Professional Documents
Culture Documents
PKDOD Kajian Penyelenggaraan Urusan Pemerintahan Pasca Penataan Perangkat Daerah Menurut PP No. 18 Tahun 2016
PKDOD Kajian Penyelenggaraan Urusan Pemerintahan Pasca Penataan Perangkat Daerah Menurut PP No. 18 Tahun 2016
DAERAH BERDASARKAN
PP NO. 18 TAHUN 2016
DALAM PENYELENGGARAAN
PEMERINTAHAN DAERAH
Diterbitkan oleh
Pusat Kajian Desentralisasi dan Otonomi Daerah
Kedeputian Bidang Kajian Kebijakan
Lembaga Administrasi Negara
Editor: Suryanto
Tim Penulis: Riyadi, Widhi Novianto, Suryanto,
Maya Savira, Rico Hermawan, Rusman Nurjaman,
Maria Dika, Tony Murdianto Hidayat
Tim Pendukung: Nurlina, Dewi Prakarti Utami
ISBN: -
Sambutan Kepala LAN
Kepala LAN RI
DR. Adi Suryanto, M.Si
Sambutan Deputi Kajian
Kebijakan LAN
Bab I Pendahuluan 1
A. Latar Belakang Masalah 1
B. Perumusan Masalah 6
C. Tujuan Kajian 6
D. Sasaran Kajian 6
E. Ruang Lingkup Kajian 7
F. Sistematika Penulisan Laporan Kajian 7
Bab II Tinjauan Konsep dan Kebijakan 9
A. Tinjauan Konsep 10
1. Konsep Kapasitas 10
2. Konsep Penataan Organisasi 15
B. Tinjauan Kebijakan 17
1. Pembagian Urusan Pemerintahan 17
2. Penataan Kelembagaan Pemda 24
xiv
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang di atas dapat dirumuskan
permasalahan kajian Kapasitas Perangkat Daerah Berdasarkan
Peraturan Pemerintah No. 18 Tahun 2016 tentang Perangkat
Daerah dalam Penyelenggaraan Urusan Pemerintahan sebagai
berikut:
1. Bagaimanakah kapasitas perangkat daerah dalam penye
lenggaraan urusan pemerintahan daerah berdasarkan Per
aturan Pemerintah No. 18 Tahun 2016?
2. Aspek-aspek apa saja yang dapat memengaruhi kapasitas
perangkat daerah setelah diterapkannya Peraturan Peme
rintah No. 18 Tahun 2016?
3. Faktor-faktor atau hal-hal apa saja yang mungkin timbul
dalam penerapan Peraturan Pemerintah No. 18 Tahun
2016?
C. Tujuan Kajian
Tujuan kajian ini adalah untuk:
1. Mendeskripsikan kapasitas perangkat daerah berdasarkan
Peraturan Pemerintah No. 18 Tahun 2016 tentang Perangkat
Daerah dalam penyelenggaraan urusan pemerintahan
daerah dilihat dari aspek kelembagaan, SDM, keuangan,
dan Kebijakan.
2. Menyusun rekomendasi kebijakan penyelenggaraan urusan
pemerintahan pasca berlakunya Peraturan Pemerintah No.
18 Tahun 2016 tentang Perangkat Daerah.
D. Sasaran Kajian
Sasaran kajian ini adalah:
1. Terdeskripsikannya kapasitas perangkat daerah berdasarkan
Peraturan Pemerintah No. 18 Tahun 2016 tentang Perangkat
Daerah dalam penyelenggaraan urusan pemerintahan dae
rah dilihat dari aspek kelembagaan, SDM, keuangan, dan
aspek kebijakan.
Pendahuluan 7
A. Tinjauan Konsep
1. Konsep Kapasitas
Pembahasan konsep tentang kapasitas dalam penelitian ini,
merujuk pada konsep pengembangan kapasitas (capacity building)
yang dikembangkan oleh para ahli dan konsep kebijakan yang
dikeluarkan oleh pemerintah Republik Indonesia, khususnya
berdasarkan Perpres No. 59 Tahun 2012 Tentang Kerangka
Nasional Pengembangan Kapasitas Pemerintahan Daerah.
Dalam pembahasan para ahli, konsep kapasitas dapat
dimaknai menjadi 2 (dua) pemaknaan, yaitu: berkaitan dengan
penguatan kemampuan yang sudah ada, dan membangun
keampuan yang baru (belum ada).Oleh karena itu, ada sebagian
ilmuwan yang mendefinisikan capacity building sebagai capacity
development atau capacity strengthening, mengisyaratkan suatu
prakarsa pada pengembangan kemampuan yang sudah ada
(existing capacity).Sementara beberapa ahli lain lebih merujuk
pada constructing sebagai proses kreatif membangun kapasitas
yang belum nampak (not yet exist).
Grindle (1997:6-22) mendefinisikan capacity building sebagai
upaya yang dimaksudkan untuk mengembangkan suatu ragam
strategi meningkatkan efisiensi, efektivitas, dan tanggung jawab
kinerja pemerintah, yakni efisiensi dalam hal waktu (time) dan sumber
daya (resources) yang dibutuhkan guna mencapai suatu outcome,
efektivitas berupa kepantasan usaha yang dilakukan demi hasil yang
diinginkan, dan tanggung jawab yakni bagaimana mensinkronkan
antara kebutuhan dan kemampuan untuk maksud tersebut.
