapat materi yang berkaitan
mengatakan bahwa peserta didik dengan teks sastra yaitu teks cerpen. Pada
Indonesia baru sekedar bisa membaca. Ia masa pandemi covid 19, Kepala Badan
mendapati peserta didik Indonesia masih Penelitian dan Pengembangan dan
kesulitan dalam memahami arti dari suatu Perbukuan mengeluarkan SK tentang
bacaan. Pernyataan Indra tersebut Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar
didasari dari hasil penilaian yang Pelajaran pada Kurikulum 2013 untuk
dilakukan Kementerian Pendidikan dan kondisi khusus. Kompetensi Dasar dalam
Kebudayaan (Kemendikbud), yakni pembelajaran Bahasa Indonesia SMK yang
"Indonesian National Assesment Programme". berkaitan dengan teks cerpen adalah KD
Penelitian itu mengungkap hanya 6,06 3.4 Menganalisis unsur-unsur pembangun
persen peserta didik di Tanah Air yang cerita pendek dalam buku kumpulan
memiliki kemampuan membaca yang cerita pendek dan 4.4. Mengkonstruksi
baik. sebuah cerita pendek dengan
Alderson dan Nuttal (dalam Priyatni memperhatikan unsur-unsur pembangun
dan Nurhadi, 2017:1) menjelaskan bahwa cerpen. Kaitan dengan tesis ini,
membaca adalah aktivitas mental yang Kompetensi Dasar yang akan dibahas
melibatkan proses berpikir. Jika dikaitkan adalah 3.4 Menganalisis unsur-unsur
dengan era globalisasi ini kemampuan pembangun cerita pendek dalam buku
membaca yang sangat diperlukan adalah kumpulan cerita pendek.
kemampuan membaca yang melibatkan Kegiatan menganalisis unsur
keterampilan berpikir tingkat tinggi yaitu pembangun cerpen membutuhkan
membaca kritis. Kemampuan membaca pemikiran yang kritis untuk menemukan
kritis diperlukan oleh setiap orang di era unsur pembangun yang terdapat dalam
global saat ini untuk dapat merespons cerpen. Namun dalam kenyataannya
secara kritis dan kreatif situasi baru yang peserta didik seringkali menemukan
tidak rutin, yang cepat berubah dan kesulitan ketika harus menentukan dan
berkembang (Priyatni dan Nurhadi, menemukan bukti pendukung mengenai
2017:v). unsur pembangun sebuah cerpen. Selain
Kemampuan membaca kritis sangat kurangnya minat membaca peserta didik,
bergantung pada kemampuan berpikir model pembelajaran yang dipilih oleh
kritis. Kemampuan membaca kritis guru juga sangat berpengaruh dalam
seseorang sangat ditentukan oleh meningkatkan kemampuan peserta didik
pemikiran kritisnya (Nurhadi, 2017:2). dalam menganalisis unsur pembangun
Nurhadi juga mengatakan bahwa dengan cerpen.
pemikiran kritis, seorang pembaca dapat Dalam penelitian ini, penulis
menggunakan strategi tanya jawab untuk menggunakan model problem based
mengembangkan kemampuan bernalar, learning dalam pembelajaran menganalisis
misalnya: apa latar belakang penulis, apa unsur pembangun cerpen. Model problem
masalah utama atau pokok persoalan yang based learning merupakan sebuah
dikemukakan, apa simpulannya, apa pendekatan pembelajaran yang
bukti pendukungnya. Salah satu teknik menyajikan masalah konstekstual
membaca kritis yang dijelaskan Nurhadi sehingga merangsang peserta didik untuk
(2017:94) adalah membaca kritis teks belajar (Syarif, 2016:12). Melalui model
cerpen. problem based learning, peserta didik
94 Wistara, Vol. 5, No. 2, September 2022

diharapkan dapat menganalisis unsur keseriusan, inquiry, dan berpikir dengan


pembangun cerpen dengan menunjukkan cara yang bermakna dan sangat kuat.
bukti pendukungnya. Berbagai terobosan dalam ilmu
Kemampuan membaca kritis peserta pengetahuan dan teknologi merupakan
didik SMK terutama dalam menganalisis hasil dari adanya ketertarikan terhadap
unsur pembangun cerpen masih perlu masalah. Pada pembelajaran analisis
ditingkatkan lagi. Hal ini terbukti melalui unsur pembangun cerpen ini diharapkan
hasil wawancara dengan guru mata dengan menggunakan model
pelajaran Bahasa Indonesia di SMK Negeri pembelajaran berbasis masalah maka
7 Bandung, Yosi Susanti, S.Pd. Beliau dapat mendorong peserta didik dalam
mengatakan bahwa kemampuan peserta keseriusan, inquiry, dan berpikir dengan
didik dalam membaca kritis terutama cara yang bermakna dan sangat kuat
membaca kritis cerpen masih sangat sehingga peserta didik dapat memahami
rendah. Peserta didik hanya dapat cerpen dan menganalisis unsur
membaca cerpen tanpa memahami hal-hal pembangun cerpen dengan baik.
yang terkandung di dalam cerpen Pembelajaran berbasis masalah
tersebut. merupakan metode belajar yang
Model pembelajaran berbasis menggunakan masalah sebagai langkah
masalah (Problem Based Learning) awal dalam mengumpulkan dan
merupakan sebuah pendekatan yang mengintegrasikan pengetahuan baru.
menyajikan masalah kontekstual sehingga Model ini juga berfokus pada keaktifan
merangsang peserta didik untuk belajar peserta didik dalam kegiatan
(Syarif, 2016:12). Model pembelajaran pembelajaran (Muhson, 2008:13). Dalam
berbasis masalah adalah salah satu model model pembelajaran berbasis masalah,
pembelajaran yang sejak awal peserta peserta didik diberikan suatu masalah.
didik dihadapkan pada sebuah masalah Kemudian secara berkelompok (sekitar 5-
yang spesifik. Kemudian, peserta didik 8 orang), mereka akan berusaha untuk
mengidentifikasikan pokok bahasan yang mencari solusi atas permasalahan
dibutuhkan untuk mengembangkan tersebut. Untuk mendapatkan solusi,
pengetahuan dari berbagai konsep mereka diharapkan secara aktif mencari
pengetahuan lain yang relevan dengan informasi yang dibutuhkan dari berbagai
pokok permasalahan yang dibahas. sumber. Informasi dapat diperoleh dari
Menurut Mudlofir (2017:72), bahan bacaan (literatur), narasumber, dll.
strategi pembelajaran berbasis masalah Menurut Rusman (2014:232),
(Problem based Learning) merupakan salah karakteristik pembelajaran berbasis
satu model pembelajaran inovatif yang masalah adalah sebagai berikut:
dapat memberikan kondisi belajar aktif 1) Permasalahan menjadi starting point
kepada peserta didik. Strategi dalam belajar;
pembelajaran berbasis masalah ini adalah 2) Permasalahan, menantang
suatu strategi pembelajaran yang pengetahuan yang dimiliki oleh siswa,
melibatkan peserta didik untuk sikap, dan kompetensi yang kemudian
memecahkan suatu masalah melalui membutuhkan identifikasi kebutuhan
tahap-tahap metode ilmiah sehingga belajar dan bidang baru dalam belajar;
peserta didik dapat mempelajari 3) Pemanfaatan sumber pengetahuan
pengetahuan yang berhubungan dengan yang beragam, penggunaannya, dan
masalah tersebut dan sekaligus memiliki evaluasi sumber informasi merupakan
keterampilan untuk memecahkan proses yang esensial dalam PBM;
masalah. 4) Belajar adalah kolaboratif,
Rusman (2014:230) mengatakan komunikasi, dan kooperatif;
bahwa masalah dapat mendorong
Pembelajaran Menganalisis Unsur…95

