You are on page 1of 143

MAKALAH PENELITIAN PENGEMBANGAN

METODE PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN

Dosen Pengempu :
Drs. IRWAN, M.Pd

Disusun oleh :
ROHMI ARDIANSAH (A1A321070)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PANCASILA


DAN KEWARGANEGARAAN
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS JAMBI
2022
KATA PENGANTAR
Rasa syukur kami ucapkan setinggi-tingginya kepada Allah SWT yang dengan karunia dan
rahmat-Nyalah, kami dapat menyelesaikan tugas makalah kami ini untuk keperluan belajar
kami di perguruan tinggi universitas jambi ini, walaupun masih terdapat serba kekurangan.
Namun begitu besar harapan kami semoga makalah ini dapat menyumbangkan sesuatu
manfaat ilmu kepada kita semua. Rasa terima kasih juga disampaikan kepada keluarga kami
yang telah membiarkan kami bekerja sama, saling bertemu, dan membuat makalah ini,
mengeditnya, saling mengisi, dan akhirnya makalah ini dapat terselesaikan.
Penulisan makalah ini adalah perwujudan dari berbagai sumber dan kajian yang kami sharing
bersama-sama, sehingga sekarang dapat terselesaikan menjadi sebuah makalah, makalah ini
merupakan tugas dari dosen matakuliah penelitian pengembangan yaitu Drs. Irwan,M.Pd.
sebagai dosen pengampu.
Akhir kata, semoga makalah ini dapat menjadi sesuatu yang berguna baik bagi kami sendiri
sebagai penulis maupun bagi para mahasiswa lainnya. Kritik dan saran tentunya sangat kami
hargai untuk dapat terus memperbaiki dan menyempurnakan makalah ini, dari yang tadinya
makalah ini hanyalah makalah biasa dan menjadi makalah yang kemudianbermanfaat dan
menambah informasi yang bermanfaat. Untuk upaya-upaya tersebut kami sangat menunggu
dengan kebesaran hati.

Jambi, 26 Mei 2022

penulis
BAB I
PENDAHULUAN

1. Latar Belakang
Penelitian merupakan suatu proses mencari suatu informasi secarasistematis dalam
waktu tertentu dengan menggunakan metode ilmiah. Agarpenelitian dapat berlangsung secara
lancar, maka peneliti harus membuatrancangan penelitiannya. Ada beberapa jenis penelitian
antara lain : penelitiankualitatif, penelitian kuantitatif, penelitian pengembangan, penelitian
tindakankelas, dan lain sebagainya. Masing-masing penelitian memiliki
karakteristiktersendiri.
Penelitian pengembangan merupakan salah satu jenis penelitian yang sedang marak
dilaksanakan oleh para peneliti dan masih tergolong penelitian yangbaru di bidang
pendidikan. Hal ini dimaksudkan agar diperoleh hasil penelitianyang dapat meningkatkan
efektifitas dan efisiensi pembelajaran. Dimana bukanuntuk menguji teori, menguji hipotesis
namun menguji dan menyempurnakanproduk. Jenis penelitian ini sudah mulai diterapkan
dalam penelitian dalam duniapendidikan.
Penelitian dilakukan karena adanya kesenjangan yang terjadi pada situasiyang
mengharuskan dilakukannya sebuah penelitian atau dengan kata lain karenaadanya sebuah
masalah. Identifikasi masalah dapat dilakukan melalui berbagaisumber, yaitu pengalaman,
literatur, atau teori-teori yang sudah ada. Winarno(2011:13) mengartikan masalah merupakan
“kesenjangan antara harapan dankenyataan” atau “kesenjangan antara teori dengan praktik”
yang memerlukan jawaban, penjelasan atau pemecahan. Dengan demikian bahwa konsep
dasar darisebuah penelitian itu adalah kegiatan pemecahan masalah karena
andanyaketidaksesuaian antara harapan dengan fakta yang terjadi di lapangan.
.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Metode Penelitian
Penelitian atau riset berarti pencarian teori, pengujian teori, penyelesaian masalah.
Artinya, masalah itu sudah ada dan diketahui bahwa solusi sangat diperlukan. Masalah yang
dimaksud bukanlah sebuah kasus dimana solusinya bisa didapatkan secara spontan melainkan
dibutuhkan tahap atau proses tertentu. Secara umum, penelitian diartikan sebagai proses
pengumpulan dan analisis data yang dilakukan secara sistematis dan logis untuk mencapai
tujuan tertentu. Pengumpulan dan analisis data menggunakan metode-metode ilmiah baik
bersifat kualitatif ataupun kuantitatif, eksperimental atau non-eksperimental, interaktif dan
non-interaktif. Penelitian adalah upaya untuk mengembangkan pengetahuan,
mengembangkan dan menguji teori.
Metode Penelitian Dalam melakukan penelitian kita perlu mengikuti aturan atau
kaidah yang berlaku, agar hasil penelitian yang diperoleh dapat dikatakan valid. Metode
penelitian pada dasarnya merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan
kegunaan tertentu. Maksud dari cara ilmiah adalah bahwa kegiatan penelitian bersandar pada
ciri-ciri keilmuan, yakni rasional, sistematis dan empiris.
Rasional berarti kegiatan penelitian yang dilakukan masuk akal, sehingga dapat
dijangkau dengan oleh penalaran manusia. Empiris, berarti cara atau langkah yang dilakukan
dapat diamati oleh indera manusia, sehingga orang lain dapat mengamati dan mengetahui
cara atau langkah yang digunakan. Seistematis, berarti proses yang digunakan dalam
penelitian menggunakan langkah-langkah tertentu yang bersifat logis.
Data penelitian yang dihasilkan haruslah memiliki kriteria tertentu, yaitu valid,
reliable, obyektif. Dikatakan valid, yaitu menunjukkan derajat ketepatan/kesesuaian antara
data yang sesungguhnya terjadi pada obyek yang diteliti dengan data yang diperoleh oleh
peneliti. Untuk memperoleh data yang langsung valid dalam sebuah penelitian sering sulit
dilakukan, maka dari itu data yang sudah terkumpul sebelum diketahui validitasnya,
dilakukan pengujian realibilitas dan obyektivitas. Data yang reliabel dan obyektif, biasanya
akan valid. Sebaliknya data yang valid pasti reliabel dan obyektif.
Lantas apa itu reliabel dan obyektif? Reliabel berkaitan dengan derajat
konsistensi/keajekan data dalam interval watu tertentu. Sedangkan obyektif terkait dengan
interpersonal agreement (kesepakatan antar banyak orang), contohnya ketika banyak orang
yang menyepakati bahwa siswa yang melakukan tawuran sebanyak 100 orang, maka data
tersebut bisa dikatan data yang obyektif.
Data yang reliabel belum tentu valid dan data yang obyektif belum tentu valid. Untuk
memperoleh data yang valid, reliabel, dan obyektif dalam penelitian kuantitatif, maka
instrument penelitiannya harus valid dan reliabel, maksudnya pengumpulan data dilakukan
dengan cara yang benar pada sampel yang representatif (mewakili populasi yang diteliti).
Sedangkan untuk penelitian kualitatif, untuk memperoleh data yang valid dan reliabel,
peneliti harus menjadi human instument yang baik, mengumpulkan data secara triangulasi
dari berbagai sumber data yang tepat , dan melakukan pengujian keabsahan data. Untuk
penelitian kombinasi, agar memperoleh data yang valid, reliabel, dan obyektif maka cara
yang digunakan adalah dengan menggabungkan cara/metode yang dilakukan dalam metode
kuantitatif dan kualitatif.
Pengertian Metode Penelitian Menurut para Ahli
Menurut Sugiyono pengertian metode penelitian adalah cara ilmiah untuk mendapatkan data
dengan tujuan dapat dideskripsikan, dibuktikan, dikembangkan dan ditemukan pengetahuan,
teori, untuk memahami, memecahkan, dan mengantisipasi masalah dalam kehidupan manusia
(Sugiyono: 2012).
Metode penelitian menurut Prof. M.E Winarno adalah sebuah kegiatan ilmiah yang
dilakukan menggunakan teknik yang cermat dan sistematis.
Metode Penelitian menurut Muhammad Nasir, metode penelitian merupakan hal yang
penting bagi seorang peneliti untuk mencapai sebuah tujuan, serta dapat menemukan jawaban
dari masalah yang di ajukan.
Metode penelitian menurut Muhiddin Sirat, merupakan sebuah cara untuk memilih subjek
masalah dan menentukan pada judul dalam sebuah investigasi.
sedangkan metode penelitian menurut Heri Rahyubi adalah sebuah model yang dapat
digunakan dengan kegiatan belajar mengajar untuk mencapai sebuah proses dalam
pembelajaran tersebut dengan baik.

2.2 Macam Data Penelitian


Berikut 3 jenis data penelitian yang harus diketahui :
a. Jenis Data Penelitian Berdasarkan Sifatnya
Jenis data penelitian dapat dilihat berdasarkan sifatnya. Berdasarkan sifat, terbagi
menjadi dua, ada data kualitatif dan data kuantitatif. Berikut adalah ulasannya.
1. Data kualitatif
Data kualitatif dapat diartikan sebagai bentuk interpretasi konsep data. Fungsi dari
data kualitatif adalah menerjemahkan data mentah ke dalam uraian, eksplanasi
ataupun deskripsi. Pengambilan data kualitatif dapat dilakukan dengan tiga tahapan
yang terdiri dari.
 Reduksi data (data reduction)
 Pengorganisasian (Organisation)
 Interpretasi data (Interpretation)
2. Data kuantitatif
Data kuantitatif adalah data penelitian yang berbentuk angka, data statistik dan data
dapat dilakukan analisis. Data kuantitatif disebut-sebut sebagai metode ilmiah,
karena dapat diukur, rasional, objektif dan empiris. Data kuantitatif memiliki metode
penelitian yang meliputi sebagai berikut.
 Metode deskriptif
 Metode komparatif
 Metode korelasi
 Metode survey
 Metode Ex Post Facto
 Metode True Experiment

b. Jenis Data Penelitian Berdasarkan skala pengukuran


Berdasarkan Skala pengukuran, jenis data penelitian memiliki tiga bentuk data yang
meliputi data noinal, ordinal, interval dan rasio. Pembahasan dari masing-masing data
bisa disimak sebagai berikut.
1. Data nominal
Data nominal secara umum dapat diartikan sebagai data yang diperoleh dengan
mengkategorisasikan. Kategorisasi inilah yang sebenarnya memudahkan peneliti
untuk mengambil data-data dilapangan.
2. Data ordinal
Sementara yang disebut dengan data ordinal adalah data yang diambil dengan cara
mengkategorisasikan berdasarkan peringkat, hubungan dan berdasarkan rangking.
Misalnya membahas masalah status sosial ekonomi daerah X. atau meneliti tentang
rangking di kelas di sebuah sekolah.
3. Data interval
Berbeda dengan data interval. Data interval adalah data yang diperoleh dengan
pengukuran. Data interval berbeda dari dua bentuk data di atas yang masih
mengkategorisasikan. Pada data interval tidak ada kategorisasi apapun. Contoh
kasus, membahs masalah skor tes intelegensi, skor ujian hingga mengetahui skor tes
prestasi.
2. Data rasio
Sementara yang disebut dengan data rasio adalah data yang didapatkan dengan
melakukan pengukuran. Misalnya mengukur jarak, skala dan masih banyak lagi. ciri
data rasio juga tidak memiliki kategorisasi.
C. Jenis Data Penelitian Berdasarkan Sumbernya
Berdasarkan sumbernya, jenis data penelitian berdasarkan sumber dibagi menjadi data
primer dan data sekunder. Ulasan lebih lengkapnya, dapat dilihat sebagai berikut.
1. Data primer
Data primer Adalah pengambilan objek data penelitian yang dilakukan secara
individual atau perorangan. Meskipun demikian, dapat juga dilakukan berdasarkan
organisasi. Karena pengambilan data ini dilakukan secara individual, maka data dapat
dilakukan dengan cara wawancara. Data sekunder
2. Data Sekunder
Data sekunder adalah pengambilan objek data yang dilakukan secara tidak
langsung.Umumnya data sekunder diperoleh lewat data yang sudah terkumpul dari
pihak lain. Misalnya, pengambilan data yang dilaporkan dari jurnal penelitian, dari
surat kabar atau dari riset.

2.3 Macam-Macam Metode Penelitian


 Penelitian historis
Penelitian ini biasanya digunakan dengan melakukan penyelidikan, pemahaman, dan
penjelasan terhadap suatu keadaan di masa lalu. Contoh permasalahan tentang:
perkembangan ekonomi Islam di Indonesia dalam sepuluh tahun terakhir.
 Penelitian korelasional
Penelitian ini biasanya identik dengan membandingkan antara satu variable dengan
variabel yang lainnya dalam penelitian tersebut. Contoh permasalahannya tentang:
bagaimanakan hubungan antara relegiusitas dengan sikap terhadap bunga bank.
 Penelitian kausal kontributif
Penelitian ini biasanya digunakan sebagai petunjuk arah antara hubungan variabel
bebas dengan variabel terikat, juga seberapa besar kontribusi variabel bebas terhadap
variabel terikat. Contoh permasalahannya tentang: pengaruh dari pendapatan,
pendidikan, pandangan terhadap bunga bank, pemaham produk terhadap minat
menabung di bank, dan lain sebagainya.

 Penelitian eksperimental
Penelitian ini bias anya digunakan untuk menguji satu variabel terhadap dampak
munculnya variabel yang lain. Contoh permasalahannya tentang: penerapan incentive
compatible constraints terhadap masalah agency pada pembiayaan mudharabah.

 Metode deskriptif
Metode riset ini mempunyai tujuan menjelaskan peristiwa tertentu yang sedang terjadi
di masa sekarang dan pada masa lampau. Ada dua jenis metode riset dalam metode
deskriptif ini, yaitu Longitudinal atau sepanjang aktu serta Cross Sectional atau dalam
waktu tertentu. Contoh permasalahannya tentang: bagaimana tingkat kepuasaan
nasabah terhadap pelayanan bank syariah?

2.5 Pengertian Metode Penelitian Dan Pengembangan


Pengertian Metode Penelitian pengembangan (Litbang) atau sering juga disebut
dengan istilah Research & Development (R&D), merupakan jenis penelitian yang
umumnya banyak digunakan dalam dunia pendidikan. Secara umum pengertian penelitian
pengembangan dapat diartikan sebagai cara ilmiah untuk memperoleh data sehingga dapat
dipergunakan untuk menghasilkan, mengembangkan dan memvalidasi produk.
2.7 Langkah-Langkah Penelitian
Penelitian merupakan suatu proses yang terdiri atas beberapa langkah. Langkah-langkah ini
bukanlah sesuatu yang sekuensial atau yang harus diikuti secara kaku. Proses penelitian
adalah sesuatu kegiatan interaktif antara peneliti dengan logika, masalah, desain dan
interpretasi. Adapun langkah-langkah yang penelitian menurut Arikunto (2010) adalah
sebagai berikut:
Mengidentifikasi Masalah. Kegiatan penelitian dimulai dengan mengidentifikasi isu dan
masalah penting (esensial), hangat (aktual) dan mendesak (krusial) yang dihadapi saat ini dan
memiliki banyak kegunaannya jika isu atau masalah tersebut diteliti.
Merumuskan dan Membatasi Masalah. Perumusan masalah merupakan pemetaan faktor-
faktor atau variabel-variabel yang terkait dengan fokus masalah.
Melakukan Studi Kepustakaan. Merupakan kegiatan untuk mengkaji teori-teori yang
mendasari penelitian, baik teori yang berkenaan dengan ilmum yang diteliti maupun
metodologi. Dalam studi kepustakaan juga dikaji hal-hal yang bersifat empiris bersumber dari
temuan-temuan penelitian terdahulu.
Merumuskan hipotesis atau Pertanyaan Penelitian. Hal-hal pokok yang ingin diperoleh dari
penelitian dirumuskan dalam bentuk hipotesis atau pertanyaan penelitian.
Apabila penelitiannya menggunakan pendekatan kuantitatif dengan pengolahan data statistik
inferensial maka dibuat rumusan hipotesis.
Untuk penelitian kuantitatif dengan pengolahan data statistik deskriptif tidak diperlukan
rumusan hipotesis, cukup dengan pertanyaan-pertanyaan pokok, demikian juga dengan
penelitian kualitatif (Suharso, 2003).
Menentukan Desain dan Metode Penelitian. Desain penelitian berisi rumusan tentang
langkah-langkah penelitian, dengan menggunakan pendekatan metode penelitian, teknik
pengumpulan data dan sumber datatertentu serta alasan-alasan mengapa menggunakan
metode tersebut.
Menyusun Instrumen dan Mengumpulkan Data. Kegiatan pengumpulan data didahului oleh
penentuan teknik, penyusunan dan pengujian instrumen pengumpulan data yang akan
digunakan.
Menganalisis Data dan Menyajikan Data. Analisis data menjelaskan teknik dan langkah-
langkah yag ditempuh dalam mengolah atau menganalisis data. Data kuantitatif dianalisis
dengan menggunakan teknik analisis deskriptif berupa tabel, grafik, bagan atau menggunakan
statistik inferensial berupa korelasi, regresi, perbedaan, analisis jalur dan lain-lain. Data
kualititatif dianalisis menggunakan teknik analisis kualitatif deskriptif naratif-logis.
Menginterpretasikan Temuan, Membuat Kesimpulan dan Saran. Pemberian makna dari hasil
analisis data masih berbentuk temuan. Rekomendasi merupakan hal-hal yang yang sebaiknya
dilakukan oleh pihak-pihak terkait dalam memanfaatkan hasil-hasil penelitian.
“ PENGEMBANGAN PRODUK BERDASARKAN POTENSI”

PEMBAHASAN
PENGERTIAN POTENSI
Potensi berasal dari bahasa latin yaitu potentia yang artinya kemampuan. Potensi adalah
kemampuan yang mempunyai kemungkinan untuk dikembangkan. Potensi adalah sumber
yang sangat besar yang belum diketahui dan yang belum diberikan pada waktu manusia
lahir di dunia ini. Potensi adalah kemampuan yang belum dibukakan, kuasa yang
tersimpan, kekuatan yang belum tersentuh, keberhasilan yang belum digunakan, karunia
yang tersembunyi atau dengan kata lain potensi adalah kemampuan atau kekuatan atau
daya, dimana potensi dapat merupakan bawaan atau bakat dan hasil stimulus atau latihan
dalam perkembangan. Potensi adalah kemampuan, kekuatan, kesanggupan, daya yang
mempunyai kemungkinan untuk dikembangkan13. Dalam kamus ilmiah, potensi diartikan
sebagai kekuatan, kesanggupan, kemampuan, kekuatan, pengaruh, daya dan kefungsian.
Dari beberapa pengertian di atas, potensi dapat diartikan sebagai kemampuan dasar yang
terpendam dan dapat dirasakan hasilnya setelah kemampuan itu dikembangkan.
Pengertian kata potensi tersebut di atas diambil dari dalam Kamus Besar Bahasa
Indonesia (KBBI) yang menjadi rujukan resmi makna kata dalam khazanah bahasa
Indonesia. Oleh KBBI sendiri, kata potensi dikategorikan ke dalam kelompok nomina
atau kata benda. Masih dalam KBBI, salah satu kata turunan ari potensi adalah berpotensi
yang maknanya adalah memiliki potensi.
Pengertian Potensi Menurut Para Ahli

Sedangkan pengertian para ahli mengenai potensi adalah sebagai berikut;

Majdi (2007)

Potensi adalah serangkaian kemampuan, kesanggupan, kekuatan, ataupun daya yang


memunyai kemungkinan untuk bisa dikembangkan lagi menjadi bentuk yang lebih besar.
Bentuk ini biasanya diperoleh melalui pembangunan untuk kesejahteraan dalam kehidupan
masyarakat.

Myles Munroe
Definisi potensi adalah bentuk sumber daya atau kemampuan yang cukup besar, namun
kemampuan tersebut belum tersingkap dan belum diaktifkan. Arti lainnya dalam pengertian
ini bahwa potensi adalah kekuatan terpendam yang belum dimanfaatkan, bakat tersembunyi,
atau keberhasilan yang belum diraih pada hal kita memunyai kekuatan untuk mencapai hal
tersebut.

Wikipedia

Poetensi diri menurut Wikipedia adalah suatu kemampuan mengenai berbagai bentuk
kekuatan, baik yang belum terwujud atau yang suda terwujud, sehingga dalam arti ini potensi
pertu untuk dikelola secara maksimal oleh individu/masyarakat.

Hafi Anshari (1986)

Potensi menurutnya lekat dengan sifat terhadap bakat terpendam, atau mengenai kekuatan –
kekuatan dalam bertindak di masa mendatang. Kekuatan ini dinilai penting lantaran dengan
kekuatan yang baik setiap seseorang yang memiliki potensi akan bisa berjuang sekuat
tenaganya.

Beirut (2002)

Menurutnya, pengertian potensi adalah serangkaian kemampuan mendasar bagi setiap


manusia untuk mampu dikembangkan dan dioptimalkan dengan sebaik mungkin.
Pengotimalan ini dilakukan atau dilaksanakan melalui pekerjaan, usaha, dan pembangunan.

Jenis Potensi

kemampuan Dasar

Kemampuan dasar ialah potensi mengenai logika yang di intelegensikan oleh setiap orang.
Hal ini ditentukan sebagai tana kelahiran yang diperoleh masyarakat. Oleh karenanya
kemampuan dasar ini menjaid nilai yang lebih penting dan harus dijaga setiap manusia.

Etos Kerja

Etos kerja adalah potensi tentang ketekunan, ketelitian, dan efisiensi kerja yang dimiliki oleh
setiap orang. Etos kerja ini berhubungan erat dengan kekuatan yang tidak dapat
diperjualbelikan, oleh karenanua banyak perusahaan yang mengembangkan serta
memerlukan potensi ini.

Kepribadian

Kepribadian adalah salah satu jenis potensi dalam arti ini, yaitu suatu pola yang menyeluruh
terhadap semua kemampuan yang ada sehingga bisa menjadi ciri khas yang berbeda-beda,
misalnya saja tentang sikap sabar menjadi salah satu kepribadian yang penting untuk
dimiliki seseorang.

Contoh Potensi

Contoh potensi misalnya saja dalam kehidupan sehari-hari. Yaitu;

Pencari Kerja

Kasus seseorang yang sedang melamar pekerjaan, ia selalu ditanya mengenai keunggulan
tentang dirinya. Sifat keunggulan ini misalnya sabar, dengan penyabar seseorang memiliki
potensi yang lebih besar untuk diterima dalam pekerjaanya. Dengan sikap ini biasanya
lingkungan kerja suatu perusahaan akan menerima ia bekerja disana dengan mudah.

Selain klasifikasi umum beserta contoh potensi yang telah disebutkan di atas, pada dasarnya
istilah potensi bersifat universal yang dapat diterapkan maupun dikaitkan dengan beragam
jenis hal, diantaranya yaitu:

Potensi Diri

Potensi diri dapat diartikan sebagai kemampuan manusia yang masih belum digali dan
dimanfaatkan secara optimal. Secara umum, Budiyanto (2006:3) menyebutkan macam-
macam potensi diri yang dimiliki setiap manusia, diantaranya yaitu:

Potensi Berfikir
Potensi Emosi
Potensi Fisik
Potensi Sosial
Potensi Mental Intelektual (Intellectual Quotient)
Potensi Mental Spiritual (Spiritual Quotient)
Potensi Daya Juang (Adversity Quotient)
Potensi Wisata

Potensi wisata dapat diartikan sebagai segala bentuk sumber daya yang ada di suatu wilayah
yang dapat diramu dan dikembangkan menjadi suatu atraksi wisata.

Potensi Daerah

Potensi daerah bisa diartikan sebagai segala sesuatu yang ada dan dimiliki oleh suatu
daerah, baik itu sesuatu yang berbentuk fisik maupun non-fisik, yang memiliki kemungkinan
untuk bisa dikembangkan oleh Pemerintah Daerah.

Potensi Bahaya

Potensi bahaya bisa diartikan sebagai risiko atas kondisi atau keadaan dimana suatu bahan,
mesin, alat, proses, ataupun cara kerja bisa menimbulkan terjadinya cidera, luka, bahkan
kematian pada manusia maupun makhluk hidup lainnya, serta membuat kerusakan pada alat
dan lingkungan sekita

Potensi Sumber Daya Manusia

Potensi sumber daya manusia bisa diartikan sebagai segala bentuk kekuatan sumber daya
yang berasal dari manusia, yang dapat digali dan dikembangkan menjadi sebuah nilai tambah.

LANGKAH-LANGKAH MENEMUKAN POTENSI


Hal-hal yang Dilakukan dalam Penelitian Lapangan

Ketika penelitian melakukan penelitian lapangan, ada sejumlah hal yang perlu
dipersiapkan:

Mengamati kejadian sehari-hari yang biasa/tidak biasa dalam setting kehidupan sehari-hari.

Terlibat langsung apakah orang yang diteliti.

Memperoleh sudut pandang orang yang diteliti sekaligus mempertahankan perspektif


analitis orang luar.

Menggunakan beragam teknik dan keterampilan sosial secara luwes.


Menghimpun data berbentuk catatan rinci, bagan, peta, maupun gambar untuk keperluan
deskripsi.

Memandang gejala dalam konteks sosial.

Mengembangkan empati dengan orang yang diteliti.

Memperhatikan aspek-aspek kebudayaan.

Tidak memaksakan sudut pandang sebagai orang luar.

Mampu mengatasi stres, ketidakpastian, dan masalah-masalah etis

Identifikasi potensi

Identifikasi potensi dapat dilakukan dengan penelitian kuantitatif dan


kualitatif Atau kombinasi dari kedua nya

Penelitian potensi

Pada tahap ini kita nilai potensi apa yang signifikan dan yang memiliki potensi yang
sangat tinggi

Potensi terpilih

Potensi yang dinilai sangat tinggi kemudian menjadi potensi yang terpilih.

Desain produk

Potensi yang sangat tinggi dan terpilih ini lah yang mulai lah di desain produk nya
dan di kembangkan menjadi produk

PENELITIAN UNTUK MENEMUKAN POTENSI


Potensi dalam suatu objek dalam suatu objek atau settingan tertentu ada yang sudah
jelas,samar-samar bahkan masih ada yang terpendam
Apabila potensi sudah terlihat jelas maka tidak diperlukan lagi penelitian ,misalnya disuatu
desa terdapat potensinya adalah tumbuhan kelapa maka sudah jelas kelapa adalah potensi
alam nya maka tidak di perlukan lagi penelitian untuk meninjau apakah di sana terdapat
banyak kelapa,bagaimana pemanfaatan kelapa karena sudah jelas potensi nya dan tidak
diperlukan lagi penetian.

Apabila potensi masih samar-samar maka perlu adanya pembuktian. Istilahnya adalah
bagaimana sebenarnya potensinya disana.

Apabila potens masih terpendam maka perlu melakukan penelitian yang bersifat eksplorasi.
Penelitian yang bersifat esplorasi ini bertujuan untuk menemukan potensu yang masih
terpendam.

Penelitian yang dapat digunakan yaitu penelitian kuantitatif,kualitatif dan kombinasi.

METODE KUANTITATIF UNTUK MENEMUKAN POTENSI


Kuantitatif berkaitan dengan angka-angka termasuk dengan data-datanya dan dalam
metode ini didapatkan dengan angket,dengan menyebarkan angket yang berisi
tentang potensi dan yang perlu dipertimbangkan untuk pertama kali itu adalah
kejelasan populasi nya atau pun yang menjadi sampel itu sangat penting karena
sifatnya adalah kuantitatif ,jadi sampel itu akan sangat mempengaruhi hasil
karakteristik penelitian kuantitatif
Salah satu contoh untuk mencari persentase
Pada pertanyaan 1 atau jaringan internet jumlahnya adalah 36
dan untuk jumlah maksimum yang di harapkan adalah 10*4 =40
berarti 36 per 40 dikali 100 maka di dapatlah 90 dan begitu juga seterusnya.
Setelah itu didapatlah persentase tertinggi hingga terendah dan kemudian kita dapat
meranking nya dari 1 sampai seterusnya

METODE KUALITATIF UNTUK MENEMUKAN POTENSI


Data kualitatif adalah jenis data non-numerik atau tidak dapat diproses dalam
bentuk angka. Data ini umumnya hanya bisa diamati dan dicatat sehingga
menghasilkan suatu informasi. Adapun yang termasuk data kualitatif adalah seperti
pendapat, opini, tingkat kepuasan, dan lain sebagainya. Berbeda halnya dengan tipe
kuantitatif yang ditujukan untuk mengolah sekumpulan data ke dalam bentuk angka,
data kualitatif justru disajikan melalui sebuah narasi deskriptif. Sementara dalam
dunia statistik, data ini dikenal sebagai data kategorikal. Artinya, jenis data tersebut
bisa dirangkai secara kategoris menurut sifat dan atribut dari suatu hal atau peristiwa.
1.Describing
describing adalah kegiatan penjelajahan secara umum pada sebuah objek secara
keseluruhan. Dan akan memperoleh data mentah. Pada tahap ini, peneliti akan
mulai memahami dan dapat mendefinisikan fenomena menjadi “fenomenon”
(fenomena yang menjadi). Langkah ini bertujuan untuk mengomunikasikan secara
tertulis maupun lisan dengan menawarkan suatu solusi yang berbeda.
2.Classifying
mengklarifikasikan atau mengkategorikan data mentah pada describing yang akan
diklasifikasikan. proses pengelompokan semua data baik yang berasal dari hasil
wawancara dengan subyek penelitian, pengamatan dan pencatatan langsung di
lapangan atau observsi. Seluruh data yang didapat tersebut dibaca dan ditelaah
secara mendalam, kemudian digolongkan sesuai kebutuhan.
3.Connecting
dengan membuat hubungan antara satu kategori dengan kategori yang lain
contohnya dengan melakukan wawancara mencoba menggali potensi apa yang ada.

Pengertian masalah

Merupakan penyimpangan antara yang seharusnya dengan yang terjadi,antara teori dengan
praktik,antara perencanaan/kebijakan dengan pelaksanaan,antara aturan dengan
pelaksanaan..Merupakan area yang menjadi perhatian peneliti,suatu kondisi yang ingin
diperbaiki,atau suatu kesulitan yang ingin dieliminasi atau dihilangkan. didefinisikan sebagai
suatu pernyataan tentang keadaan yang belum sesuai dengan yang diharapkan.
Bisa juga diartikan kata yang digunakan untuk menggambarkan suatu keadaan yang
bersumber dari hubungan antara dua (faktor atau lebih yang menghasilkan situasi yang
membingungkan.
Dalam kehidupan sehari-hari, manusia pasti sering kali akan dihadapkan oleh masalah.
Berbagai macam masalah ini akan hadir tanpa diundang didalam kehidupan kita. Masalah
sering kali dikaitkan dengan adanya kesialan dan ada juga bencana. Padahal, jika dikaji yang
lebih mendalam lagi mengenai adanya hakekat dasar dari masalah, masalah yang
sebenarnya tidak melulu menghasilkan suatu dampak negatif.akan juga Terkadang masalah
akan hadir sebagai bentuk peluang untuk dapat memperbaiki berbagai kelemahan yang ada
dalam diri sendiri sendiri.
Rumusan masalah
Merupakan suatu pertanyaan yang akan dicarikan jawabannya melalui pengumpulan
data. .Bentuk:rumusan masalah deskriptif(yang berkenaan dengan pertanyaan terhadap
keberadaan variable yang terkait),rumusan masalah komparatif,rumusan masalah
kausal,rumusan masalah kausal-komparatif,rumusan masalah structural(pernyataan penelitian
terhadap struktur performer suatu secara keseluruhan).
Sumber masalah dalam penelitian dan pengembangan
1.penyimpangan dengan pengalaman.

2.penyimpangan antara rencana dengan pelaksanaan,teori,praktik,dan aturan pelaksanaan.

3.ada pengaduan.