Tinjauan Konsep dan Kebijakan 11
B. Tinjauan Kebijakan
1. Pembagian Urusan Pemerintahan
Secara sederhana, urusan pemerintahan dapat diterjemahkan
sebagai apa saja yang menjadi persoalan yang harus dikelola
oleh suatu pemerintahan negara. Dalam artian, setiap negara
pasti memiliki suatu urusan yang ada akibat adanya beberapa
variabel, di antaranya yaitu penduduk dan potensi, baik potensi
alam maupun potensi SDM. Semua variabel ini memerlukan
pengelolaan-pengelolaan yang harus ditangani oleh negara.
Sementara itu, suatu negara diterjemahkan sebagai suatu
integrasi kewilayahan yang terdiri dari wilayah-wilayah atau
kecil atau daerah di dalamnya yang memperkuat posisi negara
tersebut. Secara prinsip, daerah-daerah yang ada di Indonesia
merupakan kreasi pemerintah pusat. Dalam pengelolaan urusan
pemerintahan inilah kemudian pemerintah pusat memerlukan
daerah-daerah itu untuk melaksanakan fungsi urusan peme
rintahan tersebut. Kewenangan yang besar membuat pemerintah
pusat tidak bisa sepenuhnya mengurus urusannya sendiri.
18 Kajian Kapasitas Perangkat Daerah
URUSAN URUSAN
PEMERIN PP No. 38 Tahun 2007 PEMERIN UU No. 23 Tahun 2014
TAHAN TAHAN
1. Pendidikan; 1. Pendidikan;
2. Kesehatan; 2. Kesehatan;
3. Lingkungan 3. Pekerjaan umum
Hidup; dan penataan
Urusan
4. pekerjaan umum; ruang;
Wajib yang
5. penataan ruang; 4. Perumahan rakyat
berkaitan
6. perencanaan dan kawasan
dengan
pembangunan; permukiman;
pelayanan
7. perumahan; 5. Ketenteraman dan
dasar
8. kepemudaan dan ketertiban umum
olahraga; serta perlindungan
9. penanaman masyarakat; dan
Urusan modal; 6. Sosial.
Wajib 10. koperasi dan
1. Tenaga kerja;
usaha kecil dan
2. Pemberdayaan
menengah;
perempuan dan
11. kependudukan
perlindungan anak;
dan catatan sipil; Urusan
3. Pangan;
12. ketenagakerjaan; Wajib tidak
4. Pertanahan;
13. ketahanan berkaitan
5. Lingkungan hidup;
pangan; dengan
6. Administrasi
14. pemberdayaan pelayanan
kependudukan dan
perempuan dan dasar
pencatatan sipil;
perlindungan
7. Pemberdayaan
anak;
masyarakat dan
desa;
20 Kajian Kapasitas Perangkat Daerah
URUSAN URUSAN
PEMERIN PP No. 38 Tahun 2007 PEMERIN UU No. 23 Tahun 2014
TAHAN TAHAN
15. keluarga
berencana 8. Pengendalian
dan keluarga penduduk
sejahtera; dan keluarga
16. perhubungan; berencana;
17. komunikasi dan 9. Perhubungan;
informatika; 10. Komunikasi dan
18. pertanahan; informatika;
19. kesatuan bangsa 11. Koperasi,
dan politik dalam usaha kecil, dan
negeri; menengah;
20. otonomi daerah, 12. Penanaman modal;
pemerintahan 13. Kepemudaan dan
umum, olah raga;
administrasi 14. Statistik;
keuangan daerah, 15. Persandian;
perangkat daerah, 16. Kebudayaan;
kepegawaian, dan 17. Perpustakaan; dan
persandian; 18. Kearsipan.
21. pemberdayaan
masyarakat dan
desa;
22. sosial;
23. kebudayaan;
24. statistik;
25. kearsipan; dan
26. perpustakaan.
1. kelautan dan 1. Kelautan dan
perikanan; perikanan;
2. pertanian; 2. Pariwisata;
3. kehutanan; 3. Pertanian;
Urusan 4. energi dan sumber Urusan 4. Kehutanan;
Pilihan daya mineral; Pilihan 5. Energi dan sumber
5. pariwisata; daya mineral;
6. industri; 6. Perdagangan;
7. perdagangan; dan 7. Perindustrian; dan
8. ketransmigrasian. 8. Transmigrasi.