5) Pengembangan keterampilan inquiry 1) mengidentifikasi masalah,


dan pemecahan masalah sama 2) mengumpulkan data,
pentingnya dengan penguasaan isi 3) menganalisis data
pengetahuan untuk mencari solusi 4) memecahkan masalah berdasarkan
dari sebuah permasalahan; pada data yang ada dan analisisnya,
Mudlofir (2017:76) 5) memilih cara untuk memecahkan
mengemukakan keunggulan dan masalah,
kelemahan strategi pembelajaran 6) merencanakan penerapan pemecahan
berbasis masalah antara lain: masalah,
Keunggulan: 7) melakukan ujicoba terhadap rencana
1) Pemecahan masalah dapat yang ditetapkan, dan
mengembangkan kemampuan peserta 8) melakukan tindakan (action) untuk
didik untuk berpikir kritis, inovatif, memecahkan masalah.
meningkatkan motivasi dari dalam Nurgiyantoro (2012:23)
diri peserta didik untuk belajar dan mengemukakan bahwa cerpen dibangun
mengembangkan kemampuan mereka dari unsur-unsur pembangun cerpen atau
untuk menyesuaikan dengan yang lebih dikenal sebelumnya dengan
pengetahuan yang baru. nama unsur intrinsik. Unsur intrinsik
2) Pemecahan masalah dapat adalah unsur yang membangun karya itu
memberikan kesempatan bagi peserta sendiri. Unsur-unsur inilah yang
didik untuk mengaplikasikan menyebabkan karya sastra hadir sebagai
pengetahuan mereka dalam dunia karya sastra, unsur-unsur yang secara
nyata. faktual akan dijumpai jika orang membaca
3) Pemecahan masalah tidak hanya karya sastra. Tanpa unsur pembangun ini,
memberikan kesadaran kepada cerpen tidak akan menjadi sebuah karya
peserta didik bahwa belajar tidak yang utuh. Unsur pembangun akan
tergantung pada kehadiran guru membentuk cerpen yang utuh. Tanpa
namun pada motivasi intrinsik peserta unsur pembangun yang lengkap mungkin
didik. saja bacaan itu tidak bisa dikatakan
Kelemahan: sebagai cerpen.
1) Apabila peserta didik tidak memiliki Nurhadi (2016:94) menyebutkan
minat dan memandang bahwa bahwa sebuah cerpen dibangun dari
masalah yang akan diselidiki adalah unsur-unsur, seperti alur, tokoh, latar,
sulit, maka mereka akan merasa sudut pandang penceritaan, gaya bahasa,
enggan untuk mencoba. tema dan amanat. Unsur-unsur
2) Membutuhkan waktu untuk pembangun tersebut yang merupakan
persiapan, apabila guru tidak bagian-bagian inti dalam terbentuknya
mempersiapkan secara matang sebuah cerpen.
strategi ini, maka tujuan pembelajaran Langkah-langkah membaca cerpen
tidak tercapai. menurut Nurhadi (2016:100) yang
3)Pemahaman peserta didik terhadap pertama adalah membaca paragraf untuk
suatu masalah di masyarakat atau di mengetahui alur cerita dan bahasa
dunia nyata terkadang kurang, pengarang sebelum membaca seluruh isi
sehingga proses pembelajaran cerpen. Lalu temukanlah unsur-unsur
berbasis masalah terhambat oleh pembangun di dalamnya. Setelah itu
faktor ini simpulkan tema dan amanat yang
Mudlofir (2017: 74) menjelaskan disampaikan pengarang dalam cerita.
bahwa terdapat delapan langkah dalam Langkah-langkah membaca cerpen
penerapan strategi pembelajaran berbasis tersebut dapat menjadi pedoman peserta
masalah (Pannen, 2001; Dasna 2007), yaitu: didik dalam menganalisis unsur
96 Wistara, Vol. 5, No. 2, September 2022

