You are on page 1of 16

MINI RISET

PERSETERUAN PAJAK TAMBANG EMAS


DESA HUTABARGOT DOLOK

Dosen Pengampu :
SUSANTI HASIBUAN, M.A. Hum
NIP. 198914112019032011

DisusunOleh:
MUHAMMAD YUSRIL
NIM. 19050004

PROGRAM STUDI MANAJEMEN DAKWAH


SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI
MANDAILING NATAL
T.A. 2021/2022

1
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan ke Hadirat Allah SWT, karena berkat
limpahan Rahmat dan Karuna-Nya pemakalah dapat menyusun mini riset ini
dengan baik dan tepat pada waktunya. Dalam mini riset ini penulis membahas
mengenai “Perseteruan Pajak Tambang Emas Desa Hutabargot Dolok”.
Sesungguhnya dalam proses penulisan mini riset ini penulis menyadari
bahwa masih banyak kekurangan yang mendasar pada mini riset ini. Oleh karena
itu penulis memohon pembaca untuk memberikan saran serta kritik yang dapat
membangun. Kritik dari pembaca sangat pemakalah harapkan untuk
penyempurnaan mini riset selanjutnya.
Dengan demikian penulis ucapkan terima kasih untuk pembaca yang telah
meluangkan waktu untuk membaca mini riset ini, penulis berharap semoga mini
riset ini dapat bermanfaat bagi seluruh pembaca dan penulis sendiri. Amin.

Hutabargot, 15 Januari 2022

Penulis

2
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Indonesia memiliki kekayaan sumber daya alam yang melimpah (minyak
bumi, gas, batu bara, nikel, emas, pasir, batu dan lain-lain yang menjadi pokok
pengelolaan industri). Dasar dari pengelolaan sumber daya alam tercantum dalam
konstitusi Negara Republik Indonesia (Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia 1945) menjelaskan bahwa seluruh sumber daya alam dikuasai oleh
Negara dan dipergunakan untuk kemakmuran rakyat dan bangsa.
Salah satunya pertambangan merupakan kasus kegiatan dalam rangka upaya
pencarian, pengolahan, pemanfataan dan penjualan bahan galian berupa mineral,
batu bara, panas bumi, migas, pasir, emas, krikil dan lainnya). Di Indonesia
kegiatan pertambangan tradisional dilakukan oleh rakyat dengan peralatan
sederhana tidak terikat dengan perizinan formal dan seringkali “liar” diberi nama
dengan kegiatan PETI (Pertambangan Tanpa Izin).
Kegiatan PETI menyebar nyaris di hampir semua wilayah di kepulauan
Indonesia dengan ribuan lokasi penambangan dan sekitar 2 juta rakyat yang
menggantungkan kehidupan mereka dari kegiatan tersebut. Sebagian besar dari
mereka adalah penduduk setempat yang telah melakukan pekerjaan tersebut turun
temurun, di samping juga yang datang dari tempat lain secara musiman. Mereka
melakukan kegiatan penambangan di sekitar (dan bahkan di dalam) wilayah
pertambangan resmi, dan di tanah negara. Sebagian besar melakukan
penambangan emas dan mendapatkan manfaat ekonomi dari kegiatan
pertambangan tanpa izin itu.
Kegiatan PETI, meskipun sebenarnya telah berumur ratusan tahun di
Indonesia, menjamur pasca gerakan reformasi 1998 dan berkembangnya
peraturan perundangan mengenai Otonomi Daerah. Kegiatan PETI di Indonesia
meningkat ketika terjadi krisis ekonomi (misalnya krisis moneter 1998), juga
ketika pekerja di sektor ekonomi subsisten lainnya (misalnya pertanian) melihat
pertambangan liar dapat memberikan penghasilan yang lebih baik