4.ada kompetisi.
Penelitian berangkat dari masalah karena penelitian bertujuan untuk memecahkan masalah.
Penelitian yang sistematis diawali dengan suatu persoalan. John Dewey menyatakan bahwa
langkah pertama dalam suatu metode ilmiah adalah pengakuan adanya kesulitan, hambatan
atau masalah yang membingungkan peneliti (Ary, Jacobs, dan Razavieh, 1982: 73). Ibarat
sebuah tanya jawab, masalah merupakan pertanyaan yang jawabannya akan dicari dalam
proses penelitian. Meneliti adalah usaha mendapatkan jawaban dari masalah yang dihadapi.
Manusia memiliki rasa ingin tahu, sehingga selalu mencari tahu apa yang tidak diketahuinya.
Masalah mencerminkan ketidaktahuan. Penelitian merupakan usaha manusia mengusahakan
ketidaktahuan dapat berubah menjadi pengetahuan. Pengetahuan yang diperoleh melalui
kegiatan penelitian akan mempersempit wilayah ketidaktahuan karena sudah menjadi
pengetahuan manusia.
Kedudukan masalah dalam penelitian sangat penting. Pemecahan masalah setengahnya
ditentukan oleh kebenaran dalam perumusan masalahnya. Tidak dapat diharapkan
pemecahan masalah dari pertanyaan yang salah. Pertanyaan masalah akan menentukan
metode penelitian, cara pengumpulan data jenis data dan teknik analisis data yang akan
digunakan. Untuk itu bagian ini dibahas mengenai masalah dan perumusannya dalam
penelitian. Sumber masalah

Masalah dapat berasal dari berbagai sumber. Menurut James H. MacMillan dan Schumacher
(Hadjar, 1996: 40-42), masalah dapat bersumber dari observasi, dedukasi dari teori, ulasan
kepustakaan, masalah sosial yang sedang terjadi, situasi praktis dan pengalaman pribadi.
Masing-masing dapat dijelaskan sebagai berikut:
Observasi
Observasi merupakan sumber yang kaya masalah penelitian. Kebanyakan keputusan praktis
didasarkan atas praduga tanpa didukung oleh data empiris. Masalah penelitian dapat diangkat
dari hasil observasi terhadap hubungan tertentu yang belum mempunyai dasar penjelasan
yang memadai dan cara-cara rutin yang dalam melakukan suatu tindakan didasarkan atas
otiritas atau tradisi. Penyelidikan mungkin menghasilkan teori baru, rekomendasi pemecahan
masalah praktis dan mengidentifikasi variabel yang belum ada dalam bahasan litelatur.
2) Dedukasi dari teori
Teori merupakan konsep-konsep yang masih berupa prinsir-prinsip umum yang
penerapannya belum dapat diketahui selama belum diuji secara empiris. Penyelidikan
terhadap masalah yang diangkap dari teori berguna untuk mendapatkan penjelasan empiris
praktik tentang teori.
3) Kepustakaan
Hasil penelitian mungkin memberikan rekomendasi perlunya dilakukan penelitian ulang
(replikasi) baik dengan atau tanpa variasi. Replikasi dapat meningkatkan validitas hasil
penelitian dan kemampuan untuk digeneralisasikan lebih luas. Laporan penelitian sering juga
menyampaikan rekomendasi kepada peneliti lain tentang apa yang perlu diteliti lebih lanjut.
Hal ini juga menjadi sumber untuk menentukan masalah yang menentukan masalah yang
perlu diangkat untuk diteliti.
4) Masalah sosial
Masalah sosial dapat pula menjadi sumber masalah penelitian. Misalnya: seringnya menjadi
perkelahian siswa antar sekolah dapat memunculkan pertanyaan tentang efektivitas
pelaksanaan pendidikan moral dan agama serta pembinaan sikap disiplin. Banyaknya
pengangguran lulusan perguruan tinggi menimbulkan pertanyaan tentang kesesuaian
kurikulum dengan kebutuhan masyarakat.
5) Situasi praktis
Dalam pembuatan keputusan tertentu, sering mendesak untuk dilakukan penelitian evaluatif.
Hasil sangat diperlukan untuk dijadikan dasar pembuatan keputusan lebih lanjut.
6) Pengalaman pribadi
Pengalaman pribadi dapat memunculkan masalah yang memerlukan jawaban empiris untuk
mendapatkan pemahaman yang lebih mendalam.(Purwanto, M.pd:109-111)

Menurut Suryabrata (1994:61-63), sumber-sumber masalah yang dapat diidentifikasi


meliputi:
1) Bacaan terutama hasil penelitian
Rekomendasi untuk penelitian lebih lanjut dapat menjadi sumber identifikasi masalah. Tidak
pernah ada penelitian yang tuntas. Penelitian selalu menampilkan masalah yang lebih banyak
dari pada yang dijawabnya, karena dengan demikian ilmu pengetahuan selalu mengalami
kemajuan.
2) Diskusi, seminar, pertemuan ilmiah
Diskusi, seminar dan pertemuan ilmiah dapat menjadi sumber masalah penelitian karena para
peserta dapat melihat hal-hal yang dipersoalkan secara profesional sehingga muncul masalah.
3) Pernyataan pemegang otoritas (dalam pemerintahan dan ilmu pengetahuan).
Pernyataan pemegang otoritas dapat menjadi sumber masalah, baik otoritas pemerintahan
maupun ilmu pengetahuan. Contoh pernyataan pemegang otoritas pemerintahan adalah
pernyataan menteri pendidikan mengenai daya serap siswa SMU. Contoh pernyataan otoritas
ilmu pengetahuan adalah pernyataan ahli pendidikan mengenai penjurusan di SMU.
4) Pengamatan sepintas
Pengamatan sepintas dapat menjadi sumber masalah. Misalnya, ahli kesehatan menemukan
masalah ketika menyaksikan dari mana penduduk mendapatkan air minum.
5) Pengalaman pribadi
Pengalaman pribadi sebagai sumber masalah penelitian berkaitan dengan sejarah
perkembangan dan kehidupan dengan sejatah perkembangan dan kehidupan pribadi atau
profesional. (Purwanto, M. Pd: 111-112 )

PENGEMBANGAN PRODUK BERDASARKAN MASALAH

Pengertian Masalah
Definisi Masalah :
Adalah penting bahwa fokus penelitian selanjutnya, atau dengan kata lain, masalah,
diidentifikasi secara terang. Tidak ada penelitian yang baik yang dapat menemukan solusi
atau aituasi, jika isu utama atau masalah yang dipelajari belum di tunjukkan dengan tepat.
Dengan demikian, adalah bermanfaat untuk mengidentifikasi masalah sebagai situasi di aman
terdapat celah antara keadaan aktual dan keadaan ideal yang diharapakan.
Dalam tiap kasus, seseorang sebaiknya mengetahui apa persoalan yang sebenarnya, yang
perlu memperolah jawaban. Adalah sangat penting bahwa gejala masalah tidak didefinisikan
sebagai masalah nyata.
Definisi masalah atau pernyataan masalah adalah pernyataan dari pertanyaan yang jelas,
tepat, dan ringkas atau persoalan yang diinvestigasi menemukan jawaban atau solusi.
Masalah dalam penelitian adalah pernyataan mengenai keterkaitan antara dua atau lebih
variabel yang penemuan jawabannya dilakukan dengan melakukan bukti-bukti empirik.
Masalah penelitian adalah pertanyaan-pertanyaan yang sengaja diajukan untuk dicarikan
jawabannya melalui penelitian. Permasalahan secara faktual dapat berupa kesulitan yang
dirasakan oleh orang awam maupun para peneliti, permasalahan dapat diartikan juga
sebagai sesuatu yang menghalangi tercapainya tujuan. Permasalahan dapat pula diartikan
sebagai sesuatu yang dijadikan target yang telah ditetapkan oleh peneliti, tetapi karena
sesuatu hal target tidak dapat tercapai. Masalah penelitian adalah suatu situasi yang
merupakan akibat dari interaksi dua atau lebih faktor (seperti: kebiasan-kebiasan,
keadaan-keadaan, keinginan-keinginan, dan sebagainya). Masalah penelitian secara
umum dapat diartikan sebagai suatu kesenjangan (gap) antara yang seharusnya dengan
apa yang terjadi tentang sesuatu hal, atau antara kenyataan yang ada atau terjadi dengan
yang seharusnya ada atau terjadi serta antara harapan dan kenyataan.
Permasalahan adalah suatu kesenjangan antara harapan dangan kenyataan, perundang
undangan dengan pelaksanaan, peraturan dengan implementasinya, teori dengan praktik,
sehingga menarik minat dan perhatian untuk diteliti.
Masalah adalah kesenjangan (gap) antara harapan (das solen) dengan kenyataan (das
sein), antara kebutuhan dengan yang tersedia, antara yang seharusnya dengan yang ada.
Penelitian dimaksudkan untuk menutup kesenjangan. Kesenjangan masalah menimbulkan
kebutuhan untuk menutupnya dengan mencari jawaban atas pertanyaan yang
menimbulkan kesenjangan. Kegiatan menutup kesenjangan dilakukan dengan penelitian.
Dengan kata lain, penelitian mencari suatu jawaban yang belum diketahui, memenuhi
kebutuhan yang belum tersedia, dan menyediakan yang belum ada. Penelitian di harapkan
dapat memecahkan masalah atau setidak-tidaknya memperkecil kesenjangan.
Masalah penelitian dapat timbul dari berbagai macam antara lain; Pengalaman pribadi,
dedukasi dan teori, membaca buku, keadaan sosial politik dan situasi praktis.
Jenis-Jenis Masalah
pada umumnya, masalah dapat juga dikelompokkan menjadi 2 jenis yaitu masalah sederhana
dan masalah rumit/kompleks. Perbedaan di antara kedua jenis masalah ini yakni :
Masalah Sederhana
Masalah sederhana mempunyai skala yang kecil, tidak akan terpaut dengan
masalah yang lainnya, tidak mempunyai konsekuensi yang besar,
pemecahannya tidak akan terlalu rumit, dan juga dapat dipecahkan oleh
individu. Jangkauan masalah ini hanya sebatas pada individu saja dan dapat
juga diselesaikan oleh individu pula.
Masalah Rumit/Kompleks
Masalah rumit maupun juga kompleks mempunyai cakupan skala yang lebih
besar dibanding masalah sederhana, dapat terkait dengan berbagai masalah
yang lainnya,mempuyai konsekuensi yang sangat besar, dan juga
penyelesaiannya membutuhkan kerja sama kelompok serta analisis yang
sangat mendalam. Jangkauan masalah ini juga akan berhubungan dengan
banyak individu dan juga hanya dapat diselesaikan oleh banyak individu pula.

Sumber Masalah
James H. MacMillan dan Schumacher (Hadjar, 1996: 40-42)
Masalah dapat berasal dari berbagai sumber. Menurut James H. MacMillan dan Schumacher
(Hadjar, 1996: 40-42), masalah dapat bersumber dari observasi, dedukasi dari teori, ulasan
kepustakaan, masalah sosial yang sedang terjadi, situasi praktis dan pengalaman pribadi.
Masing-masing dapat dijelaskan sebagai berikut:
Observasi
Observasi merupakan sumber yang kaya masalah penelitian. Kebanyakan
keputusan praktis didasarkan atas praduga tanpa didukung oleh data empiris.
Masalah penelitian dapat diangkat dari hasil observasi terhadap hubungan
tertentu yang belum mempunyai dasar penjelasan yang memadai dan cara-cara
rutin yang dalam melakukan suatu tindakan didasarkan atas otiritas atau
tradisi. Penyelidikan mungkin menghasilkan teori baru, rekomendasi
pemecahan masalah praktis dan mengidentifikasi variabel yang belum ada
dalam bahasan litelatur.
Dedukasi dari teori
Teori merupakan konsep-konsep yang masih berupa prinsir-prinsip umum
yang penerapannya belum dapat diketahui selama belum diuji secara empiris.
Penyelidikan terhadap masalah yang diangkap dari teori berguna untuk
mendapatkan penjelasan empiris praktik tentang teori.
Kepustakaan
Hasil penelitian mungkin memberikan rekomendasi perlunya dilakukan
penelitian ulang (replikasi) baik dengan atau tanpa variasi. Replikasi dapat
meningkatkan validitas hasil penelitian dan kemampuan untuk
digeneralisasikan lebih luas. Laporan penelitian sering juga menyampaikan
rekomendasi kepada peneliti lain tentang apa yang perlu diteliti lebih lanjut.
Hal ini juga menjadi sumber untuk menentukan masalah yang menentukan
masalah yang perlu diangkat untuk diteliti.
Masalah sosial
Masalah sosial dapat pula menjadi sumber masalah penelitian. Misalnya:
seringnya menjadi perkelahian siswa antar sekolah dapat memunculkan
pertanyaan tentang efektivitas pelaksanaan pendidikan moral dan agama serta
pembinaan sikap disiplin. Banyaknya pengangguran lulusan perguruan tinggi
menimbulkan pertanyaan tentang kesesuaian kurikulum dengan kebutuhan
masyarakat.
Situasi praktis
Dalam pembuatan keputusan tertentu, sering mendesak untuk dilakukan
penelitian evaluatif. Hasil sangat diperlukan untuk dijadikan dasar pembuatan
keputusan lebih lanjut.
Pengalaman pribadi
Pengalaman pribadi dapat memunculkan masalah yang memerlukan jawaban
empiris untuk mendapatkan pemahaman yang lebih mendalam.(Purwanto,
M.pd:109-111)

Suryabrata (1994:61-63)
Menurut Suryabrata (1994:61-63), sumber-sumber masalah yang dapat diidentifikasi
meliputi:

Bacaan terutama hasil penelitian


Rekomendasi untuk penelitian lebih lanjut dapat menjadi sumber identifikasi
masalah. Tidak pernah ada penelitian yang tuntas. Penelitian selalu
menampilkan masalah yang lebih banyak dari pada yang dijawabnya, karena
dengan demikian ilmu pengetahuan selalu mengalami kemajuan.
Diskusi, seminar, pertemuan ilmiah
Diskusi, seminar dan pertemuan ilmiah dapat menjadi sumber masalah
penelitian karena para peserta dapat melihat hal-hal yang dipersoalkan secara
profesional sehingga muncul masalah.
Pernyataan pemegang otoritas (dalam pemerintahan dan ilmu pengetahuan).
Pernyataan pemegang otoritas dapat menjadi sumber masalah, baik otoritas
pemerintahan maupun ilmu pengetahuan. Contoh pernyataan pemegang
otoritas pemerintahan adalah pernyataan menteri pendidikan mengenai daya
serap siswa SMU. Contoh pernyataan otoritas ilmu pengetahuan adalah
pernyataan ahli pendidikan mengenai penjurusan di SMU.
Pengamatan sepintas
Pengamatan sepintas dapat menjadi sumber masalah. Misalnya, ahli kesehatan
menemukan masalah ketika menyaksikan dari mana penduduk mendapatkan
air minum.
Pengalaman pribadi
Pengalaman pribadi sebagai sumber masalah penelitian berkaitan dengan
sejarah perkembangan dan kehidupan dengan sejatah perkembangan dan
kehidupan pribadi atau profesional. (Purwanto, M. Pd: 111-112 )
Rumusan Masalah

Pengertian Rumusan Masalah


Rumusan masalah adalah suatu pertanyaan yang akan dicari jawabannya melalui
pengumpulan data untuk mendukung pemecahan suatu masalah. Rumusan masalah dituliskan
dalam bentuk pertanyaan dan harus sesuai dengan topik atau penelitian yang ingin dibahas.
Kalau latar belakang memuat permasalahan yang ingin dibahas, maka rumusan masalah akan
memuat pertanyaan dari permasalahan tersebut.
Di dalam proposal penelitian, mengenal dan merumuskan masalah dengan jelas adalah bagian
terpenting dan juga termasuk yang paling menantang. Proposal penelitian yang memiliki
masalah yang tidak jelas dirumuskan akan menghasilkan temuan penelitian yang
kemungkinan tidak logis.
Dalam proposal penelitian merupakan suatu hal yang elementer bagi setiap peneliti untuk
mengkonstruksikan perumusan masalah pada bagian akhir dari Bab Pendahuluan. Suatu
rumusan masalah umumnya dalam bentuk kalimat, pertanyaan-pertanyaan tersebut akan
menjadi arah kemana sebenarnya penelitian akan dibawa, dan apa saja yang ingin ditanyakan
atau dicari oleh peneliti.
.

Cara Membuat Rumusan Masalah


Untuk membuat sebuah rumusan masalah yang baik, beberapa hal yang harus diperhatikan
antara lain adalah:
Masalah dirumuskan dalam bentuk kalimat tanya
Jawabannya dapat diperoleh secara ilmiah (ada data dan fakta)
Dituliskan secara jelas dan padat (tidak ambigu atau multi tafsir)
Tidak bertentangan dengan hukum
Masalah yang dirumuskan dapat bermanfaat bagi ilmu pengetahuan dan masyarakat.

Ada beberapa cara membuat rumusan masalah yang baik dan benar untuk menulis laporan
skripsi, makalan, maupun karya ilmiah. Berikut cara membuat rumusan masalah, yaitu:
Buat secara Spesifik
Cara membuat rumusan masalah yang paling utama adalah membuat rumusan
secara spesifik. Dalam menulis rumusan masalah, tidak perlu dijabarkan
secara panjang lebar. Sebab justru akan menghilangkan inti yang ingin
disampaikan. Selain itu, rumusan masalah bentuknya sebuah pertanyaan, jadi
cukup ditulis secara singkat padat dan jelas.

Menentukan Metode Penelitian yang Sesuai


Cara membuat rumusan masalah yang selanjutnya adalah dengan menentukan
metode penelitian yang sesuai. Tentu saja Anda harus menentukan terlebih
metode penelitian yang sekiranya tepat dengan tema yang Anda angkat.
Membicarakan tentang metode penelitian, Anda bisa memutuskan untuk
menggunakan metode penelitian kualitatif atau kuantitatif.

Mencari Wawasan Teori-teori yang Mendukung Metode Penelitian yang


Dipilih
Cara membuat rumusan masalah yang selanjutnya adalah dengan mencari
wawasan teori-teori yang mendukung metode penelitian yang dipilih.
Menentukan metode penelitian hal yang tidak kalah penting. Jangan sampai
salah menempatkan urutan menimbulkan salah tindakan. Kesalahan dalam
bertindak akan mempengaruhi pada proses penyelesaian penelitian. Kelebihan
menentukan metode penelitian ini membantu peneliti menentukan konsep
yang pas dan cocok digunakan.

Kreatif Melihat Fenomena Di Sekeliling


Cara membuat rumusan masalah yang selanjutnya adalah dengan kreatif
melihat fenomena di sekeliling kita. Poin ini sebenarnya sederhana, tetapi sulit
dalam praktiknya. Kecuali bagi Anda yang terbiasa berpikir, mungkin tidak
begitu kesulitan dalam membuat rumusan masalah. Sebenarnya rumusan
masalah itu banyak sekali di sekeliling kita, jika kita peka membidik.
Umumnya, kesulitan utama dalam membuat rumusan masalah karena terlalu
jauh memikirkan berpikir. Padahal penelitian bisa diambil dari kasus-kasus
kecil dan sederhana yang sering dihadapi dalam kehidupan sehari-hari.

Gunakan 5W + 1H
Cara membuat rumusan masalah yang selanjutnya adalah dengan
menggunakan rumusan 5W + 1H. Jika anda mengalami kesulitan menentukan
topik atau tema penelitia, Anda bisa menerapkan 5W + 1 H. Caranya cukup
membuat pertanyaan yang menarik, sebanyak mungkin yang Anda minati.

Jenis-Jenis Rumusan Masalah


Rumusan Masalah Deskriptif
Rumusan masalah deskriptif adalah rumusan masalah yang memuat pertanyaan
tentang suatu hal yang variabelnya berdiri sendiri.
Rumusan Masalah Komparatif
Rumusan masalah komparatif adalah rumusan masalah yang pertanyaannya
membandingkan suatu hal dengan suatu hal yang lain.
Rumusan Masalah Asosiatif
Rumusan masalah asosiatif adalah rumusan masalah yang menanyakan tentang
hubungan antara 2 variabel atau lebih. Hubungan yang dimaksud adalah hubungan
simetris, kausal, dan timbal balik (interaktif).

Hubungan Simetris
Merupakan hubungan antara dua variabel yang kedudukannya sejajar atau tidak memiliki
hubungan sebab akibat.

Hubungan Kausal
Kebalikan dari simetris, hubungan kausal merupakan hubungan yang
menunjukkan sebab akibat.
Hubungan Timbal Balik (Interaktif)
Hubungan timbal balik adalah hubungan yang sifatnya saling memengaruhi.

Langkah Langkah Menemukan Masalah


Langkah-langkah dalam menemukan dan menentukan masalah penelitian adalah sebagai
berikut:
Menentukan Area Penelitian
Area penelitian merupakan bidang ilmu atau pekerjaan yang selama ini digeluti dan dapat
dijadikan patokan dalam menentukan masalah penelitian.Area penelitian menjadi batasan
dalam sebuah penelitian sehingga kajiannya lebih fokus dan spesifik.Bagi profesi tertentu
seperti peneliti atau dosen, melakukan penelitian yang konsisten dan kontinyu dalam satu
area/bidang penelitian merupakan suatu keharusan dalam upaya pendalaman dan peningkatan
pengembangan keilmuannya.
Cara Menemukan Masalah Penelitian :
Lihat masalah yang ada di sekitar kita
Cara pertama untuk menemukan masalah penelitian adalah dengan melihat masalah yang ada
di sekitar kita. Masalah ini tentunya harus sesuai dengan topik yang sudah kita tentukan atau
yang kita inginkan. Misalnya, mengenai diet penurunan berat badan.

LANDASAN TEORI, KERANGKA BERFIKIR DAN


PENGAJUAN HIPOTESIS

2.1 Pengertian Teori


Setelah masalah penelitian dirumuskan, maka langkah kedua dalam proses penelitian
(kuantitatif) adalah mencari teori-teori, konsep-konsep dan generalisasi-generalisasi hasil
penelitian yang dapat dijadikan sebagai landasan teoritis untuk pelaksanaan penelitian
(Sumadi Suryabrata, 1990). Landasan teori ini perlu ditegakkan agar penelitian itu
mempunyai dasar yang kokoh dan bukan sekedar coba-coa (trial and error). Adanya landasan
teoritis merupakan ciri bahwa penelitian itu merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan data.
Setiap penelitian selalu menggunakan teori, Neumen (2003) menyatakan: Teori
adalah seperangkat konstruk (konsep), definisi, dan proposisi yang berfungsi untuk melihat
fenomena secara sistematik, melalui spesifikasi hubungan antar variabel, sehingga dapat
berguna untuk menjelaskan dan meramalkan fenomena.

2.2 Tingkatan dan Fokus Teori


Numan (dalam Sugiyono, 2008) mengatakan bahwa tingkatan teori dapat dibedakan
menjadi tiga, yaitu: micro, meso, dan macro.
Level teori micro maksudnya: memerlukan hanya sedikit waktu, tempat, dan sejumlah orang.
Konsep, biasanya tidak terlalu abstrak.
Level teori meso maksudnya: mencoba menarik benang merah antara micro dan macro.
Contoh: teori organisasi dan gerakan sosial, atau komunitas tertentu.
Level teori macro: berkenaan dengan hal-hal yang operasional seperti lembaga sosial, sistem
budaya secara keseluruhan, dan keseluruhan masyarakat. Level ini banyak menggunakan
konsep dan abstract.

2.3 Kegunaan Teori Dalam Penelitian


Semua penelitian bersifat ilmiah, oleh karena itu semua peneliti harus berbekal teori.
Dalam penelitian kuantitatif, teori yang digunakan harus sudah jelas, karena teori disini akan
berfungsi untuk memperjelas masalah yang diteliti, sebagai dasar untuk merumuskan
hipotesis dan sebagai referensi untuk mnyusun instrumen penelitian. Oleh karena itu,
landasan teori dalam proposal penelitian kuantitatif harus sudah jelas teori apa yang akan
dipakai. Adapun fungsi teori dalam sebuah penelitian adalah sebagai berikut:
Teori digunakan untuk memperjelas dan mempertajam ruang lingkup, atau konstruk variabel
yang akan diteliti.
Untuk merumuskan hipotesis dan menyusun instrumen penelitian.
Memprediksi dan membantu menemukan fakta tentang sesuatu hal yang hendak diteliti
(Sugiyono, 2016).

Menurut Borg dan Gall (1989), dan Latief (2012) dalam Website Prof. Dr. Mudjia
Raharjo, M.Si menjelaskan enam alasan mengapa kajian pustaka / teori harus dilakukan,
sebagaimana uraian berikut:
Sangat bermanfaat untuk menajamkan rumusan masalah penelitian yang diajukan, sehingga
besar kemungkinan rumusan masalah yang sudah dibuat berubah setelah peneliti membaca
pustaka karena telah memiliki wawasan tentang tema yang diteliti lebih luas daripada
sebelumnya. Dengan demikian, rumusan masalah, terutama dalam penelitian kualitatif,
bersifat tentatif. Tidak sedikit penelitian gagal karena masalah yang diteliti terlalu luas.
Rumusan masalah yang spesifik dan dalam lingkup yang kecil jauh lebih baik daripada yang
luas dan umum. Umumnya, rumusan masalah yang tidak jelas berakibat pada data yang
diperoleh juga tidak jelas, sehingga antara masalah yang hendak dijawab dan data yang ada
tidak ada kesinambungan. Sehingga, kesimpulannya tidak berangkat dari data, tetapi
pendapat pribadi peneliti. Tentu ini tidak dapat dibenarkan. Hal ini dapat dihindari melalui
kajian pustaka dengan serius.

2.4 Deskripsi Teori


Deskripsi teori adalah suatu rangkaian penjelasan yang mengungkapkan suatu
fenomena atau realitas tertentu yang dirangkum menjadi suatu konsep gagasan, pandangan,
sikap dan atau cara-cara yang pada dasarnya menguraikan nilai-nilai serta maksud dan tujuan
tertentu yang teraktualisasi dalam proses hubungan situasional, hubungan kondisional, atau
hubungan fungsional di antara hal-hal yang terekam dari fenomena atau realitas tertentu.
Dengan menyelam jauh ke dalam deskripsi teori, akan diketahui kekuatan dan kelemahan
suatu teori.
Dalam suatu penelitian, deskripsi teori merupakan uraian sistematis tentang teori dan
hasil penelitian yang relevan dengan variabel yang diteliti. Berapa jumlah teori yang perlu
dikemukakan/dideskripsikan, akan tergantung pada luasnya permasalahan dan jumlah
variabel yang diteliti.
Deskripsi teori dalam suatu penelitian merupakan usulan sistematis tentang teori dan
hasil-hasil penelitian yang relevan dengan variabel yang diteliti. Berapa jumlah kelompok
teori yang perlu dikemukakan/dideskripsikan akan tergantung pada jumlah variabel yang
diteliti. Semakin banyak variabel yang diteliti, maka semakin banyak teori yang perlu
dikemukakan.
Deskripsi teori paling tidak berisi tentang penjelasan terhadap variabel-variabel yang
diteliti melalui pendefinfian dan uraian yang lengkap dan mendalam dari berbagai referensi,
sehingga ruang lingkup kedudukan dan prediksi terhadap hubungan antar variabel yang akan
diteliti menjadi lebih jelas dan terarah.
Secara teknis hasil penelitian yang relevan degan apa yang akan diteliti dapat dilihat
dari permasalahan yang diteliti, waktu penelitian, sampel penelitian, metode peneltian,
analisis dan kesimpulan. Misalnya peneliti yang terdahulu melakukan penelitian tentang
tingkat penjualan jenis kendaraan bermotor di Jawa Timur, dan peneliti kedua di Jawa barat
dapat menggunakan referensi dari penelitian yang pertama.

2.5 Kerangka Berfikir


Kerangka berfikir merupakan model konseptual tentang bagaiman teori berhubungan
dengan berbagai faktor yang telah diidentifikasi sebagai masalah penting (sugiyono, 2009).
Kerangka berpikir yang baik akan menjelaskan secara teoritis pertautan antar variabel yang
akan diteliti. Jadi, secara teoritis, peneliti perlu menjalaskan hubungan antara variabel bebas
dengan variabel terikat. Jika pada penelitian terdapat variabel moderator dan intervening,
maka harus dijelaskan juga mengapa variabel tersebut ikut dilibatkan dalam penelitian.
Pertautan antar variabel tersebut dijelaskan pada paradigma penelitian. Oleh karena itu, setiap
penyusunan paradigma penelitian harus berdasarkan pada kerangka berpikir.
Penjelasan Langkah-langkah kerangka berpikir penelitian sebagai berikut:
Menetapkan Variabel yang Diteliti. Untuk menentukan kelompok teori apa yang perlu
dikemukakan dalam menyusun kerangka berfikir untuk pengajuan hipotesis, maka harus
ditetapkan lebih dahulu variabel penelitiannya. Berapa jumlah variabel yang diteliti, dan
apakah nama setiap variabel, merupakan titik tolak untuk menentukan teori yang akan
dikemukakan . Kalau variabel penelitiannya lima, maka minimal akan menggunakan lima
teori.
Membaca Buku dan Hasil Penelitian. Setelah variabel ditentukan, maka langkah
berikutnya adalaah membaca buku dan hasil penelitian yang relevan ( buku, jurnal, laporan
penelitian, ensiklopedia, daan kamus, skripsi, tesis dan disertasi ).
Deskripsi Teori dan Hasil Penelitian ( HP ). Dari buku dan hasil penelitian yang dibaca
akan dapat dikemukakan teori yang berkenaan dengan variabel yang diteliti. Seperti telah
dikemukakan, deskripsi teori berisi tentang, definisi terhadap masingmasing variabel yang
diteliti, uraian rinci tentang ruang lingkup setiap variabel, daan kedudukan antara variabel
satu dengaan yang lain dalam konteks penelitian.
Analisis Kritis terhadap Teori dan hasil Penelitian. Pada tahap ini peneliti melakukan
analisis secara kritis terhadap teori dan hasil penelitian yang telah dikemukakan. Dalam
analisis ini, peneliti akan mengkaji apakah teori dan hasil penelitian yang telah ditetapkan itu
benar-benar sesuai dengan obyek penelitian atau tidak, karena sering terjadi teori yang
berasal dari luar tidak sesuai untuk penelitian di dalam negeri.
Analisis Komparatif Terhadap Teori dan Hasil Penelitian. Analisis komparatif dilakukan
dengan cara membandingkan antara teori satu dengan teori yang lain, dan hasil penelitian
satu dengan penelitian yang lain. Melalui analisis komparatif ini peneliti dapat memadukan
antara teori satu dengan teori yang lain, atau mereduksi bila dipandang terlalu luas.
Sintesa/Kesimpulan. Melalui analisis kritis daan komparatif terhadap teori dan hasil
penelitian yang relevan dengan semua variabel yang diteliti. Selanjutnya peneliti dapat
melakukan sintesa atau kesimpulan sementara. Perpaduan sintesa antara variabel satu dengan
variabel yang lain akan menghasilkan kerangka berfikir yang selanjutnya dapat digunakan
untuk merumuskan hipotesis.

Bentuk Hipotesis
Bentuk hipotesis sangat berhubungan atau bahkan ditetntukan oleh rumusan masalah
pada penelitian. Jika dilihat dari tingkat penjelasannya ( eksplanasinya ), maka bentuk
rumusan masalah penelitian ada tiga yaitu: rumusan masalah deskriptif ( variabel mandiri ),
komparatif ( perbandingan ), dan asosiatiff ( hubungan ). Oleh karena itu, bentuk hipotesis
juga ada tiga yaitu:
Hipotesis Deskriptif
Hipotesis deskriptif merupakan jawaban sementara terhadap masaalah deskriptif,
yaitu yang berkenaan dengaan variabel mandiri, baik satu variabel atau lebih ( yang
dicetak tebal adalah variabel penelitian ). Contoh:
Hipotesis Komparatif
Hipotesis komparatif merupakan njawaban sementara terhadap rumusan masalah
komparatif. Pada rumusan ini variabelnya sama, tetapi populasi atau sampelnya berbeda, atau
keadaan itu terjadi pada waktu berbeda.
Rumusan Masalah Komparatif

Hipotesis Asosiatif
Hipotesis asosiatif adalah jawaban sementara terhadap rumusan masalah asosiatif, yaitu, yang
menanyakan hubungan antaraa dua variabel atau lebih.
Rumusan Masalah Asosiatif
Adakah hubungan antara tinggi badan pelayan toko dengan barang terjual
Hipotesis Penelitian
Terdapat hubungan yang positif dan signifikan antara tinggi badan pelayan toko dengan
barang yang terjual.
Hipotesis Statistik
HO : 𝜌 = 0 ( berarti tidak ada hubungan )
Ha = 𝜌 ≠ 0 ( berarti lebih besar atau kurang ( - ) dari nol berarti ada hubungan.
𝜌 = nilai korelasi dalam formulasi yang dihipotesiskan.

Paradigma Penelitian, Rumusan Masalah dan Hipotesis


Pada setiap paradigma penelitian minimal terdapat satu rumusan masalah penelitian,
yaitu, masalah ddeskriptif. Berikut contohnya:
Judul Penelitian
Hubungaan antara gaya kepemimpinan manajer perusahaan dengan prestasi kerja
karyawan ( gaya kepemimpinan adalah variabel bebas ( X ) dan prestasi kerja adalah
variabel terikat ( Y ).
Rumusan Hipotesis Penelitian, adalah:
Gaya kepemimpinan yang ditampilkan manajer ( X ) ditampilkan kurang baik, dan nilainya
paling tinggi 60 % dari kriteria yang diharapkan.

Karakterisstik Hipotesis Baik


Karakteristik hipotesis baik merupakan dugaan terhadap keadaan variabel mandiri,
perbandingan keadaaan variabel pada berbagai sampel, dan merupakan dugaan tentang
hubungan antara dua variabel atau lebih. Pada umumnya hipotesis deskriptif tidak
dirumuskan ( karena penelitian deskriptif akan menghasilkan hipotesis ).

PENELITIAN PENGEMBANGAN
“POPULASI DAN SAMPEL”

POSISI POPULASI dan SAMPEL dalam PENELITIAN dan PENGEMBANGAN


Salah satu bagian dalam penelitian adalah menentukan popolasi dan sampel
penelitian. Kegiatan penelitian banyak dilakukan dengan menggunakan penarikan
sampel, karena dibandingkan metode sensus penarikan sampel lebih praktis, hemat
biaya, dan tidak banyak menyita waktu maupun tenaga. Penentuan sampel dari suatu
populasi, disebut sebagai penarikan sampel (Sukmadinata 2011,251).
Sampel merupakan bagian dari populasi yang diharapkan mampu mewakili
populasi dalam penelitian. Dalam menyusun sampel perlu disusun kerangka sampling
yaitu daftar dari semua sampling dalam populasi sampling, dengan syarat harus
meliputi seluruh unsur sampling, tidak ada unsur sampling yang dihitung dua kali,
harus up to date, batas-batasnya harus jelas, dan harus dapat dilacak dilapangan.
Dalam penelitian yang menggunakan sampel sebagai alat untuk menganalisis,
baik pada penelitian dengan pendekatan kualitatif maupun kuantitatif. Yang menjadi
masalah atau persoalan yang dihadapi yaitu, bahwa persoalan sampling adalah proses
untuk mendapatkan sampel dari suatu populasi. Disini sampel harus mencerminkan
keadaan populasi. Masalah yang kedua adalah tentang bagaimana proses pengambilan
sampel dan berapa banyak unit analisis yang akan diambil. Sehingga masalan yang
dihadapi diantaranya teknik penarikan sampel manakah yang cocok dengan
karakteristik populasi, tujuan, dan masalah yang akan dikaji. Selain itu berapa banyak
unit analisis atau ukuran sampel yang akan dilibatkan dalam kegiatan penelitian.
Makalah ini akan mengkaji tentang mengkaji pengertian populasi dan sampel
serta ragam dan jenisnya. Agar kita lebih memahami tentang populasi dan sampel
dalam rangka mempelajari metodologi penelitian penulisan skripsi yang benar.
Dalam sebuah penelitian populasi dan sampel memiliki peranan yang sangat
penting. hal ini dikarenakan sampel penelitian dijadikan sebagai sumber pengambilan
data baik itu secara kuantitatif maupun kualitatif. Mengingat pentingnya populasi dan
sampel dalam suatu penelitian tersebut, maka dibawah ini terdapat pengertian dari
populasi dan sampel, serta ragam/jenisnya.
POPULASI DAN SAMPEL
Baik populasi dan sampel keduanya merupakan dua hal yang saling berkaitan dan
tidak dapat dipisahkan satu sama lain. Sederhananya sampel penelitian dapat diartikan
sebagai bagian dari populasi dan merupakan wakil dari anggota populasi yang diteliti.
Keduanya menjadi hal yang sangat menentukan hasil penelitian karena dapat
memberikan generalisasi pada hasil penelitian yang didapat. Oleh karenanya, penting
sekali untuk kalian dapat bersikap cermat dan teliti dalam menentukan besaran populasi
dan sampel yang akan digunakan. Bahkan hal tersebut harus sudah kalian perhatikan
dengan matang jauh sebelumnya.
Pengertain Populasi
Dalam kerangka penelitian (terutama sekali penelitian kuantitatif), populasi
merupakan salah satu hal yang esensial dan perlu mendapat perhatian dengan
saksama apabila peneliti ingin menyimpulkan suatu hasil yang dapat dipercaya dan
tepat guna utuk daerah (area) atau objek penelitiannya. Sax (1978) menyatakan
bahwa populasi adalah keseluruhan manusia yang terdapat dalam area yang telah
ditetapkan, sedangkan Truckman mengemukakan bahwa populasi atau target
populasi adalah kelompok dari mana peneliti mengumpulkan informasi dan kepada
siapa kesimpulan akan digambarkan.
Populasi dapat diartikan sebagai subyek pada wilayah serta waktu tertentu
yang akan diamati atau diteliti oleh peneliti.
Sugiyono mengartikan populasi sebagai wilayah generalisasi yang terdiri atas
obyek atau subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang
ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya.
Gulo menyebutkan populasi dapat diartikan sebagai keseluruhan dari satuan
analisis yang merupakan sasaran penelitian.
Margono mengartikan populasi sebagai seluruh data yang menjadi perhatian
peneliti dalam suatu ruang lingkup juga waktu yang sudah ditentukan
sebelumnya.
Arikunto mendefinisikan populasi sebagai keseluruhan objek penelitian atau
totalitas kelompok subjek, baik manusia, gejala, nilai, benda-benda hingga
peristiwa yang menjadi sumber data suatu penelitian.
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek atau subyek
yang mempunyai kualitas dan karateristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti
untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. Jadi populasi bukan hanya
orang, tetapi juga obyek dan benda-benda alam yang lain. Populasi juga bukan
hanya sekedar jumlah yang ada obyek atau subyek yang dipelajari, tetapi meliputi
seluruh karateristik atau sifat yang dimiliki oleh subjek dan obyek yang diteliti itu.
Dalam penelitian populasi dibedakan menjadi 2 (Nana Syaodih Sukmadinata,
2009), yaitu populasi secara umum dan populasi target (target population).
Populasi target adalah populasi yang menjadi sasaran keterbelakuan kesimpulan
penelitian kita.
Contoh :
- Populasi umum adalah seluruh dosen negeri di Yogyakarta
- Populasi targetnya adalah seluruh dosen M IPA di Yogyakarta
- Maka hasil penelitian kita tidak berlaku bagi dosen diluar fakultas MIPA
Orang, benda, lembaga, organisasi, dsb. Yang menjadi sasaran penelitian
merupakan anggota populasi. Anggota populasi yang terdiri dari orang-orang biasa
disebut dengan subjek penelitian, sedangkan anggota penelitian yang terdiri dari
benda-benda atau bukan orang sering disebut dengan objek penelitian.
Pengertian Sampel
Sampel adalah bagian dari populasi yang memiliki sifat-sifat yang sama dari
objek yang merupakan sumber data. Secara sederhana sampel dapat dikatakan,
bahwa sampel adalah sebagian dari populasi yang terpilih dan mewakili populasi
tersebut. Sebagian dan mewakili dalam batasan diatas merupakan dua kata kunci
dan merujuk pada semua ciri populasi dalam jumlah yang terbatas pada masing-
masing karakteristiknya.
Perbedaan Populasi dan Sampel
Populasi dan sampel merupakan dua hal yang berbeda. Meskipun begitu ada
beberapa orang yang sulit membedakan keduanya sehingga akhirnya tertukar.
Untuk memahami perbedaan keduanya kalian harus memahami juga bahwa
terdapat beberapa hal yang dapat membedakan populasi dan sampel.
Perbedaan populasi dan sampel yang pertama dapat dilihat dari pengertian
keduanya. Sebagaimana yang sudah disebutkan sebelumnya, populasi
merupakan keseluruhan objek yang diteliti sementara sampel merupakan
bagian dari populasi itu sendiri.
Perbedaan kedua adalah melihat dari fokus kerjanya. Fokus dari populasi adalah
identifikasi karakteristik anggota populasi sementara fokus dari sampel adalah
pendugaan atau generalisasi karakteristik yang sudah ditentukan melalui
populasi.
Perbedaan ketiga adalah pada pengumpulan datanya. Data populasi mengingat
cakupannya yang luas dapat dilakukan melalui kegiatan seperti sensus.
Sementara sampel akan lebih efektif pengumpulan datanya apabila
menggunakan survei.