pembangun cerpen. Mulai dari membaca 7. Menemukan amanat yang


paragraf awal sebagai pengenalan cerita disampaikan pengarang;
sampai menemukan unsur-unsur 8. Menemukan hal yang
pembangun dalam cerpen tersebut. melatarbelakangi penulis mengangkat
Hingga menyimpulkan tema dan amanat tema tersebut;
cerpen. 9. Memberikan penilaian apakah cerpen
Membaca kritis merupakan suatu tersebut menarik dan mempunyai nilai-
keterampilan dalam membaca. Membaca nilai;
kritis adalah bagian dari pengertian 10.Memprediksi akhir cerita.
membaca dalam arti luas. Pembaca Priyatni dan Nurhadi (2017:125)
diharapkan memperoleh pemahaman menguraikan lebih rinci dalam buku yang
menyeluruh tentang suatu bacaan yang berjudul Membaca Kritis dan Literasi
diikuti oleh penilaian terhadap keadaan, Kritis. Dalam bukunya tersebut, Priyatni
nilai, fungsi, dan dampak bacaan itu. King dan Nurhadi membagi kegiatan membaca
dkk. dalam Nurhadi (2017:31) kritis menjadi tiga kegiatan yaitu:
menyatakan bahwa membaca kritis 1. kegiatan sebelum membaca;
adalah kegiatan membaca yang unik. 2. kegiatan membaca;
Membaca kritis dikategorikan sebagai sub 3. kegiatan setelah membaca.
keterampilan membaca pemahaman, Kegiatan sebelum membaca
namun fokus pada kegiatan analisis dan bertujuan agar pembaca memiliki
evaluasi. kesiapan pemahaman awal sebelum
Membaca kritis (critical reading) membaca cerpen. Kegiatan ini bisa
adalah sejenis membaca yang dilakukan dilaksanakan dengan dua cara. Cara yang
secara bijaksana, penuh tenggang hati, pertama adalah dengan memberi ilustrasi
mendalam, evaluatif serta analitis, dan berupa gambar dan teks yang mengarah
bukan hanya mencari kesalahan (Albert pada isi cerpen yang akan dibaca. Cara
dalam Tarigan, 2015:92). Membaca kritis yang kedua adalah menampilkan judul
menuntut pembacanya untuk memahami cerpen dan pembaca diminta untuk
tulisan secara mendalam namun disertai menuliskan prediksi dari isi cerpen
penilaian. Tentu saja harus dilakukan tersebut.
dengan bijaksana dan penuh tenggang Berikutnya adalah kegiatan
hati agar hasil membaca kritis sesuai membaca. Pembaca akan diberikan
dengan yang diharapkan dan bukan sebuah cerpen untuk dibaca dengan
untuk mencari kesalahan. cermat dengan waktu yang disesuaikan.
Adapun keterampilan dasar yang Setelah itu dilanjutkan pada kegiatan
dikembangkan dalam membaca kritis teks ketiga yaitu kegiatan setelah membaca.
cerpen menurut Nurhadi (2016:99) adalah Dalam kegiatan setelah membaca ini,
sebagai berikut: pembaca akan disajikan beberapa
1. Menjelaskan tokoh dan karakter tokoh pertanyaan yang berkaitan dengan cerpen
dalam cerpen; yang telah dibaca. Priyatni dan Nurhadi
2. Menjelaskan latar dengan (2017:138) mencontohkan beberapa jenis
menunjukkan bukti pendukung; pertanyaan dalam kegiatan setelah
3. Menjelaskan alur dengan bukti membaca. Jenis pertanyaan tersebut
pendukung; sebagai berikut.
4. Menyimpulkan tema cerita; 1) Pertanyaan Literal;
5. Menemukan permasalahan- 2) Pertanyaan Inferensial;
permasalahan yang dialami tokoh; 3) Pertanyaan Evaluatif;
6. Menemukan sudut pandang yang 4) Pertanyaan Integratif.
digunakan penulis; Dari contoh yang diberikan oleh
Priyatni dan Nurhadi mengisyaratkan
Pembelajaran Menganalisis Unsur…97

bahwa tidak harus semua jenis pertanyaan 3. Apakah terdapat perbedaan


tersebut digunakan dalam proses kemampuan menganalisis unsur
membaca kritis. Kita dapat menggunakan pembangun cerpen antara peserta
jenis pertanyaan sesuai dengan didik yang pembelajarannya
kebutuhan. Untuk bentuk soal yang menggunakan model problem based
digunakan pun beragam. Kita dapat learning dengan peserta didik yang
berupa pilihan ganda, uraian singkat, dan
pembelajarannya menggunakan
sebagainya.
metode ceramah?
Berdasarkan latar belakang tersebut,
4. Apakah terdapat perbedaan
identifikasi masalah penelitian ini adalah
kemampuan membaca kritis antara
menurunnya peringkat membaca
peserta didik yang pembelajarannya
Indonesia dalam tes PISA, Proses
menggunakan model problem based
pembelajaran menganalisis unsur
learning dengan kemampuan membaca
pembangun cerpen yang belum
kritis peserta didik yang
dilaksanakan secara maksimal, dan
pembelajarannya menggunakan
kemampuan membaca peserta didik
metode ceramah?
masih sangat rendah yang berimbas pada
5. Apakah terdapat pengaruh
rendahnya kemampuan peserta didik
kemampuan menganalisis unsur
dalam menganalisis unsur pembangun
pembangun cerpen terhadap
cerpen.
kemampuan membaca kritis pada
Berdasarkan latar belakang dan peserta didik yang pembelajarannya
identifikasi masalah tersebut, penulis akan menggunakan model problem based
meneliti tentang Pembelajaran learning dengan kemampuan membaca
Menganalisis Unsur Pembangun Cerpen kritis pada peserta didik yang
dengan Menggunakan Model Problem pembelajarannya menggunakan
Based Learning dan Pengaruhnya terhadap metode ceramah?
Peningkatan Kemampuan Membaca Kritis
pada Peserta Didik Kelas XI SMK Negeri 7 METODE PENELITIAN
Bandung dengan rumusan masalah Penelitian ini menggunakan metode
sebagai berikut: campuran (mixed method) dengan desain
1. Bagaimanakah kemampuan peserta penyisip (the embedded design). Metode ini
didik dalam menganalisis unsur mengarahkan peneliti untuk hanya
melakukan mixed (campuran) pada bagian
pembangun cerpen yang
dengan pendekatan kualitatif pada
pembelajarannya menggunakan model
penelitian yang berkarakter kuantitatif.
problem based learning dan kemampuan Metode penelitian campuran
peserta didik menganalisis unsur merupakan penelitian yang melibatkan
pembangun cerpen yang pengumpulan data kuantitatif dan
pembelajarannya menggunakan kualitatif, penggabungan dua bentuk data,
metode ceramah? dan penggunaan rancangan berbeda yang
2. Bagaimanakah kemampuan membaca melibatkan asumsi-asumsi filosofis dan
kritis peserta didik yang kerangka kerja teoritis (Creswell, 2017: 5).
pembelajarannya menggunakan model Berdasarkan pendapat tersebut dapat
problem based learning dan kemampuan disimpulkan bahwa penelitian metode
membaca kritis peserta didik yang campuran dapat menjawab pertanyaan
penelitian yang tidak terjawab dengan
pembelajarannya menggunakan
penelitian kuantitatif atau penelitian
metode ceramah?
kualitatif saja. Dengan demikian, metode
98 Wistara, Vol. 5, No. 2, September 2022