-- -- 1. pembinaan
wawasan
kebangsaan dan
Urusan
ketahanan nasional
Pemerin
dalam rangka
tahan
memantapkan
Umum
pengamalan
Pancasila, pelak
sanaan Undang-
Tinjauan Konsep dan Kebijakan 21
URUSAN URUSAN
PEMERIN PP No. 38 Tahun 2007 PEMERIN UU No. 23 Tahun 2014
TAHAN TAHAN
Undang Dasar
Negara Republik
Indonesia Tahun
1945, pelestarian
Bhinneka Tung
gal Ika serta
pemertahanan
dan pemeliharaan
keutuhan Negara
Kesatuan Republik
Indonesia;
2. pembinaan
persatuan dan
kesatuan bangsa;
3. pembinaan
kerukunan
antarsuku dan
intrasuku, umat
beragama, ras, dan
golongan lainnya
guna mewujudkan
stabilitas kemanan
lokal, regional, dan
nasional;
4. penanganan
konflik sosial
sesuai ketentuan
peraturan
perundang-
undangan.
5. koordinasi
pelaksanaan tugas
antarinstansi
pemerintahan
yang ada di wilayah
Daerah provinsi dan
Daerah kabupaten/
kota untuk
menyelesaikan
permasalahan yang
timbul dengan
memperhatikan
prinsip demokrasi,
hak asasi manusia,
pemerataan,
keadilan,
keistimewaan dan
22 Kajian Kapasitas Perangkat Daerah
URUSAN URUSAN
PEMERIN PP No. 38 Tahun 2007 PEMERIN UU No. 23 Tahun 2014
TAHAN TAHAN
-- -- kekhususan,
potensi serta
keanekaragaman
Daerah sesuai
dengan ketentuan
peraturan
perundang-
undangan;
6. pengembangan
kehidupan
demokrasi
berdasarkan
Pancasila; dan
7. pelaksanaan
semua Urusan
Pemerintahan yang
bukan merupakan
kewenangan
Daerah dan tidak
dilaksanakan oleh
Instansi Vertikal.
-- -- 1. Perencanaan;
2. Keuangan;
Unsur
3. Kepegawaian;
Penunjang
4. Pendidikan dan
Urusan
pelatihan;
Peme
5. Penelitian dan
rintahan
pengembangan;
(Psl 24 ayat
dan
5 dan Pasal
6. Fungsi penunjang
46 ayat
lainnya sesuai
5 PP No.
dengan ketentuan
18 Tahun
peraturan
2016)
perundang-
undangan.
Sumber: PP No. 38 Tahun 2007, UU No. 23 Tahun 2014, dan PP No. 18
Tahun 2016.
a. Aspek Kewenangan
Urusan pemerintahan konkuren yang diserahkan ke
Daerah menjadi dasar pelaksanaan Otonomi Daerah, dengan
demikian kewenangan yang dilimpahkan kepada Daerah
dapat dilakukan oleh Sektor Publik (Pemerintahan), Sektor
Swasta dan Masyarakat Daerah. Oleh karenanya, dalam
menata kelembagaan daerah, perlu diawali terlebih dahulu
dengan melakukan analisis terhadap kewenangan daerah.
Adapun penyelenggaraan kewenangan daerah dapat dipilah
menjadi beberapa jenis sebagai berikut:
1) Kewenangan yang perlu diselenggarakan sepenuhnya
atau secara mandiri oleh Pemerintah Daerah atau
kewenangan yang sepenuhnya dimonopoli oleh Peme
rintah. Kewenangan-kewenangan yang semacam ini
lebih banyak adalah kewenangan dalam hal pembuatan
kebijakan untuk pengaturan(steering);
30 Kajian Kapasitas Perangkat Daerah
c. Aspek Keuangan
Selain aspek kewenangan dan aspek SDM, dalam
penataan kelembagaan perlu juga memperhatikan aspek
keuangan, maksudnya perlu untuk mempertimbangkan
kemampuan daerah dalam membiayai kelembagaan yang
dihasilkannya. Semakin besar organisasi yang dibuat semakin
besar dana yang harus dialokasikan untuk membiayai
kelembagaan/organisasi tersebut. Dalam hal ini, penataan
kelembagaan yang dilakukan diharapkan dapat melakukan
perubahan-perubahan sebagai berikut:
1) Organisasi yang dibentuk dapat mengurangi pem
borosan dan ineffisiensi yang terjadi. Dengan mem
pertimbangkan aspek keuangan, baik pengeluaran,
pendapatan atau manfaat yang dihasilkan oleh
kelembagaan yang terbentuk maka pemborosan dan
inefisiensi dapat dikurangi. Di sini, kelembagaan besar
belum tentu menjadikan pemborosan tetapi dapat pula
menghasilkan manfaat yang besar, tentu saja manfaat
yang dimaksudkan adalah manfaat untuk masyarakat.
Kelembagaan kecil belum tentu menghasilkan efisiensi
tapi dapat pula menimbulkan ketidakoptimalan potensi
yang dimilikinya atau terdapat pekerjaan yang tidak
dapat terlaksana padahal pekerjaan tersebut manfaatnya
sangat besar bagi masyarakat.
2) Pembentukan organisasi baik secara horizontal mau
pun secara vertikal perlu juga mempertimbangkan
34 Kajian Kapasitas Perangkat Daerah
C. Mengumpulkan Data
Pengumpulan data penelitian telah dilakukan dengan
berbagai cara baik langsung maupun tidak langsung, Teknik
pengumpulan data yang digunakan meliputi wawancara, diskusi
terbatas, studi dokumen, dan angket.