Contoh Populasi dan Sampel


Populasi
penelitian ini adalah seluruh siswa kelas IV SDN Gugus RA Kartini
Kecamatan Winong Kabupaten Pati yang terdiri atas tujuh sekolah dengan
penjabaran sebagai Berikut.
TEKNIK SAMPLING
Terdapat beragam teknik pengambilan sampel yang bisa kalian gunakan. Ragam
teknik pengambilan sampel ini kalian gunakan tentunya bergantung dengan tujuan
penelitian kalian ingin mencari hasil seperti apa.
Teknik sampling dalam penelitian berdasarkan statistikian dan pakar akan
dijelaskan pada kesempatan ini. Teknik sampling adalah teknik yang dilakukan untuk
menentukan sampel. Jadi, sebuah penelitian yang baik haruslah memperhatikan dan
menggunakan sebuah teknik dalam menetapkan sampel yang akan diambil sebagai
subjek penelitian.
Dalam artikel ini akan dikupas habis perihal bagaimana cara kita menentukan
atau menarik sampel dari sebuah populasi, agar kita lebih mudah untuk melakukan
penelitian di lapangan. Jadi jangan kemana-mana dulu, silahkan baca sampai habis lalu
kemudian renungkan. Semoga nantinya tulisan ini dapat membantu.
Pengertian teknik pengambilan sampel menurut Sugiyono (2001) adalah: Teknik
sampling adalah merupakan teknik pengambilan sampel (Sugiyono, 2001: 56).
Probability Sampling
Probability sampling adalah salah satu teknik pengambilan sampel yang
memberikan peluang yang sama bagi setiap unsur (anggota) populasi untuk dipilih
menjadi anggota sampel. Dengan probability sampling, maka pengambilan sampel
secara acak atau random dari populasi yang ada.
Non-Probability Sampling
Berkebalikan dengan teknik probability sampling, teknik pengambilan
sampel ini tidak memberikan kesempatan atau peluang yang sama bagi setiap
anggota populasi yang dipilih. Teknik sampling jenis ini biasanya digunakan untuk
populasi yang besaran anggota populasinya belum atau tidak dapat ditentukan
terlebih dahulu. Pengertian non probability sampling menurut para ahli
Tujuan Teknik Pengambilan Sampel
Pengambilan sampel bertujuan untuk membantu peneliti dalam mengatasi
keterbatasan-keterbatasan yang dapat peneliti jumpai di lapangan seperti:
Apabila populasi terlalu banyak sehingga tidak memungkinkan bagi kita untuk
melakukan pengambilan data pada seluruh populasi.
Terkendala dalam hal keterbatasan tenaga, waktu, dan biaya.
Adanya asumsi awal bahwa keseluruhan dalam populasi bersifat seragam sehingga
bisa diwakili oleh beberapa sampel yang akan kita ambil.
Kelebihan Penelitian Sampel
Melakukan penelitian sampel memiliki beberapa keuntungan yang dirasakan
utamanya oleh pihak peneliti. Namun, secara keseluruhan ternyata juga
memberikan dampak positif bahkan bagi lingkungan. Berikut penjelasan singkat
mengenai hal tersebut:
Mengurangi Biaya
Menggunakan sampel untuk objek penelitian tentu merupakan solusi terbaik
sebab akan memangkas banyak sekali keperluan dana. Hal ini karena saat
prosesnya juga membutuhkan biaya tidak sedikit misal pengadaan instrument,
mempersiapkan tempat, dan lain sebagainya. Hal ini tentu akan membutuhkan
banyak sekali biaya jika menggunakan seluruh populasi. Dana pun hanya akan
habis pada tahap survey pada objek saja dimana belum tentu mencapai proses
penemuan solusi. Oleh sebab itu, lebih baik menggunakan teknik sampel saja.
Mempercepat Kegiatan Penelitian
Kegiatan penelitian bisa lebih cepat selesai apabila menggunakan sampel
karena tidak semua populasi harus diteliti. Selain waktu juga menghemat biaya
dan juga tenaga pula. Sisanya dapat dimanfaatkan untuk hal lain seperti misal
pengimplementasian hasilnya.
Penelitian sampel dapat menghemat hampir setengah dari seharusnya waktu
penelitian menyeluruh sebab hanya melakukan pada sebagian saja.
Keuntungan ini tidak hanya bermanfaat untuk peneliti saja tapi pihak objek
pula.
Jangkauan Yang Lebih Luas
Jangkauan penelitian sampel dianggap lebih luas sebab dapat mengambil
beberapa bagian saja di banyak tempat. Maka, dampak atau hasilnya dapat
dirasakan secara meluas. Tentu saja ini menguntungkan banyak pihak
termasuk objek penelitian.
Jangkauan penelitian sampel tidak hanya ada pada satu wilayah saja sehingga
lebih luas. Hal ini karena bisa saja melakukan penelitian pada beberapa tempat
sekaligus dalam satu waktu. Hasilnya tentu lebih luas untuk banyak daerah.
Mendapatkan Akurasi Lebih Baik
Akurasi pada penelitian menggunakan sampel lebih terpercaya karena dalam
jumlah sedikit. Tentu saja resiko terjadinya kesalahan lebih sedikit daripada
melakukannya pada populasi yang berjumlah besar dan beragam.
Penghitungan akan lebih akurasi dan juga terfokus sehingga tidak khawatir
akan hasilnya. Apabila menggunakan populasi besar maka banyak hal yang
mungkin terlewat sehingga peluang kesalahn juga cukup tinggi.

MENENTUKAN UKURAN SAMPEL


Menentukan ukuran sampel penelitian merupakan bagian terpenting yang harus
dilakukan oleh setiap peneliti yang menggunakan metode survei. Sampel merupakan
cerminan atau gambaran populasi sehingga apabila salah mengambil sampel atau
ukuran sampel tidak memenuhi syarat maka pendugaan parameter populasi dianggap
tidak valid sehingga dapat berdampak pada kesalahan mendeskripsikan dan
menginterpretasikan gambaran dan karakter populasi.
Menentukan ukuran sampel penelitian tidak semudah yang dibayangkan,
pengambilan sampel tidak dapat digeneralisir berdasarkan ukuran populasi satu dan
populasi lainnya. Terdapat banyak sekali faktor yang menentukan ukuran suatu sampel
penelitian. Misalnya, homogenitas elemen populasi dan metode analisis yang akan
digunakan adalah faktor sangat menentukan ukuran sampel penelitian yang harus
diambil.
CARA MENGAMBIL ANGGOTA SAMPEL
Teknik Pengambilan Acak/ Random Sample/ Probability Sampling
Sampel acak (probability sampling) adalah cara atau teknik pengambilan
sampel dimana teknik tersebut menggunakan kaidah peluang dalam penentuan
elemen sampelnya. Teknik ini memberikan kesempatan yang sama untuk setiap
elemen populasi untuk menjadi sampel (contoh). Misalkan jika suatu populasi
memiliki elemen populasi sebanyak 50 sedangkan yang akan dijadikan sampel
adalah 25, maka setiap elemen tersebut mempunyai kemungkinan 25/50 untuk bisa
dipilih menjadi sampel.

PENELITIAN PENGEMBANGAN
INSTRUMEN DAN SKALA PENGUKURAN
A. PENGERTIAN DAN JENIS INSTRUMEN PENELITIAN
Semua penelitian melibatkan pengumpulan data untuk menguji hipotesis yangtelat ditetapkan
dalam penelitian tersebut. Umumnya peneliti menggunakan instrumenuntuk mengumpulkan
data penelitian. Sappaile (2007) menyebutkan bahwa Instrumenmerupakan suatu alat yang
memenuhi persyaratan akademis sehingga dapat dipergunakan sebagai alat untuk mengukur
suatu objek ukur atau mengumpulkan data mengenai suatu variabel.
Instrumen dapat berbentuk tes dan juga dapat berbentuk non-tes, namun untuk memperoleh
sampel tingkah laku dari ranah kognitif digunakan tes. Menurut Darmadi (2011:85) bahwa
definisi instrumen adalah sebagai alat untukmengukur informasi atau melakukan pengukuran.
Instrumen pengumpul data menurutSuryabrata (2008:52) adalah alat yang digunakan untuk
merekam-pada umumnya secara kuantitatif-keadaan dan aktivitas atribut-atribut psikologis.
Atibut-atribut psikologis itusecara teknis biasanya digolongkan menjadi atribut kognitif dan
atribut non kognitif. Sumadi mengemukakan bahwa untuk atribut kognitif, perangsangnya
adalah pertanyaan. Sedangkan untuk atribut non-kognitif, perangsangnya adalah pernyataan.
Selanjutnya menurut Sukarnyana dkk (2003:71) instrumen penelitian merupakan alat-alat
yang digunakan untuk memperoleh atau mengumpulkan data dalam rangka memecahkan
masalah penelitian atau mencapai tujuan penelitian. Jika, data yang diperoleh tidakakurat
(valid), maka keputusan yang diambil pun akan tidak tepat.
Berdasarkan beberapa pengertian di atas, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa instrumen
penelitian merupakan alat yang digunakan untuk mendapatkan dan mengumpulkan data
penelitian, sebagai langkah untuk menemukan hasil atau kesimpulan dari penelitian dengan
tidak meninggalkan kriteria pembuatan instrument yang baik. Hal yang perlu
dipertimbangkan dalam penelitian pendidikan atau sosial, adaempat macam cara mengukur
suatu data yang sering dijumpai. Keempat macam alat ukur jenis data tersebut jika disebutkan
dari cara yang sederhana sampai yang kompleks lengkap) adalah: data dari skala nominal,
skala ordinal, skala interval, dan skala rasio. Dari keempat data ini dapat diketahui cara
mengukur dan memilih salah satu, kemudian diterapkan dalam bentuk instrumen yang
hendak dicapai untuk mencari data dari subjek penelitian.

B. JENIS-JENIS INSTRUMENT PENELITIAN


Instrumen dalam sebuah penelitian dibedakan menjadi dua yaitu bentuk tes dannon tes.
Instrumen tes terdiri dari tes psikologis dan tes non-psikologis, sedangkan instrumen non tes
teridiri dari angket atau kuesioner, interview atau wawancara, observasi atau pengamatan,
skala bertingkat dan dokumentasi. Penjelasan secara rinciakan dibahas sebagai berikut :
1.Instrumen Tes
Tes dalam lingkup dunia pendidikan merupakan istilah yang sangat popular karena banyak
digunakan untuk mengukur hasil belajar peserta didik setelah mengalami proses belajar-
mengajar. Dilihat dari aspek yang diukur, tes dibedakan menjadi dua bagian, yaitu tes non-
psikologis dan tes psikologis. Jenis tes psikologis dibedakan lagi menjadi dua macam, yaitu
tes psikologi yang digunakan untuk mengukur aspek afektifdan tes psikologis yang
digunakan untuk mengukur kemampuan intelektual. Tes psikologis yang dirancang untuk
mengukur aspek afektif atau aspek non-intelektual dari tingkah laku umumnya dikenal
dengan nama tes kepribadian (personalitytests). Dalam terminologi pengukuran psikologis,
tes kepribadian sering digunakan untuk mengukur karaterstik seseorang seperti pernyataan
emosional, hubungan interpersonal, motivasi, minat, dan sikap. Tes psikologis yang
digunakan untuk mengukur aspek kemampuan intelektual disebut dengan tes kemampuan
(ability tests). Tes kemampuan dikategorikan menjadi dua, tes bakat (aptitude tests) dan tes
kemahiran (proficiency tests). Menyusun tes harus sesuai prosedur dan melalui proses yang
benar. Prosedur yang ditempuh dalam menyusun atau mengembangkan tes kemampuan
dalam rangka penelitian pada dasarnya adalah sebagai berikut :
a. Penetapan Aspek yang Diukur Menetapkan aspek yang hendak diukur merupakan langkah
pertama dalam upaya penyusunan atau pengembangan tes. Dalam pengembangan tes hasil
belajar, terdapat dua aspek yang mendapat perhatian, yaitu (1) materi pelajaran, dan (2) aspek
kepribadian/ranah kognitif, afektif, dan psikomotor yang akan dukur.
b. Pendeskripsian Aspek yang Diukur Pendeskripsian aspek yang diukur merupakan
penjabaran lebih lanjut dari aspek-aspek yang telah ditetapkan sebelumnya. Dalam proses
menyusun tes, deskripsi variable yang telah ditetapkan tersebut dituangkan dalam bentuk
tabel spesifikasi atau lebih dikenal dengan kisi-kisi tes. Di dalam kisi-kisi tes termuat materi
pelajaran dan aspek kepribadian yang diukur, bentuk tes dan tipe soal yang digunakan, serta
jumlah soal.
c. Pemilihan Bentuk Tes Bentuk tes merupakan tipe soal dilihat dari cara peserta tes dalam
memberikan jawaban soal dan cara peneliti memberikan skor. Jika peserta tes memiliki
kebebasan yang luas dalam menjawab soal-soal tes, maka dikatakan bahwa tes itu adalah tes
subjektif (Free answer tests). Jika peserta tes tidak memiliki kebebasan dalam menjawab
soal-soal tes, bahkan hanya tinggal memilih dari jawaban yang telah disediakan oleh peneliti,
maka tes itu disebut tes objektif (restricted answer tests). Tes juga dapat dibedakan menjadi
tes subjektif dan tes objektif, dilihat dari cara peneliti dalam memberikan skor. Suatu tes
disebut tes subjektif berdasarkan cara peneliti memberikan skor apabila skor yang diberikan
peneliti dipertimbangkan terlebih dahulu terhadap jawaban peserta tes, kemudian baru
didapat perolehan skor dari tes tersebut. Suatu tesdisebut tes objektif berdasarkan cara
peneliti memberikan skor apabila peneliti memberikan skor secara langsung tanpa harus
mempertimbangkan jawaban yang diberikan oleh peserta tes.
d. Penyusunan Butir Soal Penyusunan butir soal ke dalam suatu tes didasarkan atas bentuk
dan tipe soal yang akan dibuat, bukan disusun menurut urutan materi. Butir-butir soal tes
objektif dikelompokkan tersendiri begitu juga dengan soal-soal tes subjektif. Jika dalam tes
objektif digunakan beberapa tipe soal (pilihan benar, pilihan kombinasi, dan/atau pilihan
kompleks), maka butir-butir soal tes objektif harus disusun berdasarkan tipe soal tersebut.
e. Pelaksanaan Uji Coba Pelaksanaan uji coba instruman yang berupa tes dilakukan untuk
mengetahui validitas butir soal, tingkat reliabilitas tes, ketepatan petunjuk dan kejelasan
bahasa yangdigunakan, dan jumlah waktu riil yang dibutuhkan untuk menyelesaikan tes. Uji
coba tesdilakukan pada subjek yang memiliki karakteristik yang identik dengan subjek
penelitian yang sesungguhnya (relevan) agar hasil yang diperoleh sesuai dengan yang
diharapkan.
f. Analisis Hasil Uji Coba Analisis terhadap hasil uji coba tes dilakukan untuk mengetahui
secara empiric validitas butir soal dan tingkat reliabilitas tes. Ukuran yang digunakan untuk
menilai validitas butir soal adalah indeks kesukaran soal (P) dan indeks daya beda soal (D),
sedangkan untuk mengetahui tingkat reliabilitas tes adalah dengan menggunakan koefisien
reliabilitas yang biasanya dihitung menggunakan rumus KR-20 atau KR-21untuk tes objektif
dan koefisien Alpha untuk tes subjektif.
g. Seleksi, Penyempurnaan, dan Penataan Butir Soal Hasil analisis terhadap kualitas butir
soal dijadikan dasar peneliti untuk memilih atau menyempurnakan butir soal yang akan
digunakan dalam tes. Seleksi atau penyempurnaan butir soal diperlukan karena biasanya
selalu ada soal yang tidak memenuhi syarat dilihat dari kriteria tingkat kesukaran dan daya
beda soal. Oleh sebab itu, jumlah soal yang ditulis untuk keperluan uji coba selalu harus lebih
banyak dari jumlah yang diperlukan. Penataan soal sebaiknya memperhatikan bentuk tes dan
tipesoal, serta mengindahkan tingkat kesukaran soal. Soal yang tergolong mudah biasanya
berada di bagian paling awal dari tes, sedangkan sebagian lagi ditempatkan di bagian paling
akhir dan soal-soal yang tergolong sedan dan sukar ditempatkan di tengah-tengah. Penataan
ini didasarkan atas pertimbangan psikologis pengambil tes .
h. Pencetakan Tes Pencetakan tes perlu memperhatikan format, jenis, dan model huruf yang
akan digunkanan. Format tes berkaitan dengan tata letak (lay out ) dan soal-soal di dalam tes,
sedangkan jenis dan model huruf memiliki hubungan yang erat dengan besar dan kejelasan
huruf yang digunakan. Pencetakan tes perlu diperhatikan agar penampilan tes menjadi lebih
rapi, indah, dan jelas sehingga menarik untuk dikerjakan.
2. Instrumen Inventori
Inventori merupakan instrumen penelitian yang digunakan untuk mengukurkarakteristik
psikologis tertentu dari individu. Inventori berbeda dengan tes(kemampuan), jika dalam tes
(kemampuan) pada umumnya menuntut jawaban yang dilandasi oleh suatu kemampuan
tertentu yang harus dimiliki oleh peserta tes, makadalam inventori, jawaban yang diberikan
merupakan suatu keadaan yang sewajarnya suasana keseharian yang dirasakan dan dialami,
atau sesuatu yang diharapkan, sehinggadalam menjawab pertanyaan/pernyataan di dalam
inventori, orang tidak perlu belajar terlebih dahulu. Prosedur dalam menyusun inventori ada 8
tahapan, yaitu:
a. Penetapan Konstruk yang Diukur Konstruk pada inventori menunjuk pada hal-hal yang
pada dasarnya tidak dapat diamati secara langsung, seperti persepsi, minat, motivasi, sikap,
dan sebagainya. Penetapan konstruk yang akan diukur merupakan kegiatan mengidentifikasi
variable penelitian yang datanya akan diambil dengen menggunakan inventori. Misal,
variable yang akan diteliti adalah “sikap nasionalisme siswa di SMA”. Dari variabel
penelitian ini dapat diidentifikasi bahwa konstruk yang akan diukur adalah sikap.
b. Perumusan Definisi Operasional Definisi operasional adalah definisi yang didasarkan atas
sifat-sifat yang didefinisikan sehingga dapat diamati. Ukuran dapat diamati tersebut menjadi
penting, karena hal yang dapat diamati itu membuka kemungkinan bagi orang lain selain
peneliti untuk melakukan hal yang serupa, sehingga apa yang dilaksanakan oleh peneliti
terbuka untuk diuji kembali oleh orang lain (replikabilitas). Perumusan definisi operasional
variabel penelitian yang berupa konstruk lebih bervariasi dan kompleks ketimbang pada
proses perumusan definisi operasional dalam menyusun tes, karena ada banyak carayang
dapat ditempuh untuk menyusunnya. Cara-cara tersebut adalah: (1) yangmenekankan pada
kegiatan apa yang dilakukan agar konstruk yang didefinisikan ituterjadi, (b) yang memberi
aksentuasi kepada bagaimana kegiatan itu dilakukan, dan (c)yang menitik beratkan pada
sifat-sifat stasis dari konstruk yang didefinisikan (Suryabrata, 84 dalam Sukarnyana dkk,
2003:80).
c. Pendeskripsian KonstrukPendeskripsian konstruk bertujuan untuk menujukkan secara rinci
mengenai isikonstruk (variabel) yang hendak diukur. Untuk mempermudah penyusunan
pernyataandalam inventori, umumnya peneliti menuangkan deskripsi konstruk (variabel)
tersebut ke dalam bentuk matrik.
d. Penulisan Butir Pernyataan Menyusun butir-butir pernyataan (items) dalam inventori
langkah kritis, karenadari pernyataan-pernyataan ini merupakan langkah yang kritis, karena
dari pernyataan-pernyataan inilah akan dihasilkan data yang diperlukan oleh peneliti.
Kualitas pernyataan yang dihasilkan tidak hanya ditentukan oleh penguasaan pengetahuan
yang bersifat teoritis, tetapi harus didukung oleh latihan yang terarah, pengalaman yang
cukup, kreativitas dan kesungguhan, disamping faktor kiat yang dimiliki oleh masing-masing
peneliti.
e. Pelaksanaan Uji Coba Kegiatan uji coba instrumen dalam proses penyusunan inventori
dimaksud kanuntuk mengetahui validitas butir pernyataan, tingkat reliabilitas inventori,
ketepatan petunjuk dan kejelasan bahasa yang digunakan, dan jumlah waktu riil yang
dibutuhkan untuk menyelesaikan pengerjaan inventori tersebut oleh responden. Teknik yang
digunakan untuk menguji validitas butir pernyataan dan mengestimasi tingkat reliabilitas
instrumen inventori berbeda dengan tes, karena pemberian skor pada inventori bersifat
bergradasi. Subjek uji coba inventori haruslah memiliki karakteristik yang sama atau identik
dengan subjek penelitian. Mengenai jumlah subjek yang diperlukan untuk keperluan uji coba
tersebut berlaku rumus umum yang menyatakan bahwa semakin banyak subjek maka akan
semakin baik dan seminimal-minimalnya adalah tidak kurang dari 30 subjek.
f. Analisis Hasil Uji Coba Analisis hasil uji coba jawaban responden tidak dapat dinilai benar
atau salah, melainkan bergradasi, oleh sebab itu validitas butir pernyataan hanya didasarkan
atasindeks daya beda soal. Sedangkan perhitungan indeks daya beda soal ini dapat
menggunakan teknik analisis korelasi atau uji beda nilai rata-rata. Selanjutnya, estimasi
tingkat reliabilitas instrumen dilakukan dengan menggunakan rumus penghitungan koefisien
Alpha dari Cronbach.
g. Seleksi, Penyempurnaan, dan Penataan Butir SoalButir pernyataan yang tidak valid perlu
diganti, sedangkan yang kurang valid masih dapat dipakai setelah disempurnakan, kemudian
barulah dilakukan penataan butir pernyataan. Hal penting yang perlu ditambahkan dalam
penyusunan inventori adalah kata pengantar. Kata pengantar umumnya berisi penjelasan
tentang maksud dan tujuan dilaksanakannya penelitian. Hal ini penting untuk menghilangkan
ketidak pastian, kecurigaan, dan kekhawatiran dalam diri responden, sehingga mereka akan
bersedia memberikan jawaban sebagaimana yang diharapkan. Rekomendasi dari instansi
yang berwenan juga dapat dicantumkan sebagai kelengkapan isi kata pengantar. Selain itu,
jaminan akan kerahasiaan pribadi dan informasi yang diberikan responden penting juga untuk
diutarakan pada bagian pengantar. Bagian akhir biasanya berisi ucapan terima kasih atas
kesediaan responden untuk membantu menyukseskan pelaksanaan penelitian.
h. Pencetakan Inventori Pencetakan inventori sama seperti halnya pencetakan tes, perlu
memperhatikan format, jenis, dan model huruf yang akan digunkanan. Format inventori
berkaitan dengan tata letak (lay out ) dan soal-soal di dalam tes, sedangkan jenis dan model
huruf memiliki hubungan yang erat dengan besar dan kejelasan huruf yang digunakan.
Pencetakan inventori perlu diperhatikan agar penampilan inventori menjadi lebih rapi,indah,
dan jelas sehingga menarik untuk dikerjakan oleh responden.
3. Angket atau Kuesioner
Angket atau kuesioner adalah sejumlah pertanyaan tertulis yang digunakan untuk
memperoleh informasi dari responden dalam arti laporan tentang pribadinya, atau hal-hal
yang ia ketahui. Kuesioner banyak digunakan dalam penelitian pendidikan dan penelitian
sosial yang menggunakan rancangan survei, karena ada beberapa keuntungan yang diperoleh.
Pertama, kuesioner dapat disusun secara teliti dalam situasi yang tenangsehingga
pertanyaaan-pertanyaan yang terdapat di dalamnya dapat mengikuti sistematik dari masalah
yang diteliti. Kedua, penggunaan kuesioner memungkinkan penelitimenjaring data dari
banyak responden dalam periode waktu yang relatif singkat. Penyusunan instrumen angket
atau kuesioner hampir sama dengan penyusunan inventori. Bedanya pada langkah kelima,
yaitu pelaksanaan uji coba dalam kuesioner bukanlah untuk menguji validitas butir
pertanyaan secara statistik, melainkan untukmengetahui kejelasan petunjuk pengerjaan,
kekomunikatifan bahasa yang digunakan, dan jumlah waktu riil yang dibutuhkan untuk
menjawab semua pertanyaan secara baik.
4. Interview atau Wawancara
Interview atau wawancara adalah percakapan orang-perorang (the person–to- person) dan
wawancara kelompok (group interviews). Percakapan dilakukan dilakukanoleh kedua belah
pihak yaitu peneliti sebagai pewawancara dan sebagai informan (Ulfatin, 2014:189).
Wawancar yang dilakukan oleh peneliti digunakan untuk menilai keadaan seseorang,
misalnya untuk mencari data tentangvariabel latar belakang murid, orang tua, pendidikan,
perhatian, sikap terhadap sesuatu. Wawancara dalam penelitian dapat dilakukan secara
berentang mulai dari situasi formal sampai dengan informal, atau dari pertanyaan yang
terstruktur sampai dengan tidak terstruktur.
5. Observasi atau Pengamatan
Observasi adalah mengadakan pengamatan secara langsung, observasi dapatdilakukan
dengan tes, kuesioner, ragam gambar, dan rekaman suara. Pedoman observasiberisi sebuah
daftar jenis kegiatan yang mungkin timbul dan akan diamati. Pedomanobservasi atau
pengamatan diperlukan terutama jika peneliti menerapkan pengamatanterfokus dalam proses
pengumpulan data. Dalam pengamatan terfokus penelitimemusatkan perhatiannya hanya
pada beberapa aspek perilaku atau fenomena yangmenjadi objek sasarannya. Penyusunan
pedoman pengamatan yang perlu dilakukan diantaranya :
1)menetapkan objek yang akan diamati;
2) merumuskan definisi operasional mengenaiobjek yang akan diamati;
3) membuat deskripsi tentang objek yang akan diamati;
4) membuat dan menyusun butir-butir pertanyaan singkat tentang indikator dari objek yang
diamati;
5) melakukan uji coba; dan
6) menyempurnakan dan menata butir-butipertanyaan ke dalam satu kesatuan yang utuh dan
sistematis. Namun untuk uji coba bukanlah untuk menguji kevalidan butir pertanyaan dengan
menggunakan teknik analisis statistik, melainkan untuk mengetahui kejelasan rumusan
masalah pertanyaan yang ditunjukkan dengan adanya kesamaan penafsiran oleh pengamat
terhadap objek yangsama.
6. Skala Bertingkat
Rating atau skala bertingkat adalah suatu ukuran subyektif yang dibuat berskala. Walaupun
skala bertingkat ini menghasilkan data yang kasar, tetapi cukup memberikan informasi
tertentu tentang program atau orang. Instrumen ini dapat dengan mudah memberikan
gambaran penampilan, terutama penampilan di dalam orang menjalankan tugas, yang
menunjukan frekuensi munculnya sifat-sifat. Di dalam menyusun skala, yang perlu
diperhatikan adalah bagaimana menentukan variabel skala. Apa yang ditanyakan harus apa
yang dapat diamati responden.
7. Dokumentasi dan Data Sekunder
Dokumentasi, dari asal kata dokumen, yang artinya barang-barang tertulis. Didalam
melaksanakan metode dokumentasi, penelitian menyelidiki hal-hal berupatranskip, catatan,
buku, surat, prasasti, notulen rapat, agenda, arsip, jurnal, video dan sebagainya.
Penggolongan dokumen dan data sekunder menurut Johnson dan Christensen (2004)
diantaranya:
Dokumen resmi, yaitu bahan atau catatan yang dibuat atau disusun secara formalbaik untuk
kepentingan dan keperluan internal maupun eksternal kelembagaan.
Dokumen pribadi, yaitu catatan atau bahan yang ditulis atau dibuat olehseseorang yang
menggambarkan pengalaman, peristiwa, dan atau perasaanseseorang individu atau pribadi.
Yang termasuk dokumen pribadi contohnyabuku harian, surat pribadi, riwayat hidup,
foto/video pribadi, dan sebagainya.
Data fisik, dalam hal ini termasuk di dalamnya tempat-tempat dan benda fisikyang
diperuntukkan sebagai alat untuk menelusuri bermacam-macam aktivitas.Misalnya
perpustakaan, museum, papan pengumuman dan yang lain.
Data penyelidikan yang di simpan, yaitu data hasil penelitian yang dapatdigunakan untuk
penelitian berikutnya. Data hasil penelitian ini biasanyadisimpan dalam bentuk printout atau
floppy disk atau CD-ROM.

Jumlah instrumen penelitian tergantung pada jumlah variabel penelitian yang telah ditetapkan
untuk diteliti. Misalnya akan meneliti tentang “Pengaruh Kepemimpinan dan Iklim Kerja
Lembaga Terhadap Produktivitas Kerja Pegawai”. Dalam hal ini ada tiga instrumen yang
perlu dibuat, yaitu :
1. Instrumen untuk mengukur kepemimpinan.
2. Instrumen untuk mengukur iklim kerja.
3. Instrumen untuk mengukur produktivitas kerja pegawai.
C. CARA MENYUSUN INSTRUMEN PENELITIAN
1. Penggunaan Instrumen pada Jenis Penelitian dan Cara Menyusun Instrumen
a. Penelitian Kuantitatif
Penelitian kuantitatif dalam mengambil data menggunakan instrumen yang berupa :
a) Instrumen Tes dan InventoriTes dan iventori digunakan untuk pengambilan data penelitian
kuantitatif karenainstrumen tes untuk mengukur kemampuan seseorang dalam bidang
tertentu, sepertibakat matematika, bakat musik, kemampuan bahasa dan sebagainya.
Sedangkaninventori untuk mengetahui karakteristik (psikologis) tertentu dari individu.
b. Penelitian Kualitatif
Menurut (Ulfatin, 2014:188) penelitian kualitatif dalam pengumpulan datanya, instrumen
yang dapat digunakan antara lain:
a) Instrumen Wawancara Instrumen wawancara digunakan dalam penelitian kualitatif karena
dapat mengungkap informasi lintas waktu, yaitu berkaitan dengan dengan masa lampau, masa
sekarang, dan masa yang akan datang. Dan data yang dihasilkan dari wawancara bersifat
terbuka, menyeluruh, dan tidak terbatas, sehingga mampu membentuk informasi yang utuh
dan menyuluruh dalam mengungkap penelitian kualitatif.
b) Instrumen Observasi atau Pengamatan Instrumen observasi digunakan dalam penelitian
kualitatif sebagai pelengkap dari teknik wawancara yang telah dilakukan. Observasi dalam
penelitian kualitatis digunakan untuk melihat dan mengamati secara langsung objek
penelitian, sehingga peneliti mampu mencatat dan menghimpun data yang diperlukan untuk
mengungkap penelitian yang dilakukan. Observasi dalam penelitian kualitatif peneliti harus
memahami terlebih dahulu variasi pengamatan dan peran-peran yangdilakukan peneliti.
c) Instrumen Dokumen Dokumen dalam penelitian kualitatif digunakan sebagai penyempurna
dari data wawancara dan observasi yang telah dilakukan. Dokumen dalam penelitian
kualitatif dapat berupa tulisan, gambar, atau karya monumental dari obyek yang diteliti.

2. Karakteristik Instrumen Pengembangan


Penelitian pengembangan dalam menentukan kelayakan dan keefektifan produkatau alat yang
dikembangkan, instrumen yang digunakan yaitu instrumen angket atau kuesoner. Angket
yang dikembangkan dalam penelitian pengembangan terbagi menjadi 3 yaitu, angket ahli
media, ahli materi, dan uji coba kelompok kecil dan besar. Angket ini berupa penilaian yang
menggunakan penskoran setiap item soal yang dibuat.

3. Langkah-Langkah Penyusunan Instrumen Penelitian


Langkah-langkah yang ditempuh dalam menyusun sebuah instrumen penelitianmenurut
(Margono, 1997) diantaranya. :
a) Analisis variabel penelitian yakni mengkaji variabel menjadi subpenelitiansejelas-jelasnya,
sehingga indikator tersebut bisa diukur dan menghasilkan datayang diinginkan peneliti.
b) Menetapkan jenis instrumen yang digunakan untuk mengukur variabel atausubvariabel dan
indikator-indikatornya.
c) Peneliti menyusun kisi-kisi atau lay out instrumen. Kisi-kisi ini berisi lingkup materi
pertanyaan, abilitas yang diukur, jenis pertanyaan, banyak pertanyaan, waktu yang
dibutuhkan. Abilitas dimaksudkan adalah kemampuan yang diharapkan dari subjek yang
diteliti, misalnya kalau diukur prestasi belajar, maka abilitas prestasi tersebut dilihat dari
kemampuan subjek dalam hal pengenalan, pemahaman, aplikasi analisis, sintesis, dan
evaluasi.
d) Peneliti menyusun Item atau pertanyaan sesuai dengan jenis instrumen dan jumlah yang
telah ditetapkn dalam kisi-kisi. Jumlah pertanyaan bisa dibuat dari yang telah ditetapkan
sebagai item cadangan. Setiap item yang dibuat peneliti harus sudah punya gambaran
jawaban yang diharapkan. Artinya, prakiraan jawaban yang betul atau diinginkan harus
dibuat peneliti.
e) Instrumen yang sudah dibuat sebaiknya diuji coba digunakan untuk revisi intrumen,
misalnya membuang instrumen yang tidak perlu, menggantinya dengan Item yang baru, atau
perbaikan isi dan redaksi/bahasanya. Bagaimana uji coba validitas dan reliabilitas akan
dibahas lebih lanjut.