penelitian campuran ini melakukan pembangun cerpen dengan menggunakan


penggabungan antara data kuantitaif dan model problem based learning. Kegiatan
data kualitatif sehingga dapat saling observasi ini dilakukan oleh satu orang
menguatkan untuk mendapatkan observer dan dilangsungkan pada saat
simpulan yang lebih lengkap. pelaksanaan pembelajaran menganalisis
Populasi dari penelitian ini adalah unsur pembangun cerpen dengan
peserta didik kelas XI K SMKN 7 menggunakan model problem based
Bandung. Sampel penelitian ini adalah learning.
kelas XI K3 sejumlah 36 orang untuk kelas Wawancara dilaksanakan kepada
eksperimen dan XI K2 sebanyak 35 orang observer yaitu guru Bahasa Indonesia dan
untuk kelas kontrol. Sampel penelitian ini peserta didik untuk mengetahui pendapat
diambil menggunakan teknik sampling mereka terhadap pelaksanaan
purposive, nonprobability sampling. Teknik pembelajaran menganalisis unsur
ini adalah pengambilan sampel dengan pembangun cerpen dengan menggunakan
sengaja (purposive) dan bersifat subjektif model problem based learning.
(Indrawan dan Yaniawati, 2017:105).
Sampel nonpeluang ini tidak memberikan HASIL PENELITIAN DAN
kesempatan kepada setiap unit populasi PEMBAHASAN
untuk dipilih sebagai unit sampel. Berdasarkan data tersebut hasil
Instrumen dari penelitian ini adalah penelitian membuktikan bahwa
tes, angket, pengamatan (observasi), dan pembelajaran menganalisis unsur
wawancara. Tes digunakan untuk pembangun cerpen dengan menggunakan
memperoleh data kemampuan peserta model problem based learning sangat
didik sebelum (pretes) dan sesudah berpengaruh terhadap peningkatan
(postes) pembelajaran menganalisis unsur kemampuan membaca krtitis. Hal ini
pembangun cerpen menggunakan model diperkuat dengan hasil uji regresi yang
problem based learning. Angket digunakan dilaksanakan oleh penulis. Berdasarkan
untuk menggali respon peserta didik Output pada table coefficients diketahui
terhadap pembelajaran. nilai signifikansi (sig.) sebesar 0.01 dan
Angket berisi daftar pertanyaan nilai ini lebih kecil (<) dari 0,05. Dapat
yang harus dijawab peserta didik, yang disimpulkan bahwa H0 ditolak dan H1
berkaitan dengan proses pembelajaran. diterima. Hal ini berarti terdapat
Dalam penelitian ini, angket digunakan pengaruh kemampuan menganalisis
untuk memperoleh data tentang pengaruh unsur pembangun cerpen (X) terhadap
pembelajaran menganalisis unsur peningkatan kemampuan membaca kritis
pembangun cerpen dengan menggunakan peserta didik (Y).
model problem based learning untuk Dari hasil perhitungan persentase
meningkatkan kemampuan membaca pengaruh variabel x terhadap variabel y,
kritis. Dalam penelitian ini angket yang diketahui nilai R square sebesar 0,447. Nilai
digunakan adalah angket tertutup. ini memiliki makna bahwa pengaruh
Penulis membuat beberapa pertanyaan kemampuan menganalisis unsur
atau pernyataan yang telah memiliki pembangun cerpen (X) terhadap
alternatif jawaban (option) yang tinggal peningkatan kemampuan membaca kritis
dipilih oleh responden. Sehingga peserta didik (Y) adalah sebesar 44,7%
responden tidak bisa memberikan sedangkan 55,3% kemampuan membaca
jawaban lain selain jawaban yang telah kritis peserta didik dipengaruhi oleh
tersedia sebagai alternatif jawaban. faktor lain yang tidak diteliti.
Kegiatan observasi dilakukan untuk Berdasarkan pembahasan tersebut,
mengetahui bagaimana pelaksanaan maka dapat disimpulkan bahwa
pembelajaran menganalisis unsur “Kemampuan menganalisis unsur
Pembelajaran Menganalisis Unsur…99