3
dibandingkan kegiatan sehari-hari yang mereka lakukan, khususnya ketika sedang
terjadi wabah “demam emas” atau lonjakan harga komoditas pertambangan.
Di Indonesia, pertambangan rakyat skala kecil atau PETI dianggap sebagai
kegiatan yang melawan hukum, terutama karena para penambang tersebut tidak
memiliki Izin Usaha Pertambangan sebagaimana layaknya. Mereka tidak
membayar pajak dan royalti dari kegiatan pertambangan. Kegiatan mereka juga
sering menyebabkan keresahan sosial dan kerusakan lingkungan.
Selain aspek regulasi ataupun finansial yang telah disebutkan di atas, PETI
menghadapi sejumlah masalah lain, di antaranya lemahnya pembinaan dari
pemerintah. Karena PETI dipandang sebagai kegiatan “liar” maka pemerintah
hampir tidak melakukan pembinaan terhadap mereka sebab pembinaan dari sudut
pandang pemerintah adalah untuk kegiatan pertambangan resmi.
Di lapangan, kasus pertambangan selalu menimbulkan dampak negatif pada
lingkungan hidup masyarakat setempat seperti adanya kerusakan lingkunan, dan
pencemaran air bersih. Segala sesuatu yang dihasilkan dari kekayaan alam
dikelola oleh Negara dalam artian sempit yaitu pemerintah untuk kemaslahatan
dan kepentingan rakyat.
Berdasarkan Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2009 tentang pertambangan
mineral dan batubara, menjelaskan bahwa yang dimaksud dengan pertambangan
adalah “Kegiatan dalam rangka penelitian, pengelolaan dan pengusahaan yang
meliputi penyelidikan umum, eksploitasi, studi kelayakan, kontruksi
penambangan, pengelolaan dan pemurnian, pengangkutan dan penjualan”.
Pemerintah memiliki tugas dan fungsi yaitu mengatur tentang tata cara kegiatan
pengelolaan sumber daya alam (pertambangan) baik tentang regulasi perizinan
pertambangan, pengelolaan pertambangan sampai dengan retribusi pajak
pertambangan.
Pajak mempunyai peranan yang penting dalam membiayai keperluan
Daerah, yaitu dalam rangka untuk menunjang penyelenggaraan pembangunan dan
menunjang pemerintahan daerahnya. Pemerintah Daerah berhak untuk
mengenakan pemungutan pajak daerah dan retribusi daerah kepada seluruh
masyarakatnya.

4
Berdasarkan peraturan perundang-undangan, Nomor 11 Tahun 1967 tentang
ketentuan pokok pertambangan menjelaskan bahwa kekuasaan pertambangan
diberikan kepada badan usaha ataupun perseorangan untuk melaksanakan
pengelolaan pertambangan. Jenis eksploitasi pertambangan bahan galian dibagi
menjadi beberapa bagian yaitu golongan galian a adalah bahan galian strategis,
galian b adalah golongan bahan vital dan golongan c yaitu bahan galian yang tidak
termasuk golongan a dan b.
Negara memiliki kekuasaan atas pemungutan atas hasil pertambangan.
Berdasarkan peraturan perundang-undangan di atas menunjukkan bahwa salah
satu sumber pendapatan daerah yaitu pajak daerah yang terdiri dari beberapa
kegiatan yang diatur dalam peraturan perundang-undangan salah satunya adalah
kegiatan pertambangan emas yang salah satunya adalah pertambangan galian c.
Desa Hutabargot Dolok merupakan salah satu desa yang berada di
Kabupaten Mandailing Natal Provinsi Sumatera Utara yang memiliki sumber
daya alam yang melimpah yaitu sumber daya alam emas. Di sana banyak para
penambang baik yang berasal dari dalam desa Hutabargot Dolok maupun luar
desa mencari nafkah dengan melakukan penambangan di desa Hutabargot Dolok.
Apalagi ketika baru maraknya desa Hutabargot Dolok terkenal memiliki
banyak sumber daya alam emas, banyak dari penjuru provinsi di Indonesia di
antaranya datang dari pulau Jawa hanya untuk melakukan penambangan di desa
Hutabargot Dolok demi mendapatkan hasil emas.
Banyaknya para penambang yang datang dari luar desa Hutabargot Dolok
yang tidak memiliki perizinan dan pertambangan dinilai illegal menjadi salah satu
masalah bagi kelestarian sumber daya emas di desa Hutabargot Dolok, eksploitasi
yang tidak dibatasi oleh pihak pemerintah menjadi salah satu penyebab kerusakan
bagi dataran desa. Sehingga masyarakat bebas untuk melakukan aktifitas
penambangan ilegal tanpa harus takut dengan adanya pencegahan.
Dengan demikian, adapun dalam mini riset ini penulis akan memaparkan
pembahasan mengenai perseteruan pajak tambang emas yang terjadi di desa
Hutabargot Dolok, Kecamatan Hutabargot Kabupaten Mandailing Natal.