D. VALIDITAS DAN RELIABILITAS INSTRUMEN


Kriteria Instrumen Penelitian yang Baik
Kriteria pokok yang harus dipenuhi oleh suatu instrumen penelitian agar dapatdinyatakan
memiliki kualitas yang baik yaitu validitas, reliabilitas, dan praktik abilitas (Groun & Linn,
dalam Ibnu, Suhadi, dkk 2003:73). Sedangkan menurut Ibnu Hadjar (1996:160), kualitas
instrumen ditentukan oleh dua kriteria utama: validitas dan reliabilitas. Validitas suatu
instrumen menurutnya menunjukkan seberapa jauh ia dapat mengukur apa yang hendak
diukur. Sedangkan reliabilitas menunjukkan tingkat konsistensi dan akurasi hasil pengukuran.
Menurut Suryabrata (2008:60) mengemukakan bahwa validitas instrument didefinisikan
sebagai sejauh mana instrumen itu merekam/mengukur apa yang dimaksudkan untuk
direkam/diukur. Sedangkan reliabilitas instrumen merujuk kepada konsistensi hasil
perekaman data (pengukuran) kalau instrumen itu digunakan oleh orang atau kelompok orang
yang sama dalam waktu berlainan, atau kalau instrumen itu digunakan oleh orang atau
kelompok orang yang berbeda dalam waktu yang sama ataudalam waktu yang berlainan.
Menurut Bungin (2005:96-97) Validitas alat ukur adalah akurasi alat ukur terhadap yang
diukur walaupun dilakukan berkali-kali dan dimana-mana. Sedangkan reliabilitas alat ukur
menurutnya adalah kesesuaian alat ukur dengan yang diukur, sehingga alat ukur itu dapat
dipercaya atau dapat diandalkan. Misalnya, menimbang beras dengan timbangan beras,
mengukur panjang kain dengan meter, dan sebagainya.
Data penyelidikan yang di simpan, yaitu data hasil penelitian yang dapat digunakan untuk
penelitian berikutnya. Data hasil penelitian ini biasanya disimpan dalam bentuk printout atau
floppy disk atau CD-ROM.
Kriteria Instrumen Penelitian yang Baik
Kriteria pokok yang harus dipenuhi oleh suatu instrumen penelitian agar dapatdinyatakan
memiliki kualitas yang baik yaitu validitas, reliabilitas, dan praktikabilitas (Groun & Linn,
dalam Ibnu, Suhadi, dkk 2003:73). Sedangkan menurut Ibnu Hadjar (1996:160), kualitas
instrumen ditentukan olehdua kriteria utama: validitas dan reliabilitas. Validitas suatu
instrumen menurutnya menunjukkan seberapa jauh ia dapat mengukur apa yang hendak
diukur. Sedangkan reliabilitas menunjukkan tingkat konsistensi dan akurasi hasil pengukuran.
Menurut Suryabrata (2008:60) mengemukakan bahwa validitas instrumen didefinisikan
sebagai sejauh mana instrumen itu merekam/mengukur apa yangdimaksudkan untuk
direkam/diukur. Sedangkan reliabilitas instrumen merujuk kepada konsistensi hasil
perekaman data (pengukuran) kalau instrumen itu digunakan oleh orang atau kelompok orang
yang sama dalam waktu berlainan, atau kalau instrumen itu digunakan oleh orang atau
kelompok orang yang berbeda dalam waktu yang sama ataudalam waktu yang berlainan.
Menurut Bungin (2005:96-97) Validitas alat ukur adalah akurasi alat ukur terhadap yang
diukur walaupun dilakukan berkali-kali dan dimana-mana. Sedangkan reliabilitas alat ukur
menurutnya adalah kesesuaian alat ukur dengan yang diukur, sehingga alat ukur itu dapat
dipercaya atau dapat diandalkan. Misalnya, menimbangberas dengan timbangan beras,
mengukur panjang kain dengan meter, dan sebagainya.

E. PENGUJIAN VALIDITAS DAN RELIABILITAS INSTRUMEN


1. Pengujian Validitas Instrumen
Ada tiga jenis pengujian validitas instrumen menurut (Sugiyono: 2010), yaitu:
(a) pengujian validitas konstruk,
(b) pengujian validitas isi, dan
(c) pengujian validita seksternal.
a) Pengujian Validitas konstruk Instrumen yang mempunyai validitas konstruk jika instrumen
tersebut dapat digunakan untuk mengukur gejala sesuai dengan dengan yang didefinisikan.
Misalnya akan mengukur efektivitas kerja, maka perlu didefinisikan terlebih dahulu apa itu
efektivitas kerja. Setelah itu disiapkan instrumen yang digunakan untuk mengukur efektivitas
kerja sesuai dengan definisi. Untuk menguji validitas konstruk, maka dapat digunakan
pendapat ahli. Setelah instrumen dikonstruksikan tentang aspek-aspek yang akan diukur,
dengan berlandaskan teori tertentu, maka selanjutnya dikonsultasikan dengan ahli. Para ahli
diminta pendapatnya tentang instrumen yang telah disusun itu. Jumlah tenaga ahli yang
digunakan minimal tiga orang, dan umumnya mereka telah bergelar doktor sesuai dengan
lingkup yang diteliti. Setelah pengujian konstruk dengan ahli, maka diteruskan dengan uji
coba instrumen. Setelah data ditabulasi, maka pengujian validitas konstruk dilakukan dengan
analisis faktor, yaitu dengan mengkorelasikan antar skor Item instrument.
b) Pengujian Validitas IsiInstrumen yang harus memiliki validitas isi adalah instrumen yang
digunakan untuk mengukur prestasi belajar dan mengukur efektivitas pelaksanaan program
dan tujuan. Untuk menyusun instrumen prestasi belajar yang mempunyai validitas isi, maka
instrumen harus disusun berdasarkan materi pelajaran yang telah diajarkan. Sedangkan
instrumen yang digunakan untuk mengetahui pelaksanaan program, maka instrumen disusun
berdasarkan program yang telah direncanakan. Untuk instrumen yang berbentuk tes, maka
pengujian validitas isi dapat dilakukan dengan membandingkan antara isi instrumen dengan
materi pelajaran yang telah diajarkan. Jika dosen memberikan ujian di luar pelajaran yang
telah ditetapkan, berarti instrumen ujian tersebut tidak mempunyai validitas isi. Secara teknis,
pengujian validitas konstruksi dan validitas isi dapat dibantu dengan menggunakan kisi-kisi
instrumen. Dalam kisi-kisi itu terdapat variabel yang diteliti, indikator sebagai tolok ukur,
dan nomor butir (item) pertanyaan atau pernyataan. yang telah dijabarkan dari indikator.
Dengan kisi-kisi instrumen itu, maka pengujianvaliditas dapat dilakukan dengan mudah dan
sistematis.
c) Pengujian Validitas Eksternal Validitas eksternal instrumen diuji dengan cara
membandingkan (untuk mencari kesamaan) antara kriteria yang ada pada instrumen dengan
fakta-fakta empiris yangterjadi di lapangan. Misalnya instrumen untuk mengukur kinerja
sekelompok pegawai. Maka kriteria kinerja pada instrumen tersebut dibandingkan dengan
catatan-catatan dilapangan (empiris) tentang kinerja yang baik. Bila telah terdapat kesamaan
antara kriteria dalam instrumen dengan fakta di lapangan, maka dapat dinyatakan instrumen
tersebut mempunyai Validitas eksternal yang tinggi.
2. Pengujian Reliabilitas Instrumen
Pengujian reliabilitas instrumen menurut Sugiyono (2010:354) dapat dilakukan secara
eksternal dan internal. Secara eksternal, pengujian dilakukan dengan test–retest (stability),
equivalent, dan gabungan keduanya. Secara internal pengujian dilakukandengan menganalisis
konsistensi butir-butir yang ada pada instrumen dengan teknik-teknik tertentu.
a) Test retest Instrumen penelitian dicobakan beberapa kali pada responden yang sama
dengan instrumen yang sama dengan waktu yang berbeda. Reliabilitas diukur dari koefisien
korelasi antara percobaan pertama dengan yang berikutnya. Bila koefisien korelasi positif dan
signifikan, maka instrumen tersebut sudah dinyatakan reliabel.
b) Ekuivalen Instrumen yang ekuivalen adalah pertanyaan yang secara bahasa berbeda, tetapi
maksudnya sama, misalnya, “berapa tahun pengalaman Anda bekerja di lembaga ini?”.
Pertanyaan tersebut ekuivalen dengan “tahun berapa Anda mulai bekerja di lembagaini?”.
Pengujian dengan cara ini cukup dilakukan sekali, tetapi instrumennya dua dan berbeda, pada
responden yang sama. Reliabilitas diukur dengan cara mengkorelasikan antara data instrumen
yang satu dengan instrumen yang dijadikan ekuivalennya. Bilakorelasi positif dan signifikan,
maka instrumen dapat dinyatakan reliabel.
c) Gabungan Pengujian dilakukan dengan cara mencobakan dua instrumen yang ekuivalen
beberapa kali ke responden yang sama. cara ini merupakan gabungan dari test-retest
(stability) dan ekuivalen. Reliabilitas instrumen dilakukan dengan mengkorelasikan
duainstrumen, setelah itu dikorelasikan pada pengujian kedua dan selanjutnya dikorelasikan
secara silang. Jika dengan dua kali pengujian dalam waktu yang berbeda, maka akan dapat
dianalisis keenam koefisien reliabilitas. Bila keenam koefisien korelasi itusemuanya positif
dan signifikan, maka dapat dinyatakan bahwa instrumen itu reliabel.
d) Konsistensi internal Pengujian reliabilitas dengan internal consistency, dilakukan dengan
cara mencobakan instrumen sekali saja, kemudian data yang diperoleh dianalisis dengan
teknik-teknik tertentu. Hasil analisis dapat digunakan untuk memprediksi reliabilitas
instrumen. Pengujian reliabilitas instrumen dapat dilakukan dengan teknik belah dua dari
Spearman Brown (Split half), KR20, KR21 dan Anova Hoyt.
3.Praktikabilitas
Syarat ketiga yang harus dipenuhi oleh instrumen untuk dapat dikatakan baikialah
kepraktisan dan keterpakaian (usability). Instrumen yang baik pertama-tama harus ekonomis
baik ditinjau dari sudut uang maupun waktu. Kedua, ia harus mudah dilaksanakan dan diberi
skor, dan yang terakhir, instrumen harus mampu menyediakan hasil yang dapat di
interpretasikan secara akurat serta dapat digunakan oleh pihak-pihak yang memerlukan.
F. PENGERTIAN SKALA PENGUKURAN DAN MACAM –
MACAM SKALA PENGUKURAN
Menurut Winarno (2013), pengukuran (measurement) adalah prosedur penetapan angka yang
mewakili kuantitas ciri (atribut) yang dimiliki oleh subjek dalam suatu populasi atau sampel.
Pengukuran merupakan aturan-aturan pemberian angka untuk berbagai objek sedemikian
rupa sehingga angka ini mewakili kualitas atribut.
Pengukuran yang baik harus mempunyai sifat isomorphism dengan realitas. Artinya bahwa
terdapat kesamaan yang dekat antara realitas yang diteliti dengan nilai yang diperoleh dari
pengukuran. Oleh karena itu, suatu instrumen pengukur dipandang baik apabila hasilnya
dapat merefleksikan secara tepat realitas dari fenomena yang hendak diukur.
Menurut Muhammad (2005), skala pengukuran adalah penentuan atau penetapan skala atas
suatu variabel berdasarkan jenis data yang melekat dalam variabel penelitian. Skala
pengukuran merupakan acuan atau pedoman untuk menentukan alat ukur demi memperoleh
hasil data kuantitatif. Misalnya alat ukur panjang adalah meter, berat adalah kg, ton, kuintal
dan sebagainya.

Komponen dan Proses Pengukuran


Tujuan pengukuran adalah menerjemahkan karakteristik data empiris ke dalam bentuk yang
dapat dianalisis oleh peneliti. Titik fokus pengukuran adalah pemberian angka terhadap data
empiris berdasarkan sejumlah aturan/prosedur tertentu. Prosedur ini dinamakan proses
pengukuran yaitu investigasi mengenai ciri-ciri yang mendasari kejadian empiris dan
memberi angka atas ciri-ciri tersebut.
Adapun komponen yang dibutuhkan dalam setiap pengukuran adalah sebagai berikut:
Kejadian empiris (empirical events). Kejadian empiris merupakan sejumlah ciri-ciri dari
objek, individu, atau kelompok yang dapat diamati.
Penggunaan angka (the use of number). Komponen ini digunakan untuk memberi arti bagi
ciri-ciri yang menjadi pusat perhatian peneliti. Spesifikasi tingkat pengukuran, kemudian,
diberikan dengan memberi arti bagi angka tersebut.
Sejumlah aturan pemetaan (set of mapping rules). Komponen ini merupakan pernyataan yang
menjelaskan arti angka terhadap kejadian empiris. Aturan-aturan ini menggambarkan dengan
gamblang ciri- ciri apa yang kita ukur. Aturan-aturan pemetaan disusun oleh peneliti untuk
tujuan studi.
Proses pengukuran dapat digambarkan sebagai sederet tahap yang saling berkaitan yaitu
sebagai berikut:
Mengisolasi kejadian empiris. Aktivitas ini merupakan konsekuensi langsung dari masalah
identifikasi dan formulasi. Intinya kejadian empiris dirangkum dalam bentuk
konsep/konstruksi yang berkaitan dengan masalah penelitian.
Mengembangkan konsep kepentingan. Yang dimaksud dengan konsep dalam hal ini adalah
abstraksi ide yang digeneralisasi dari fakta tertentu.
Mendefinisikan konsep secara konstitutif dan operasional. Definisi konstitutif mendefinisikan
konsep dengan konsep lain sehingga melandasi konsep berkepentingan. Jika suatu konsep
telah didefinisikan secara konstitutif dan benar, berarti konsep tersebut telah siap untuk
dibedakan dengan konsep lain.
Pada dasarnya skala pengukuran dapat digunakan dalam berbagai bidang. Dengan
menentukan skala pengukuran, maka nilai variabel yang diukur dengan instrumen tertentu
dalam bentuk angka, sehingga akan lebih akurat, efisien dan komunikatif. Sebagai contoh,
berat emas 19 gram, berat besi 100 kg, suhu badan orang yang sehat 37 derajat Celsius, IQ
seseorang 150

Skala Pengukuran dalam Penelitian


Terdapat berbagai skala pengukuran yang biasa dipergunakan dalam penelitian Administrasi,
Pendidikan, Ekonomi, Bisnis ataupun Sosial, antara lain adalah sebagai berikut:
a. Skala Likert
Menurut Djaali dan Muljono (2007), skala likert adalah skala yang dapat dipergunakan untuk
mengukur sikap, pendapat, dan persepsi seseorang atau sekelompok orang tentang suatu
gejala atau fenomena sosial. Dengan menggunakan skala likert, maka variabel yang akan
diukur dijabarkan menjadi dimensi, dimensi dijabarkan menjadi sub variabel kemudian sub
variabel dijabarkan menjadi indikator-indikator yang dapat diukur.
Indikator-indikator yang terukur ini dapat dijadikan titik tolak untuk membuat item instrumen
yang berupa pertanyaan atau pernyataan yang perlu dijawab oleh responden. Setiap jawaban
dihubungkan dengan bentuk pernyataan atau dukungan sikap yang diungkapkan dengan kata-
kata. Jawaban setiap item instrumen yang menggunakan skala Likert mempunyai gradasi dari
sangat positif sampai sangat negatif.
d. Skala Rating
Skala model rating scale, responden tidak akan menjawab salah satu dari jawaban kualitatif
yang telah disediakan, tetapi menjawab salah satu jawaban kuantitatif yang tersedia. Dengan
demikian skala rating lebih luwes, fleksibel dan tidak terbatas dalam mengukur sikap saja,
namun untuk mengukur persepsi atau penilaian responden terhadap sebuah fenomena
lainnya. Seperti skala untuk mengukur status sosial ekonomi, kelembagaan, pengetahuan,
kemampuan, proses kegiatan dan lain-lain.
Dengan skala rating, data mentah yang didapatkan berbentuk angka, selanjutnya ditafsirkan
dalam pemahaman kualitatif. Jawaban responden senang atau tidak senang, setuju atau tidak
setuju, pernah atau tidak pernah. Yang penting bagi penyusun instrumen dengan rating scale
adalah harus dapat mengartikan setiap angka yang diberikan pada alternatif jawaban pada
setiap item instrumen. Orang tertentu memilih jawaban angka 2, tetapi angka 2 oleh orang
tertentu belum tentu sama maknanya dengan orang lain yang juga memilih jawaban dengan
angka 2.

TEKNIK PENGUMPULAN DATA

2.1 Posisi Pengumpulan Data


A.Tujuan Pengumpulan Data
Pengumpulan data merupakan kegiatan yang banyak dilakukan dalam kehidupan sehari-
hari. Sebagai contoh, ini akan membeli sebuah pesawat televisi baru di sebuah toko. Ada dua
jenis data yang dibutuhkan yaitu, harga pesawat televisi dan jumlah uang yang tersedia.
Bahkan jika orang tersebut hati-hati tentu akan mengumpulkan data lain seperti, harga
pesawat sejenis di toko lain bahkan mungkin harga barang lain yang diperlukan yang
mungkin lebih penting manfaatnya dari pesawat TV. Jadi, orang tersebut punya data-data
untuk membantu dalam pengambilan keputusannya. Secara umum tujuan pengumpulan data
adalah:
Membantu dalam setiap pengambilan keputusan yang lebih baik .
Membantu melihat kemajuan dari kegiatan tertentu.
Pengumpulan data dalam audit kinerja adalah untuk memperoleh bukti audit untuk
mendukung temuan audit.
Dalam proses pengumpulan dan pengolahan data pada audit kinerja dibedakan antara:
bukti audit, bukti, informasi dan data. Istilah-istilah tersebut memiliki pengertian sebagai
berikut:
Data dalah kumpulan bahan keterangan yang dapat berwujud angka dan tidak berwujud
angka.
Informasi adalah data yang sudah diolah.
Bukti adalah segala informasi yang digunakan oleh auditor untuk menentukan apakah
informasi terukur yang diauditnya memang sesuai dengan kriteria (tolok ukur) yang
ditetapkan.
Bukti audit adalah bukti-bukti yang dikumpulkan auditor selama audit berlangsung untuk
mendukung simpulan audit.
Simpulan audit dan rekomendasi audit sangat tergantung kepada bukti-bukti audit yang
didapat.Bukti-bukti tersebut hams memenuhi sifat, kualitas dan jumlah yang memadai, agar
simpulan yang dibuat berdasarkan bukti-bukti tersebut valid. Bukti yang cukup, kompeten,
dan relevan harus diperoleh untuk rnenjadi dasar yang memadai bagi temuan dan simpulan
auditor.
Suatu catatan mengenai pekerjaan auditor harus dibuat dalam bentuk kertas kerja audit.
Kertas kerja audit harus memuat informasi yang cukup untuk memungkinkan auditor
memastikan bahwa dari kertas kerja audit tersebut diperoleh bukti yang mendukung simpulan
dan penilaian audit. Hal tersebut disyaratkan dalam standar audit kinerja.

B.Perencanaan Pengumpulan Data


Perencanaan kegiatan pengumpulan data serta aspek-aspek yang terdapat di dalamnya
perlu dipahami secara baik. Setiap pengumpulan bukti haruslah direncanakan menurut
tujuannya secara beraturan. Namun, dalam kenyataannya tidak dapat dihindarkan adanya
tumpang tindih dan saling terkaitnya diantara tahap-tahap kegiatan. Adanya saling
ketergantungan antara satu kegiatan dengan kegiatan lainnya, menuntut kegiatan-kegiatan
tersebut dilakukan secara bersamaan.
Dengan kata lain, pengumpulan bukti audit mencakup langkah-langkah berikut:
1. Menentukan tujuan kegiatan yang terdiri dari kegiatan (APA):
Tujuan pengumpulan data
Ruang lingkup pengumpulan data
Buat narasi dan tabel yang merupakan simpulan perencanaan kegiatan.
Pada Kegiatan Audit Kinerja, tahap-tahap perencanaan di atas ditetapkan dalam program
kerja audit.
2.Melakasanakan pengumpulan bukti sesuai prosedur audit yang telah ditetapkan.
3. Menganalisa bukti-bukti yang dikumpulkan dan membandingkan dengan informasi lain
yang ada (BAGAIMANA).
4.Memutuskan apakah masih perlu untuk mengumpulkan bukti-bukti lebih banyak lagi,
apakah bukti-bukti telah cukup dan memadai untuk mengukur kinerja (KAPAN DAN
DIMANA).

C.Proses Pengumpulan Data


Dalam audit kinerja yang meliputi beberapa tahap mulai dari tahap memahami informasi
kinerja klien, perencanaan, survai pendahuluan, tahap pekerjaan lapangan, laporan audit, dan
tindak lanjut.
Di semua tahap itu diperlukan data-data pendukung yang perlu dikumpulkan dari berbagai
sumber untuk dianalisa. Untuk mempermudah pengumpulan data auditor perlu memahami
sumber data itu berasal.

Sumber Data
Sumber data merupakan faktor penting yang menjadi pertimbangan dalam penentuan
metode pengumpulan data. Sumber data pada dasarnya terdiri dari Data Primer dan Data
Sekunder.Data Primer adalah sumber data yang diperoleh secara langsung dari sumber
aslinya (tidak melalui perantara). Data primer dapat berupa opini/persepsi orang secara
individual dan kelompok serta hasil observasi terhadap suatu benda atau kegiatan.
Ada dua metode yang dapat digunakan untuk mengumpulkan data primer, yaitu:
Metode survai dan
Metode observasi.
Data Sekunder merupakan sumber data yang diperoleh secara tidak langsung melalui
media perantara (dicatat oleh orang lain). Data sekunder umumnya berupa bukti, catatan yang
disimpan (data dokumenter) yang dipublikasikan dan tidak dipublikasikan. Metode yang
umum digunakan untuk mengumpulkan data sekunder adalah melalui reviu dokumen ataupun
penelitian arsip.
Data sekunder bisa berupa data internal maupun eksternal perusahaan. Data yang
bersumber dari internal dapat berupa ketentuan, kebijakan, data yang dihasilkan oleh sistem
informasi yang diterapkan oleh perusahaan. Data dari hasil sistem informasi adalah data yang
telah tersedia dalam bentuk dokumen seperti Laporan keuangan tahunan/triwulan/bulanan,
RKAP, RJPP, kebijakan direksi dan Iain-Iain. Data dari sumber eksternal berupa dokumen
yang diterbitkan oleh pihak eksternal dan hasil
kuesioner/wawancara yang diajukan oleh auditor kepada pihak eksternal perusahaan.
Disamping sumber data, jenis data juga dipertimbangkan dalam penentuan metode
pengumpulan data.

Dari jenisnya, data yang menjadi bukti audit dapat dibedakan menjadi bukti fisik,
dokumenter, dan kesaksian (testimonial).
a. Bukti fisik adalah bukti yang berasal dari data yang berupa objek atau benda-benda
fisik,yaitu:
Bukti-bukti audit yang berupa foto yang dibuat oleh auditor dianggap sebagai bukti
audit yang lebih meyakinkan daripada penjelasan tertulis.
Apabila pengamatan terhadap kondisi-kondisi fisik akan sangat mempengaruhi
pencapaian tujuan audit, maka bukti-bukti audit harus bisa dikonfirmasikan. Hal ini
bisa dilakukan dengan melakukan pengamatan oleh dua orang auditor, dan apabila
mungkin didampingi oleh wakil dari auditan.
Pembicaraan melalui telepon yang direkam dengan persetujuan pembicara dapat
dimasukkan ke dalam kelompok bukti fisik.
b. Bukti dokumen adalah bukti yang berasal dari data yang memuat apa, kapan, serta siapa
yang terlibat dalam suatu kejadian, yaitu:
1)Bukti-bukti audit berupa dokumen, baik dalam bentuk foto maupun elektronik yang dibuat
oleh auditan adalah bentuk bukti-bukti audit yang paling umum. Bukti-bukti audit, dapat
berasal dari dalam atau luar auditan.
2)Bukti-bukti audit berupa dokumen yang berasal dari luar, bisa berupa surat atau
memorandum yang diterima oleh entitas, seperti faktur-faktur, kontrak-kontrak, laporan-
laporan audit dan laporan-laporan lainnya yang berasal dari pihak ketiga.
3) Bukti-bukti audit berupa dokumen yang berasal dari dalam, dapat berupa catatan-catatan
akuntansi, salinan surat-surat keluar, uraian kerja {Job descriptions), rencana-rencana kerja,
anggaran, laporan audit oleh Satuan Auditor Intern, kebijaksanaan-kebijaksanaan dan
prosedur-prosedur yang ada, dan sebagainya.
c. Bukti Subjek atau Testimonial adalah bukti yang datanya berupa opini, sikap, pengalaman,
dari seseorang ataupun kelompok yang menjadi subjek.
Bukti Subjek bisa diperoleh dari pernyataan-pernyataan yang biasanya sebagai jawaban atas
ertanyaan-pertanyaan atau interviu. Pernyataan-pernyataan tersebut bisa berasal dari pegawai
auditan, para ahli, konsultan dan pihak-pihak lain yang dihubungi untuk memberikan bukti-
bukti audit tersebut. Konfirmasi terhadap bukti-bukti kesaksian sangat diperlukan, antara lain
dengan:
1)Menentukan pernyataan tertulis dari orang yang diwawancarai.
2)Menilai bukti audit yang sama oleh sumber-sumber atau orang-orang yang berbeda.
3)Melakukan cek ulang terhadap catatan-catatan yang ada.

Metode Pengumpulan Data


Metode pengumpulan data sebagaimana telah dikemukakan di atas dapat dijelaskan
sebagai berikut:

a.Reviu Dokumen
Metode ini banyak digunakan dalam tahap-tahap Audit Kinerja. Hasil reviu dokumen
diharapkan dapat memberikan gambaran sejauh mana suatu kondisi atau fakta dalam
perusahaan memenuhi kriteria yang ada. Beberapa kriteria dapat langsung terpenuhi dari ada
atau tidaknya suatu dokumen, namun ada beberapa kriteria yang hanya dapat terpenuhi
melalui analisa lebih lanjut.Untuk topik yang belum/tidak terdukung oleh dokumen karena
ketiadaan dokumen atau ketidakcukupan dokumen harus dilakukan teknik lain misal
kuesioner, wawancara, atau observasi.

b.Survai melalui Kuesioner


Metode survai observasi seperti yang disebutkan sebelumnya adalah metode pengumpulan
data primer yang diperoleh secara langsung dari sumber asli. Metode survai merupakan
metode yang menggunakan pertanyaan lisan dan tertulis, Metode tertulis mengunakan
kuesioner sebagai alat bantunya. Kuesioner adalah seperangkat pertanyaan/pernyataan yang
telah disusun sebelumnya. Kuesioner bertujuan mengumpulkan informasi guna menjawab
kriteria-kriteria yang telah ditetapkan. Kuesioner merupakan mekanisme pengumpulan data
yang efisien apabila auditor mengetahui dengan tepat variabel atau data penting apa yang
ingin di peroleh dan bagaimana cara mengukurnya. Namun demikian, meskipun perancangan
kuesioner telah disusun dengan sangat hati-hati, jelas dan tidak bias, kurangnya pengetahuan
responden mengenai permasalahan yang dipertanyakan akan sangat berpengaruh pada hasil
akhir kuesioner. Dengan memahami bahwa perancangan kuesioner merupakan hal yang kritis
dalam perolehan informasi, diharapkan kesalahan dalam perancangannya dapat diminimalisir.
Sehubungan dengan evaluasi Kinerja, kuesioner merupakan bagian dari metodologi evaluasi
kinerja yang dipakai mulai dari penilaian SPM (berupa check list) sampai penilaian capaian
kinerja. Adapun informasi yang ingin diperoleh melalui kuesioner adalah:
1)Informasi yang tidak dapat diperoleh melalui reviu dokumen ataupun observasi;
2)Pendalaman dan/atau validasi, serta uji silang dari informasi lain yang sudah diperoleh
sebelumnya.
Mempertimbangkan manfaat, kelebihan, dan kekurangan dari kuesioner, sangatlah penting
untuk memperhatikan langkah-langkah dalam penyusunan kuesioner sehingga tujuan
pengumpulan informasi dapat diperoleh semaksimal mungkin.

c.Wawancara
Wawancara merupakan teknik pengumpulan data dalam metode survai yang menggunakan
pertanyaan secara lisan kepada subjek pemeriksaan.
Teknik wawancara dilakukan jika memerlukan komunikasi atau hubungan dengan responden.
Data yang dikumpulkan umumnya berupa masalah tertentu yang bersifat kompleks, sensitif
atau kontrovesial, sehingga kemungkinan jika dilakukan dengan teknik kuesioner akan
kurang memperoleh tanggapan responden. Teknik wawancara dilakukan terutama untuk
responden yang tidak dapat membaca dan menulis, atau pertanyaan yang memerlukan
pernjelasan dari pewawancara atau memerlukan penerjemaahan. Hasil wawancara
selanjutnya dicatat oleh pewawancara sebagai data penelitan untuk bahan evaluasi.
Teknik wawancara dapat dilakukan dengan cara tatap muka atau melalui telepon.
Wawancara tatap muka dilakukan antara pewawancara yang mengajukan pertanyaan secara
lisan dengan responden yang menjawab pertanyaan secara lisan.
Teknik ini memungkinkan untuk mengajukan banyak pertanyaan dan memerlukan waktu
lebih lama dibandingkan dengan wawancara melalui telepon.
Pertanyaan peneliti dan jawabanjawaban dapat pula melalui telepon. Teknik ini dapat
mengatasi kelemahan wawancara tatap muka karena dapat mengumpulkan data dari
responden yang letak geografisnya terpencar dengan biaya relatif lebih murah dan diperoleh
dengan waktu yang relatif lebih cepat. Jumlah tenaga pengumpul data relatif lebih sedikit
dibandingkan dengan tenaga yang diperlukan dalam wawancara tatap muka. Namun
kelemahan yang paling utama dari metode ini adalah masalah validitas bukti apabila
responden berbohong.
d.Observasi
Metode pengumpulan data lainnya adalah observasi, yaitu proses pencatatan pola perilaku
subjek (orang), objek (benda) atau kejadian yang sistematis tanpa adanya pertanyaan atau
komunikasi dengan individu sebagai narasumber.
Kelebihan metode ini dibandingkan dengan metode survai bahwa data yang dikumpulkan
umumnya tidak terdistorsi, lebih akurat, dan menghasilkan data lebih rinci mengenai objek
tertentu.
Metode observasi, meskipun demikian, tidak bebas dari kesalahan-kesalahan. Pengamat
kemungkinan memberikan catatan tambahan yang bersifat subjektif, seperti halnya terjadinya
bias karena pengaruh peran wawancara dalam metode survai.

Teknik Pengumpulan Data dengan Metode Kuantitatif


Teknik atau metode pengumpulan data adalah bagian instrumen pengumpulan data yang
menentukan berhasil atau tidaknya suatu penelitian. Kesalahan menggunakan metode
pengumpulan data yang tidak digunakan semestinya, berakibat fatal terhadap hasil-hasil
penelitian yang dilakukan.

A.Metode Angket
Metode angket merupakan serangkaian atau daftar pertanyaan yang disusun secara
sistematis, kemudian dikirim untuk diisi responden. Bentuk umum sebuah angket terdiri dari
bagian pendahuluan berisikan petunjuk pengisian angket, bagian identitas berisikan identitas
responden seperti: nama, alamat, umur, pekerjaan, jenis kelamin, status pribadi dan
sebagainya, kemudian baru memasuki bagian isi angket. Dari bentuk isi inilah kemudian
angket dibedakan menjadi beberapa bentuk, seperti:

1.Angket Langsung Tertutup


Angket langsung tertutup adalah angket yang dirancang sedemikian rupa untuk merekam data
tentang keadaan yang dialami oleh responden sendiri, kemudian semua alternatif jawaban
yang harus dijawab responden telah tertera dalam angket tersebut.

2.Angket Langsung Terbuka


Angket langsung terbuka adalah daftar pertanyaan yang dibuat dengan sepenuhnya
memberikan kebebasan kepada responden untuk menjawab tentang keadaan yang dialami
sendiri, tanpa ada alternatif jawaban dari peneliti.

3.Angket Tak Langsung Tertutup


Bentuk angket tak langsung tertutup dikonstruksi dengan maksud untuk menggali atau
merekam data mengenai apa yang diketahui responden perihal objek dan subjek tertentu,
serta data tersebut tidak dimaksud perihal mengenai diri responden bersangkutan. Disamping
itu, alternatif jawaban telah disiapkan sehingga responden tinggal memilih jawaban mana
yang sesuai untuk dipilih.

4.Angket Tak Langsung Terbuka


Bentuk angket dikonstruksi dengan ciri-ciri yang sama dengan angket langsung terbuka, serta
disediakan kemungkinan atau alternatif jawaban sehingga, responden harus
memformulasikan sendiri jawaban yang dipandang sesuai.

B.Kelebihan Metode Angket


a.Metode angket hanya membutuhkan biaya yang relatif lebih murah.
b.Pengumulan data lebih mudah, terutama pada responden yang terpencar-pencar.
c.Pada penelitian dengan sampel diatas 1000, penggunaan metode ini sangatlah tepat.
d.Pelaksanaan dapat berlangsung serempak.
e. Metode ini membutuhkan waktu yang sedikit.
f.Kalaupun metode ini menggunakan petugas lapangan pengumpul data, hanya terbatas pada
fungsi menyebarkan dan menghimpun angket yang telah diisi atau dijawab oleh responden.

C.Kekurangan Metode Angket


a. Metode angket hanya dapat digunakan pada responden yang dapat baca tulis saja.
b.Formulasi angket membutuhkan kecermatan tinggi, sehingga betul-betul mampu mewakili
peneliti dalam pengumpulan data. Karena tuntutan yang demikian, menyusun formulasi
angket membutuhkan waktu yang lama, termasuk kebutuhan uji coba dan merevisi angket.
c.Penggunaan metode angket menyebabkan peneliti terlalu banyak bergantung atau
membutuhkan kerja sama dengan objek penelitian.
d.Kemungkinan pada kasus tertentu, akan terjadi salah menerjemahkan beberapa poin
pertanyaan, maka peneliti tidak dapat memperbaiki dengan cepat, akhirnya memengaruhi
jawaban responden.
e.Kadang kala orang disekitar responden ikut memengaruhinyapada saat pengisian angket,
hal ini menyebabkan jawaban tidak objektif.

f.Responden dapat menjawab seenaknya atau kadang kala bersifat main-main serta berdusta.