pembangun cerpen (X) berpengaruh postes kelas eksperimen yang


positif terhadap peningkatan kemampuan menggunakan model pembelajaran
membaca kritis peserta didik (Y) dengan problem based learning.
total pengaruh 44,7%”. Pengaruh positif Berikut ini adalah pemaparan
ini bermakna semakin meningkatnya perolehan nilai kemampuan menganalisis
kemampuan menganalisis unsur unsur pembangun cerpen sebelum
pembangun cerpen (X) maka akan dilaksanakan pembelajaran dengan
berpengaruh terhadap peningkatan menggunakan model pembelajaran
kemampuan membaca kritis peserta didik problem based learning. Perolehan nilai rata-
(Y). rata pretes kemampuan menganalisis
unsur pembangun cerpen kelas ekperimen
1. Kemampuan Peserta Didik dalam adalah 48. Nilai terendah pelaksanaan
Menganalisis Unsur Pembangun pretes kemampuan menganalisis unsur
Cerpen yang Pembelajarannya pembangun cerpen di kelas eksperimen
Menggunakan Model Problem Based adalah 20. Perolehan nilai sedang adalah
Learning dan Kemampuan Peserta 50. Perolehan nilai tertinggi adalah 75.
Didik Menganalisis Unsur Dari seluruh peserta didik di kelas
Pembangun Cerpen yang eksperimen dalam pretes ini belum ada
Pembelajarannya Menggunakan yang mencapai Kriteria Ketuntasan
Metode Ceramah Minimal atau KKM. Persentase peserta
didik yang telah mencapai KKM adalah
Penggunaan model pembelajaran 0%.
problem based learning dalam menganalisis Setelah nilai pretes, penulis akan
unsur pembangun cerpen dapat memaparkan penjelasan perolehan nilai
dipastikan berlangsung sangat efektif. Hal postes kemampuan menganalisis unsur
ini sesuai dengan pendapat Rusman (2014: pembangun cerpen di kelas eksperimen.
242) yang mengatakan bahwa peserta Perolehan nilai rata-rata pretes
didik memahami konsep dan prinsip dari kemampuan menganalisis unsur
suatu materi dimulai dari bekerja dan pembangun cerpen kelas eksperimen
belajar terhadap situasi atau masalah yang adalah 83. Nilai terendah pelaksanaan
diberikan melalui investigasi, inquiry, dan postes kemampuan menganalisis unsur
pemecahan masalah. Masalah ini pembangun cerpen di kelas eksperimen
digunakan untuk mengaitkan rasa adalah 60. Perolehan nilai sedang adalah
keingintahuan serta kemampuan analisis 85. Perolehan nilai tertinggi adalah 90.
peserta didik dan inisiatif atas materi Berdasarkan data nilai postes kemampuan
pelajaran. Model pembelajaran problem menganalisis unsur pembangun cerpen di
based learning mempersiapkan peserta kelas eksperimen, persentase peserta didik
didik untuk berpikir kritis dan analitis, yang nilainya telah mencapai Kriteria
dan untuk mencari serta menggunakan Ketuntasan Minimal adalah 86% sejumlah
sumber pembelajaran yang sesuai. 28 orang. Persentase peserta didik yang
Prestasi keterlaksanaan aktivitas pendidik nilainya belum mencapai kriteria
mencapai nilai maksimal dalam kegiatan ketuntasan minimal adalah 14% sejumlah
pembelajaran dengan menggunakan 7 orang. Berdasarkan nilai rata-rata pretes
model pembelajaran problem based learning dan postes kemampuan menganalisis
yang meliputi tahap pendahuluan, unsur pembangun cerpen dan persentase
pemberian orientasi permasalahan kepada peserta didik yang telah mencapai nilai
peserta didik, mengomunikasikan peserta KKM, maka dapat disimpulkan bahwa
didik untuk penyelidikan, terdapat kenaikan nilai rata-rata dan
mengembangkan dan menyajikan hasil, persentase peserta didik yang telah
refleksi dan penutup. Hal tersebut dapat mencapai nilai KKM.
dilihat dari nilai rata-rata pretes dan
100 Wistara, Vol. 5, No. 2, September 2022

Selanjutnya penulis akan dan nilai rata-rata postes adalah 83.


memaparkan perolehan nilai pretes dan Sedangkan nilai rata-rata pretes peserta
postes kemampuan analisis unsur didik dengan pembelajaran yang
pembangun cerpen di kelas kontrol yang menggunakan metode ceramah adalah 45
pembelajaran menganalisis unsur dan nilai rata-rata postes adalah 74. Jika
pembangun cerpennya menggunakan diukur dari ketuntasan program belajar di
metode ceramah. Nilai rata-rata pretes sekolah yang mengharuskan peserta didik
kemampuan menganalisis unsur memperoleh nilai sama dengan atau di
pembangun cerpen kelas kontrol adalah atas Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM),
45. Nilai pretes terendah di kelas kontrol kelas eksperimen lebih unggul
adalah 20. Nilai pretes sedang adalah 40. dibandingkan kelas kontrol. Kriteria
Nilai pretes tertinggi adalah 75. Dari Ketuntasan Minimal Bahasa Indonesia
seluruh peserta didik kelas kontrol, nilai kelas XI di SMKN 7 Bandung adalah 76.
pretes kemampuan menganalisis unsur Persentase peserta didik di kelas
pembangun cerpen belum ada yang eksperimen yang memperoleh nilai tuntas
mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal adalah 86% sejumlah 28 orang sedangkan
atau KKM. Persentase peserta didik yang persentase peserta didik di kelas kontrol
nilainya telah mencapai KKM adalah 0%. yang memperoleh nilai tuntas adalah 45%
Hasil postes kemampuan sejumlah 15 orang.
menganalisis unsur pembangun cerpen di
kelas kontrol adalah sebagai berikut. Nilai 2. Kemampuan Membaca Kritis Peserta
rata-rata postes kemampuan menganalisis Didik yang Pembelajarannya
unsur pembangun cerpen kelas kontrol Menggunakan Model Problem Based
adalah 74. Nilai terendah postes Learning dan Kemampuan Membaca
kemampuan menganalisis unsur Kritis Peserta Didik yang
pembangun cerpen adalah 55. Nilai Pembelajarannya Menggunakan
sedang adalah 60. Nilai tertinggi adalah Metode Ceramah
90. Persentase peserta didik yang nilainya
sudah mencapai KKM adalah 45% Hasil penelitian ini menunjukkan
sejumlah 15 orang. Persentase peserta bahwa, terdapat perbedaan kemampuan
didik yang nilainya belum mencapai KKM menganalisis unsur pembangun cerita
adalah 55% sejumlah 18 orang. pendek antara pembelajaran yang
Berdasarkan rekapitulasi nilai rata-rata menggunakan model pembelajaran
nilai pretes kemampuan menganalisis problem based learning dengan kemampuan
unsur pembangun cerpen dan persentase peserta didik yang pembelajarannya
jumlah peserta didik kelas kontrol menggunakan metode ceramah. Hal ini
mengalami kenaikan walaupun tidak dapat terlihat dari data hasil penelitian
terlalu signifikan. yang menunjukkan bahwa, perolehan
Hasil pretes dan postes nilai peserta didik yang pembelajarannya
menunjukkan bahwa kemampuan menggunakan model pembelajaran
menganalisis unsur pembangun cerpen problem based learning lebih baik
peserta didik dengan pembelajaran yang dibandingkan dengan peserta didik yang
menggunakan model problem based pembelajarannya menggunakan metode
learning lebih baik dibandingkan dengan ceramah.
peserta didik yang pembelajarannya Pada proses pembelajaran daring
menggunakan metode ceramah. Nilai ini penggunaan model pembelajaran tetap
rata-rata pretes kemampuan menganalisis tidak bisa diabaikan. Bahkan seorang guru
unsur pembangun cerpen peserta didik harus lebih cermat dalam memilih model
dengan pembelajaran yang menggunakan pembelajaran yang tepat. Model
model problem based learning adalah 48 pembelajaran yang tepat, media
Pembelajaran Menganalisis Unsur…101