1. Wawancara
Wawancara dilakukan dengan key informant atau nara
sumber terpilih baik di lingkup pemerintah provinsi maupun
pemerintah kabupaten/kota. Para pihak yang diwawancara
ini meliputi: sekretaris daerah provinsi, sekretaris daerah
kabupaten/kota, asisten sekda bidang administrasi, kepala biro/
kepala bagian organisasi, kepala BKD provinsi dan kabupaten/
kota, kepala Bappeda provinsi dan kabupaten/kota, dan kepala
44 Kajian Kapasitas Perangkat Daerah
4. Kuesioner/angket
Angket adalah daftar pertanyaan yang diberikan kepada
responden untuk menggali data sesuai dengan permasalahan
penelitian. Pada penelitian ini, penggunaan angket merupakan
salah satu cara peneliti untuk mengetahui pendapat umum
(opinion) dari para narasumber. Hasil kuesioner inilah yang akan
disusun tabel-tabel dan dianalisa untuk menarik kesimpulan
penelitian. Analisa bisa digunakan secara analisis statistik
dengan berbagai tahapan prosesnya, atau hanya kuantifisir
secara sederhana untuk kemudian dibandingkan dengan data/
informasi lainnya.
3. Provinsi Banten
Pada awalnya Banten merupakanbagian dari Provinsi
Jawa Barat.Kemudian, melalui Undang-UndangNo. 23 Tahun
2000 tentangPembentukan Provinsi Banten yangdisahkan
oleh Presiden AbdurrahmanWahid pada tanggal 17 Oktober
2000, Banten menjadi sebuah provinsi yangotonom. Sebulan
setelah itu, tepatnya pada tanggal 18 November 2000 dilakukan
peresmianProvinsi Banten dan pelantikan Pejabat Gubernur
H. Hakamudin Djamal untuk menjalankan pemerintahan pro
vinsi sementara waktu sebelum terpilihnyaGubernur Banten
definitif. Pada tahun2002, DPRD Banten memilih Dr. Ir. H.Djoko
Munandar, M.Eng dan Hj. Atut Chosiyah, SE. sebagai Gubernur
dan Wakil Gubernur Banten pertama.
Sejak berdirinya, Provinsi Banten telah mengalami per
kembangan yang cukup signifikan dalam bidang pemerintahan,
dimana pada awalnya (tahun 2000) terdiri dari 6 (enam)
kabupaten/kota dan pada saat ini (tahun 2017) terdiridari 8
(delapan) kabupaten/kota yang terbagi menjadi 155 kecamatan
dan 1.551desa/ kelurahan.
Secara astronomis, Provinsi Banten terletak antara 05007’50”
dan07001’01” Lintang Selatan, serta105001’11” dan 106007’12”
bujurTimur.Berdasarkan posisi geografisnya, Provinsi Banten
memiliki batas-batas:Utara – Laut Jawa; Selatan –Samudera
Kapasitas Perangkat Daerah 55
3. Kota Perda
13 6 19 16 23,08 5 -16,67 21 10.53
Tanjungpinang 7/2016
Perda
Kota Serang 12 4 16 17 41,67 4 0,00 21 31.25
7/2016
Kajian Kapasitas Perangkat Daerah
Pertumbuhan
PDRB ADB (juta rupiah) Kontribusi
No Lapangan Usaha Ekonomi (%)
2014 2015 2014 2015 2014 2015
1 Pertanian, Kehutanan, dan 2.079.886,3 2.312.822,1 18,15 18,55 2,30 2,22
Perikanan
2 Pertambangan dan Penggalian 2.431.492,2 2.277.824,1 21,22 18,27 2,83 -0.08
3 Industri Pengolahan 773.567,9 855.532,0 6,75 6,86 4,62 3,46
4 Pengadaan Listrik dan Gas 7.789,4 11.906,5 0,07 0,10 13,33 27,12
5 Pengadaan Air, Pengelolaan 23.853,7 26.482,4 0,21 0,21 6,73 5,40
Sampah, Limbah, dan Daur
Ulang
6 Konstruksi 1.064.872,3 1.211.487,1 9,29 9,72 6,08 5,97
7 Perdagangan Besar dan 1.456.737,7 1.650.599,8 12,71 13,24 8,75 7,66
Eceran;Reparasi Mobil dan
Sepeda Motor
8 Transportasi dan Pergudangan 493.387,1 545.563,1 4,31 4,38 6,70 6,41
Kapasitas Perangkat Daerah
83
84
Pertumbuhan
PDRB ADB (juta rupiah) Kontribusi
No Lapangan Usaha Ekonomi (%)
2014 2015 2014 2015 2014 2015
9 Penyedia Akomodasi dan Makan 338.856,2 378.334,9 2,96 3,03 7,15 6,72
Minum
10 Informasi dan Komunikasi 379.920,3 424.413,4 3,32 3,40 9,41 8,49
11 Jasa Keuangan dan Asuransi 243.367,9 269.807,9 2,12 2,16 5,03 4,84
12 Real Estate 391.437,2 429.128,2 3,42 3,44 5,48 5,38
13 Jasa Perusahaan 35.902,9 40.519,6 0,31 0,32 6,89 7,22
Kajian Kapasitas Perangkat Daerah
Jumlah
Jumlah SDM
SDM Persentase
Periode
No. Lokus Penelitian Periode Penambahan/
PP NO. 18 Pengurangan
PP 41/ TAHUN
2007 2016
1 Kalimantan
Selatan
Provinsi 6.465 12.429 +92,25
Kota Banjarmasin 1.133 1.040 -8,94
Kabupaten 7.779 6.988 -11,32
Banjar
2 Banten
Provinsi 4.015 10.375 +158,41
Kota Serang 5.206 4.600 -13,17
Kabupaten 12.333 11.318 -8,97
Pandeglang
3 Kepulauan Riau
Provinsi 2.714 7.975 +93,85
Kota Tanjung 2.426 2.020 -20,10
Pinang
Kabupaten 3.587 3.287 -9,13
Bintan
Sumber: Data Diolah PKDOD LAN, 2017.