Metode Wawancara
Wawancara atau interview adalah sebuah proses memperoleh keterangan untuk tujuan
penelitian dengan cara tanya jawab sambil bertatap muka antara pewawancara dengan
responden atau orang yang diwawancarai, dengan atau tanpa menggunakan pedoman (guide)
wawancara. Inti dari metode wawancara yang selalu ada adalah:
a. Pewawancara. Adalah orang yang menggunakan metode wawancara sekaligus bertindak
sebagai pemimpin dalam proses wawancara tersebut.
b.Responden. Adalah orang yang diwawancarai, diminta informasi oleh pewawancara.
c.Materi wawancara. Adalah persoalan yang ditanyakan kepada responden, berkisar antara
masalah dan tujuan penelitian.
d.Pedoman wawancara. Adalah instrumen yang digunakan untuk memandu jalannya
wawancara.
Bentuk-bentuk wawancara
a. Wawancara Sistematik (terstruktur)
Wawancara sistematik adalah wawancara yang dilakukan dengan terlebih dahulu
pewawancara mempersiapkan pedoman (guide) tertulis tentang apa yang hendak ditanyakan
kepada responden. Fungsi pedoman wawancara adalah:
* Berfungsi membimbing alur wawancara terutama mengarah tentang hal-hal yang harus
ditanyakan.
* Dapat dihindari kemungkinan melupakan beberapa persoalan yang relevan dengan
permasalahan penelitian.
* Meningkatkan kredibilitas penelitian, karena secara ilmiah wawancara jenis ini dapat
meyakinkan orang lain tentang apa yang dilakukannya, karena dapat dipertanggung jawabkan
secara tertulis.
Dalam melakukan wawancara, selain harus membawa instrumen sebagai pedoman untuk
wawancara, maka pengumpul data juga dapat menggunakan alat bantu seperti tape recorder,
gambar, brosur dan material lain yang dapat membantu pelaksanaan wawancara berjalan
lancar.
b.Wawancara terarah dilaksanakan secara bebas, tetapi kebebasan ini tetap tidak terlepas dari
pokok permasalahan yang akan ditanyakan kepada responden dan telah dipersiapkan
sebelumnya oleh pewawancara. Namun yang jelas, metode wawancara terarah ini lebih
mudah dilakukan oleh pewawancara senior daripada digunakan pewawancara pemula.

Metode Observasi
Observasi atau pengamatan adalah kemampuan seseorang untuk menggunakan
pengamatannya melalui hasil kerja pancaindera mata serta dibantu dengan pancaindera
lainnya. Seseorang yang sedang melakukan pengamatan tidak selamanya menggunakan
pancaindera mata saja, tetapi selalu mengaitkan apa yang dilihatnya dengan apa yang
dihasilkan oleh pancaindera lainnya seperti: apa yang ia dengar, apa yang ia cicipi, apa yang
ia rasakan dari penciumannya bahkan apa yang ia rasakan dari sentuhan kulitnya.

Bentuk-bentuk Observasi
a.Observasi Langsung
Adalah pengamatan yang dilakukan secara langsung pada objek yang diobservasikan, dalam
arti bahwa pengamatan tidak menggunakan “media-media transparan”. Hal ini dimaksud
bahwa peneliti secara langsung melihat atau mengamati apa yang terjadi pada objek
penelitian

b.Observasi Berstruktur
Pada observasi berstruktur, peneliti telah mengetahui aspek atau aktivitas apa yang akan
diamati, yang relevan dengan masalah dan tujuan penelitian karena pada pengamatan, peneliti
telah lebih dulu mempersiapkan materi pengamatan dan instrument yang akan digunakan.

c. Observasi Tidak Berstruktur


Observasi ini dilakukan tanpa menggunakan guide observasi. Dengan demikian, pada
observasi ini, pengamat harus mampu secara pribadi mengembangkan daya pengamatannya
dalam mengamati suatu objek.

d.Observasi Eksperimental
Observasi yang dilakukan disaat peneliti sosial ingin menentukan gejala perbedaan diantara
dua kelompok yang berbeda dalam menerima atau menolak suatu gejala yang lain

e Observasi Partisipasi
Observasi yang dimaksud adalah pengumpulan data melalui observasi terhadap suatu objek
pengamatan dengan langsung hidup bersama, merasakan serta berada dalam sirkulasi
kehidupan objek pengamatan.

f.Observasi Non Partisipan


Dalam observasi partisipan peneliti terlibat langsung dengan aktivitas orang-orang yang
sedang diamati, maka dalam observasi nonpartisipan peneliti tidak terlibat dan hanya sebagai
pengamat independen.

g.Observasi Kelompok
Observasi ini dilakukan secara berkelompok terhadap suatu atau beberapa objek sekaligus.

Metode Dokumenter
Dokumentasi adalah data sekunder yang disimpan dalam bentuk dokumen atau file
(catatan konvensional maupun elektronik). Pada intinya, metode dokumenter adalah
metode yang digunakan untuk menelusuri data historis. Sebagaian besar data yang
tersedia adalah berbentuk surat-surat, catatan harian, kenang-kenangan, laporan dan
sebagainya. Sifat utama dari data ini tak terbatas pada ruang dan waktu sehingga memberi
peluang kepada peneliti untuk hal-hal yang telah silam. Kumpulan data bentuk tulisan ini
disebut dokumen dalam arti luas termasuk monument, artefak, foto, tape, mikrofilm, disc,
CD-Rom dan hard disk. Dokumenter dibagi menjadi dua, yaitu:

Dokumen Pribadi
Adalah catatan atau karangan seseorang secara tertulis tentang tindakan, pengalaman,
kepercayaannya. Dokumen pribadi dapat berupa buku harian, surat pribadi dan
autobiografi.

Dokumen Resmi
Dokumen resmi terbagi atas, dokumen intern dan ekstern. Dokumen intern dapat berupa
memo, pengumuman, instruksi, aturan lembaga untuk lapangan sendiri seperti risalah
atau laporan rapat, keputusan pemimpin kantor, konvensi dan sebagainya.

Metode Eksperimental
Eksperimentasi adalah suatu metode yang dipakai untuk mengetahui pengaruh dari suatu
media, alat atau kondisi yang sengaja diadakan terhadap suatu gejala sosial berupa
kegiatan dan tingkah laku seseorang ataupun kelompok individu. Eksistensi
eksperimentasi adalah menguji pengaruh dari media alat atau suatu kondisi terhadap suatu
gejala sosial.

Metode Tes
Biasanya metode tes (uji coba) yang digunakan dalam pengumpulan data untuk mengukur
ada atau tidaknya serta besarnya kemampuan dasar atau prestasi seseorang sebagai subjek
dalam penelitian. Misalnya, tes untuk megukur intelegensi (IQ), tes minat, tes bakat
khusus, tes sikap dan lain sebagainya.

1.Tes Buatan Sekolah


Tes buatan yang dilakukan oleh internal sekolah dengan prosedur tertentu.

2.Tes Terstandar
Tes yang telah tersedia di lembaga penyelenggara testing yang sudah dapat dipastikan
bahwa reliabilitas dan validitas instrumen pengukur data memiliki nilai yang tinggi.
Dalam pelaksanaannya, tes terstandar dilengakapi dengan petunjuk pelaksanaan, waktu,
bahan yang cukup.

Metode Penelusuran Data Online


Metode penelusuran data online yang dimaksud adalah tata cara melakukan penelusuran
data melalui media online, seperti internet atau media jaringan lainnya yang menyediakan
fasilitas online, sehingga memungkinkan peneliti dapat memanfaatkan data – informasi
online yang berupa data maupun infromasi teori, secepat atau semudah mungkin dan
dapat dipertanggungjawabkan secara akademis.

Metode Deskriptif
Adalah suatu metode dalam penelitian status kelompok manusia, suatu objek, suatu set

kondisi, suatu sistem pemikiran, ataupun suatu kelas peristiwa pada masa sekarang .
Langkah-langkah Umum dalam Metode Deskriptif
Adapun langkah-langkah umum yang sering diikuti dalam metode penelitian ini adalah
sebagai berikut:
1.Memilih dan merumuskan masalah yang menghendaki konsepsi ada kegunaan masalah
tersebut serta dapat diselidiki dengan sumber yang ada.
2. Menentukan tujuan dari penelitian yang akan dikerjakan. Tujuan dari penelitian harus
konsisten dengan rumusan dan definisih dari masalah.
3.Menelusuri sumber-sumber kepustakaan yang ada hubungannya dengan masalah yang ingin
dipecahkan.
4. Merumuskan hipotesis-hipotesis yang ingin diuji baik secara eksplisit maupun implisit.
5. Melakukan kerja lapangan untuk mengumpulkan data, gunakan teknik pengumpulan data
yang cocok untuk penelitian.
6. Membuat tabulasi serta analisis statistik dilakukan terhadap data yang telah dikumpulkan.
Kuranggi penggunaan statistik sampai kepada batas-batas yang dapat dikerjakan dengan unit-
unit pengukuran yang sepadan.
7. Memberikan interpretasi dari hasil dalam hubungannya dengan kondisi sosial yang ingin
diselidiki serta dari data yang diperoleh dan referensi khas terhadap masalah yang ingin
dipecahkan.

8. Mengadakan generalisasi serta deduksi dari penemuan serta hipotesis-hipotesis yang ingin
diuji. Berikan rekomendasi-rekomendasi untuk kebijakan yang dapat ditarik dari penelitian.
9.Membuat laporan penelitian dengan cara ilmiah.

Teknik Pengumpulan Data dengan Metode Kualitatif


Pengertian Teknik Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data adalah teknik atau cara-cara yang dapat digunakan oleh peneliti
untuk pengumpulan data. Teknik dalam menunjuk suatu kata yang abstrak dan tidak
diwujudkan dalam benda, tetapi hanya dapat dilihat penggunaannya melalui: angket,
wawancara, pengamatan, ujian (tes), dokumentasi, dan lain-lain. Peneliti dapat menggunakan
salah satu atau gabungan teknik tergantung dari masalah yang dihadapi atau yang diteliti.
Teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling utama dalam proses penelitian,
karena tujuan utama dari penelitian adalah mendapatkan data. Teknik pengumpulan data yang
diperlukan disini adalah teknik pengumpulan data mana yang paling tepat, sehingga benar-
benar didapat data yang valid dan reliable.
Secara sederhana, pengumpulan data diartikan sebagai proses atau kegiatan yang
dilakukan peneliti untuk mengungkap atau menjaring berbagai fenomena, informasi atau
kondisi lokasi penelitian sesuai dengan lingkup penelitian. Dalam prakteknya, pengumpulan
data ada yang dilaksanakan melalui pendekatan penelitian kuantitatif dan kualitatif. Dengan
kondisi tersebut, pengertian pengumpulan data diartikan juga sebagai proses yang
menggambarkan proses pengumpulan data yang dilaksanakan dalam penelitian kuantitatif
dan penelitian kualitatif.

Teknik Pengumpulan Data Kualitatif


Dalam metode penelitian kualitatif, lazimnya data dikumpulkan dengan beberapa
teknik pengumpulan data kualitatif, yaitu; 1). Wawancara, 2). Observasi, 3).
Dokumentasi, dan 4). Diskusi terfokus (Focus Group Discussion). Pada pendekatan
ini, peneliti membuat suatu gambaran kompleks, meneliti kata-kata, laporan terinci
dari pandangan responden, dan melakukan studi pada situasi yang alami (Creswell,
1998:15). Sebelum masing-masing teknik tersebut diuraikan secara rinci, perlu
ditegaskan di sini bahwa hal sangat penting yang harus dipahami oleh setiap peneliti
adalah alasan mengapa masing-masing teknik tersebut dipakai, untuk memperoleh
informasi apa, dan pada bagian fokus masalah mana yang memerlukan teknik
wawancara, mana yang memerlukan teknik observasi, mana yang harus kedua-duanya
dilakukan. Pilihan teknik sangat tergantung pada jenis informasi yang diperoleh

a. Wawancara
Wawancara ialah proses komunikasi atau interaksi untuk mengumpulkan informasi
dengan cara tanya jawab antara peneliti dengan informan atau subjek penelitian
(Emzir, 2010: 50). Dengan kemajuan teknologi informasi seperti saat ini, wawancara
bisa saja dilakukan tanpa tatap muka, yakni melalui media telekomunikasi. Pada
hakikatnya wawancara merupakan kegiatan untuk memperoleh informasi secara
mendalam tentang sebuah isu atau tema yang diangkat dalam penelitian. Atau,
merupakan proses pembuktian terhadap informasi atau keterangan yang telah
diperoleh lewat teknik yang lain sebelumnya.
Menurut Miles dan Huberman (1984) ada beberapa tahapan yang harus diperhatikan
dalam melakukan wawancara, yaitu:
The setting, peneliti perlu mengetahui kondisi lapangan penelitian yang sebenarnya
untuk membantu dalam merencanakan pengambilan data. Hal-hal yang perlu diketahui
untuk menunjang pelaksanaan pengambilan data meliputi tempat pengambilan data,
waktu dan lamanya wawancara, serta biaya yang dibutuhkan.
The actors, mendapatkan data tentang karakteristik calon partisipan. Di dalamnya
termasuk situasi yang lebih disukai partisipan, kalimat pembuka, pembicaraan
pendahuluan dan sikap peneliti dalam melakukan pendekatan.
The events, menyusun protokol wawancara.

Setidaknya, terdapat dua jenis wawancara, yakni: 1). Wawancara mendalam (in-depth
interview), di mana peneliti menggali informasi secara mendalam dengan cara terlibat
langsung dengan kehidupan informan dan bertanya jawab secara bebas tanpa pedoman
pertanyaan yang disiapkan sebelumnya sehingga suasananya hidup, dan dilakukan berkali-
kali. 2). Wawancara terarah (guided interview) di mana peneliti menanyakan kepada
informan hal-hal yang telah disiapkan sebelumnya. Berbeda dengan wawancara mendalam,
wawancara terarah memiliki kelemahan, yakni suasana tidak hidup, karena peneliti terikat
dengan pertanyaan yang telah disiapkan sebelumnya. Sering terjadi pewawancara atau
peneliti lebih memperhatikan daftar pertanyaan yang diajukan daripada bertatap muka dengan
informan, sehingga suasana terasa kaku
b.Observasi
Selain wawancara, observasi juga merupakan salah satu teknik pengumpulan data yang
sangat lazim dalam metode penelitian kualitatif. Observasi hakikatnya merupakan kegiatan
dengan menggunakan pancaindera, bisa penglihatan, penciuman, pendengaran, untuk
memperoleh informasi yang diperlukan untuk menjawab masalah penelitian. Hasil observasi
berupa aktivitas, kejadian, peristiwa, objek, kondisi atau suasana tertentu, dan perasaan emosi
seseorang.
Bungin (2007: 115-117) mengemukakan beberapa bentuk observasi, yaitu: 1). Observasi
partisipasi, 2). Observasi tidak terstruktur, dan 3). Observasi kelompok. Berikut
penjelasannya:
Observasi partisipasi adalah (participant observation) adalah metode pengumpulan data yang
digunakan untuk menghimpun data penelitian melalui pengamatan dan penginderaan di mana
peneliti terlibat dalam keseharian informan.
Observasi tidak terstruktur ialah pengamatan yang dilakukan tanpa menggunakan pedoman
observasi, sehingga peneliti mengembangkan pengamatannya berdasarkan perkembangan
yang terjadi di lapangan.
Observasi kelompok ialah pengamatan yang dilakukan oleh sekelompok tim peneliti
terhadap sebuah isu yang diangkat menjadi objek penelitian
c.Dokumen
Selain melalui wawancara dan observasi, informasi juga bisa diperoleh lewat fakta yang
tersimpan dalam bentuk surat, catatan harian, arsip foto, hasil rapat, cenderamata, jurnal
kegiatan dan sebagainya. Data berupa dokumen seperti ini bisa dipakai untuk menggali
infromasi yang terjadi di masa silam. Peneliti perlu memiliki kepekaan teoretik untuk
memaknai semua dokumen tersebut sehingga tidak sekadar barang yang tidak bermakna
(Faisal, 1990: 77).
d.Focus Group Discussion
Metode terakhir untuk mengumpulkan data ialah lewat Diskusi terpusat (Focus Group
Discussion), yaitu upaya menemukan makna sebuah isu oleh sekelompok orang lewat
diskusi untuk menghindari diri pemaknaan yang salah oleh seorang peneliti. Misalnya,
sekelompok peneliti mendiskusikan hasil UN 2011 di mana nilai rata-rata siswa pada
matapelajaran bahasa Indonesia rendah. Untuk menghindari pemaknaan secara subjektif oleh
seorang peneliti, maka dibentuk kelompok diskusi terdiri atas beberapa orang peneliti.
Dengan beberapa orang mengkaji sebuah isu diharapkan akan diperoleh hasil pemaknaan
yang lebih objektif.
“POSISI DAN JUMLAH ANALISIS DATA, ANALISIS DATA
KUALITATIS, ANALISIS DATA KUANTITATIF, ANALISIS DATA
KOMBINASI”
2.1 Posisi dan Jumlah Analisis Data
A. Pengertian Analisis Data
Analisis data adalah sebuah proses untuk mengelompokan, melihat
keterkaitan, membuat perbandingan, persamaan dan perbedaan atas data yang
telah siap untuk dipelajari, dan membuat model data dengan maksud untuk
menemukan informasi yang bermanfaat sehingga dapat memberikan petunjuk
untuk mengambil keputusan terhadap permasalahan dan/atau pertanyaan
penelitian yang diangkat.
Pengertian analisis data menurut para ahli:
1. Prof. Dr. Sugiyono
Prof. Dr. Sugiyono adalah salah satu dosen di Universitas Negeri Sebelas
Maret (UNS) dimana mengatakan bahwa analisis data merupakan proses yang
sulit untuk dilakukan karena dalam proses analisis data peneliti harus melakukan
kerja keras. Selain kerja keras, untuk melakukan analisis data, peneliti juga harus
memiliki wawasan yang luas serta cara pikir kreatif karena dalam menentukan
metode yang digunakan cukup tricky dan harus disesuaikan dengan data yang
dimiliki.
2. John Tukey
John Tukey merupakan seorang ahli Matematika yang berasal dari Amerika
Serikat. John Tukey juga salah satu ahli yang mengemukakan definisi dari teknik
analisis data. Menurut John Tukey, teknik analisis data adalah proses
menganalisis data termasuk menafsirkan data yang sudah dilakukan analisa.
Selain itu, analisis data juga termasuk teknik pengumpulan data karena proses
pengumpulan data juga menentukan seberapa akurat data yang akan digunakan.
3. Lexy J. Moleong & Taylor
Selain Sugiyono dan John Tukey, Lexy J. Moleong & Taylor juga
mengemukakan pendapatnya mengenai pengertian analisis data. Menurut Lexy J.
Moleong dalam bukunya yang berjudul Metode Penelitian Kualitatif, analisis data
merupakan kegiatan analisis dari hasil penelitian, dimana meliputi proses
memeriksa semua data dari instrumen penelitian, seperti catatan, dokumen,
rekaman, dll. Sedangkan menurut Taylor, analisis data merupakan proses yang
digunakan untuk menentukan tema dan juga merumuskan hipotesis.
4. Komaruddin
Selain para ahli lainnya, Komaruddin juga termasuk ahli yang menyampaikan
definisi dari analisis data. Menurut pendapat Komaruddin, analisis data
merupakan kegiatan yang meliputi proses berpikir untuk merinci dan
menguraikan suatu keseluruhan yang dijadikan komponen sehingga setiap
komponen lebih mudah untuk dimengerti, baik itu hubungan antar komponen,
serta fungsi dari masing-masing komponen ataupun fungsi secara keseluruhan.
B. Fungsi Analisis Data
Dalam suatu penelitian, tentu seseorang akan memerlukan apa itu analisis
data. Dengan kegiatan menganalsis sebuah data tersebut, seseorang akan dengan
mudah mengolah data menjadi sumber informasi baru yang akurat dan juga
terpercaya. Tak heran, apabila saat ini ada banyak orang yang memerlukan
penganalisisan data guna memperoleh penjelasan dari masalah-masalah tertentu.
1.Analisis data dapat berfungsi sebagai bahan evaluasi
2.Analisis data juga dapat digunakan untuk menanggapi sebuah masalah tertentu
3.Memecahkan permasalahan serta menentukan sebuah keputusan maupun
keputusan.
4.Data yang diperoleh dari hasil analisis juga bisa digunakan untuk acuan dalam
sebuah kegiatan yang diperlukan.
Hasil dari analisis yang dilakukan dalam sebuah data juga dapat dimanfaatkan
dalam sebuah kegiatan sebagai suatu perencanaan.
C. Jenis-Jenis Analisis Data
Di dalam sebuah penelitian, terdapat beberapa jenis analisis data. Kedua jenis
analisis tersebut adalah analisis kualitatif dan analisis kuantitatif. Di bawah ini
penjelasan mengenai kedua jenis analisis tersebut :
1. Kualitatif
Adalah analisis data yang diperoleh dengan proses sistematis. Yakni dengan
cara mencari dan mengolah berbagai data yang bersumber dari hasil pengamatan
lapangan, kajian dokumen, catatan lapangan, wawancara, dokumentasi, dan
lainnya sehingga dapat menghasilkan sebuah laporan temuan penelitian. Analisis
data ini sendiri dapat dilakukan dengan cara mengorganisir data dalam sebuah
kategori, melakukan sintesa, menjabarkan ke dalam unit-unit, menyusun ke dalam
pola, memilih mana yang penting dan mana yang akan dipelajari, kemudian
membuat kesimpulannya yang mudah dipahami oleh setiap orang.
2. Kuantitatif
Merupakan jenis analisis yang memakai alat dengan sifatnya yang kuantitatif.
Hal ini berarti sebuah analisis dilakukan dengan memakai model-model tertentu.
Layaknya model matematika, model ekonometrik, model statistik, dan lain
sebagainya. Kemudian, hasil dari jenis analisis yang satu ini nantinya akan
disajikan dalam bentuk angka-angka yang diinterpretasikan atau dijelaskan lewat
sebuah uraian. Dalam penelitian jenis ini sendiri, dapat diperoleh juga apa itu
analisis data. Yakni sebuah kegiatan yang dilakukan setelah data dari seluruh
sumber/responden lain terkumpul. Adapun kegiatan tersebut seperti:
Mengelompokkan data sesuai jenis dan variable dari responden
Mentabulasi data sesuai dari variable seluruh responden
Menyajikan data pada tiap variabel yang sudah diteliti
Menghitung data untuk menjawab rumusan masalah yang dibuat
Menghitung juga sebuah data agar hipotesis yang diajukan teruji.

2.2 Analisis Data Kuantitatif


Teknik analisis data kuantitatif ialah teknik yang mengolah atau mengelola
data-data bersifat angka-angka atau statistik. Pada teknik analisis data kuantitatif,
data-data yang digunakan ialah data-data angka atau data numerik yang dapat
dihitung secara tepat dengan perhitungan rumus statistik. Data-data kuantitatif
tersebut berupa survei, arsip data, peringkat, dan sebagainya.
Teknik analisis pada penelitian kuantitatif ada 2, yaitu analisis deskriptif dan
analisis inferensial. Penjelasannya ialah sebagai berikut.
Statistik Deskriptif
Analisis data deskriptif pada penelitian kuantitatif ialah analisis data dengan cara
menggambarkan atau mendeskripsikan data-data yang ditemukan secara apa
adanya. Deskripsi pada penelitian kuantitatif ialah menggambarkan data-data yang
berupa angka-angka dengan deskripsi berdasarkan data tersebut secara jelas.
Contoh penelitian mengenai analisis deskriptif kuantitatif ialah perhitungan data
atau jumlah profesi, dll.
Statistik Inferensial
Salah satu tugas statistik inferensial ialah menarik simpulan mengenai suatu
variabel yang diteliti berdasarkan data yang diperoleh untuk digeneralisasikan
pada populasi. Generalisasi pada penelitian kuantitatif ialah suatu cara
pengambilan simpulan terhadap kelompok individu yang lebih luas jumlahnya
berdasarkan data yang diperoleh dari sekelompok individu yang sedikit jumlahnya
(Winarsunu, 2006:11).
Pada statistik inferesial, bertujuan untuk menentukan sejauh mana data-data
penelitian tersebut mewakili atau merepresentasikan populasi. Statistik inferensial
tidak dapat dilakukan dengan cara menggunakan metode dan teknik yang sama
pada data yang berbeda. Penjelasannya ialah sebagai berikut.
Data nominal, menggunakan analisis kategori
Data ordinal, menggunakan non-parametrik
Data interval & rasio, menggunakan parametrik.

2.3 Analisis Data Kualitatif


Analisis data kualitatif yaitu analisis data yang berasal dari data-data yang
terjaring dari proses pengumpulan data, yaitu rekam & catat, tinjauan pustaka,
wawancara, serta partisipasi (Rohmadi & Nasucha, 2015:34).
Teknik analisis data kualitatif ialah teknik analisis yang berfokus pada data-
data yang bersifat kualitatif. Pada teknik analisis data kualitatif menganalisis atau
membahas mengenai konsep-konsep suatu permasalahan dan tidak disertai data-
data berupa angka-angka. Teknik analisis data pada penelitian kualitatif ada 3,
yaitu analisis konten, analisis wacana, dan analisis naratif. Penjelasannya ialah
sebagai berikut.
a. Analisis Konten/Isi (Content Analysis)
Analisis konten berasal dari komunikasi penelitian dan berpotensi menjadi
salah satu yang paling penting menjadi teknik penelitian dalam ilmu sosial.
Analisis konten konten berusaha untuk menganalisis data-data dalam konteks
tertentu, berkaitan dengan individu-kelompok atau atribut-budaya mereka
(Krippendorf, 1989:403).
Pada analisis konten, data biasanya dihasilkan atau didapatkan oleh pengamat
yang merekam atau mentranskripsikan menjadi materi tekstual, bisa berupa
gambar atau suara yang sesuai untuk analisis (Hayes & Krippendorff, 2007).

b. Analisis Wacana (Discourse Analysis)


Teknik analisis wacana pada penelitian kualitatif bertujuan untuk menganalisis
wacana-wacana atau komunikasi antarorang dalam suatu konteks sosial tertentu.
Bidang yang dikaji pada analisis wacana yaitu berupa pidato, tulisan, bahasa,
percakapan (baik verbal dan nonverbal), dan sebagainya.
c. Analisis Naratif
Teknik analisis data naratif pada penelitian kualitatif bertujuan untuk
menganalisis atau meneliti mengenai kumpulan deskripsi suatu peristiwa atau
fenomena yang terjadi, kemudian menyajikannya dengan bentuk narasi atau
cerita. Contoh analisis naratif ini ialah mengenai kajian biografi.
d. Analisis Data Kualitatif
Data kualitatif berbentuk deskriptif, berupa kata-kata lisan atau tulisan tentang
tingkah laku manusia yang dapat diamati. Data kualitatif dapat di pilah menjadi
tiga jenis :
Hasil pengamatan: uraian rinci tentang situasi, kejadian, interaksi, dan tingkahlaku
yang diamati dilapangan.
Hasil pembicaraan: kutipan l;angsung dari pernyataan orang-orang tentang
pengalaman, sikap, keyakinan, dan pemikiran mereka dalam kesempatan
wawancara mendalam.
Bahan tertulis: petikan atau kesuluruhan dokumen, surat menyurat, rekaman, dan
kasus sejarah.
Analisis data dalam penelituian kualitatif mengharuskan peneliti bersifat
cermat dan tekun. Peneliti harus focus pada tujuan penelitian dan pengumpulan
data yang di butuhkan. Kemudian barulah peneliti masuk ke tahap selanjutnya
dalam penelitian yaitu analisi data. Peneliti dengan metode ini lebih banyak
melakukan pendekatan dan perkenalan kepada subjek penelitiannya, sehingga
lebih banyak membutuhkan waktu untuk melakukan pertemuan-pertemuan
dengan subjek penelitian.
Berdasarkan pendekatan yang di gunakan peneliti dengan menggunakan
metode kualitatif apabila penelitian tersebut berupa penelitian pendidikan dan
sosial maka ada lima metode yang dapat digunakan dalam analisis datanya.
Kelima metode tersenut yaitu:
Biografi
Fenomenologi
Grounded theory
Etnografi
Studi kasus
Dasar dari penelitian kualitatif terdiri dari empat metode pokok berdasarkan cara
pencarian datanya yaitu:
Observasi
Analisis teks dan dokumen
Wawancara
Transkrip rekaman
Macam-macam cara yang dapat di ikuti. Tidak ada satu cara tertentu yang
dapat dijadikan pegangan bagi setiap semua penelitian. Salah satu cara yang dapat
dianjurkan ialah mengikuti langkah-langkah berikut yang masih sangat bersifat
umum, yakni (1) reduksi data, (2) display/penyajian data, (3) mengambil
kesimpulan dan verifikasi.
a. Reduksi Data
Reduksi data adalah meilih data yang paling penting dari data yang tidak
terlalu penting. Dalam proses pengumpulan data tentu peneliti akan
mengumpulkan seluruh data yang berkaitan dengan subjek penelitiannya tersebut.
Namun dari seluruh data yang terkumpul peneliti harus memilih lagi data mana
yang paling relevan dengan subjek penelitiannya. Proses inilah yang dikenal
sebagai reduksi data. Peneliti harus melakukan reduksi data agar penulis dapat
focus mencari kesimpulan dari penelitiannya tersebut.
Reduksi data bisa dilakukan sejak pemulaan pengumpulan data. Semua data
pada tiap harinya dapat di reduksi sehingga didapatkan data yang sesuai dengan
masalah penelitian. Kemudian diakhir pengumpulan data pun peneliti melakukan
reduksi data dari awal hingga akhir. Pneliti menyaring kembali seluruh data dan
mereduksinya sehingga didapatkan intisari dari penemuan-penemuan di lapangan.
Proses reduksi data meliputi beberapa teknik yaitu:
1) Coding
Coding atau pengkodean adalah sebuah proses pemberian kode bagi kata-kata
serta frase yang bertujuan mendeskripsikan dan mengidentifikasi makna dan pola
data. Proses ini bertujuan merefleksikan makna, menghubungkan sehingga
peneliti dapat lebih mudah menyimpulkan sesuatu dari data yang di kodekan.
2) Identifikasi tema
Setiap data temuan yang di dapatkan dari lapangan dapat digolongkan
kedalam tema-tema. Identifikasi tema dapat dilakukan sejak penelitian teori yang
digunakan hingga penelitian lapangan. Identifikasi tema dilakukan juga agar
memudahkan peneliti mengambil kesimpulan.
3) Review tema
Review tema dimaksudkan untuk melihat kembali tema-tema yang telah
ditentukan. Apabila diperlukan adanya penyesuaian maka peneliti bisa
menyesuaikan kembali tema-tema tersebut.
4) Klasifikasi data
Klasifikasi data dimaksudkan bagi data-data kecil. Data-data kecil yang
didapatkan oleh peneliti diklasifikasikan menjadi kategori-kategori yang
kemudian dicari hubungan antar satu kategori dengan kategori lainnya.
5) Meringkas data
Meringkas data dilakukan apabila data yang dikumpulkan dirasa terlalu besar
oleh peneliti. Maka peneliti boleh meringkas data-data tersebut agar tidak terlalu
panjang. Teknik ini digunakan pada saat penelitian lapangan baik setiap
ditemukan data maupun ketika akhir penelitian.
b. Display Data / Penyajian Data
Proses penyajian data adalah salah satu proses penting dalam penelitian
kualitatif. Seluruh proses penelitian tertumpu pada penyajian data. Semua data
yang diperoleh oleh peneliti kemudian disajikan dalam bentuk kata-kata dalam
kalimat. Penyajian data dapat dilakuakan dengan beberapa teknik sesuai dengan
data yang didapat dari lapangan. Diantara teknik tersebut adalah :
1) Transkrip Wawancara
Transkrip data adalah mengubah data suara menjadi data tertulis. Atau secara
sederhana adalah menulis hasil wawancara baik yang wawancara secara
mendalam maupun kuisioner dan lain sebagainya. Proses ini dimaksud agar data
wawancara dapat disajikan olehpeneliti dalam hasil penelitiannya. Peneliti juga
harus mengurainhasil wawancara yang bersifat percakapan (bahsa lisan) menjadi
sebuah data yang deskriptif (bahasa tulisan).
2) Deskripsi Data
Deskripsi data adalah penyajian data dengan penjelasan yang bersifat
menggambarkan hakikat kenyataan dilapangan. Penelitian dengan metode
kualitatif pada asalnya memang bersifat deskriptif sehinga deskripsi data dalam
penyajian data merupakan inti dari penelitian metode ini.
3) Analisis Naratif
Analisis yang dimaksud adalah proses penyampaian data yang berupa cerita,
atau penyatuan potongan-potongan data menjadi sebuah kronologi yang tersusun
secara rapi.
4) Analisis Biografi
Analisis biografi adalah penyajian data yang berupa biografi subjek penelitian.
Analisis ini memungkinkan pembaca hasil penelitian mengetahui latar belakang
subjek penelitiannya, baik orang yang diwawancara maupun orang-orang yang
menjadi sumber data lainnya.
5) Hermeneustics
Ilmu hermenetik pada asalnya adalah ilmu yang digunakan dalam memahami
bible (kitab suci Kristen). Namun dewasa ini metode ini digunakan secara meluas.
Ilmu hermenetik dimaksudkan untuk mencari makna dari data yang berupa teks.
Pada penelitian kualitatif hermenetiks juga digunakan sebagai pendekatan metode
memahami makna pada data yang berupa kata-kata.
6) Semiotics
Semiotik adalah pendalaman makna pada data yang berupa tanda-tanda dan
simbol-simbol yang telah disepakati dan digunakan di masyarakat atau
lingkungan tempat subjek penelitian itu berada.

c. Penarikan Kesimpulan dan Verifikasi


Penarikan kesimpulan adalah analisis terakhir yang dilakuakan oleh peneliti
di akhir penelitiannya. Kesimpulan baru bisa diperoleh ketika seluruh data telah
terkumpul dan semua proses analisis data baik reduksi maupun penyajian data
sudah dilakukan. Maka ketika itu barulah peneliti bisa menarik kesimpulan dari
seluruh penelitiannya tersebut.
Penarikan kesimpulan dilakuakan dengan cara mereview kembali seluruh data dan
mereview hasil analisis data yang lainnya. Dalam proses penarikan kesimpulan ini
peneliti dapat melahirkan teori baru, atau memperkuat teori yang telah ada atau
menyempurnakannya. Penelitian dengan metode kualitatif lebih mengutamakan
proses daripada hasil sehingga peneliti harus lebih banyak konsentrasi dalam
menginterpretasikan data pada penyajian data. Setidaknya ada dua metode yang
dapat digunakan dalam mencari kesimpulan penelitian, yaitu :
Analisis komperatif, maksudnya adalah membandingkan hasil penelitiannya
dengan penelitian lain atau membandingkan antar data yang sudah ada satu
dengan lainnya.
Analisis relation, maksudnya adalah mencari hubungan antar data satu dengan
lainnya.

2.4 Analisis Data Kombinasi


A. Pengertian Metode Kombinasi
Desain penelitian Mixed methods adalah suatu prosedur untuk
mengumpulkan, menganalisis dan menggabungkan antara metode kualitatif dan
kuantitatif dalam satu study atau seri penelitian (penelitian berlanjut) untuk
menyelesaikan masalah penelitian (Creswell dan plato Clark, 2011) dalam
Cresweel. Asumsi dasar yang digunakan antara metode kualitatif dan kuantitatif
adalah penggabungan kelebihan dari masing-masing metode untuk memperoleh
pemahaman yang lebih baik dalam menyelesaikan permasalahan penelitian dan
menjawab pertanyaan dalam penelitian. Mixed methods adalah sebuah metode
yang berfokus pada pengumpulan dan analisis data kuantitatif dan kualitatif yang
dipadukan. Demikian penelitian Mixed methods terdiri dari penggabungan,
perpaduan, hubungan, dan kelekatan dari keduanya. Data yang diperoleh
merupakan data kuantitatif dan kualitatif. Berdasarkan hal tersebut, maka tujuan
metode penelitian kombinasi ini adalah untuk menemukan hasil penelitian yang
lebih baik dibandingkan dengan hanya menggunakan salah satu pendekatan saja,
misalnya menggunakan pendekatan kuantitatif saja atau dengan pendekatan
kualitatif saja.