5
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana kejadian perseteruan pajak tambang emas yang terjadi di desa
Hutabargot Dolok, Kecamatan Hutabargot Kabupaten Mandailing Natal?
2. Apa saja faktor pendorong yang memicu perseteruan pajak tambang emas yang
terjadi di desa Hutabargot Dolok, Kecamatan Hutabargot Kabupaten
Mandailing Natal?
3. Bagaimana solusi yang dilakukan atas perseteruan pajak tambang emas yang
terjadi di desa Hutabargot Dolok, Kecamatan Hutabargot Kabupaten
Mandailing Natal?

C. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah:
1. Untuk mengetahui kejadian perseteruan pajak tambang emas yang terjadi di
desa Hutabargot Dolok, Kecamatan Hutabargot Kabupaten Mandailing Natal.
2. Untuk mengetahui faktor pendorong yang memicu perseteruan pajak tambang
emas yang terjadi di desa Hutabargot Dolok, Kecamatan Hutabargot
Kabupaten Mandailing Natal.
3. Untuk mengetahui solusi yang dilakukan atas perseteruan pajak tambang emas
yang terjadi di desa Hutabargot Dolok, Kecamatan Hutabargot Kabupaten
Mandailing Natal.

D. Metode Penelitian
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian
lapangan (field research) yaitu metode penelitian yang menghasilkan data bersifat
deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang dan perilaku yang diamati.
Bertujuan untuk mengembangkan sesuatu apa adanya. Penelitian lapangan
merupakan penelitian yang mengedepankan penelitian data atau realitas persoalan
yang berdasarkan pada pengungkapan apa-apa yang telah diekspolarikan dan
diungkapkan oleh para responden dan data yang dikumpulkan berupa kata-kata,
gambar, dan bukan angka.

6
Penelitian lapangan yaitu memaparkan, mengkaji, dan mengaitkan data
yang diperoleh baik secara tekstual maupun kontekstual dalam bentuk tulisan
guna mendapat kejelasan terhadap permasalahan yang dibahas untuk dipaparkan
dalam penjelasan.
Dengan demikian, penggunaan jenis penelitian lapangan ini sangat relevan
untuk meneliti masalah yang berhubungan dengan “Perseteruan Pajak Tambang
Emas Desa Hutabargot Dolok, Kecamatan Hutabargot Kabupaten Mandailing
Natal”.

E. Lokasi dan Waktu Penelitian


Penelitian ini dilaksanakan di Desa Hutabargot Dolok yang tepatnya berada
di Desa Hutabargot Dolok, Kecamatan Hutabargot, Kabupaten Mandailing Natal.
Adapun waktu pelaksanaan penelitian ini dilakukan pada 15 Januari 2022.

F. Informan Penelitian
Menurut Sukmadinata informan penelitian ini meliputi dua macam yaitu:
1. Informan Primer, yaitu mereka yang terlibat secara langsung dalam interaksi
sosial yang diteliti. Informan utama dalam penelitian ini adalah Bapak Ahmad
Taufik yaitu seorang saksi dan penengah pada saat kejadian.
2. Informan Sekunder, yaitu mereka yang dapat memberikan informasi walaupun
tidak langsung terlibat dalam interaksi sosial yang diteliti. Informan tambahan
adalah dokumentasi maupun literatur yang berhubungan dengan penelitian
tersebut.