Tabel 13. Jumlah Jabatan Struktural Sebelum dan Setelah Implementasi PP No. 18/2016 tentang Perangkat Daerah
Jabatan Struktural
No Lokus Penelitian PP 41 Tahun 2007 PP 18 Tahun 2016 Keterangan
I II III IV V I II III IV V
1. Kota - 36 159 891 47 - 32 149 823 35 Berkurang dari total 1.133
Banjarmasin menjadi 1.039 jabatan
2. Kabupaten - 39 191 675 - 38 202 650 - Berkurang dari 905 menjadi
Banjar 890 jabatan
3. Provinsi Banten 1 47 250 656 - 1 46 243 663 - Berkurang dari 954 menjadi
953 jabatan
Kajian Kapasitas Perangkat Daerah
4. Kota Serang - 28 121 738 - - 29 131 709 - Berkurang dari 887 menjadi
869 jabatan
5. Kabupaten - 33 146 535 13 - 30 164 541 - Bertambah dari 727 menjadi
Bntan 735 jabatan
Sumber: Data Diolah PKDOD LAN, 2017.
Kapasitas Perangkat Daerah 89
Lokus
No. Jabatan Jumlah Ket.
Penelitian
2. Kabupaten Guru SMA dan SMK 430
Banjar
Urusan Kehutanan 75
Total 531
Urusan Tenaga pegawai
4
Kerja
Urusan ESDM 22
3. Kabupaten Pengawas 2
Pandeglang Ketenagakerjaan
Guru dan Tenaga 740 Total 778
Kependidikan
pegawai
JFU Urusan 24
Kehutanan
JFU Urusan ESDM 12
4. Kota Tanjung Guru dan Tenaga
Pinang Kependidikan 470 Total 512
Menengah pegawai
APBD-P APBD-P
Urusan Pemerintahan APBD 2017
2015 2016
Pendapatan Urusan - - -
Pendidikan
Belanja Urusan 521,536,2 548,743,9 472,500,4
Pendidikan
102 Kajian Kapasitas Perangkat Daerah
APBD-P APBD-P
Urusan Pemerintahan APBD 2017
2015 2016
Pendapatan Urusan - - -
ESDM
Belanja Urusan ESDM 23,271,1 19,015,3 -
Pendapatan Urusan 105,9 102,3 112,8
Kelautan & Perikanan
Belanja Urusan Kelautan 12,372,9 7,447,5 8,296,9
& Perikanan
Pendapatan Urusan 20 20 -
Kehutanan
Belanja Urusan 14,685,2 14,685,2 -
Kehutanan
Pendapatan Urusan 1,450 1,185,8 825,4
Perhubungan
Belanja Urusan 14,705,9 14,777 12,266,9
Perhubungan
Pendapatan Urusan 1,500 1,100 200
Penanaman Modal
Belanja Urusan 7,886,3 7,560,6 7,858,5
Penanaman Modal
Sumber: Data Diolah PKDOD, 2017.
retribusi dan pajak mineral yang ada di Kota. Dari aspek DAU
dengan pengalihan guru-guru PNS ke PNS memang berkurang,
karena ada pengalihan pembiayaan gaji. Namun struktur APBD
secara keseluruhan memang mengalami penurunan bukan
karena penerapan PP 18 Tahun 2016 tapi karena memang
transfer dana perimbangan dari Pusat berkurang karena adanya
optimalisasi dan ini berlaku untuk pusat dan daerah.
Perbandingan APBD 2015-2017 di Kota Tanjungpinang
mengalami fluktuasi, pada Tahun 2015 jumlah pendapatan
adalah sebesar Rp. 831.675.332.351,- , sedangkan pada Tahun 2016
jumlah pendapatan adalah Rp. 1.047.234.876.955,-, dan pada
Tahun 2017 mengalami penurunan menjadi 906.500.000.000,-
. Penurunan APBD 2016 ke APBD 2017 menurut BPKAD adalah
bukan karena penerapan PP NO. 18 TAHUN 2016 tetapi karena
adanya optimalisasi anggaran APBN. Kota Tanjungpinang masih
sangat mengandalkan dana perimbangan, sehingga optimalisasi
anggaran dari pusat akan mempengaruhi postur APBD pada
tahun berjalan.