pembelajaran yang menarik dan teknik orang. Persentase peserta didik yang
pembelajaran yang tepat akan masuk dalam kategori penilaian kurang
mempengaruhi proses pembelajaran yaitu 74% sejumlah 26 orang.
terutama dalam hal ini pembelajaran Setelah dilaksanakan
menganalisis unsur pembangun cerpen. pembelajaran menganalisis unsur
Menganalisis unsur pembangun pembangun cerpen dengan model problem
cerpen adalah sebuah proses memahami based learning, nilai rata-rata postes
isi cerpen berdasarkan unsur-unsur kemampuan membaca kritis kelas
pembangunnya. Proses ini menuntut eksperimen adalah 85. Perolehan nilai
peserta didik untuk dapat memahami terendah yang dicapai peserta didik
masalah-masalah yang terjadi dalam alur adalah 67, nilai sedang adalah 86 dan nilai
cerita yang disampaikan oleh tertinggi adalah 95. Persentase peserta
pengarangnya. Melalui model didik yang masuk dalam kategori sangat
pembelajaran problem based learning, baik yaitu 88% sejumlah 31 orang.
peserta didik dapat menjawab Persentase peserta didik yang masuk
pertanyaan-pertanyaan yang berkaitan dalam kategori baik yaitu 6% sejumlah 2
dengan unsur pembangun cerpen. orang. Persentase peserta didik yang
Berkaitan dengan membaca kritis, masuk dalam kategori cukup yaitu 6%
indikator kemampuan membaca kritis sejumlah 2 orang. Persentase peserta didik
cerpen yang disusun berdasarkan kriteria yang masuk dalam kategori kurang yaitu
kemampuan membaca kritis cerpen yang 0%. Hal ini menunjukkan adanya
dijelaskan oleh Nurhadi (2016:99) sangat peningkatan nilai membaca kritis setelah
erat kaitannya dengan pembelajaran peserta didik melaksanakan pembelajaran
menganalisis unsur pembangun cerpen. menganalisis unsur pembangun cerpen
Hal ini dapat menjadi data pendukung dengan model problem based learning.
bahwa jika peserta didik dapat Selanjutnya penulis akan
meningkatkan kemampuan menganalisis memaparkan perolehan nilai membaca
unsur pembangun cerpen, maka kritis kelas kontrol. Hasil pretes membaca
kemampuan membaca kritis peserta didik kritis kelas kontrol, perolehan nilai rata-
pun akan meningkat. Model pembelajaran rata pretes kemampuan membaca kritis
problem based learning sangat tepat untuk kelas kontrol adalah 51. Perolehan nilai
meningkatkan kemampuan menganalisis terendah yang dicapai peserta didik
unsur pembangun cerpen yang juga dapat adalah 33, nilai sedang adalah 52 dan nilai
meningkatkan kemampuan membaca tertinggi adalah 71. Persentase peserta
kritis peserta didik. didik yang masuk dalam kategori
Berikut ini penulis akan penilaian sangat baik adalah 0%.
memaparkan hasil pretes kemampuan Persentase peserta didik yang masuk
membaca kritis di kelas eksperimen. nilai dalam kategori penilaian baik adalah 3%
rata-rata pretes kemampuan membaca sejumlah 1 orang. Persentase peserta didik
kritis kelas eksperimen adalah 53. yang masuk dalam kategori penilaian
Perolehan nilai terendah yang dicapai cukup adalah 12% sejumlah 4 orang.
peserta didik adalah 33, nilai sedang Persentase peserta didik yang masuk
adalah 52 dan nilai tertinggi adalah 76. dalam kategori penilaian kurang adalah
Persentase peserta didik yang masuk 85% sejumlah 28 orang.
dalam kategori penilaian sangat baik Hasil postes membaca kritis di
adalah 0%. Persentase peserta didik yang kelas kontrol menunjukkan adanya
masuk dalam kategori penilaian baik yaitu kenaikan perolehan nilai. nilai rata-rata
3% sejumlah 1 orang. Persentase peserta postes kemampuan membaca kritis
didik yang masuk dalam kategori peserta didik kelas kontrol adalah 74.
penilaian cukup yaitu 23% sejumlah 8 Perolehan nilai terendah yang dicapai
102 Wistara, Vol. 5, No. 2, September 2022

peserta didik adalah 52, nilai sedang kemampuan menganalisis unsur


adalah 76 dan nilai tertinggi adalah 90. pembangun cerpen antara peserta didik
Persentase peserta didik yang yang pembelajarannya menggunakan
memperoleh nilai membaca kritis dengan model problem based learning dan peserta
kategori sangat baik adalah 46% sejumlah didik yang pembelajarannya
15 orang. Persentase peserta didik yang menggunakan metode ceramah sangat
memperoleh nilai membaca kritis dengan berbeda.
kategori baik adalah 27% sejumlah 9 Kemampuan menganalisis unsur
orang. Persentase peserta didik yang pembangun cerpen peserta didik yang
memperoleh nilai membaca kritis dengan pembelajarannya menggunakan model
kategori cukup adalah 15% sejumlah 5 problem based learning lebih baik
orang. Persentase peserta didik yang dibandingkan peserta didik yang
memperoleh nilai membaca kritis dengan pembelajarannya menggunakan metode
kategori kurang adalah 12% sejumlah 4 ceramah. Pada bahasan sebelumnya telah
orang. dijelaskan perbedaan nilai prates dan
Dilihat dari nilai rata-rata pretes postes kemampuan menganalisis unsur
dan postes, Nilai rata-rata pretes membaca pembangun cerpen antara kelas
kritis kelas kontrol adalah 51 dan nilai eksperimen dan kelas kontrol. Hal ini
rata-rata postes membaca kritis kelas lebih diperkuat lagi dengan simpulan
kontrol adalah 74. Dengan demikian hasil analisis data dengan software IBM
terdapat peningkatan nilai membaca kritis SPSS for windows yang membuktikan
kelas kontrol setelah dilaksanakan bahwa kemampuan menganalisis unsur
pembelajaran menganalisis unsur pembangun cerpen peserta didik yang
pembangun cerpen dengan metode pembelajarannya menggunakan model
ceramah. problem based learning lebih baik
Jika kita bandingkan nilai rata-rata dibandingkan peserta didik yang
dan perolehan kategori nilai membaca pembelajarannya menggunakan metode
kritis kelas eksperimen dan kelas kontrol, ceramah.
keduanya sama-sama mengalami Berdasarkan uji rerata nilai postes
peningkatan. Namun peningkatan yang kelas eksperimen dan kelas kontrol
signifikan terjadi pada kelas eksperimen dengan menggunakan uji independent
yang sebelumnya telah melaksanakan sample t test diperoleh nilai Sig. (2-tailed)
pembelajaran menganalisis unsur dari tabel sebesar 0,000 < 0,05, maka H0
pembangun cerpen dengan model ditolak dan H1 diterima. Artinya terdapat
pembelajaran problem based learning. perbedaan rerata nilai postes kemampuan
menganalisis unsur pembangun cerpen
3. Perbedaan Kemampuan yang signifikan antara kelas eksperimen
Menganalisis Unsur Pembangun dan kelas kontrol.
Cerpen antara Peserta Didik yang Sehingga dapat disimpulkan bahwa
Pembelajarannya Menggunakan terdapat perbedaan kemampuan
Model Problem Based Learning menganalisis unsur pembangun cerpen
dengan Peserta Didik yang yang signifikan antara peserta didik kelas
Pembelajarannya Menggunakan eksperimen yang menggunakan model
Metode Ceramah pembelajaran problem based learning
dengan peserta didik kelas kontrol yang
Dari penjelasan mengenai menggunakan metode ceramah.
kemampuan menganalisis unsur
pembangun cerpen antara peserta didik 4. Perbedaan Kemampuan Membaca
kelas eksperimen dan kontrol yang telah Kritis antara Peserta Didik yang
dijelaskan sebelumnya, sangat jelas bahwa Pembelajarannya Menggunakan
Pembelajaran Menganalisis Unsur…103