G. Teknik Pengumpulan Data


Pengumpulan data dalam penelitian ini dimaksudkan untuk memperoleh
bahan-bahan, keterangan, kenyataan-kenyataan dan informasi yang dapat
dipercaya. Adapun teknik pengumpulan data yang peneliti gunakan untuk
mendapatkan data yang objektif dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

7
1. Observasi
Observasi atau pengamatan merupakan suatu teknik atau cara
mengumpulkan data dengan jalan mengadakan pengamatan terhadap kegiatan
yang sedang berlangsung. Observasi yaitu data yang penulis peroleh dengan
turun langsung ke lapangan, tempat penelitian di Desa Hutabargot Dolok.
Dalam kegiatan ini peneliti menggunakan buku catatan kecil dan alat perekam
gambar yang digunakan untuk membantu peneliti dalam mencatat dan
mengabadikan momen yang relevan dengan fokus penelitian.

2. Wawancara
Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu, percakapan itu
dilakukan oleh dua pihak yaitu pewawancara disebut (interviewer) yang
mengajukan pertanyaan. Sedangkan yang diwawancarai disebut (interviewee)
yang mengajukan jawaban atas pertanyaan itu. Wawancara merupakan salah
satu teknik pengumpulan data untuk mendapatkan informasi dengan cara
bertanya langsung kepada responden. Interview atau wawancara adalah suatu
proses tanya jawab antara dua orang atau lebih secara langsung berhadapan
atau melalui media. Adapun yang diwawancarai dalam penelitian ini adalah
Bapak Ahmad Taufik yaitu seorang saksi dan penengah pada saat kejadian.

3. Dokumentasi
Dokumentasi ditujukan untuk memperoleh data langsung dari tempat
penelitian, meliputi buku-buku yang relevan, peraturan-peraturan, laporan
kegiatan, foto-foto, data yang relevan penelitian. Penelitian ini menggunakan
teknik dokumentasi yaitu berkaitan dengan menggunakan dokumen atau tulisan
yang telah tersedia, terutama yang terkait dengan tempat berlangsungnya
penelitian.

8
BAB II
PEMBAHASAN

Sehubungan dengan latar belakang di atas, maka pada mini riset ini penulis
akan membahas mengenai perseteruan pajak tambang emas yang terjadi di desa
Hutabargot Dolok, Kecamatan Hutabargot Kabupaten Mandailing Natal. Adapun
hasil mini riset ini penulis dapatkan berdasarkan sumber primer yaitu Bapak
Ahmad Taufik yaitu seorang saksi dan penengah pada saat kejadian.
Kejadian persteruan ini terjadi pada 10 tahun yang lalu yaitu pada hari
Selasa 17 April 2012 di desa Hutabargot Dolok, Kecamatan Hutabargot,
Kabupaten Mandailing Natal. Kejadian ini berawal dari keresahan para warga
desa dan para penambang emas di desa Hutabargot Dolok yang melihat
banyaknya para penambang emas yang datang dari luar daerah tanpa izin, mereka
membawa banyak peralatan dan kendaraan berat untuk mengangkut hasil
tambang. Jalanan yang dilalui menuju desa Hutabargot Dolok juga menjadi rusak
di antaranya jalan yang dilalui menjadi berubang, aspal jalan yang retak, hancur
dan lain-lain.
Kemudian beberapa warga yang berasal dari desa Hutabargot Dolok selaku
juga penambang emas yang diwakili oleh Bapak Fahruddin dari desa Hutabargot
Dolok memberitahukan kepada para penambang yang datang dari luar desa
mereka untuk adanya pemberlakuan perizinan kepada perangkat desa Hutabargot
Dolok.
Mendengar hal tersebut, beberapa warga yang berasal dari Kelurahan
Panyabungan merasa keberatan, mereka menolok usulan tersebut, mereka merasa
berkuasa penuh terhadap penambangan yang berada di desa Hutabargot Dolok
karena masih sebagai masyarakat Mandailing Natal.
Penolakan mentah-mentah yang diakukan dari Kelurahan Panyabungan Julu
mengakibatkan perseteruan antara masyarakat desa Hutabargot Dolok dengan
masyarakat Kelurahan Panyabungan Julu. Perseteruan ini menjadi lebih tegang
ditambah dengan adu mulut dan kekuatan, beberapa orang dari Kelurahan
Panyabungan Julu membawa senjata tajam, seperti parang dan sebagainya. Tidak