B. Penggunaan Mixed methods


Secara umum, Mixed methods adalah desain yang baik untuk digunakan
apabila peneliti dapatmencari kekuatan dari desain kuantitatif dan kualitatif untuk
memperoleh data kuantitatif dan kualitatif. Data kuantitatif meliputi skore dari
instumen, hasil angka spesifik yang dianalasis secara statistik yang dapat
memberikan informasi yang bermanfaat jika penulis membutuhkan deskripsi dari
besarnya angka tersebut. Akan tetapi, data kualitatif seperti open ended interview
(wawancara terbuka) dapat memberikan fakta sebenarnya dari seseorang dalam
suatu studi, perbedaan perspektif dari topik dalam studi dan dapat menyediakan
gambaran yang kompleks dari suatu kondisi. Ketika kita menggabungkan data
keduanya (kuantitatif dan kualitatif) kita akan mempunyai kekuatan dari
penggabungan keduanya(Miles & Huberman, 1994,p.42 dalam Creswell) Penulis
juga dapat menggunakan Mixed methods ketika salah satu tipe desain
penelitian(kuantitatif atau kualitatif) tidak cukup untuk mengatasi masalah
penelitian atau menjawab permasalahan penelitian. Data lain diperlukan untuk
memperluas, memperdalam atau menjelaskan database. Contohnya, penulisingin
mengeplorasi data kualitatif untuk mengembangkan suatu instrumen atau
kemudian mengidentifikasi suatu variabel dari tes suatu penelitian kuantitatif.
Penulis juga dapat menggunakan Mixed methods ketika penulis ingin
memeperoleh informasi yang lebih rinci dan spesifik dari informasi yang
diperoleh dari hasil uji statistik. Penulis menggunakan Mixed methods ketika
penulis ingin memberikan perspektif lain dalam sebuah pelajaran. Contohnya
adalah suatu studi eksperimen yang menghasilkan informasi tertentu, tetapi
beberapa informasi tambahan dari data kualitatif dapat mengembangkan
pemahaman yang lebih mendalam tentang hasil yang diperoleh.Menurut John W
Creswell (2009:840), ada beberapa aspek penting yang harus
dipertimbangkan terlebih dahulu dalam merancang prosedur-prosedur mixed
methods,
yaitu sebagai berikut:
Timing (waktu)
Peneliti harus mempertimbangkan waktu dalam pengumpulan data kualitatif
dan kuantitatif. Apakah data akan dikumpulkan secara bertahap atau dikumpulkan
dalma waktu yang sama. Ketika data dikumpulkan secara bertahap(sekunsial),
peneliti perlu menentukan apakah data kuantitatif atau kualitatifyang akan
dikumpulkan terlebih dahulu(konkuren). Hal ini bergantung pada tujuan awal
peneliti. Bila data kualittaif dikumpulkan pertama, tujuannya adalah
mengekplorasi topik dengan cara mengamati partisipan di lokasi penelitian.
Setelah itu peneliti memperluas pemahamannya melalui tahap kedua, yaitu
data kuantittaif, dimana data dikumpulkan dari sejumlah besar partisipan(biasanya
sampeldari populasi). Ketika data dikumpulkan secara konkuren, berarti data data
kuantittaif dan data kualitatif dikumpulkan dalam waktu yang sama dan
pelaksanaannya serempak. Hal ini dianggap efektif karena tidak membutuhkan
waktu yang lama.
Weighting (bobot)
Bobot yang dimaksud adalah prioritas yang diberikan antara metode
kuantittaifatau kualitatif. Dalam studi tertentu bobot sama/seimbang. Dalam
beberapa penelitian lain mungkin lebih menekankan pada satu metode. Penekanan
pada satu metode tergantung dari kepentingan peneliti, keinginan pembaca dan hal
apa yang ingindiutamakan peneliti. Bobot dalam metoe kombinasi dapat
dipertimbangkan melalui beberapa hal yaitu apakah data kuantitatif dan kualitatif
yang diutamakan terlebih dahulu, sejauh mana treathment terhadap masing-
masing dari kedua data tersebut atau metode deduktif atau induktif.
Mixing (pencampuran)
Mencampur berarti bahwa data kualitatif dan kuantittaif benar-benar dilebur
dalam satu kesatuan, dijaga keterpisahannya atau dikombinasikan dengan
beberapa cara. Dua data bisa saja ditulis secara terpisah namun keduanya tetap
dihubungkan satu sama lain selama tahap penelitian.
Teorizing (teorisasi)
Hal yang harus dipikirkan adalah perspektif teori apa yang akan menjadi
landasan bagi keseluruhan proses/ tahap penelitian ini bisa berupa ilmu sosial
maupunperspektif teori lain yang lebih luas. Dalam metode kombinasi, teor
biasanya muncul dibagian awal penelitian untuk membentuk rumusan masalah
yang diajukan, siapa yang berpartisipasi dalam penelitian, bagaimana data
dikumpulkan dan implementasi apa yang diharapkan dari peneliti.

C. Latar Belakang Perkembangan Metode Kombinasi


Sejarah perkembangan Mixed methods dapat diuraiakn dalam beberapa
tahapan, yaitu sebagai berikut:
1. Menggabungkan (Mixing) Beberapa Data Kuantitatif
Sejak tahun 1930-an, peneliti bidang pendidikan dan sosial mengumpulkan
beberapa metode pengumpulan data. Pada tahun 1959, Campbell dan Fiske
memperkenalkan metode multimethod. Penelitian ini menggunakan beberapa
metode dalam satu penelitian. Mereka tidak memperkenalkan metode kombinasi,
sebaliknya mereka mengembangkan sifat psikologis yang valid dengan
mengumpulkan berbagaibentuk data kuantitatif. Untuk mengembangkan data
seperti ini, mereka menyarankan peneliti untuk mengumpulkan beberapa langkah
dari beberapa ciri-ciri dan menilai setiap langkah dengan dua metode. Ketika
mereka mengkorelasikan skor yang diperoleh dan meletakkan dalam suatu
matriks, sebuah multimethod akan meghasilkan multimatriks. Seorang penulis
dapat menentukan apakah data yang diperoleh dengan multimethod menghasilkan
data yang saling berkorelasi lebih tinggi satu sama lain dari pada data yang
diperoleh menggunakan metode terpisah. Hasil dari korelasi ini dapat memberikan
informasi tentang validitas data. Pada tingkat yang lebih luas, penggunaan
multimethod, mendorong peneliti untuk mengumpulkan data lebih darisatu jenis
data, bahkan jika data hanya data kuantitatif untuk menilai skor tes dan tes
asosiasi kata. Sisi lain perkembangan pengumpulan data sampai sekarang terdiri
dari data kuantitatif dan data kualitatif.
2. Menyatukan (Combining) Data Kuantitatif dan Kualitatif
Pada tahun 1973, Sieber menyarakan kontribusi kasus dalam survey “gaya
baru dari penelitian” dan “integrasi” teknik penelitian dalam studi tunggal.
Beberapa tahun kemudian, Jick(1979) menggunakna kombinasi metode surve,
wawancara semi terstuktur, observasi dan bahan-bahan arsip untuk memberikan
sebuah gambar karya dan komprehensif dari kecemasan dan ketidakpuasan kerja
organisasi. Jick(1979) melakukan studi, dimana dalam artikelnya menggunakan
embedded data.Embedded adalah suatu istilah yang diambil dari ilmu militer
angkatan laut, yangmerupakan suatu proses dimana pelaut menggunakan beberapa
referensi yang menunjukkan posisi yang tepat objek di laut.
3. Pandangan Dunia Tentang Integrasi berbagai Pertanyaan dan Metode
Masalah muncul apakah penelitian kuantitatif dan kualitatif dapat
dikoombinasikan karena masing-masing pendekatan menarik asumsi filosofis
yang berbeda. Perdebatan ini terjadi antara orang-orang yang menganut kuantitatif
tradisional dengan orang-orang yang menganut kualitatif. Persoalannya, apakah
seorang peneliti yang menggunakan metode tertentu juga memerlukan
kompatibilitas antara pandangan dunia dan metode. Pandangan dunia memiliki
filosofi yang luas dimana peneliti menggunakan asumsi ketika mereka melakukan
studi, meski beberapa peneliti tidak mengenalinya mereka membuat asumsi
tentang pengetahuan dan bagaimana pengetahuan tersebut diperoleh.
4. Periode Reflektif
Dalam 5 sampai 7 tahun terakhir, metode campuran telah memasuki periode
sejarah baru dalam evolusi. Periode ini ditandai dengan dua tema besar yaitu
penilaian saat ini atau pemetaan lapangan dan munculnya kritik konstruktif yang
menantang. Pemetaan lapangan terdiri dari membangun prioritas untuk penelitian
dalam metode campuran (Tashakkori & Teddlie, 2003) mengidentifikasi domain
penyelidikan (Greene,2007) dan topik meringkas sedang ditangani sehingga
muncul ulama berpengalaman dapat menambah diskusi yang sedang berlangsung
dalam Creswell, 2011. Itu tantangan yang muncul dalam beberapa tahun terakhir
yang telah datang dari ulama di sekitar dunia dan berkisar dari keprihatinan yang
lebih mendasar tentang definisi dan bahasa untuk metode campuran. Kontroversi
ini menandakan pengembangan untuk penelitian metode campuran.
D. Karakteristik Metode Penelitian Kombinasi
Penelitian Mixed methods memiliki karakter yang berbeda dengan penelitian
lain. Berikut beberapa karakter dari penelitian Mixed methods.
1. Provide a rationale for the design
Pada penelitian yang menggunakan metode kombinasi, peneliti harus
memberikan kerangka yang jelas mengapa memilih desain Mixed methods
(kuantitatif dan kualitatif). Kerangka atau penjelasan ini biasanya disebutkan di
awal sebelum penelitian dilakukan.
2. Include collecting quantitative and qualitative data
Data dalam penelitian mixed methods, terdiri dari data kuantitatif dan
kualitatif. Creswell (2011), membagi metode atau teknik pengambilan data dalam
tabel 1 berikut Tabel 1. Metode Pengambilan Data (Sumber: Creswell, 2011).
3. Consider priority
Penentuan prioritas pada kedua data yang diperoleh dalam penelitian mixed
methodtergantung pada tujuan penelitian yang akan dilakukan.
4. Consider sequence
Penggunaan data kuantitatif dan kualitatif dalam penelitian kombinasi
memungkinkan adanya data pengurutan dalam penggunaan kedua jenis data. Ada
beberapa kemungkinan pengurutan dalam pengumpulan data pada metode
penelitian kombinasi, yaitu: (1) data kuantitatif dan data kualitatif diambil secara
bersamaan; (2) data kuantitatif diambil terlebih dahulu sebelum data kualitatif; (3)
data kualitatif dikumpulkan terlebih dahulu sebelum data kuantitatif.
5. Match the data analysis to a design
Metode penelitian kombinasi memiliki tantangan yang cukup sulit terutama
dalam menganalisa data dari metode kuantitatif dan kualitatif. Analisis data pada
penelitian kombinasi harus disesuaikan dengan model penelitian kombinasi yang
dipilih.
6. Diagram the procedure
Metode penelitian kombinasi memiliki diagram khas yang menunjukkan
proses penggunaan kedua jenis data (kuantitatif dan kualitatif), urutan penggunaan
data, serta menunjukkan prioritas data yang digunakan dalam penelitian.

E. Model Penelitian Kombinasi


Menurut Cresswell, model penelitian kombinasi terbagi menjadi enam model
(Creswell, 2011) yakni:
1) The Convergent Parallel Design
Tujuan dari metode penelitian kombinasi model convergent (concurrent)
parallel design adalah untuk mengumpulkan data kuantitatif dan kualitatif dan
menggunakannya secara bersama-sama untuk digunakan dalam memahami
permasalahan dalam penelitian yang dilakukan. Kelebihan dari model penelitian
kombinasi ini adalah menggabungkan keunggulan dari kedua data yang
dikombinasikan, yaitu data kuantitatif yang dapat digunakan untuk
menggeneralisasikan dan data kualitatif yang dapat digunakan untukmenjelaskan
konteksnya. Model penelitian kombinasi ini memungkinkan penelitiuntuk
memperoleh informasi melalui metode terbaik yang ditawarkan oleh
teknikpengumpulan data baik secara kuantitatif maupun kualitatif. Kelemahan
dari model penelitian kombinasi ini adalah terletak pada pengkombinasian dua
bentuk data yang berbeda serta bagaimana menilai hasil penelitian yang
menyimpang.
2) The Explanatory Sequential Design
Model penelitian kombinasi explanatory sequential design diawali dengan
pengumpulan data kuantitatif kemudian dilanjutkan dengan pengumpulan data
kualitatif untuk membantu menjelaskan dan menguraikan hasil yang diperoleh
oleh data kuantitatif, sehingga hasil penelitian model penelitian ini bersifat
explanatory atau menjelaskan suatu gambaran umum (generalisasi).
Hal yang mendasari model penelitian ini adalah bahwa data kuantitatif yang
diperoleh pada tahap pertama dapat memberikan gambaran umum (generalisasi)
tentang masalah penelitian, untuk analisis lebih lanjut maka diperlukan data
kualitatif untuk menjelaskan gambaran umum tersebut (Creswell, 2011).
Metode penelitian kombinasi model explanatory sequential design memiliki
kelebihan yaitu data kuantitatif dan kualitatif dapat diidentifikasi dengan sangat
jelas,sehingga memudakan bhagi pembaca dan peneliti lain yang berencana untuk
mendesign penelitian dengan menggunakan model ini. Model penelitian
kombinasi inimemerlukan keahlian peneliti dalam menentukan aspek apa pada
data kuantitatif yangperlu ditindaklanjuti dengan menggunakan data kualitatif,
sehingga untuk melakukan penelitian diperlukan waktu yang cukup lama.
3) The Exploratory Sequential Design
Model penelitian kombinasi exploratory sequential design diawali dengan
pengumpulan data kualitatif kemudian dilanjutkan dengan pengumpulan data
kuantitatif. Tujuan dari pengumpulan data kualitatif di tahap pertama adalah untuk
mengeksplorasi fenomena yang ada terlebih dahulu, kemudian dilanjutkan dengan
pengumpulan data kuantitatif untuk menjelaskan hubungan variable yang
ditemukan dalam data kualitatif (Creswell, 2011). Peneliti menggunakan desain
ini ketika ada instrumen, variabel, dan langkah-langkah mungkin tidak diketahui
atau tersedia untuk Salah satu keuntungan dari model penelitian kombinasi ini
adalah bahwa hal itu memungkinkan peneliti untuk mengidentifikasi langkah-
langkah sebenarnya didasarkan pada data kualitatif yang diperoleh dari peserta
penelitian. Peneliti dapat membuat gambaran awal mengenai masalah penelitian
melalui pendapat peserta (objek penelitian) tanpa melalui pendekatan untuk
menentukan variabel yang belum diketahui. Kelemahan dari model ini adalah
diperlukan waktu yang sangat lama terutama untuk mengumpulkan data serta
validasi instrumen baik data kualitatif maupun kuantitatif.
4) The Embedded Design
Model penelitian kombinasi embedded design merupakan model penelitian
kombinasi yang mengumpulkan data kuantitatif dan kualitatif secara bersama-
sama atau berurutan dimana salah satu bentuk data memainkan peran pendukung
bagi bentuk data yang lain (Creswell, 2011). Pada model penelitian kombinasi ini
tidak melihat bagaimana urutan pengumpulan datanya, namun lebih menekankan
pada dominasi bobot data (data utama dan data pendukung). Data pendukung
biasanya memiliki proporsi yang kecil dalam penelitian kombinasi dengan tujuan
untuk menambah atau mendukung bentuk utama dari data. Sebagai contoh selama
penelitian korelasional (kuantitatif), peneliti dapat mengumpulkan data kualitatif
sekunder untukmembantu memahami alasan-alasan untuk hasil korelasional.
Kelebihan dari model penelitian ini adalah bahwa dapat menggunakan kelebihan
dari masing-masing bentuk data dalam proses analisis data. Penelitian kombinasi
ini memungkinkan peneliti untuk mengumpulkan data kualitatif dengan desain
penelitian yang lebih menekankan pada desain kuantitatif, sehingga data
kuantitatif (data utama) yang diperoleh lebih mudah dianalisa dan diidentifikasi
dengan dukungan data kualitatif. Tantangan dalam menggunakan model penelitian
iniantara lain terletak pada kejelasan data pendukungnya, pengkombinasian atau
penggabungan kedua data yang berbeda, serta dimungkinkan terjadinya
interferensi hasil penelitian oleh data pendukung.
5) The Transformative Design
Model penelitian kombinasi transformative design merupakan model
penelitian kombinasi yang menggunakan salah satu dari keempat model
sebelumnya (convergent, explanatory, exploratory, embedded) yang didesain
menggunakan suatu kerangka transformatif atau lensa (Creswell, 2011). Kerangka
transformatif ini bertujuan untuk mengatasi masalah sosial yang terjadi pada suatu
populasi yang terpinggirkan (kurang terwakilkan) yang masih terlibat dalam
penelitian yang membawa perubahan. Menurut Greene dalam Creswell (2011),
kekuatan dari model penelitian kombinasi ini adalah berbasis pada nilai dan
ideologinya. Kerangka transformatif yang sering digunakan dalam mixed methods
antara lain mengenai feminisme, ras, etnis, disabilitas, gay, atau lesbian.
Tantangan dalam model penelitian kombinasi ini adalah mengintegrasikan
kerangka transformatif menjadi suatu penelitian kombinasi.
6) The Multiphase Design
Model penelitian kombinasi multiphase design merupakan model penelitian
kombinasi yang berdasar pada model convergent, explanatory, exploratory, dan
embedded. Penelitian kombinasi dapat dikatakan sebagai multiphase design jika
peneliti melakukan penelitian melalui serangkaian tahapan atau penelitian secar
terpisah yang memiliki satu program tujuan penelitian (Creswell, 2011).
Model penelitian kombinasi multiphase design memiliki memiliki kelebihan yaitu
dapat memahami secara lebih baik dari suatu penelitian melalui beberapa program
yang dilakukan secara bersama-sama. Tantangan yang muncul dalam model
penelitian kombinasi ini adalah kerja sama tim peneliti dalam mengintegrasikan
proyek atau program secara bersama-sama untuk mencapai tujuan bersama serta
amanya waktu yang diperlukan selama proses penelitian.

F. Langkah Desain Penelitian Metode Kombinasi


Langkah dalam desain penelitian Mixed methods adalah sebgaai berikut:
a) Mengambil Keputusan Bahwa Mixed-Methods dapat Dilakukan
Penelitian mixed-methods membutuhkan peneliti atau sekelompok peneliti
yang menguasai dan berpengalaman pada metode penelitian kuantitatif dan
kualitatif. Sangat jarang ditemui sesorang secara individu mempunyai
kemampuan yang cukup untuk melaksanakan penelitian mixed- methods.
Pertanyaan mendasar bagi seseorang yang akan melakukan penelitian mixed-
methods adalah: Apakah anda punya waktu, energi, dan sumber daya yang
mencukupi untuk melakukan penelitian model ini? Jika tidak, dapatkah anda
berkolaborasi dengan peneliti lain yang dapat melengkapi kekuranganmu? Jika
anda belum menguasai teknik dan kekurangan sumberdaya, akan lebih baik
memikirkan ulang konsep penelitian menjadi murni kuantitatif atau kualitatif
daripada memaksakan metode mixed-methods yang tidak dapat diselesaikan
karena waktu yang tidak mencukupi.
b) Mengidentifikasi Rasionalisasi yang Jelas Mengenai Pelaksanaan Penelitian
Mixed-Methods Peneliti harus dapat memberikan filosofi yang jelas mengapa
metode kuantitatif dan kualitatif digunakan bersama dalam menjawab suatu
masalah yang akan diajukan. Bila latar belakang tidak mendukung kedua metode
untuk digabungkan, mixed-methods tidak perlu dilakukan.
c) Mengidentifikasi Strategi Pengumpulan Data
Rasionalisasi sebuah penelitian akan menuntun kepada prosedur pengumpulan
data. Hal-hal yang perlu diperhatikan adalah (1) prioritas data kualitatif dan
kuantitatif; (2) urutan pengumpulan data; dan (3) bentuk spesifik dari data
kuantitatif (contohnya catatan kedatangan partisipan) dan kualitatif (contohnya
gambar, rekaman) yang akan dikumpulkan.
d) Mengembangkan Rumusan Masalah Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif
Rumusan masalah akan menentukan jenis desain penelitian yang akan
digunakan.Rumusan masalah dapat diajukan menggunakan dua set pertanyaan
yang meliputi pertanyaan kuantitatif dan kualitatif. Pertanyaan kuantitatif merujuk
pada hubungan variabel independen dan dependen, sedangkan pertanyaan
kuantitatif merujuk pada pertanyaan terbuka untuk mendeskripsikan suatu
fenomena.
e) Mengumpulkan dan analisis data kualitatif dan kuantitatif
Pengumpulan dan analisa data pada mixed-methods tergantung dari jenis
metode yang digunakan. Perbedaannya adalah pada pengumpulan dan analisa data
dapat bersifat menjadi bagian-bagian (sequence) seperti pada desain eksploratori
dan eksplanatori atau secara bersamaan seperti pada desain embedded.
f) Menuliskan Hasil yang Konsisten dengan Desain Penelitian
- Laporan dituliskan dalam dua fase. Penulisan ini melibatkan satu sesi untuk
menspesifikasikan masalah dan kajian literatur. Dilanjutkan dengan sesi duayang
berisi pengumpulan data, analisis, dan interpretasi.
- Laporan dituliskan dengan mengintegrasikan fase kuantitatif dan kualitatif pada
tiap sesi. Rumusan masalah dituliskan sebagai pertanyaan kuantitatif dan
kualitatif, kemudian pengumpulan data di sesi lain menggambarkan integrasi
kedua metode pula. Analisis data ditulis dengan menggabungkan dua data
sehingga cara ini disebut dengan desain konvergen.
G. Evaluasi Penelitian Mixed method
Bagaimana cara kita sebagai pembaca mengetahui bahwa penelitian mixed
method yang ditulis oleh seseorang memiliki kualitas yang baik. Kualitas dari
suatu penelitian mixed method dikatan baik apabila
Peneliti mendeskripsikan bahwa desain mixed method adalah pendekatan yang
terbaik untuk menjawab rumusan masalah penelitian sebab data kuantitatif saja
tidak cukup memberikan jawaban tanpa adanya data kualiatatif, atau sebaliknya.
Peneliti menjelaskan kajian teoritis (framework) secara mantap
Menggabungkan pengumpulan dan analisis data kuantitatif dan kualitatif
Secara eksplisit mengkombinasikan dua set data
Menggunakan prosedur kualitatif kuantitatof dan persuasive untuk pengumpulan
data dana analisis data
Menyediakan diagram prosedur untuk memperjelas waktu, prioritas dan
pencampuran penelitian
Melakukan cross-check data kualitatif
Memberikan sinyal kepada pembaca bahwa penelitan yang dilakukan adalah
mixed-methods.
“PERENCANAAN PRODUK”
2.1 Desain dan Perencanaan Produk
Produk adalah segala sesuatu yang dibuat atau dikembangkan untuk dijual atau
digunakan/dipakai. Produk-produk teknologi baik alat, obat, makanan biasanya
dibuat untuk dijual, sedangkan produk seperti kurikulum, model~model
pembelajaran jarang dijual tetapi untuk dipakai. Perancangan produk adalah suatu
proses untuk membuat produk baru yang akan dijual oleh pelaku bisnis kepada
pembeli. Pertimbangan utama dari perencanaan produk baru adalah efektivitas
dan efisiensi. Efektivitas, berati produk tersebut kalau digunakan dapat mencapai
tujuan pada gradasi yang tinggi. Suatu produk dinyatakan sebagai efisien, bila
produk tersebut dibuat dengan biaya yang murah, waktu yang singkat, dan
suasana yang menyenangkan bagi yang membuat. Melalui perencanaan produk,
maka akan dapat diantisipasi kebutuhan material/bahan, tenaga yang professional
dibutuhkan untuk mengerjakan, serta rencana pengujian lapangan.
Aspek yang terpenting dalam perencanaan adalah pemyataan tentang tujuan yang
akan dicapai, dan estimasi biaya, tenaga yang akan mengerjakan dan waktu yang
digunakan untuk mengerjakan produk. Selanjutnya dinyatakan bahwa, suatu
desain memerlukan empat (4) C, yaitu: Creativity, Complexity, Choice,
Compromise. Creativity adalah: requires creation of something 's that has not
existed before or has not existed in the designer 's mind before. Complexity
adalah: requires decision on many variables and parameter. Choice adalah:
requires making choice between many possible solutions at all levels, from basic
concept to smallest detail of shape. Compromise adalah: requires balancing
multiple and sometimes conflicting requirement.

2.2 Tipe Desain


Dieter dan Schmidt (2009) dalam Sugiyono (2015:399) mengemukakan lima tipe
rancangan produk yang dapat digambarkan seperti gambar 1 berikut:

2.3 Spesifikasi Desain


Sumber lain menyatakan bahwa, spesifikasi produk adalah “a statement
preseribing materials, dimensions, and quality of work for something to be built,
installed, or manufactured”. Pernyataan tentang bahan yang digunakan untuk
membuat produk, dimensi (ukuran) produk, dan kualitas kerja dari produk yang
akan dibangun, instalasi atau dibuat.
Gambar 2. Komponen dalam Spesifikasi Desain Produk

1. Ketentuan Performa
Pada ketentuan perfofma perlu mempertimbangkan hal-hal berikut ini:
a. Pertimbangan Kefungsian
Pertimbangan kefungsian digunakan uniuk mcnentukan fungsi dari produk
tersebut dirancang. Fungsi yang ada di dalam rancangan produk harus dapat
memecahkan permagalahan- permasalahan yang telah dirumuskan dalam tujuan
perancangan. Pertimbangan fungsi ini dapat dibagi menjadi dua fungsi yaitu
fungsi primer (fungsi utama produk), dan fungi sekunder (fungsi lain produk).
b. Pertimbangan Penampilan
Penampilan produk yang baik dapat memberikan kesan yang menarik kcpada para
kostumer ketika akan melihat fisik produk secara visual Iangsung. Penampilan
produk harus didesain futuristik dan elegan. Ini artinya desain tampilan produk
disesuaikan dengan kebutuhan pasar saat ini maupun yang akan datang. Pemilihan
warna yang tepat pada mesin dapat mcningkatkan keindahan dalam produk
c. Pertimbangan Kehandalan
Kehandalan ini biasanya dinyatakan dalam ketahanan produksi dalam tiap waktu.
Ketangguhan yang dihasilkan ini bisa berasal iiari kemampuan setiap komponen
yang bekerja, berputar, translasi, bergerak, dan diam ketika dikenai bcban/gaya
yang bekerja. Kehandalan produk yang dibuat dapat juga dilihat dari kualitas
material dan pengerjaannya.
d. Pertimbangan Kondisi Lingkungan
Pertimbangan kondisi lingkungan artinya produk yang dibuat mampu bertahan
pada kondisi lingkungan yang beragam baik pada kelembapan, tekanan, zat kimia,
air, magnet, dan lain sebagainya.
e. Pertimbangan Biaya Produksi
Pertimbangan biaya merupakan bagian yang perlu diperhatikan ketika
merencanakan sebuah produk. Engineer harus mampu memperhitungkan biaya
yang dikeluarkan ketika memberikan beberapa altematif proses produksi. Proses
produksi yang dipilih ketika membuat setiap komponen dalam produk harus
disesuaikan dengan jumlah alat atau mesin yang mampu memproduksi tiap
komponen tersebut.
f. Pertimbangan Ergonomi (Faktor Manusia)
Penampilan produk yang baik harus memiliki bentuk yang ergonomis. Ergonomis
artinya mendesain tampilan produk dengan pantas dan tidak terlalu banyak
moditikasi bentuk tampilan yang tidak bermakna. Bentuk dan ukuran produk yang
dibuat disesuaikan dengan kondisi pengguna produk pada umumnya, sehingga
memudahkan konsumen dalam menggunakan produk tersebut.
g. Pertimbangan Kualitas
Kualitas yang dipertimbangkan pada perancangan ini adalah produk/output yang
dihasilkan pada alat/mesin yang telah didesain. Kualitas produk dapat diketahui
dengan berbagui macam analisis perhitungan secara komplek dan uji coba
alat/mesin sampai ditemukan hasil kualitas yang diinginkan konsumen.
h. Pertimbangan Beban
Dalam membuat produk alat/mesin perlu memperhatikan pemilihan material,
dimensi produk, dan banyaknya jumlah komponen yang digunakan. Hal ini dapat
berpengaruh pada beban-beban yang bekerja pada produk itu sendiri atau dapat
disebut juga sebagai beban primer. Beban lain juga dapat ditimbulkan pada
produk ini yaitu beban konsekuensional.
i. Pertimbangan Kebisingan
Mesin yang berputar tentunya tidak luput dari kebisingan. Kebisingan ini
ditimbulkan karena adanya putaran mesin dan gesekan yang ditimbulkan poros
atau transmisi. Kebisingan ini dapat dicegah dengan memberikan beberapa
peredam dikaki-kaki mesin dan memberikan pelumas pada bagian gear transmisi.
2. Ketentuan Fabrikasi
Pada ketentuan fabrikasi perlu mempertimbangkan hal-hal berikut ini:
a. Pertimbangan Proses
Seorang engineer dalam membuat produk perlu mempertimbangkan kemampuan
proses pembuatan produk itu sendiri. Engineer harus dapat memikirkan proses
produksi/ manufaktur yang akan dilakukan oleh tenaga ahli manufaktur. Engineer
perlu mempertimbangkan kemampuan proses mesin, kemampuan proses
perakitan, dan kemampuan proses finishing. Pertimbangan proses ini akan
menentukan biaya produksi yang akan dikeluarkan dalam menentukan harga suatu
produk pada akhimya. Proses yang rumit dapat menggunakan bantuan mesin CNC
atau berbasis PLC (Programmable Logic Controlled).
b. Pertimbangan Material
Material merupakan bagian yang mendasar dalam menentukan kemampuan proses
produksi, kualitas produk, maintenance produk, dan lain sebagainya. Kesalahan
dalam pemilihan material dapat memberikan dampak yang besar terhadap kualitas
produk.
c. Pertimbangan Perakitan
Komponen-komponen yang telah didesain dengan sedemikian rupa tentunya juga
dipertimbangkan bagaimana melakukan proses perakitan pada tiap komponen
tersebut sehingga menjadi produk jadi yang rekat dan tepat, Pekerjaan perakitan
akan menjadi hal yang rumit ketika komponen-komponen yang dibuat
menyimpang dari desain yang ada.
d. Pertimbangan Kemasan
Produk massal yang akan dijual di pasaran, perlu mempertimbangkan bentuk
kemasan yang akan disajikan sebagai pembungkus produk. Kemasan produk
dapat berupu plastik, kardus, karton, kayu, omament, kaca, dan Iain sebagainya.
Fungsi dari kemasan ini digunakan untuk mempercantik tampilan produk
sehingga mampu menarik minat konsumen untuk membeli produk tersebut.
e. Pertimbangan Kuantitas
Pertimbangan kuantitas berfungsi untuk mempenimbangkan jumlah penggunaan
material yang digunakan, banyaknyu alat/mesin yang digunakan, produk yang
dihasilkan sesuai kapasitas mesin, kemampuan proses produksi dalam membuat
komponen produk, jumlah operator/tenaga ahli yang digunakan, dan banyaknya
jumlah komponen yang rusak/cacat. Pertimbangan ini pada akhimya akan
memberikan kapasitas produksi dalam pembuatan produk tersebut sehingga akan
dihasilkan harga produk yang dapat ditawarkan ke konsumen.
f. Pertimbangan Tanggal Penyerahan
Pertimbangan tanggal penyerahan bertujuan untuk menennlkan tanggal yang tepat
terkait dengan manajemen waktu proses produksi. Tanggal penyerahan menjadi
tanggal batas setiap tahapan pada desain. Dengan adanya tanggal penyerahan,
segala proses perencanaan dapat berjalan sesuai jadwal.
3. Standar-standar Penerimaan
Pada standar-standar penerimaan pelflu mempertimbangkan hal-hal berikut ini:
a. lnspeksi
Kualitas dari suatu produk perlu diperhatikan dengan cemmt dan teliti. Setiap
pekerjaan yang membutuhkan toleransi khusus pekerjaan harus dilakukan
pengecekan. Kesesuaian ukuran serta bentuk memberikan produk yang dibuat
dapat diterima sesuai dengan spesifikasi produk yang telah direncanakan.
b. Pengujian
Pengujian terhadap material, alat, dan mesin sangat penting diperhatikan.Ini
dilakukan untuk mencegah terjadi hal-hal yang dapat mengganggu, menghambat,
serta dapat menimbulkan kecelakaan kerja yang merugikan konsumen. Produk
yang akan diserah-terimakan sebaiknya dilakukan pengujian langsung di depan
konsumen. Pengujian tersebut meliputi kehandu/an produk, keamanan, kecepatan,
kemampuan terhadap beban, dan konsumsi energi yang dibutuhkan.
c. Standar-standar
Konsumen yang cerdas akan memperhatikan kualitas dari setiap material dan
fungsi kerju dari setiap komponen. Merekn akan mempertanyakan mengenai
lisensi atau standar yang digunakan dalam setiap material dan fungsi setiap
komponen. Standar yang digunakan meliputi: standar nasional. Standar
intemasional, dan standar perusahaan.
d. Paten
Kasus pembajakan atau klaim pengakuan diri atas desain produk scring banyak
ditemukan. Hal ini dapat terjadi karcna perancang tidak mendaftarkan
karya/desain produknya untuk dipatenkan dalam Haki (Hak Kekayaan
lntelektual). Syarat utama pendaharan hak paten tersebut terhitung maksimal 30
hari setelah desain produk dikenal oleh publik. Paten tersebut berfungsi untuk
menguatkan desain produknya agar tidak diklaim oleh paten lain.

4. Penguraian
Pada ketentuan penguraian perlu mempertimbangkan hal-hal berikut ini:
a. Standar
Penguraian produk baik alat atau mesin setidaknya perlu mempertimbangkan
kemampuan untuk diuraikan/didaur-ulang pada material-material yang telah
digunakan. Misalkan, material dari bahan baja tentunya akan mudah diuraikan
kembali dengan cara dilebur pada suhu tenentu sehingga 'dapat membentuk
material baru kembali. Jika material yang digunakan plastik, maka daur-ulang
yang dapat digunakan dapat dilebur atau reuse (memanfaatkan kembali material
dengan fimgsi kerja lain). Fungsi standar pada penguraian ini adalah
menggunakan standarisasi penguraian sebagaimana diterapkan oleh setiap
perusahaan, negara, atau intemasional,
b. Peraturan
Penguraian suatu produk harus mempertimbangkan lingkungan sekitamya.
Lingkungan yang tercemar akibat limbah yang dihasilkan dalam proses
penguraian tersebut dapat memberikan kerusakan ekosistem lingkungan tersebut.
Untuk itu, setiap daerah perlu diberlakukan peraturan yang tegas terhadap
penguraian suatu produk yang dianggap tidak memenuhi spesifikasi produk,
sehingga produsen bertanggung jawab terhadap produk-produk yang telah mereka
publikasi.
c. Kebijakan Perusahaan
Kebijakan perusahaan dalam menekan dampak negatif dari penguraian produk
dapat memberikan surplus yang tinggi dalam hal pemasaran (markezing). Produk
yang mampu diuraikan dengan baik dapat membantu perusahaan dalam
mempromosikan produk yang akan dipasarkan.
d. Bahaya
Potensi-potensi yang dapat menimbulkan bahaya pada produk perlu diuraikan
dengan benar dengan cara diidentifikasi sejak dini sampai dampak yang akan
ditimbulkan.