Sementara itu narasumber di Bagian Ortala Kota
Tanjungpinang mengatakan DAU dan DAK juga terpengaruh
karena ada OPD yang langsung bersentuhan dengan pusat.
Namun demikan, menurut narasumber di Kota Tanjungpinang,
bahwa ego sektoral dalam meleburnya dinas pasar ke dinas
perdagangan ini akan berdampak pada anggaran. Jika tidak
ada kata perdagangannya maka tidak ada anggaran yang bisa
disalurkan ke daerah. Sebagaimana dikatakan salah seorang
narasumber di Bappeda Kota Tanjungpinang bahwa struktur
penerimaan tidak terlalu signifikan, misalnya UU pajak daerah
belum direvisi sehingga kami masih bisa mengambil retribusi
dan pajak terhadap mineral bukan logam. Pergerakan ekonomi
di Tanjungpinang bukan pada sumber daya alam tetapi kepada
perdagangan dan jasa.
Sementara itu, narasumber di BPKAD Kota Tanjungpinang
mengatakan bahwa APBD 2015-2016 terjadi defisit karena
pendapatan belum masuk tetapi kegiatan sudah dilakukan.
Akhirnya Pemda hanya bertumpu pada Dana Perimbangan.
Kapasitas Perangkat Daerah 125
Urusan Yang
No. Sarana dan Prasarana
Dialihkan
1. Pendidikan • perabot, peralatan pendidikan, media
pendidikan, buku dan sumber belajar
lainnya, serta perlengkapan lainnya
• lahan, ruang kelas, ruang pimpinan,
ruang pendidik, ruang tatausaha,
perpustakaan, laboratorium, ruang
bengkel kerja, ruang unit produksi,
kantin, tempat olahraga, tempat
ibadah, tempat bermain, dan tempat
lainnya
• kantor balai pengembangan kegiatan
pendidikan
2. Kehutanan • alat pemadam kebakaran, alat
komunikasi, perlengkapan satuan
pengaman hutan, tanda batas
kawasan hutan, plang/tanda-tanda
larangan, alat mobilitas antara lain
130 Kajian Kapasitas Perangkat Daerah
Urusan Yang
No. Sarana dan Prasarana
Dialihkan
dapat berupa kendaraan roda empat
dan roda dua serta kendaraan air.
• asrama satuan pengamanan hutan,
rumah jaga, jalan-jalan pemeriksaan,
menara pengawas, dan parit batas.
• kamera digital, alat perekam, global
positioning system (GPS), kompas,
komputer jinjing, kalkulator, soil
tester, pita meter, hagameter,
teropong, kendaraan roda dua atau
roda empat
3. ESDM • Lahan dan Kantor, perabotan,
kendaraan operasional, dll.
4. Kelautan dan • Pos Penyuluhan Perikanan,
Perikanan Laboratorium Kesehatan Ikan, Balai
Benih Ikan (BBI) dan Unit Pembenihan
Rakyat (UPR), Pabrik Pakan Miniplant
(BUMD atau UPT Dinas Teknis),
Kendaraan Roda Empat Operasional
Penyuluhan Perikanan, Kendaraan
Roda Dua Operasional Penyuluh
Perikanan, Alat-Alat Pengukur
Kualitas Air (pH meter, DO meter,
Hand Refractometer, Termometer
Raksa, Termometer Digital, Water
Test Kit, Kertas Lakmus, Botol sampel,
dll), Peralatan Media dan Materi
Penyuluhan Perikanan (Laptop,
LCD Proyek tor, Wireless Speaker,
UPS, Printer, Scanner, Modem
Internet, Handy Cam, dll), Peralatan
pendukung (Jas Hujan, Sepatu Boat,
Jaket Penyuluh, Topi Penyuluh, Kaos
Lapangan, dll), Fasilitas Pendukung
(Akses Radio, Majalah, Buletin,
Website, dll).
Sumber: Data Diolah oleh PKDOD LAN, 2017.
4. Aspek Kebijakan
Pasca lahirnya PP No. 18/2016, terjadi perubahan dalam
kebijakan sektoral. Beberapa kebijakan yang mengalami
pegalihan kewenangan seperti kehutanan, kelautan dan
perikanan, pendidikan, dan ESDM membuat kementerian harus
mengeluarkan pedoman penyusunan nomenklatur perangkat
daerah. Kementerian Kelautan dan Perikanan menerbitkan
Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan No. 26 tahun 2016
tentang Pedoman Nomenklatur Perangkat Daerah dan Unit
Kerja Pada Perangkat Daerah Provinsi dan Kabupaten/Kota
yang Melaksanakan Urusan Pemerintahan di Bidang Kelautan
dan Perikanan. Namun demikian, meski Permen ini mengatur
secara jelas bahwa untuk nomenklatur dinas di kabupaten
hanya berlaku nomenklatur Dinas Perikanan, namun masih
banyak Kabupaten/Kota yang masih menyematkan nomenklatur
kelautan dalam nomenklatur barunya. Di lokus Provinsi Banten
dan Kalimantan Selatan, sebagian besar kabupaten/kota yang
memiliki laut tidak memasukkan nomenklatur kelautannya
seperti di Kabupaten Pandeglang, Kabupaten Lebak. Namun di
beberapa provinsi lain, seperti Provinsi Jawa Barat, cukup banyak
kabupaten/kota yang menyematkan nomenklatur kelautan di
dalamnya.