9
mau kalah desa Hutabargot Dolok juga melindungi diri mereka dengan membawa
alat tajam lainnya.
Perseteruan yang tidak diinginkan ini pun terjadi antara desa Hutabargot
Dolok dengan Kelurahan Panyabungan. Beberapa pelaku mengalami cedera
ringan bahkan ada yang sampai parah.
Ketika agak berlangsung lama, kejadian ini langsung dilerai oleh warga desa
Hutabargot Dolok yaitu Bapak Ahmad Taufik selaku saksi dan menjadi penengah
pada saat kejadian dan Kepala Desa Hutabargot Dolok. Bapak Anwar merasa
prihatin karena perbuatan tersebut dilakukan oleh beberapa pemuda dan ayah-
ayah desa Hutabargot Dolok sendiri. Beliau mengatakan untuk mencari jalan
solusi yang baik bukan dengan kekerasan dan perseteruan.
"Seharusnya kita mencari jalan keluar yang baik, bukan dengan cara
berkelahi yang tidak pantas untuk dilakukan sebagai masyarakat yang beradat,"
kata Bapak Anwar Mahmud selaku Kepala Desa Hutabargot Dolok, Selasa
(17/04/2012).

10
Atas kejadian yang terjadi di desa Hutabargot Dolok di atas penulis
mendapat kejelasan dari Bapak Ahmad Taufik yaitu seorang saksi dan penengah
pada saat kejadian bahwa identitas para pelaku yang berasal dari desa Hutabargot
Dolok yaitu :
Nama : Fahruddin
Tmpt/tgl lahir : Hutabargot Dolok / 20 November 1990 (32 tahun)
Jenis kelamin : Laki-Laki
Pekerjaan : Penambang

Nama : Ilmi
Tmpt/tgl lahir : Hutabargot Dolok / 4 April 1995 (27 tahun)
Jenis kelamin : Laki-Laki
Pekerjaan : Penambang

Nama : Rezeky Halomoan


Tmpt/tgl lahir : Hutabargot Dolok / 13 Mei 1985 (37 tahun)
Jenis kelamin : Laki-Laki
Pekerjaan : Penambang

Nama : Irwansyah
Tmpt/tgl lahir : Hutabargot Dolok / 21 Agustus 1984 (38 tahun)
Jenis kelamin : Laki-Laki
Pekerjaan : Penambang

Nama : Marzuki
Tmpt/tgl lahir : Hutabargot Dolok / 28 Februari 1984 (38 tahun)
Jenis kelamin : Laki-Laki
Pekerjaan : Penambang

Adapun pihak yang menentang yang berasal dari Kelurahan Panyabungan


Julu, yaitu:

11
Nama : Ali
Tmpt/tgl lahir : Panyabungan Julu / 27 Januari 1984 (38 tahun)
Jenis kelamin : Laki-Laki
Pekerjaan : Penambang

Nama : Sulyadi
Tmpt/tgl lahir : Panyabungan Julu / 5 Setember 1981 (41 tahun)
Jenis kelamin : Laki-Laki
Pekerjaan : Penambang

Nama : Martua
Tmpt/tgl lahir : Panyabungan Julu / 13 Maret 1985 (37 tahun)
Jenis kelamin : Laki-Laki
Pekerjaan : Penambang

Nama : Adnan
Tmpt/tgl lahir : Panyabungan Julu / 22 Maret 1986 (36 tahun)
Jenis kelamin : Laki-Laki
Pekerjaan : Penambang

Nama : Habibi
Tmpt/tgl lahir : Panyabungan Julu / 29 Oktober 1984 (38 tahun)
Jenis kelamin : Laki-Laki
Pekerjaan : Penambang

Nama : Pardamean
Tmpt/tgl lahir : Panyabungan Julu / 10 Juli 1983 (39 tahun)
Jenis kelamin : Laki-Laki
Pekerjaan : Penambang