5. Ketentuan-ketentuan Operasi
Pada ketentuan-ketentuan operasi perlu mempertimbangkan hal-hal berikut ini:
a. lnstalasi
Produk yang dibuat dapat diinstalasi dengan mudah oleh konsumen dengan cara
memberikan bantuan teknik dalam memperagakan produk dan memberikan
informasi teknik melalui buku manual panduan (user manual guide).
b. Penggunaan
Biaya operasional yang dikeluarkan ketika proses pembuatan menyebabkan perlu
diminimalisir dengan tepat. Penekanan ini dapat mencegah terjadi pembengkakan
biaya yang diakibatkan: pengoperasian mesin selama 24 jam/hari, jumlah operator
yang ada konsumsi energi yang dibutuhkan, dan tingkat keterampilan
operator. .lika biaya tersebut dapat dltekan, maka efisiensi harga yang akan
ditawarkan menjadl rendah namun tetap memperhatikan fungsi dan kegunaan dari
setiap komponen yang bekerja.
c. Pemeliharaan
Suatu servis/ layanan yang baik adalah mampu memberikan garansi terhadap
pemeliharaan dan penggantian suku cadang yang standar. Jika dibutuhkan
perawatan yang rutin, maka produk yang dibuat dapat dibongkar-pasang dengan
mudah
d. Keamanan
Potensi-potensi yang dapat menimbulkan bahaya pada produk perlu diidentiiikasi
sejak dini sehingga kecelakaan ke1ja_dari pemakaian alat/mesin tersebut dapat
segera dicegah. Keamanan produk dapat merujuk pada banyak standar dan
peraturan yang telah disepakati oleh banyak perusahaan.

2.4 Langkah-Langkah Pembuatan Desain Produk


1. Langkah-langkah di Bidang Teknik (Engineering Design)
a. Fase I. Desain Konseptual
Fase I adalah fase awal dari seorang desainer ketika ingin
mencari/mengembangkan permasalahan-permasalahan di lapangan serta
menemukan alternatif-altematif sqlusi penyelesaian. Pahl & Beitz (1988) dalam
Sugiyono (2015:417) menyatakan bahwa tujuan dari desain konsep adalah
memvariasi gegala konsep untuk diseleksi dan dieliminir berdasarkan kriteria-
kriteria yang mendukung spesifikasi produk. Begitu pentingnya fase ini, maka
dalam menentukan keputusan penyelesaian harus hati-hati dan fokus pada
permasalahan agar tidak terjadi konflik/ ketegangan di kemudian hari.
Kegiatan dalam Fase I (Desain konseptual) ini dapat dilakukan dalam beberapa
tahap:
1) Recognition of a need (urgensi kebutuhan)
Masalah yang ada di lapangan adalah masalah yang sifatnyu urgen untuk segera
diselesaikan. Desain yang baik adalah desain yang relevan dengan pengakuan dari
masyarakat/pasar akan pentingnya solusi pada kebutuhan tersebut.
2) Definition of the problem (mendefinisikan permasalahan)
Sebelum membuat produk yang akan dibuat, perancang hams berhati-hati dalam
menentukan sebuah produk yang akan dirancang. Produk yang akan dibuat akan
lebih efektif apabila mampu menjawab permasalahan yang dihadapi konsumen.
Produk yang dibuat tidak harus produk yang baru, melainkan produk dari
pengembangan produk yang telah ada dan dimodifikasi seefektif mungkin.
Pengidentifikasikan kebutuhan dapat dilakukan dengan mengumpulkan informasi
dari konsumen melalui prasurvei ke lapangan, wawancara, penyebaran kuesioner,
dan mengamati isu-isu yang berkembang pada saat itu.
3) Gathering of the information (pengumpulan informasi)
Langkah berikut dalam desain konseptual adalah mengumpulkan informasi yang
terkait dengan tantangan dalam penyusunan rancangan produk tersebut. Sumber-
sumber informasi pendukung harus dikelola dengan baik dengan cara
dikategorisasikan, dikontekstualisasikan, ditata yang rapi, dan disimpan yang
baik. Sumber-sumber informasi tersebut sangat berguna dalam mengembangkan
langkah-langkah dalam mendesain selanjutnya. Sumber-sumber informasi yang
dapat sebagai referensi penyusunan desain meliputi: intemet, jurnal penelitian,
anikel, katalog alat/mesin, dan kajian literatur dari berbagai pustaka yang terkait.
Pengumpulan informasi digunakan untuk memberikan-memberikan
pertimbangan-pertimbangan dalam mendesain. Pertimbangan-pertimbangan
tersebut meliputi pertimbangan teknik, tampilan, kehandalan, ergonomi, kualitas,
ekonomi, proses pembuatan, instalasi, dan keamanan. Hasil dari pertimbangan-
pertimbangan tersebut akan menghasilkan PDS (Product Design Specyication)
yang selanjutnya digunakan sebagai informasi yang akan dituju oleh perancang.
4) Developing of a concept design (mengembangkan konsep desain)
Pengembangan konsep melibatkan proses berpikir kreatif yang tinggi. Perlu
adanya pola berpikir yang divergen (meluas) dan lateral dalam mengembangkan
berbagai konsep desain. Kreativitas digunakan untuk menentukan ide-ide yang
tepat dalam menentukan konsep yang cocok dengan produk yang akan dibuat.
Dieter & Schmidt (2009) dalam Sugiyono (2015:418) menyarankan bahwa dalam
berpikir kreatif dapat dilakukan dalam 6 langkah yaitu: 1) mengembangkan
karakter yang kreatif; 2) tidak membatasi imajinasi; 3) gigih dalam bekerja 4)
membuka lebar pikiran; 5) menunda keputusan 6) menetapkan batasan masalah.
5) Choosing between competing concept (memilih dan mengevaluasi konsep)
Desainer yang handal adalah seseorang yang mampu melihat berbagai macam
solusi sebagai masalah dalam mendesain. Setiap komponen yang ditawarkan
menlpakan alternatif solusi yang harus dianalisis secara mendalam dengan
mempertimbangkan kriteria-kriteria yang ada. Langkah konseptual desain
selanjutnya adalah memutuskan (decision making) dari sekian variasi konsep yang
telah ditawarkan. Keeney (1992) dalam Sugiyono (2015:421) berpendapat
“Making a decision is a stressjll situation for most people because there is no way
to be certain about the information about the past or the predictions of the ruture“.
Ini artinya sebuah keputusan akan menimbulkan situasi yang menegangkan karena
menyangkut pada masa yang akan datang apakah konsep desain yang dipilih
mampu bertahan dalam waktu yang lama. Jika dikaitkan dalam desain, maka
dalam menentukan keputusan perancang perlu mempertimbangkan beberapa
aspek seperti feasibilitas, efektifitas, efisienitas, dan biaya produksi. Ini bertujuan
agar hasil desain dapat dirancang sesuai dengan kemampuan perancang.
Langkah evaluasi dari penentuan konsep desain perlu diperhatikan. Langkah
tersebut meliputi:
a) penentuan kriteria desain,
b) penyaringan/penyeleksian kriteria,
c) penyusunan tabel diagram Pugh, dan
d) analisis biaya produksi.
Proses evaluasi ini dilakukan karena perancang akan memilih terbaik dari yang
terbaik dari altematif-altematif komponen yang telah ditentukan.

b. Fase II. Desain Perwujudan (Embodiment Design)


Proses desain akan dilanjutkan pada langkah perwujudan desain. Perwujudan ini
merupakan langkah perancang untuk mulai menggambar wujud
komponen~komponen yang ingin dibuat. Hurst (2006) dalam Sugiyono
(2015:425) menjelaskan bahwa “proses perwujudan desain dapat menjembatani
antara tahap konseptual desain dengan tahap desain detail”. Fase ini merupakan
penyempurnaan dari konsep detail yang telah dievaluasi. Perwujudan desain
merupakan langkah sintesis dan korcksi alas pilihan-pilihan konsep dan pelengkap
yang ada. Prinsip-prinsip tersebut melihatkan optimisasi, penyederhanaan,
penentuan skala, estetika, ergonomi, sintesis (perpaduan), dan iterasi.
Bila evaluasi terhadap rancangan model dari berbagai praktisi dan pakar sudah
dinyatakan sangat baik atau baik, maka langkah selanjutnya adalah evaluasi
terhadap pertimbangan konsumen yang akan menggunakan produk tersebut. Siapa
saja dan seberapa banyak produk tersebut akan digunakan. Evaluasi menggunakan
instrumen yang diedarkan kepada calon pengguna. Bila penimbangan konsumen
terhadap produk tersebut telah meyakinkan, maka rancangan produk sudah jadi,
dan siap diujicoba lapangan.
“ Pengujian Rancangan Produk Dan Produk “

Macam dan Posisi Pengujian dalam R&D

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah

R&D/Research and Development. Metode penelitian dan pengembangan atau

dalam bahasa Inggrisnya Research and Development adalah metode penelitian

yang digunakan untuk menghasilkan produk tertentu, dan menguji keefektifan

produk tersebut.

Pengertian Pengembangan Penelitian dan Pengembangan atau Research

and Development (R&D) adalah suatu proses atau langkah-langkah untuk

mengembangan suatu produk baru atau menyempurnakan produk yang telah ada,

yang dapat dipertanggungjawabkan. Secara sederhana R&D dapat didefinisikan

sebagai metode penelitian yang secara sengaja, sistematis, bertujuan/diarahkan

untuk mencaritemukan, merumuskan, memperbaiki, mengembangkan,


menghasilkan, menguji keefektifan produk, model, metode/strategi/cara, jasa,

prosedur tertentu yang lebih unggul, baru, efektif, produktif, dan bermakna. R&D

memang diarahkan untuk mencaritemukan kebaruan dan keunggulan dalam

rangka efektivitas, efisiensi, dan produktivitas. Oleh karena itu, R&D selalu

dengan tegas dibedakan dari penelitian murni/dasar walaupun tentu saja tidak

dapat dipisahkan dari penelitian murni/dasar. Bahkan sering kali R&D didasarkan

pada penelitian murni/dasar.

Sehingga dapat diartikan penelitian dan pengembangan adalah suatu

proses yang dipakai untuk mengembangkan suatu produk baru berupa bahan ajar

dan dapat dipertanggungjawabkan.

Pengertian penelitian pengembangan menurut Borg and Gall “research

and development is a powerful strategy for improving practice. It is a process used

to develop and validate educational products.” Pengertian tersebut dapat

dijelaskan bahwa “penenelitian dan pengembangan merupakan strategi yang kuat

untuk meningkatkan praktek. Itu adalah proses yang digunakan untuk

mengembangkan dan memvalidasi produk pendidikan.” Produk pendidikan yang

dimaksud dalam penelitian dan pengembangan mengandung empat pengertian

pokok. Pertama, produk tersebut tidak hanya meliputi perangkat keras, seperti

modul, buku teks, video dan film pembelajaran atau perangkat keras yang

sejenisnya, tetapi juga perangkat lunak seperti kurikulum, evaluasi, model

pembelajaran, prosedur dan proses pembelajaran, dan lain-lain. Kedua, produk

tersebut dapat berarti produk baru atau memodifikasi produk yang sudah ada.

Ketiga, produk yang dikembangkan merupakan produk yang betul-betul


bermanfaat bagi dunia pendidikan. Keempat, produk tersebut dapat

dipertanggungjawabkan, baik secara praktis maupun keilmuan.

Pengembangan atau Research and Development (R&D) adalah suatu

proses pengembangan perangkat pendidikan yang dilakukan melalui serangkaian

riset yang menggunakan berbagai metode dalam suatu siklus yang melewati

berbagai tahapan. Pengertian pengembangan menurut Amile and Reesnes, R&D

merupakan suatu proses pengembangan perangkat pendidikan yang dilakukan

melalui serangkaian riset yang menggunakan berbagai metode dalam suatu siklus

yang melewati berbagai tahapan. Research and Development (R&D) adalah

metode penelitian yang digunakan untuk menghasilkan produk tertentu, dan

menguji keefektifan produk tersebut.

Research and Development (R&D) bertujuan menghasilkan suatu

produk, perlu diadakan need assessment. R&D tujuan utamnya tidak keluar dari

lingkup:

Perumusan teori-teori atau konsep-konsep baru kependidikan,

Memperbaiki teori-teori ataupun konsep-konsep pendidikan yang telah ada,

Menguji atau memverifikasi aplikasi dari berbagai teori ataupun konsep

pendidikan dalam praktik di lapangan,

Merumuskan sejarah pendidikan,

Menguji keefektifan suatu konsep atau perangkat pendidikan,

Menemukan berbagai kelemahan dari berbagai teori, konsep ataupun praktik

kependidikan, serta mencari berbagai cara memperbaikinya.


Berdasarkan tujuan-tujuan diatas, dapat disimpulkan bahwa tujuan dari

penelitian pengembangan yakni untuk menghasilkan suatu produk melalui proses

menguji atau memverifikasi sehingga menghasilkan produk yang valid, praktis,

dan efektif.

Dalam penelitian R&D terdapat beberapa model yang dapat digunakan

sebagai panduan dalam mengembangkan suatu produk diantaranya:

Borg and Gall Borg and Gall mengemukakan langkah-langkah penelitian dan

pengembangan terdiri sepuluh langkah penelitian yaitu potensi dan masalah,

pengumpulan data, desain produk, validasi desain, revisi desain, uji coba

produk, revisi produk, uji coba pemakaian, revisi produk, produksi masal.

Thiagarajan Thiagarajan mengemukakan langkah-langkah penelitian dan

pengembangan terdiri dari define (tahap pendefinisian), design (tahap

perencanaan), development (tahap pengembangan), and dissemination (tahap

penyebaran.)

Robert Maribe Branch Robert Maribe Branch mengembangkan desain

pembelajaran dengan ADDIE yang merupakan kepanjangan dari analysis,

define, development, implementation and evaluation.

Richey and Klein Richey and Klein mengemukakan langkah-langkah penelitian

dan pengembangan dari mulai planning (perencanaan) selanjutnya production

(memproduksi) dan kemudian evaluation (evaluasi).

Untuk dapat menghasilkan produk tertentu digunakan penelitian yang

bersifat analisis kebutuhan dan untuk menguji keefektifan produk tersebut supaya

dapat berfungsi di masyarakat luas, maka diperlukann penelitian untuk keefektifan


produk tersebut. Jadi penelitian dan pengembangan bersifat Longitudinal

(bertahap bisa multi years). Penelitian Hibah Bersaing (didanai oleh Direktorat

Jendral Pendidikan Tinggi), adalah penelitian yang menghasilkan produk,

sehingga metode yang digunakan adalah metode penelitian dan pengembangan.

Penelitian dan pengembangan yang menghasilkan produk tertentu untuk

bidang administrasi, pendidikan, dan social lainnya masih rendah. Padahal banyak

produk tertentu dalam bidang pendidikan dan social yang perlu dihasilkan melalui

Research dan Development.

Penelitian dan pengembangan (Reseacrh & Development) pada industry

merupakan ujung tombak dari suatu industry dalam menghasilkan produk-produk

baru yang dibutuhkan oleh pasar. Hamper 4% biaya yang digunakan untuk

penelitian dan pengembangan, bahkan untuk industry farmasi dan computer lebih

dari 4% (Borg and Gall). Dalam bidang social dan pendidikan peranan research

and development masih sangat kecil, dan kurang dari 1% dari biaya pendidikan

secara keseluruhan.

Uji Coba Terbatas dan Uji Coba Lebih Luas

Penelitian dengan metode R&D menuntut peneliti untuk

mengembangkan sebuah model yang valid dan reliabel. Artinya bahwa model

yang dikembangkan harus benar-benar mampu memecahkan masalah yang

dihadapi kapanpun dan dimanapun model tersebut diimplementasikan. Untuk

menjawab tantangan ini maka dalam fase penelitian, peneliti dituntut untuk dapat

mengujicobakan model yang dikembangkannya pada kelompok lain pada situasi

dan kondisi yang berbeda. Sehingga dalam R&D dikenal istilah ujicoba terbatas
dan ujicoba lebih luas. Ujicoba terbatas adalah ujicoba yang dilakukan pada

kelompok dengan skala kecil untuk membuktikan apakah model yang

dikembangkan cukup efektif untuk mengatasi masalah yang dihadapi. Jika peneliti

menggunakan pendekatan kuasi eksperimen, maka dalam uji coba terbatas ini

peneliti cukup menggunakan dua kelompok kecil saja yang masing-masing

berjumlah minimal 15 orang yang berperan sebagai kelompok kontrol dan

kelompok treatment. Jika uji coba terbatas telah dilakukan dan diperoleh hasil

bahwa model yang dikembangkan disimpulkan efektif dalam mengatasi masalah

atau mencapai tujuan tertentu, maka langkah selanjutnya adalah merencanakan

untuk melaksanakan uji coba lebih luas. Asumsi dari uji coba lebih luas ada

membuktikan bahwa model yang dihasilkan dapat diimplementasikan untuk siapa

saja diluar kelompok uji coba terbatas. Disamping itu, uji coba lebih luas

digunakan untuk memperbaiki praktik-praktik yang dirasa belum sempurna pada

saat uji coba terbatas. Sebuah model akan dinilai memiliki tingkat keandalan yang

tinggi ketika hasilnya konsisten dilihat dari sudut pandang keefektivan antara uji

coba terbatas dengan uji coba lebih luas.

Uji Keefektivan dan Efisiensi dalam R&D

Salah satu bagian penting yang tidak kalah penting dari tahapan

penelitian dalam R&D adalah melakukan uji keefektivan dan uji efisiensi. Uji

keefektivan digunakan untuk membuktikan apakah model mampu mencapai

tujuan yang telah ditetapkan atau tidak. Ketika suatu model dibuat dengan tujuan

untuk meningkatkan kemampuan berwirausaha warga belajar, maka suatu model


dikatakan efektif jika tujuan ini bisa tercapai. Pengukuran efektif dan tidaknya

suatu model dilakukan dengan membandingkan skor awal dalam pretest dengan

skor akhir dalam posttest. Disamping itu peneliti juga harus membandingkan skor

posttest kelompok kontrol dengan skor posttest kelompok treatment, sehingga

dapat disimpulkan apakah terdapat perbedaan skor antara kelompok treatment dan

kelompok kontrol. Demikian pula dengan uji efisiensi. Meskipun uji ini tidak

umum digunakan dalam penelitian R&D, namun sebaiknya peneliti perlu juga

untuk melakukan pengujian. Uji efisiensi dimaksudkan untuk mengetahui apakah

proses implementasi model telah sesuai dengan rencana atau tidak. Uji efisiensi

biasanya dilakukan dengan desain survey, dimana peneliti dapat mengembangkan

berbagai macam instrumen untuk melakukan penilaian terhadap proses

pembelajaran. Ujiefisiensi sangat berguna sebagai bahan evaluasi model untuk

mengetahui bagian-bagian dari proses yang belum sesuai dengan rencana dan

mengetahui bagian mana dari proses yang harus diperbaiki. Sebelum melakukan

uji keefektivan, ada beberapa tahapan uji statistik yang harus dilakukan oleh

peneliti diantaranya: uji normalitas dan uji homogenitas. Uji normalitas berfungsi

untuk mengetahui apakah sebaran data responden berdistribusi normal ataukah

tidak. Uji normalitas akan berpengaruh pada penggunaan alat test statistik dalam

uji keefektivan model, apakah akan menggunakan statistik parametrik atau non

parametrik. Dengan menggunakan SPSS, uji normalitas dapat menggunakan

rumus “Kolmogorov Smirnov”. Data dikatakan normal jika nilai signifikansi

menunjukkan (p,0,05) yang artinya data tersebut tidak berbeda dengan kurva

normal persebaran data.


Uji Coba Produk Akhir

Pengujian produk akhir, dimaksudkan untuk menguji apakah suatu

produk pendidikan layak dan memiliki keunggulan dalam tataran praktek. Dalam

pengujian ini tujuannya bukan lagi menyempurnakan produk, karena produk

diasumsikan sudah sempurna. Pengujian produk akhir, dapat dilakukan pada

sekolah yang sama dengan pada tahap ujicoba kedua ataupun berbeda dengan

jumlah sampel yang sama. Dalam pengujian produk akhir, sebaiknya digunakan

kelompok kontrol. Pengujian dilaksanakan dalam bentuk desain eksperimen.

Model desain yang digunakan adalah “The randomized pretest-postest control

group design” atau minimal “the matching only pretests-posttest Control Group

Design”. Desain pertama merupakan desain eksperimen murni, karena kedua

kelompok eksperimen dirandom atau disamakan. Desain kedua termasuk

eksperimen kuasi, sebab kedua kelompok eksperimen hanya dipasangkan.

Pengujian Internal (Validitas Internal)

Validitas internal adalah derajat bias dari suatu studi penelitian atau

tingkat di mana hasil penelitian dapat dipercaya kebenarannya karena keakuratan

alat ukur. Validitas internal mengacu pada kemampuan alat ukur untuk membuat

penjelasan yang masuk akal mengenai hasil penelitian yang didapatkan. Validitas

internal merupakan validitas yang berhubungan dengan sejauh mana hubungan

antar variabel dalam penelitian.


Validitas internal bertujuan untuk memastikan tidak adanya bias dalam

penelitian sehingga hasil penelitian dapat dipercaya dan bermakna. Validitas

internal adalah sejauh mana peneliti dapat membuat klaim bahwa tidak ada

variabel lain kecuali yang dia pelajari menyebabkan hasilnya. Sebagai contoh, jika

kita mempelajari variabel belajar mandiri dan hasil dari hasil ujian, kita harus

dapat mengatakan bahwa tidak ada variabel lain (metode pengajaran, kuliah

tambahan, tingkat kecerdasan, dll.) Yang menyebabkan hasil ujian yang baik.

Ketika ada peluang bagus bahwa variabel lain dapat memengaruhi hasil,

penelitian ini memiliki validitas internal yang rendah. Studi penelitian yang baik

selalu dirancang dengan cara yang mencoba meminimalkan kemungkinan bahwa

variabel apa pun selain variabel independen mempengaruhi variabel dependen.

Validitas internal sebagian besar relevan dengan penelitian yang

mencoba membangun hubungan sebab akibat; mereka tidak relevan dalam

penelitian observasional dan deskriptif. Namun, validitas internal mungkin

relevan dengan studi yang mengevaluasi efek dari program atau intervensi

tertentu. Dalam studi seperti ini, peneliti mungkin tertarik mengetahui apakah

program membuat perbedaan; misalnya, jika seorang peneliti sedang menguji

metodologi pengajaran baru, dia mungkin ingin tahu apakah itu meningkatkan

hasil, tetapi dia juga ingin memastikan bahwa itu adalah metodologi pengajaran

barunya dan bukan beberapa faktor lain yang membuat perbedaan. Di sinilah

validitas internal berperan.

Validitas internal memiliki beberapa ancaman yang tidak dapat dihindari.

Ancaman ini dapat terjadi sendiri atau berbarengan dan membuat hasil penelitian
yang masuk akal tetapi tidak sesuai dengan hipotesis penelitian. Berikut adalah

faktor yang dapat mempengaruhi validitas internal:

Sejarah (History)

Peristiwa yang terjadi di masa lalu terkadang masih dapat mempengaruhi

subjek atau fenomena. Oleh karena itu, perubahan variabel yang disebabkan oleh

sejarah atau pengalaman subjek penelitian mengenai topik yang akan diteliti harus

dihindari agar alat ukur memiliki validitas internal yang baik. Terdapat dua jenis

sejarah yang dapat mempengaruhi validitas internal:

Proactive history: Faktor perbedaan individu yang sudah menempel pada

individu,seperti jenis kelamin, usia, sikap, intelegensi, dan lainnya.

Retroactive history: Faktor retroactive history hanya dapat mempengaruhi

penelitian yang mengunakan pretes-postes. Faktor ini menekankan bahwa

mungkin terjadi perubahan pada jarak waktu antara pengukuran pretes dan

postes. Faktor ini dapat dikendalikan dengan teknik konstansi, di mana subjek

penelitian tidak memiliki teman atau relasi yang memiliki permasalahan yang

sama dengan tema penelitian.

Kematangan (Maturitas)

Subjek penelitian selalu mengalami pertumbuhan dan perkembangan,

tetapi peneliti tidak boleh membiarkan faktor ini mempengaruhi variabel karena

perubahan yang terjadi tidak disebabkan oleh eksperimen atau kontrol peneliti,
melainkan kematangan atau maturitas subjek penelitian. Hal ini dapat

mempengaruhi validitas internal karena perubahan pada subjek tidak disebabkan

oleh eksperimen.

Seleksi (Selection)

Seleksi atau pemilihan anggota kelompok yang akan diteliti juga

mempengaruhi validitas internal suatu penelitian. Anggota kelompok yang dipilih

harus memiliki karakteristik yang serupa, sebagai contoh, ketika meneliti kasus

diabetes, kelompok eksperimen dan kelompok kontrol harus memiliki riwayat

penyakit yang serupa sehingga hasil penelitian tidak dipengaruhi oleh

karakteristik lain yang dapat mengancam validitas internal dari hasil penelitian.

Prosedur Tes (Testing)

Pengalaman subjek penelitian yang telah melakukan tes sebelumnya

berbeda dengan subjek penelitian yang baru melakukan tes untuk pertama kalinya

karena subjek penelitian yang telah melakukan tes sebelumnya mungkin saja

mengingat kembali jawaban yang pernah ia isi dan menggantinya dengan jawaban

lain, sehingga jawaban yang didapatkan oleh peneliti tidak bersifat alami karena

subjek penelitian telah memperbaiki jawabannya.

Instrumen

Instrumen atau alat ukur biasanya digunakan dua kali, yaitu pada saat

sebelum perlakuan atau eksperimen dan setelahnya. Subjek peneliti bisa saja

mengisi alat ukur yang diberikan setelah perlakuan atau eksperimen agar

mendapatkan nilai yang baik.

Mortalitas (Mortality)
Saat melakukan penelitian atau eksperimen, terdapat subjek penelitian

yang ‘drop out’ karena berbagai alasan di antara waktu pretes (sebelum

eksperimen atau perlakuan) dan postes (setelah eksperimen atau perlakuan). ‘Drop

out’ dapat disebabkan oleh subjek yang berpindah tempat tinggal, tidak ingin

melanjutkan penelitian lagi, sakit atau meninggal dunia. Faktor ini juga dapat

mempengaruhi validitas internal dari penelitian.

Regresi ke Arah Nilai Rata-rata (Regression Toward The Mean)

Faktor ini dapat diketahui ancamannya setelah data telah diproses. Nilai

ekstrim tinggi atau rendah dari hasil pretes menjadi tidak ekstrim lagi pada

pengukuran kedua. Perubahan ini bukan merupakan perubahan yang sebenarnya,

melainkan perubahan semu. Oleh karena itu, regresi ke arah nilai rata-rata ini juga

disebut dengan regresi semu atau regression artifact.

Untuk memastikan penelitian menghasilkan hasil yang valid, maka

semua faktor yang telah disebutkan di atas harus dikontrol oleh peneliti. Jika

faktor-faktor ini dibiarkan begitu saja, maka kemungkinan hasil penelitian

menjadi tidak valid menjadi semakin tinggi sehingga tidak dapat memberikan

kesimpulan yang bermakna.

Ada banyak faktor yang dapat meningkatkan validitas internal.

Membutakan: Peserta — dan terkadang peneliti — yang tidak menyadari

intervensi apa yang mereka terima (seperti dengan menggunakan plasebo

dalam penelitian pengobatan) untuk menghindari pengetahuan ini

membiaskan persepsi dan perilaku mereka dan dengan demikian hasil

penelitian
Manipulasi eksperimental: Memanipulasi variabel independen dalam sebuah

penelitian (misalnya, memberikan program penghentian merokok kepada

perokok) alih-alih hanya mengamati hubungan tanpa melakukan intervensi

apa pun (memeriksa hubungan antara olahraga dan perilaku merokok)

Pemilihan acak: Memilih peserta Anda secara acak atau dengan cara mereka

mewakili populasi yang ingin Anda pelajari

Pengacakan: Menugaskan peserta secara acak ke kelompok perlakuan dan kontrol,

dan memastikan bahwa tidak ada bias sistematis antar kelompok

Protokol studi: Mengikuti prosedur khusus untuk pemberian pengobatan agar

tidak menimbulkan efek apa pun, misalnya, melakukan sesuatu secara

berbeda dengan satu kelompok orang versus kelompok orang lain.

Pengujian Eksternal (Validitas Eksternal)

Validitas eksternal adalah tentang generalisasi kesimpulan dari studi

penelitian. Untuk lebih spesifik, itu adalah sejauh mana hasil studi dapat

digeneralisasi ke dunia pada umumnya.

validitas eksternal berkaitan dengan kemampuan generalisasi hasil

penelitian terhadap populasi lain yang representatif. Hal-hal yang perlu

diperhatikan diantaranya:

Interaksi Pre-test-Perlakuan, kelompok yang telah mengikuti pre-test dapat saja

mengingat soal pre-test sehingga perubahan dapat saja bukan karena


perlakuan. Hal ini sama seperti yang terjadi pada testing, bahwa subyek yang

telah mengikuti pre-test menunjukan perubahan pada hasil post-test karena

subyek telah mengingat instrumen pre-test dengan baik. Sehingga hasil yang

diperoleh hanya dapat digenerelisasikan pada kelompok yang mendapat pre-

test juga.

Interaksi seleksi-perlakuan, berkaitan dengan subyek yang tidak dipilih secara

acak sehingga membatasi kemampuan peneliti untuk mengeneralisasikan

karena keterwakilan sampel dipertanyakan.

Spesifitas variabel, mengacu pada fakta bahwa suatu studi yang dilakukan dengan

subyek yang spesifik, penggunaan instrumen pengukur yang spesifik, pada

waktu yang spesifik dan keadaan yang spesifik.

Pengaturan reaktif, mengacu pada munculnya sesuatu yang baru dari subyek

seperti menurunnya minat, motivasi belajar sehingga penelitian harus

dilakukan dengan periode tertentu agar sesuatu yang baru tersebut hilang dan

kondisi subyek diupayakan telah stabil.

Interferensi perlakuan jamak, muncul apabila subyek yang sama menerima lebih

dari satu perlakuan. Dengan demikian, peneliti perlu menyediakan waktu

yang cukup di antara perlakuan-perlakuan sehingga perbedaan dari variabel

bebas dapat diketahui secara nyata.

Kontaminasi dan bias pelaku eksperimen, muncul apabila peneliti memiliki

keakraban dengan subyek sehingga secara tidak sengaja peneliti

mempengaruhi perilaku subyek. Dengan demikian, peneliti perlu menjaga

profesionalisme dalam penelitian.


Dengan memahami bias yang dapat muncul dalam penelitian eksperimen,

maka peneliti dapat menentukan desain penelitian seperti apa yang akan

digunakan. Karena dalam desain penelitian eksperimen sendiri, telah terdapat

desai-desain penelitian yang berupaya meminimalisir terjadinya bias karena

adanya variabel luar.


“ Produk dan Panduan Produk “

2.1 Pengertian Produk


Dalam bisnis, produk adalah barang atau jasa yang dapat diperjual belikan. Dalam
marketing, produk adalah apapun yang bisa ditawarkan ke sebuah pasar dan bisa
memuaskan sebuah keinginan atau kebutuhan. Dalam tingkat pengecer, produk sering
disebut sebagai (merchandise. Dalam manufaktur, produk dibeli dalam bentuk barang
mentah dan dijual sebagai barang jadi. Produk yang berupa barang mentah seperti metal
atau hasil pertanian sering pula disebut sebagai komoditas.

Kata produk berasal dari bahasa Inggris product yang berarti "sesuatu yang diproduksi oleh
tenaga kerja atau sejenisnya".Bentuk kerja dari kata product, yaitu produce, merupakan
serapan dari bahasa latin prōdūce(re), yang berarti (untuk) memimpin atau membawa
sesuatu untuk maju. Pada tahun 1575, kata "produk" merujuk pada apapun yang diproduksi
("anything produced"). Namun sejak 1695, definisi kata product lebih merujuk pada sesuatu
yang diproduksi ("thing or things produced"). Produk dalam pengertian ekonomi
diperkenalkan pertama kali oleh ekonom-politisi Adam Smith.

2.2 Jenis-Jenis Produk


Suatu produk dapat diklasifikasikan ke dalam dua kelompok besar, yaitu produk
konsumen dan produk industri. Dua jenis produk ini menjadi pilihan bagi perusahaan dalam
produksi kelompok produk pertama atau produk yang kedua.
Produk konsumen dapat diartikan sebagai produk / jasa yang biasanya sering dibeli
oleh pelanggan, Dengan segera, dan dengan perbandingan minimum upaya pembelian.
Misalnya susu, koran, shampoo, sabun mandi deterjen dan lainnya.
Produk industri dapat didefinisikan sebagai produk yang dibeli oleh individu dan
organisasi untuk diproses lebih lanjut atau untuk digunakan dalam menjalankan bisnis.
Misalnya, jika konsumen membeli mobil pickup untuk keperluan pribadinya, itu adalah
produk konsumen. Jika orang yang sama membeli mobil pickup ini untuk bisnis
angkutan barang miliknya\, maka itu adalah produk industri.

– Produk Berdasarkan Wujudnya


Produk ini dibagi menjadi 2 jenis kategori yaitu barang dan juga jasa.

Barang, mewakili produk nyata seperti pakaian, laptop, telepon pintar, sepeda, mobil,

makanan, dan minuman.

Jasa, mewakili produk tidak berwujud, seperti layanan konsultasi dan perlindungan

asuransi.

– Produk Berdasarkan Daya Tahannya

Produk ini dibagi menjadi 2 jenis kategori yaitu barang tidak tahan lama dan barang tahan

lama.

Barang Tidak Tahan Lama

Barang Tahan Lama

2.3 Contoh-Contoh Produk


Beberapa contoh produk yang dihasilkan oleh berbagai macam perusahaan diantaranya
seperti:

Contoh pada makanan: Mie Instan, Sosis, Pizza, Kue, Cemilan, dll. Pada bumbu dan bahan
untuk memasak misalnya seperti Minyak Goreng, Tepung Terigu, Kaldu Ayam, Mentega,
Margarin, dll.
Contoh pada minuman: Air mineral / air minum kemasan, minuman kaleng / botol, Susu
Kemasan, dll.
Contoh pada elektronik: Handphone/ telepon genggam, konsol game, televisi, komputer,
laptop, dll.

2.4 Pengertian Panduan Produk


Panduan Produk adalah sebuah panduan untuk memberikan informasi petunjuk
penggunaan,peringatan,dan,informasi penting bagi pemilik produk tersebut,perlu diketahui
bahwa sangat penting untuk membaca isi panduan produk sebuah produk sebelum anda
menggunakannya. Isi panduan produk biasanya terdapat informasi terpenting dan detail
seperti Informasi Garansi, Instruksi Keselamatan, Instruksi Instalasi, Identifikasi Masalah,
Instruksi Pengaturan, Spesifikasi Umum Produk serta Instruksi Perawatan dan Pemecahan
Masalah.