2 Ibid.
138 Kajian Kapasitas Perangkat Daerah
A. Kesimpulan
1. Aspek Kelembagaan
Penataan kelembagaan daerah sebagaimana diatur dalam
Peraturan Pemerintah No. 18 Tahun 2016 telah ditindaklanjuti
oleh setiap pemerintah daerah dengan menerbitkan Perda
tentang Pembentukan dan Susunan Perangkat Daerah. Perda
SOTK kemudian ditindaklanjuti dengan peraturan gubernur
atau peraturan bupati/Walikota sebagai bentuk pengaturan lebih
lanjut tentang struktur organisasinya. Penataan perangkat daerah
berdasarkan UU No. 23 Tahun 2014 dan PP No. 18 Tahun 2016 telah
mengakibatkan kelembagaan pemerintah daerah yang makin
148 Kajian Kapasitas Perangkat Daerah
2. Aspek SDM
Salah satu point penting terkait aspek SDM adalah bahwa
aspek ini tidak dijadikan pertimbangan khusus dalam menata
kelembagaan daerah. Hal ini dapat dilihat pada kenyataan
bahwa kondisi SDM tidak menjadi variabel penilaian, sehingga
persoalan SDM ini selalu terbawa kemana pun, termasuk pada
saat penataan perangkat daerah provinsi dan kabupaten/kota.
Beberapa hal penting pada aspek SDM antara lain: Pertama,
berdasarkan PP No. 18 Tahun 2016 khususnya terkait pengalihan
urusan pemerintahan dari kabupaten/kota ke provinsi maka
telah terjadi penambahan jumlah SDM di pemerintah provinsi,
yakni di Provinsi Kalimantan Selatan dari 6.465 pegawai pada
masa periode PP No. 41 Tahun 2007 tentang Perangkat Daerah
menjadi 12.429 pegawai setelah implementasi PP No. 18 Tahun
2016 atau sebesar 92,25%, di Provinsi Banten meningkat dari
4.015 pegawai menjadi 10.375 pegawai atau bertambah sebesar
150 Kajian Kapasitas Perangkat Daerah
3. Aspek Keuangan
Secara spesifik, postur APBD untuk saat ini sampai dengan
dilakukannya APBD Perubahan (APBD-P) masih kurang lebih
sama dengan APBD sebelumnya baik dari aspek pendapatan
maupun belanja. Unsur yang mempengaruhi APBD keseluruhan
adalah kebijakan anggaran dari Pemerintah Pusat. Optimalisasi
yang dilakukan adalah karena adanya kebijakan Pusat. Potensi
penerimaan meskipun terdapat potensi penurunan dari sumber-
sumber pendapatan yang urusannya ditarik ke Pemerintah Pusat
maupun Provinsi, belum secara nyata terlihat. Namun demikian
di beberapa lokus telah dilakukan proyeksi pengurangan
pendapatan yang berasal dari pajak dan retribusi jika kebijakan
pelaksana sudah dibuat yang melarang pemerintah kabupaten/
kota tidak boleh lagi menarik pajak dan retribusi dari obyek pajak
yang urusannya telah diserahkan ke Pusat maupun Provinsi.
Namun bagi daerah-daerah yang tidak menggantungkan sumber
pendapatannya dari bahan galian dan kelautan, maka penarikan
kewenangan ke Provinsi tidak berdampak signifikan terhadap
potensi pendapatan daerah.
Dari aspek DAU pun tidak begitu terlihat perubahan dengan
adanya P2D guru-guru SMK dan SMA yang dialihkan ke Provinsi.