12
Sehubungan atas perseteruan yang telah terjadi Bapak Ahmad Taufik dan
Bapak Anwar Mahmud selaku Kepala Desa Hutabargot Dolok menetapkan
keputusan bersama bahwa para penambang seluruhnya harus membayar pajak
masing-masing atas hasil tambangnya, dengan ketetapaannya yaitu:
1. Bagi masyarakat desa Hutabargot Dolok yang melakukan penambangan di
desa Hutabargot Dolok dikenakan pajak Rp.25.000 perkarung (50 kg) dan
2. Bagi masyarakat yang datang dari luar desa Hutabargot Dolok atau Mandailing
Natal sekitarnya dikenakan pajak sebesar Rp. 50.000 perkarung.

Adapun hasil dari pajak ini akan digunakan untuk melakukan renovasi
terhadap apa-apa yang rusak dan pembaharuan sehingga proses penambangan
yang dilakukan oleh para penambang dapat berjalan dengan lancar, di antaranya
untuk merenovasi aspal jalan, memelihara jembatan dan sebagainya.
Akhirnya isi pernyataan tersebut disetujui oleh seluruh masyarakat terutama
para penambang emas yang melakukan penambangan di desa Hutabargot Dolok
khususnya dari Kelurahan Panyabungan Julu. Selanjutnya perseteruan yang
dilakukan oleh dua desa tersebut berdamai dan saling meminta maaf. Karena pada
hakikatnya kita semua adalah masyarakat Mandailing Natal yang Madani, taat
beragama dan beradat. Sehingga perseteruan yang terjadi akhirnya berakhir
dengan persetujuan bersama dan perdamaian.

13
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Berdasarkan fenomena yang telah terjadi pada lokasi penambangan yang
berada di desa Hutabargot Dolok adalah perseteruan yang terjadi akibat ego dan
kesombongan yang besar. Merasa bahwa tanah penambangan adalah miliknya
sehingga dengan tanpa izin sebebas-bebasnya melakukan penambangan yang
tanpa izin. Akibat dari penambangan liar ini juga menjadi salah satu faktor
rusaknya jalan di Hutabargot Dolok, karena banyak para penambang yang
membawa alat berat dan kendaraan berat untuk mengangkut hasil tambang
mereka.
Berdasarkan hasil laopran mini riset di atas memberikan asumsi bahwa
setiap hasil bumi yang didapatkan harus memiliki pajak. Pajak ini dapat
dimanfaatkan untuk perbaikan atau renovasi sekitar lokasi penambangan.
Sehingga adanya kegiatan penambangan ini tidak merusak bahkan merugikan
pihak siapapun.
Hal ini sebagaimana di berdasarkan Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009
tentang pajak daerah dan retribusi daerah menjelaskan bahwa daerah
Kabupaten/Kota memiliki kekuasan hak terhadap pajak yang terdiri dari :
1. Pajak Hotel
2. Pajak Restoran
3. Pajak Hiburan.
4. Pajak Reklame
5. Pajak Penerangan Jalan
6. Pajak Mineral Bukan Logam dan Batuan
7. Pajak Parkir
8. Pajak Air Tanah
9. Pajak Sarang Burung Walet
10. Pajak Bumi dan Bangunan Pedesaan dan Perkotaan
11. Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan

14
Selanjutnya diperkuat oleh Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang
pemerintahan daerah menjelaskan bahwa yang termasuk ke dalam pendapatan asli
daerah adalah:
1. Pajak daerah
2. Retribusi daerah
3. Hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan dan
4. Dan pendapatan asli daerah yang sah.
Berdasarkan peraturan perundang-undangan di atas menunjukkan bahwa
salah satu sumber pendapatan daerah yaitu pajak daerah yang terdiri dari beberapa
kegiatan yang diatur dalam peraturan perundang-undangan salah satunya adalah
kegiatan pertambangan emas yang salah satunya adalah pertambangan galian c.

B. Saran
Demikian yang dapat penulis paparkan mengenai isi laporan yang menjadi
pokok bahasan dalam mini riset ini, harapan kritik dan saran yang membangun
untuk penulis demi sempurnanya mini riset ini berikutnya.

15
16

You might also like