Model Problem Based Learning kemampuan membaca kritis peserta didik


dengan Kemampuan Membaca yang pembelajarannya menggunakan
Kritis Peserta Didik yang model problem based learning berbeda
Pembelajarannya Menggunakan dengan peserta didik yang menggunakan
Metode Ceramah metode ceramah.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa
Seperti yang telah dijelaskan terdapat perbedaan kemampuan
sebelumnya mengenai kemampuan membaca kritis yang signifikan antara
membaca kritis antara peserta didik kelas peserta didik kelas eksperimen yang
eksperimen dan kontrol, sangat jelas menggunakan model pembelajaran
bahwa kemampuan membaca kritis antara problem based learning dengan peserta didik
peserta didik kelas eksperimen yang kelas kontrol yang menggunakan metode
pembelajaran menganalisis unsur ceramah.
pembangun cerpennya menggunakan
model problem based learning dan peserta 5. Pengaruh Kemampuan
didik kelas kontrol yang pembelajaran Menganalisis Unsur Pembangun
menganalisis unsur pembangun Cerpen terhadap Kemampuan
cerpennya menggunakan metode ceramah Membaca Kritis pada Peserta Didik
sangat berbeda. yang Pembelajarannya
Kemampuan membaca kritis peserta Menggunakan Model Problem
didik kelas eksperimen lebih baik Based Learning dengan
dibandingkan peserta didik kelas kontrol. Kemampuan Membaca Kritis pada
Pada bahasan sebelumnya telah dijelaskan Peserta Didik yang
perbedaan nilai prates dan postes Pembelajarannya Menggunakan
kemampuan membaca kritis antara kelas Metode Ceramah
eksperimen dan kelas kontrol. Hal ini
lebih diperkuat lagi dengan simpulan Penulis telah menjelaskan teori
hasil analisis data dengan software IBM mengenai unsur pembangun cerpen dan
SPSS for windows yang membuktikan membaca kritis pada BAB II dalam tesis
bahwa kemampuan membaca kritis ini. Berdasarkan teori tersebut sangat
peserta didik kelas eksperimen yang terlihat jelas bahwa ada keterkaitan antara
pembelajaran menganalisis unsur teori mengenai unsur pembangun cerpen
pembangun cerpennya menggunakan dan membaca kritis. Beberapa ahli
model problem based learning lebih baik menguraikan macam-macam unsur
dibandingkan peserta didik kelas kontrol pembangun cerpen yang pada umumnya
yang pembelajaran menganalisis unsur sama. Kalaupun ada perbedaan bukanlah
pembangun cerpennya menggunakan perbedaan yang mendasar. Selain itu
metode ceramah. dalam BAB II penulis juga menguraikan
Berdasarkan pengujian uji rerata teori mengenai membaca kritis. Teori
nilai postes dengan kriteria menggunakan membaca kritis yang dijelaskan oleh
taraf signifikan α = 5%. H0 ditolak jika nilai beberapa ahli menunjukkan adanya
Sig< 0,05 dan H0 diterima jika nilai Sig> keterkaitan antara kemampuan
0,05. Kesimpulannya, berdasarkan nilai menganalisis unsur pembangun cerpen
Sig. (2-tailed) dari tabel tersebut sebesar dengan kemampuan membaca kritis.
0,031 < 0,05, maka H0 ditolak dan H1 di Sesuai judul dari tesis ini, penulis
terima, artinya terdapat perbedaan rerata memiliki dugaan bahwa pembelajaran
nilai postes kemampuan membaca kritis menganalisis unsur pembangun cerpen
yang signifikan antara kelas eksperimen sangat berpengaruh terhadap
dan kelas kontrol. Berdasarkan hasil peningkatan kemampuan membaca kritis.
tersebut diperoleh kesimpulan bahwa Terutama dalam hal ini penulis berusaha
membuktikan bahwa pembelajaran
104 Wistara, Vol. 5, No. 2, September 2022