Sebaliknya, provinsi mempunyai kenaikan potensi pajak/
retribusi setelah kebijakan pajak/retribusi bahan galian, potensi
laut dan terminal dikelola oleh Provinsi. Namun demikian,
aspek kelembagaan baru hasil PP No. 18 Tahun 2016 berdampak
Penutup 153
4. Aspek Kebijakan
Pasca lahirnya PP No. 18 Tahun 2016, terjadi perubahan
dalam kebijakan sektoral. Beberapa kebijakan yang mengalami
pegalihan kewenangan seperti kehutanan, kelautan dan
perikanan, pendidikan, dan ESDM membuat kementerian harus
mengeluarkan pedoman penyusunan nomenklatur perangkat
daerah. Kementerian Kelautan dan Perikanan menerbitkan
Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan No. 26 Tahun 2016
tentang Pedoman Nomenklatur Perangkat Daerah dan Unit
Kerja Pada Perangkat Daerah Provinsi dan Kabupaten/Kota
yang Melaksanakan Urusan Pemerintahan di Bidang Kelautan
dan Perikanan. Namun demikian, meski Permen ini mengatur
secara jelas bahwa untuk nomenklatur dinas di kabupaten
hanya berlaku nomenklatur Dinas Perikanan, namun masih
154 Kajian Kapasitas Perangkat Daerah
B. Rekomendasi
1. Aspek Kelembagaan
Penataan kelembagaan berdasarkan UU No. 23 Tahun 2014
dan PP No. 18 Tahun 2016 perlu dilakukan review mendalam,
bukan pada upaya merevisi PP-nya tetapi lebih kepada
kesiapan pemerintah provinsi dan kabupaten/kota dalam
mengimplementasikan PP tersebut. Namun demikian, kiranya
perlu juga dipikirkan kembali tujuan penataan kelembagaan
daerah itu sendiri, apakah hanya dipandang sebagai kontrol
administratif Pemerintah kepada pemerintahan daerah ataukah
Penutup 155
2. Aspek SDM
Dalam aspek SDM, ada beberapa rekomendasi yang patut
untuk disampaikan, baik bagi Pemerintah, pemprov, maupun
pemkab/pemko. Pertama, bagi Pemerintah, jumlah dan kualitas
SDM PNS harus menjadi pertimbangan utama dalam menyusun
regulasi penataan kelembagaan daerah. Memang benar bahwa
ada teori yang menyatakan “buat kotak terlebih dahulu, baru diisi
kotak yang sudah dibuat”, membuat kotak adalah membentuk
lembaga, sedangkan mengisi kotak adalah mengisi SDM PNS
nya. Ke depan kami kira harus dilihat keduanya, penataan
struktur organisasi mempertimbangkan SDM, dan sebaliknya
penataan SDM pun harus mempertimbangkan strukturnya.
Kedua, perlu perbaikan dan penataan ulang dalam proses
penempatan jabatan structural dan jabatan fungsional pasca PP
No. 18 Tahun 2014. Penempatan jabatan structural diharapkan
dapat memenuhi SE Menpan dan peraturan lain yang relevan.
Penempatan melalui pengukuhan pejabat lama ke dalam
jabatan baru, uji kesesuaian (job fit), maupun lelang jabatan
(open bidding) harus dapat dilaksanakan secara konsisten dan
bertanggung jawab. Harus ada sanksi yang dijatuhkan ketika
pengelola kepegawaian (Pejabat Pembina Kepegawaian/PPK dan
Pejabat yang Berwenang/PyB) dianggap melanggar manajemen
PNS terkait pengangkatan dalam jabatan (promosi). Perlunya
penempatan jabatan fungsional tera/penera pada pemerintah
Penutup 157
3. Aspek Keuangan
Pemerintah Provinsi perlu segera mengeluarkan kebijakan
pelaksana terkait penarikan pajak/retribusi yang urusannya
telah dilimpahkan kepada Pemerintah Provinsi untuk
menjamin kepastian hukum; SOPD-SOPD yang merupakan
hasil penggabung beberapa SOPD sebelum terbitnya PP No. 18
Tahun 2016 perlu diperhatikan besaran anggaran SOPD dengan
beban kerja, agar program dan kinerja daerah dapat tercapai;
APBD-P yang dilakukan mendatang perlu memperhitungkan
beban kerja dari SOPD hasil penggabungan beberapa SOPD;
Variabel teknis juga perlu memperhitungkan jumlah penduduk,
kondisi unik geografis suatu daerah, tidak hanya luas wilayah.
Hal ini berdampak pada tipe dan anggaran dari SOPD yang
bersangkutan.
Perlunya dilakukan pendataan semua sarana prasarana
baik yang berada di pemerintah kabupaten/kota maupun
di pemerintah provinsi untuk menghindari ketidakjelasan
kepemilikan dan pemanfaatan sarana dan prasarana tersebut.
Perlu koordinasi antar pemerintahan baik kabupaten/kota,
provinsi maupun pusat untuk mempercepat proses inventarisasi
sarana dan prasarana. Perlu dilakukan tata kelola/penatausahaan
sarana dan prasarana untuk memudahkan proses pendataan
sarana dan prasarana.
158 Kajian Kapasitas Perangkat Daerah
4. Aspek Kebijakan
Untuk menjamin agar penataan perangkat daerah dapat
berlangsung lancar, perlu dukungan kebijakan. Dukungan
kebijakan antara lain melalui harmonisasi kebijakan antara Pusat
dan Daerah dalam menentukan nomenklatur kelembagaan
daerah. Sedangkan dukungan politik diupayakan melalui
dukungan lembaga legislative yang mengutamakan pada
penguatan kelembagaan daerah dalam penyelenggaraan
pemerintahan dan pelayanan publik, bukan mengutamakan
kepentingan politik jangka pendek atau golongan tertentu
saja. Selain itu, perlu juga dirumuskan suatu kebijakan yang
dapat membentengi penataan perangkat daerah tersebut dari
intervensi elite-elite politik baik di Pusat maupun di Daerah.
Daftar Pustaka
Tel: 021-3455021
Faks: 021-3865102
Web: dkk.lan.go.id
Email: pkdod@lan.go.id,
pkdod.lanri@gmail.com
Twitter: @PKDOD_LANRI, @DeputiKajianLAN
Facebook : @PKDODLANRI, @deputi1lanri