menganalisis unsur pembangun cerpen yang pembelajarannya menggunakan


dengan menggunakan model problem based metode ceramah.
learning berpengaruh terhadap Hal ini dibuktikan dengan nilai rata-
peningkatan kemampuan membaca kritis. rata pretes dan postes kemampuan
Pada table coefficients output menganalisis unsur pembangun cerpen
diketahui nilai R square sebesar 0,447. Nilai dan membaca kritis kelas eksperimen dan
ini memiliki makna bahwa pengaruh kontrol. Sehingga kesimpulan dari
kemampuan menganalisis unsur penelitian ini adalah terdapat pengaruh
pembangun cerpen (X) terhadap kemampuan menganalisis unsur
peningkatan kemampuan membaca kritis pembangun cerpen terhadap kemampuan
peserta didik (Y) adalah sebesar 44,7% membaca kritis pada peserta didik yang
sedangkan 55,3% kemampuan membaca pembelajarannya menggunakan model
kritis peserta didik dipengaruhi oleh problem based learning dengan kemampuan
faktor lain yang tidak diteliti. membaca kritis perserta didik yang
Berdasarkan analisis regresi pembelajarannya menggunakan metode
sederhana yang telah dilaksanakan ceramah.
penulis, maka dapat disimpulkan bahwa
“Kemampuan menganalisis unsur
pembangun cerpen (X) berpengaruh DAFTAR PUSTAKA
positif terhadap peningkatan kemampuan Creswell, John W. 2013. Research Design
membaca kritis peserta didik (Y) dengan Pendekatan Kualitatif, Kuantitatif, dan
total pengaruh 44,7%”. Pengaruh positif Mixed. Yogyakarta: Pustaka Pelajar
ini bermakna semakin meningkatnya Dwinanda, Reiny. 2019. Siswa Baru Sekadar
kemampuan menganalisis unsur Membaca, Belum Memahami Arti
pembangun cerpen (X) maka akan Bacaan.https://nasional.republika.c
berpengaruh terhadap peningkatan o.id/berita/px95p6414/siswa-baru
kemampuan membaca kritis peserta didik sekadar-membaca-belum-
(Y). memahami-arti-bacaan
Effendi, S. 2015. Bimbingan Apresiasi Prosa
SIMPULAN Naratif Cerita Pendek. Tangerang:
Pembelajaran menganalisis unsur Pustaka Mandiri.
pembangun cerpen dengan menggunakan Fahlevi, Fahdi. 2019. Kemampuan Membaca
model pembelajaran problem based dan Matematika Siswa Indonesia
learning terbukti dapat meningkatkan Berada pada Peringkat 72 dari 77
kemampuan peserta didik dalam Negara. https:// www.
menganalisis unsur pembangun cerpen tribunnews.com/
dan membaca kritis. Kemampuan peserta nasional/2019/12/03/.
didik dalam menganalisis unsur Hewi, La dan Muh. Saleh. 2000. Refleksi
pembangun cerpen yang Hasil PISA (The Programme For
pembelajarannya menggunakan model International Student Assesment):
problem based learning lebih baik daripada Upaya Perbaikan Bertumpu Pada
kemampuan peserta didik menganalisis Pendidikan Anak Usia Dini). Jurnal
unsur pembangun cerpen yang Golden Age, Universitas
pembelajarannya menggunakan metode Hamzanwadi Vol. 04 No. 1, Juni
ceramah. Begitu juga dengan kemampuan 2020, Hal. 30-41.
membaca kritis peserta didik yang Hidayati, R. Panca Pertiwi. 2010. Teori
pembelajarannya menggunakan model Apresiasi Prosa Fiksi. Bandung:
problem based learning lebih baik daripada PRISMA PRESS.
kemampuan membaca kritis peserta didik Indrawan, Rully, dan Poppy Yaniawati.
2017. Metodologi Penelitian:
Kuantitatif, Kualitatif, dan Campuran
Pembelajaran Menganalisis Unsur…105

untuk Manajemen, Pembangunan, dan Syarif, Elina, dkk. 2016. Model-model


Pendidikan. Bandung: Refika Pembelajaran: Modul Mata Pelajaran
Aditama. Bahasa Indonesia Sekolah Menengah
Kemendikbud. 2019. Hasil PISA Indonesia Atas/Sekolah Menengah Kejuruan
2018: Akses Makin Meluas, Saatnya (SMA/SMK). Jakarta: Kemdikbud.
Tingkatkan Kualitas. Syarif, Elina, dkk. 2016. Penilaian
https://www.kemdikbud.go.id/m Pembelajaran: Modul Mata Pelajaran
ain/blog/2019/12/ hasil-pisa- Bahasa Indonesia Sekolah Menengah
indonesia-2018-akses-makin- Atas/Sekolah Menengah Kejuruan
meluas-saatnya-tingkatkan-kualitas. (SMA/SMK). Jakarta: Kemdikbud.
Kosasih. 2011. Ketatabahasaan dan Tarigan, Henry Guntur. 2015. Membaca
Kesusastraan. Bandung: Yrama sebagai suatu Keterampilan
Widya. Berbahasa. Bandung:CV Angkasa.
Makarim, Nadiem.2020. Kebijakan Wibawa, Basuki dkk. 2016. Metode
Assesmen Nasional. Penelitian Pendidikan. Tangerang
https://www.youtube.com/ Selatan: Kemristek dan Pendidikan
watch?v=3xOFTaBXRno. Tinggi.
Mudlofir dan Rusyidah. 2017. Desain
.
Pembelajaran Inovatif. Jakarta:
RAJAWALI PRESS.
Nurgiyantoro, Burhan. 2012. Teori
Pengkajian Fiksi. Yogyakarta:
GADJAH MADA UNIVERSITY
PRESS.
Nurhadi.2016. Teknik Membaca. Jakarta:
Bumi Aksara.
Prakoso, Bagus Hari. 2020. Webinar: Ayo
Persiapkan AKM mu, Menuju Sekolah
Berkualitas. www.Pendidikan.id.
Priyatni, Endah Tri, dan Nurhadi. 2017.
Membaca Kritis dan Literasi Kritis.
Tangerang: Tira Smart.
Rachmawati, Fajar. 2013. Identifikasi Unsur
Intrinsik Karya Sastra. Yogyakarta:
PT Citra Aji Pratama.
Rusman. 2014. Model-Model Pembelajaran.
Jakarta: PT RajaGrafindo Persada.
Sugiyono. 2016. Metode Penelitian
Pendidikan. Bandung: Alfabeta
Sugiyono. 2019. Statistika untuk Penelitian.
Bandung: Alfabeta.
Suherli dkk. 2017. Bahasa Indonesia Kelas XI
SMA/MA/SMK/MAK. Jakarta:
Kementerian Pendidikan dan
Kebudayaan.
Syarif, Elina, dkk. 2016. Apresiasi dan Kreasi
Sastra: Modul Mata Pelajaran Bahasa
Indonesia Sekolah Menengah
Atas/Sekolah Menengah Kejuruan
(SMA/SMK). Jakarta: Kemdikbud.

You might also like