2.5 Cara Membuat Panduan Produk Yang Baik dan Benar


1) Tentukan siapa yang akan menggunakan panduan.
Untuk menulis panduan pengguna yang baik, Anda perlu mengembangkan profil pengguna,
baik secara formal dengan membuat profil tertulis atau secara informal dengan meluangkan
waktu untuk membuat asumsi yang masuk akal tentang karakteristik pengguna. Profil seperti
itu berguna saat Anda menjadi bagian dari tim penulisan panduan pengguna dan saat
mengerjakan produk yang dimaksud sejak masih berupa konsep hingga ke bentuk akhir.
Pertimbangkan faktor berikut saat membuat profil pengguna:
Lokasi pengguna akan menggunakan panduan tersebut, misalnya di rumah, di
kantor, di tempat kerja yang terpencil, atau di mobil. Faktor ini tidak hanya
menentukan konten, tetapi juga gaya penulisan yang akan diadopsi oleh panduan.
Bagaimana pengguna akan menggunakan panduan. Jika mereka jarang
menggunakannya atau hanya memerlukannya untuk mencari informasi, sebaiknya
panduan dibuat dalam bentuk dokumen referensi. Di sisi lain, jika pengguna akan
menggunakannya secara rutin di awal, bagian referensi harus dilengkapi dengan
bagian “Cara Memulai” dan petunjuk tentang fungsi paling umum yang akan
dilakukan produk tersebut.
Berapa banyak pengalaman yang dimiliki pengguna terhadap produk atau barang
sejenisnya. Jika produk terbilang baru atau sangat berbeda dari produk sejenis,
Anda harus menyertakan penjelasan tentang bagaimana produk itu berbeda
dibanding yang lain dan instruksi tentang cara menggunakannya. Jika produk
berhubungan dengan sesuatu yang sering kali membuat pengguna merasa kesulitan,
misalnya aplikasi komputer, Anda harus memberikan informasi dan detail yang
sesuai dengan cara yang dapat dipahami.

2) Buatlah panduan yang sesuai dengan kebutuhan pengguna dengan cara yang bisa
mereka pahami.
Jika pengguna bukan orang-orang yang memiliki pengetahuan teknis, mungkin sebaiknya
Anda menghindari bahasa yang sangat teknis dan memberikan penjelasan dengan gamblang
dan sederhana. Teks juga harus diatur dengan cara yang menyerupai cara berpikir pengguna.
Membuat daftar fitur produk yang dikelompokkan berdasarkan fungsi sering kali lebih masuk
akal daripada berdasarkan fitur yang paling sering digunakan.
Terkadang menggunakan istilah teknis tidak dapat dihindari, misalnya untuk
aplikasi pembuat grafik yang mencakup grafik Fibonacci bersama dengan grafik
lingkaran (pie chart) dan grafik batang yang lebih umum. Dalam kasus seperti ini,
akan lebih baik jika Anda mendefinisikan istilah dan memberikan informasi,
misalnya penjelasan tentang apa itu grafik Fibonacci dan bagaimana
penggunaannya dalam analisis keuangan.

3) Jelaskan masalah yang sedang coba dipecahkan pengguna, kemudian berikan solusi
untuk masalah itu. Menawarkan fitur sebagai solusi untuk masalah umum boleh-boleh saja
saat mengiklankan produk, tetapi begitu pelanggan memiliki produk, dia perlu memahami
cara menggunakannya. Identifikasi masalah yang akan dihadapi pengguna, paparkan di dalam
panduan pengguna, diikuti dengan instruksi untuk mengatasinya.
Jika masalahnya rumit, pecahlah menjadi bagian-bagian kecil. Tuliskan setiap
bagian dengan instruksi bagaimana mengatasinya atau menghadapinya, kemudian
diikuti dengan setiap bagian lain secara berurutan. Memecah informasi dengan cara
seperti ini dikenal sebagai metode pengelompokan atau pemisahan.

2.6 Contoh Panduan Produk


Contoh panduan produk lebih sering kita temukan pada produk produk elektronik,karena
jika kita salah menggunakan alat tersebut bisa saja mengakibatkan kerusakan yang fatal dan
bahkan produk tersebut tidak dapat digunakan lagi,misalnya seperti panduan menggunakan
handphone, telepon genggam,konsol game,televisi dan alat elektronik lainnya.
1) Tentukan siapa yang akan menggunakan panduan.

Untuk menulis panduan pengguna yang baik, Anda perlu mengembangkan profil pengguna,
baik secara formal dengan membuat profil tertulis atau secara informal dengan meluangkan
waktu untuk membuat asumsi yang masuk akal tentang karakteristik pengguna. Profil seperti
itu berguna saat Anda menjadi bagian dari tim penulisan panduan pengguna dan saat
mengerjakan produk yang dimaksud sejak masih berupa konsep hingga ke bentuk akhir.
Pertimbangkan faktor berikut saat membuat profil pengguna:

Lokasi pengguna akan menggunakan panduan tersebut, misalnya di rumah, di kantor, di


tempat kerja yang terpencil, atau di mobil. Faktor ini tidak hanya menentukan konten, tetapi
juga gaya penulisan yang akan diadopsi oleh panduan.

Bagaimana pengguna akan menggunakan panduan. Jika mereka jarang menggunakannya


atau hanya memerlukannya untuk mencari informasi, sebaiknya panduan dibuat dalam
bentuk dokumen referensi. Di sisi lain, jika pengguna akan menggunakannya secara rutin di
awal, bagian referensi harus dilengkapi dengan bagian “Cara Memulai” dan petunjuk tentang
fungsi paling umum yang akan dilakukan produk tersebut.

Berapa banyak pengalaman yang dimiliki pengguna terhadap produk atau barang
sejenisnya. Jika produk terbilang baru atau sangat berbeda dari produk sejenis, Anda harus
menyertakan penjelasan tentang bagaimana produk itu berbeda dibanding yang lain dan
instruksi tentang cara menggunakannya. Jika produk berhubungan dengan sesuatu yang
sering kali membuat pengguna merasa kesulitan, misalnya aplikasi komputer, Anda harus
memberikan informasi dan detail yang sesuai dengan cara yang dapat dipahami.

 
2) Buatlah panduan yang sesuai dengan kebutuhan pengguna dengan cara yang bisa mereka
pahami.

Jika pengguna bukan orang-orang yang memiliki pengetahuan teknis, mungkin sebaiknya
Anda menghindari bahasa yang sangat teknis dan memberikan penjelasan dengan gamblang
dan sederhana. Teks juga harus diatur dengan cara yang menyerupai cara berpikir pengguna.
Membuat daftar fitur produk yang dikelompokkan berdasarkan fungsi sering kali lebih masuk
akal daripada berdasarkan fitur yang paling sering digunakan.

Terkadang menggunakan istilah teknis tidak dapat dihindari, misalnya untuk aplikasi
pembuat grafik yang mencakup grafik Fibonacci bersama dengan grafik lingkaran (pie chart)
dan grafik batang yang lebih umum. Dalam kasus seperti ini, akan lebih baik jika Anda
mendefinisikan istilah dan memberikan informasi, misalnya penjelasan tentang apa itu grafik
Fibonacci dan bagaimana penggunaannya dalam analisis keuangan.

3) Jelaskan masalah yang sedang coba dipecahkan pengguna, kemudian berikan solusi
untuk masalah itu. Menawarkan fitur sebagai solusi untuk masalah umum boleh-boleh saja
saat mengiklankan produk, tetapi begitu pelanggan memiliki produk, dia perlu memahami
cara menggunakannya. Identifikasi masalah yang akan dihadapi pengguna, paparkan di dalam
panduan pengguna, diikuti dengan instruksi untuk mengatasinya.

Jika masalahnya rumit, pecahlah menjadi bagian-bagian kecil. Tuliskan setiap bagian
dengan instruksi bagaimana mengatasinya atau menghadapinya, kemudian diikuti dengan
setiap bagian lain secara berurutan. Memecah informasi dengan cara seperti ini dikenal
sebagai metode pengelompokan atau pemisahan.

2.6 Contoh Panduan Produk

Contoh panduan produk lebih sering kita temukan  pada produk produk elektronik,karena
jika kita salah menggunakan alat tersebut bisa saja mengakibatkan kerusakan yang fatal dan
bahkan produk tersebut tidak dapat digunakan lagi,misalnya seperti panduan menggunakan
handphone, telepon genggam,konsol game,televisi dan alat elektronik lainnya.
 

KONSEP DASAR PENYUSUNAN PROPOSAL PENELITIAN

A.   Pengertian dan Tujuan Proposal

Penyusunan proposal atau usulan penelitian merupakan langkah awal yang harus dilakukan
peneliti sebelum memulai kegiatan penelitian. Proposal penelitian dapat membantu memberi
arah pada peneliti agar mampu menekan kesalahan yang mungkin terjadi selama proses
penelitian berlangsung. Jika proposal penelitian sudah disusun secara sistematis, lengkap dan
tepat, akan mempercepat pelaksanaan, proses serta penyusunan laporan penelitian. Proposal
mempunyai arti sangat penting bagi setiap peneliti dalam usaha mempercepat, meningkatkan
serta menjaga kualitas hasil penelitian. Proposal penelitian harus dibuat sistematis dan logis
sehingga dapat dijadikan pedoman yang mudah diikuti.

Proposal penelitian adalah gambaran secara rinci tentang proses yang akan dilakukan oleh
peneliti untuk dapat memecahkan permasalahan penelitian. Secara umum, poposal penelitian
merupakan pedoman yang berisi langkah-langkah yang akan diikuti peneliti untuk melakukan
penelitiannya. Dalam menyusun proposal perlu diantisipasi munculnya berbagai sumber yang
dapat bermanfaat sehingga dapat digunakan dalam mendukung penelitian atau faktor-faktor
yang mungkin menghambat kegiatan penelitian. Tujuan umum proposal penelitian adalah
memberitahukan secara jelas tentang tujuan penelitian, siapa yang hendak ditemui, serta apa
yang akan dilakukan atau dicari di lokasi penelitian. Proposal penelitian dibuat peneliti
sebelum melakukan kerja lapangan.

Proposal atau sering disebut juga sebagai usulan penelitian adalah suatu pernyataan tertulis
mengenai rencana atau rancangan kegiatan penelitian secara keseluruhan. Proposal penelitian
berkaitan dengan pernyataan atas urgensi dari suatu penelitian. Membuat proposal penelitian
bisa jadi merupakan langkah yang paling sulit namun menyenangkan di dalam tahapan proses
penelitian. Pada tahap ini, seluruh kegiatan penelitian disintesiskan ke dalam suatu desain
yang spesifik. Dalam proposal, peneliti mempraktekan bahwa mereka telah mengetahui apa
yang akan mereka cari, bagaimana cara mencari dan mengenalinya, serta menjelaskan
mengapa penelitian itu memiliki nilai kegunaan sehingga perlu untuk dilakukan.

B.   Isi Proposal

Di muka telah dijeaskan bahwa penelitian adalah proses yang sistematis. Maknanya bahwa
penelitian dilakukan dengan urutan dan prosedur tertentu dan para peneliti mengikuti cara
seperti itu dalam penelitiannya. Untuk itulah diperlukan proposal sebagai bentuk perencanaan
penelitian. Keseluruhan isi yang dimuat dalam proposal penelitian pada dasarnya adalah
jawaban atas pertanyaan-pertanyaan sebagai berikut:

Why   Mengapa penelitian tersebut dilaksanakan?

What  Apa yang akan diteliti?

How   Bagaimana penelitian dilaksanakan?

Where  Dimana penelitian dilaksanakan?

When  Kapan penelitian dilaksanakan?

Who   Siapa yang terlibat dalam kegiatan penelitian?

Sebelum mengungkap secara detail bagian-bagian (isi) sutau proposal perlu dikemukakan
garis-garis besar proposal. Walaupun banyak unsur dari proposal yang mirip untuk penelitian
kuantitatif dan kualitatif, tetapi terdapat sejumlah variasi dalam aspek metodologis dari kedua
jenis penelitian tersebut. Oleh karena itu, dalam pembahasan berikut ini kedua jenis proposal
tersebut disajikan secara terpisah PROPOSAL PENELITIAN KUANTITATIF

A.     Garis Besar Proposal

Garis-garis besar proposal penelitian kuantitatif menurut McMillan dan Schumacher (2001)
adalah sebagai berikut:

1.  Pendahuluan

a.     Pernyataan masalah secara umum.

Masalah yang masih bersifat umum dirumuskan secara jelas dan tepat. Rumusan demikian
akan membantu pembaca memahami pentingnya masalah dan kedudukan fokus masalah
dalam bidang keahlian peneliti (pendidikan). Rumusan masalah umum tersebut ditunjang
oleh studi kepustakaan yang sesuai, dijabarkan dalam pertanyaan dan/atau hipotesis khusus,
serta manfaat penelitian. Rumusan permasalahan umum tersebut disimpan pada awal alinea,
diikuti oleh latar belakang pemilihan masalah. Rumusannya hendaknya cukup padat tetapi
mudah ditangkap/dipahami oleh orang yang tidak ahli dalam bidang masalah tersebut.

b.     Reviu kepustakaan

Mengemukakan apa yang telah diketahui tentang permasalahan dan kajian teori dan
penelitian terdahulu, membantu memperjelas latar belakang dan pentingnya penelitian. Reviu
kepustakaan juga menjelaskan tentang pentingnya masalah yang akan diteliti, pendirian
peneliti, kritik terhadap desain penelitian terdahulu, identifikasi kesenjangan-kesenjangan dan
hal-hal baru yang akan dikembangkan.

c.      Hipotesis atau pertanyaan penelitian khusus

Sebagai jabaran dari permasalahan umum dirumuskan hipotesis dan/atau pertanyaan


khusus, diikuti rumusan definisi operasional atau penjelasan tentang variabel yang diteliti.
Rumusan pertanyaan khusus atau hipotesis hendaknya mampu menggambarkan dengan jelas
bahwa penelitian bersifat empiris dengan desain penelitiannya yang spesifik.

d.     Manfaat penelitian

Menjelaskan pentingnya penelitian dalam pengembangan pengetahuan, implikasinya bagi


penelitian lebih lanjut, manfaatnya praktis untuk pengembangan pendidikan. Manfaat hasil
penelitian bagi pengem- bangan pengetahuan (manfaat teoretis) dapat berupa penemuan
pengetahuan atau prinsip-prinsip baru. Implikasi hasil penelitian bagi penyempurnaan
pelaksanaan pendidikan dapat berupa bentuk rumusan atau pernyataan-pernyataan yang
bersifat umum bukan saran-saran khusus.

2.       Desain dan Metodologi

Menjelaskan jenis desain dan metode yang akan digunakan, apakah menggunakan
penelitian deskriptif, survai, korelasional, eksperimental, pengembangan, dan jenis-jenis
penelitian kuantitatif lainya.

a.       Subyek
Dijelaskan siapa/apa target populasi, bagaimana pengambilan sampel dan populasi tersebut,
besarnya sampel, prosedur penarikan sampel. Dalam bagian ini dijelaskan juga bagaimana
menjaga nama baik subjek yang diteliti, izin untuk meneliti serta memelihara kerahasiaan
data dan individu- individu yang menjadi sumber data.

b.       Penyusunan instrumen

Dijelaskan jenis instrumen yang digunakan, alasan penggunaan instrumen tersebut. Jika
instrumen sudah ada dikemukakan validitas dan reliabilitas instrumen tersebut. Bila
instrumen akan dikembangkan dikemukakan proses pengembangan dan pengujian validitas
dan reliabilitasnya.

c.        Prosedur

Dijelaskan bagaimana penelitian akan dilaksanakan, bagaimana hubungan antar variabel


dapat dicari. Dalam penelitian deskriptif atau survai, prosedur ini mencakup penyiapan
angket, pembuatan pedoman dan jadwal wawancara, latihan dan pemberian petunjuk bagi
pengumpul data. Dalam penelitian eksperimen prosedurnya lebih kompleks, meliputi: identi-
fikasi dan pemilihan kelompok eksperimen dan kelompok kontrol, spesifikasi perlakuan,
prosedur untuk mengurangi variabel-variabel penyela, dan lain.

e.     Analisis dan penyajian data

Dijelaskan teknik analisis data yang digunakan dan bagaimana proses analisisnya serta
bagaimana data hasil analisis disajikan. Bagaimana pengujian setiap hipotesis dilakukan serta
alasan penggunaannya. Alasan diarahkan pada kesesuaian dengan tujuan studi, ukuran
sampel, serta pengujian instrumen yang digunakan. Pada bagian ini iuga dijelaskan bentuk
penyajian data yang akan dibuat seperti: tabel, grafik, profil, bagan dan lain-lain.

f.      Keterbatasan desain

Dijelaskan keterbatasan desain dalam kaitanya dengan lingkup studi, desain, dan
metodologi. Lingkup studi terbatas pada apa yang dirumuskan dalam permasalahan umum
atau fokus penelitian, tidak bisa meneliti semua hal yang terkait dengan permasalah tersebut.
Desain juga dibatasi oleh metodologi yang digunakan, kalau metodenya korelasional maka
penelitian diarahkan untuk mengidentifikasi hubungan melalui analisis korelasi, demikian
juga dengan komparasi terbatas pada membandingkan hal-hal yang sudah dirancang melalui
analsis komparatif.

 
2.  Rujukan

Berupa daftar sumber-sumber apa yang dijadikan rujukan. Sumber tersebut dapat berbentuk
buku, jurnal, hasil penelitian serta sumber-sumber dalam situs internet. Rujukan digunakan
dalam identifikasi, perumusan masalah, perumusan definisi, penyusunan desain,
pengembangan instrumen, analisis data, pembahasan bahkan sampai penarikan kesimpulan.

3.  Lampiran

Berisi hal-hal yang sifatnya melengkapi atau mendukung proposal penelitian, seperti:
jadwal penelitian, rencana anggaran, dan riwayat hidup para peneliti,

B.     Penjelasan Unsur-unsur Proposal Penelitian Kuantitatif

Penelitian kuantitatif mementingkan adanya variabel-variabel sebagai obyek penelitian dan


variabel-variabel tersebut harus didefenisikan secara jelas. Selanjutnya, penelitian kuantitatif
memerlukan adanya hipotesis dan pengujiannya yang kemudian akan menentukan tahapan-
tahapan berikutnya, seperti penentuan teknik analisa dan formula statistik yang akan
digunakan. Penelitian kuantitatif lebih memberikan makna dalam hubungannya dengan
penafsiran angka statistik bukan makna secara kebahasaan dan kulturalnya. Setiap kegiatan
penelitian kuantitatif selalu dilakukan dengan melalui tahapan-tahapan berlandaskan metode
ilmiah.

DESAIN DAN METODOLOGI

Desain dan metodologi dalam penelitian kualitatif meliputi: lokasi atau seting sosial yang
dipilih, peranan peneliti, strategi penentuan sampel secara purposif, analisis data yang bersifat
induktif, dan keterbatasan desain.

1.        Pemilihan lokasi

Mendeskripsikan kecocokan keadaan lokasi dengan tujuan penelitian, menggambarkan


fenomena-fenomena dan proses seperti yang dinyatakan dalam masalah awal. Deskripsi
lokasi misalnya mencakup jenis satuan pendidikan (sekolah), tujuan atau peranannya di
masyarakat, kegiatan atau proses yang spesifik, dan jenis partisipan. Rumusan tentang lokasi
lebih diarahkan pada mendeskripsikan karakteristik khusus dari suatu lokasi serta
perbedaanya dengan lokasi lain.
 

2.        Jaringan (Setting) sosial yang dipilih

Mendeskripsikan anggota-anggota kelompok yang akan dilibatkan dalam penelitian. Pada


bagian ini dideskripsikan peranan mereka dalam kegiatan serta bagaimana keterlibatan
mereka di dalam penelitian. Perlu ditunjukan adanya hubungan logis antara informasi yang
akan didapatkan melalui kontak pribadi dengan masalah bayangan.

3.        Peranan peneliti

Peranan peneliti dikemukakan secara umum umpamanya sebagai pengamat partisipatif atau
pewawancara (mendalam). Karena peranan peneliti sangat mempengaruhi hubungan dalam
pengumpulan data yang bersifat interaktif, maka peranannya tersbeut harus disesuaikan
dengan konteks sosial setempat. Peranan peneliti harus cocok dengan tugasnya untuk
mengungkap masalah awal yang ditetapkan.

4.        Strategi penentuan sampel purposif

Strategi penentuan sampel yang bersifat purposif dinyatakan dalam proposal, walaupun
strategi ini akan dikembangkan lebih lanjut dalam pelaksanaan penelitian di lapangan. Tujuan
dan pengambilan sampel secara purposif adalah untuk memperoleh sampel kecil dari
individu- individu yang kaya akan informnasi, proses, atau wawasan sosial. Dalam pemilihan
sampel juga dijelaskan bagaimana memelihara nama baik subyek yang diteliti, menjaga
kerahasiaan data dan individu-individu yang akan dijadikan sebagai sumber data.

5.        Strategi pengumpulan data

Walaupun strategi pengumpulan data akan dikembangkan dalam pelaksanaan pengumpulan


data di lapangan, tetapi strategi secara umum dan beberapa prinsip yang menjadi pegangan
perlu dijelaskan. Pada prinsipnya penelitian kualitatif menggunakan teknik pengumpulan data
yang beragam (multi teknik). Dalam strategi pengumpulan data juga perlu dijelaskan lebih
spesifik tentang tahap-tahap observasi, bentuk wawancara mendalam, dokumen yang
diharapkan dikumpulkan termasuk perkiraan waktu pengumpulan data, bentuk format
pencatatan data seperti catatan lapangan, rangkuman pengamatan, catatan interviu, transkrip,
dan lain-lain. Meskipun strategi pengumpulan data sudah direncanakan dalam desain tetapi
dalam pelaksanaannya di lapangan diperlukan penyesuaian-penyesuaian dan perubahan.
 

6.        Analisis data yang bersifat induktif

Analisis data dilakukan bersamaan dengan proses pengumpulan data. Sambil


mengumpulkan data dan mencari temuan-temuan dari lapangan, proses analisis data juga
terus dilakukan. Proses analisis bersifat induktif menghimpun dan memadukan data-data
khusus menjadi kesatuan-

kesatuan informasi. Pengumpulan dan analisis dilakukan melalui pembuatan catatan


lapangan, pemberian kode pada topik-topik, membuat kategori, teknik mencari pola, dan lain-
lain. Hasil analisis data disajikan dalam bentuk diagram, tabel, grafik, profil, dan sebagainya
dan biasanya akan disimpan dalam lampiran. Untuk analisis data bisa juga digunakan
program software terutama untuk manajemen data.

7.        Keterbatasan desain

Dijelaskan keterbatasan desain dalam kaitan dengan lingkup studi, desain, dan metodologi.
Masalah awal yang ditetapkan biasanya dibatasi pada satu aspek dalam satu kegiatan,
umpamanya hanya meneliti tentang bagaimana guru mengajar dan bukan menilainya, atau
mengetahui dampaknya terhadap siswa. Keterbatasan metodologi karena kesulitan berkenaan
dengan peranan peneliti sebagai instrumen penelitian, penentuan sampel secara purposif,
kegiatan yang bersifat alamiah yang tidak bisa diinterupsi. Keterbatasan desain, terutama
berkenaan dengan validitas, reliabilitas, dan perluasan temuan. Temuan-temuan dalam
penelitian kualitatif tidak digeneralisasikan.

RUJUKAN

Memuat sumber-sumber apa yang dijadikan rujukan. Sumber tersebut bisa berbentuk buku,
jurnal, hasil penelitian serta sumber-sumber dalam situs internet. Rujukan digunakan dalam
identifikasi, perumusan masalah, penentuan sampel, penyusunan desain, pemilihan strategi
pengumpulan data, analisis data dan interpretasi temuan, bahkan sampai pembahasan dan
penyimpulan.

 
LAMPIRAN

Lampiran merupakan bahan pelengkap dan kegiatan atau temuan- temuan hasil penelitian.

Atas dasar garis-garis besar yang dikemukakan di atas, dalam uraian selanjutnya akan
dibahas secara spesifik substansi masing-masing jenis proposal. Penjelasan setiap jenis
dirinci berdasarkan pokok-pokok perbedaan dari jenis proposal yang telah diuraikan
sebelumnya.

I.       PROSEDUR PENELITIAN

A.        Metode Penelitian

Pada bagian ini perlu dijelaskan kenapa penelitian ini dilakukan menggunakan metode
kualitatif. Pada umumnya peneliti menggunakan metode ini karena permasalahan belum
jelas, holistik, kompleks, dinamis dan penuh makna sehingga tidak mungkin data pada situasi
sosial tersebut disaring dengan menggunakan metode kuantitatif. Selain itu peneliti juga
berusaha memahami situasi sosial secara mendalam, menemukan pola, hipotesis dan teori.

B.         Tempat Penelitian

Ketika menjelaskan tentang tempat penelitian, peneliti mendeskripsikan kecocokan tempat


penelitian dengan tujuan penelitian, menggambarkan fenomena sosial dan proses yang
terdapat dalam rumusan masalah. Deskripsi tentang lokasi lebih menjelaskan tentang
karakteristik khusus lokasi dibandingkan dengan lokasi lainnya.

C.        Instrumen Penelitian

Dalam penelitian kualitatif yang menjadi instrumen kunci adalah peneliti itu sendiri atau
anggota tim peneliti. Disini perlu dijelaskan siapa yang akan menjadi instrumen penelitian
dan instrumen tambahan setelah permasalahan dan fokus masalah jelas.

D.        Sumber Data


Dalam penelitian kualitatif sampel sumber data dipilih secara purposive. Penentuan sampel
sumber data pada proposal masih bersifat sementara. Pada tahap awal yang dijadikan sampel
adalah sumber yang dapat memberikan informasi dan mampu menjembatani kemana saja
peneliti akan melakukan pengumpulan data. Dalam penelitian ini sering sample diminta
menunjukan orang lain yang bisa memberikan informasi tambahan.

E.         Teknik Pengumpulan Data

Dalam penelitian kualitatif ada beberapa teknik pengumpulan data yaitu observasi
partisipan, wawancara secara mendalam, studi dokumentasi dan gabungan ketiganya
(triagulasi). Pada tahap ini dijelaskan lebih spesifik strategi dari tahap-tahap observasi,
bentuk wawancara, dokumen yang diharapkan bisa dikumpulkan, perkiraan lama waktu
pengumpulan data, bentuk format pencatatan, dan lain-lain.

F.         Teknik Analisis Data

Dalam penelitian kualitatif analisis data dilakukan secara bersamaan dengan pengumpulan
data. Proses analisis bersifat induktif yaitu mengumpulkan informasi-informasi khusus
menjadi satu kesatuan. Pengumpulan dan analisis data dilakukan melalui pembuatan catatan
lapangan, pemberian kode pada topik-topik penting, membuat kategori dan mencari pola.
Hasil analisis disajikan dalam bentuk diagram, tabel, grafik profil, dll.

G.        Pengujian Keabsahan Data

Di bagian ini dijelaskan tentang uji keabsahan data yang meliputi uji kredibilitas data
(validasi internal), uji dependabilitas (reliabilitas), uji transferabilitas (validasi eksternal), dan
uji komfirmabilitas (obyektiftivitas)
Contoh laporan penelitian

BAB I

PENDAHULUAN

A.Latar Belakang Masalah

Kita semua menyadari bahwa ada satu hal di dunia ini yang tidak pernah berubah yaitu
perubahan itu sendiri. Perubahan-perubahan yang berlangsung begitu cepat menuntut kita
untuk dapat mengikuti dan menyesuaikan dengan perubahan itu. Oleh karena itu, jika kita
tidak ingin ketinggalan dengan bangsa-bangsa lain maka pendidikan mutlak kita butuhkan
untuk mengembangkan potensi anak di dalam negeri yang berperan sebagai aset negara
yakni melalui proses pembelajaran.
Sesuai dengan Undang-Undang Dasar pasal 31 ayat 3 tentang Sistem Pendidikan Nasional,
pemerintah mengusahakan dan menyelenggarakan satu sistem pendidikan nasional yang
meningkatkan keimanan dan ketakwaan serta akhlak mulia dalam rangka mencerdaskan
kehidupan bangsa yang diatur dengan undang-undang. Tujuan di atas dapat dicapai salah
satunya dengan mengembangkan dan meningkatkan mutu serta daya saing dalam
pembelajaran di sekolah-sekolah. Oleh karena itu kegiatan pembelajaran bagi guru-guru di
sekolah yang di lakukan harus selalu mengacu pada tujuan undang-undang dengan
memperhatikan karakteristik siswa sebagai penerus bangsa.

Sunarto (1994:1) menyatakan bahwa:

Manusia adalah makhluk yang dapat di pandang dari berbagai sudut pandang. Sebagai
mana di kenal adanya manusia sebagai makhluk yang berpikir atau homo sapien, makhluk
yang berbuat atau homofaber dan mahkluk yang dapat dididik atau homo educandum,
merupakan pandangan-pandangan tentang manusia yang dapat di gunakan untuk
menetapkan cara pendekatan yang akan dilakukan terhadap manusia tersebut.

“setiap individu memiliki ciri dan sifat atau karakteristik bawaan dan karakteristik yang di
dapat dari pengaruh lingkungan” (Sunarto, 1994:4). Seorang guru setiap tahun ajaran baru
selalu menghadapi siswa-siswa yang berbeda satu sama lain. Siswa-siswa yang ada didalam
kelas, tidak seorangpun yang sama. Mungkin dua orang kelihatannya hampir sama, akan
tetapi pada kenyataannya jika diamati keduanya tentu terdapat perbedaan.

Untuk itu di perlukan guru-guru yang berkualitas, yang menguasai pendekatan, strategi,
model dan metode pembelajaran yang bervariasi sehingga dapat mengelola kegiatan
pembelajaran dua macam kelas yang optimal pada berbagai situasi siswa dan materi
pembelajaran. Namun karena berbagai sebab, kenyataan di lapangan sering tidak sesuai
dengan harapan para guru di sekolah-sekolah yang menerapkan metode pembagian dua
kelas.
Sebagian besar siswa masih mengalami kesulitan dalam memahami pelajaran tertentu. Hal
ini mungkin di sebabkan oleh pendekatan, strategi, model, atau metode yang diterapkan
oleh guru kurang sesuai, juga kemampuan guru serta sarana pembelajaran yang meliputi
media, alat peraga dan buku pegangan siswa yang terbatas atau sebab lain yang tidak
diketahui.

Keadaan ini mendorong peneliti untuk melaksanakan penelitian tentang pembelajaran di


sekolah, dengan harapan dapat meningkatkan kualitas pembelajaran khususnya
peningkatan prestasi belajar siswa dan peningkatan kinerja guru dalam pembelajaran.

B.Rumusan Masalah

Hasil observasi terhadap kualitas proses pembelajaran dan penelitian terkait dengan hasil
peninjauan mengindikasikan berbagai masalah yang dialami oleh sebagian besar guru yang
bermuara pada kinerja mengajar yang masih rendah. Namun karena berbagai keterbatasan
yang ada pada peneliti maka masalah yang akan di pecahkan dalam penelitian ini dibatasi
yaitu: ”apakah penerapan model pembelajaran dua macam kelas dapat mempermudah
kinerja guru dalam meningkatkan prestasi belajar siswa di MA Nurul Jadid Paiton
Probolinggo?”

Masalah diatas menurut peneliti akan dapat di jawab melalui pemecahan dua sub masalah
di bawah ini, yaitu:

1. Bagaimana upaya meningkatkan kinerja guru dalam pembelajaran melalui


penerapan model pembelajaran dua macam kelas di MA Nurul Jadid Paiton Proboinggo?
2. Bagaimana upaya meningkatkan hasil belajar siswa melalui penerapan model
pembelajaran dua macam kelad di MA Nurul Jadid Paiton Probolinggo?

C.tujuan penelitian

Tujuan umum penelitian tentang pembelajaran di sekolah ini adalah untuk meningkatkan
prestasi belajar siswa dan peningkatan kinerja guru dalam pembelajaran di MA Nurul Jadid
Paiton Probolinggo melalui penerapan model pembelajaran dua macam kelas yang di
jabarkan dalam tujuan khusus yaitu:

1.Meningkatkan kinerja guru dalam pembelajaran melalui penerapan model pembelajaran


dua macam kelas di MA Nurul Jadid Paiton Probolinggo.

2.Meningkatkan hasil belajar siswa melalui penerapan model pembelajaran dua macam
kelas di MA Nurul Jadid Paiton Probolinggo

BAB II

KAJIAN PUSTAKA
A.Interaksi Guru dan Siswa dalam Pembelajaran di Kelas

Kelas merupakan sarana atau tempat penyelenggaraan pembelajaran dari tingkat yang
paling dini, bahkan sampai perguruan tinggi. Dalam pembelajaran di kelas, “belajar itu akan
lebih berhasil apabila sesuai dengan minat dan kebutuhannya. Cita-cita di masa yang akan
datang merupakan faktor penting yang mempengaruhi minat dan kebutuhan siswa untuk
belajar” (Sunarto, 1994:159).

Sebagian besar guru tidak menyadari akan pengalaman pembelajaran di kelas pada
umumnya yang masih bersifat tradisional. Kebanyakan guru di kelas hanya berceramah
menerangkan konsep, memberikan contoh soal dan latihan soal, kemudian mengadakan
ulangan harian tanpa harus memperhatikan kebutuhan siswa dalam belajar.

Guru mengajar seperti hanya menyuapi makanan kepada siswanya. Siswa harus menerima
suapan itu tanpa ada perlawanan, tanpa aktif berfikir, orang yang belajar dianggap sebagai
individu yang pasif tanpa bisa memberikan kritik apakah pengetahuan yang di terimanya
benar atau tidak. Akibatnya siswa menjadi sangat pasif, tidak kreatif dan tidak produktif. Bila
hal ini tidak segera diatasi maka tidak heran bila pemahaman siswa terhadap pelajaran
masih belum maksimal.

B.Pembelajaran Berdasarkan Teori Behavioristik

Salah satu faktor yang mendasari perlunya perubahan praktek pembelajaran di kelas yang
masih sangat tradisional adalah faktor psikologis yang di tandai dengan munculnya teori
belajar yang dikenal dengan behavioristik.

Gage dan Berliner menyatakan bahwa menurut teori behavioristik belajar adalah
perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman” (Maziatul, 2009). Pada intinya, teori
behavioristik menekankan pada pengukuran, sebab pengukuran merupakan suatu hal
penting untuk melihat terjadi atau tidaknya perubahan perilaku yang tampak sebagai hasil
belajar.

Seorang siswa dianggap telah belajar sesuatu jika siswa yang bersangkutan dapat
menunjukkan perubahan pada tingkah lakunya. Menurut teori ini kegiatan belajar yang
penting adalah input yang berupa stimulus atau apa saja yang diberikan guru kepada siswa
dan output yang berupa respon atau reaksi/tanggapan siswa terhadap stimulus yang
diberikan oleh guru tersebut.

BAB III

METODE PENELITIAN

A.Teknik Pengumpulan Data

Untuk mengetahui kualitas proses kegiatan pembelajaran maka dilakukan observasi untuk
mengetahui tingkat peran aktif guru selama proses kegiatan pembelajaran berlangsung.
Peneliti melakukan observasi di salah satu sekolah dengan langkah-langkah yang ditempuh
untuk mengumpulkan data dan informasi yang diperlukan dalam bentuk wawancara yang
ditujukan pada sebagian guru dan penyebaran angket pada siswa.

Angket siswa digunakan untuk mengetahui respon siswa terhadap kinerja guru dalam
penerapan model pembelajaran dua macam kelas yang di terapkan di MA Nurul Jadid Paiton
Probolinggo. Sedangkan untuk mengetahui hasil belajar siswa di lakukan penilaian kinerja
guru melalui kegiatan wawancara. Wawancara terutama dilakukan terhadap guru-guru yang
memiliki tugas ganda mengajar di dua macam kelas yang berbeda, untuk mengetahui
mengapa siswa yang bersangkutan masih belum mengalami peningkatan prestasi belajar
seperti yang di harapkan, karena untuk mengetahui hasil belajar siswa bisa dinilai dari
kinerja guru dalam pembelajaran di kelas.

B.Teknik Analisis Data

Data yang berupa kalimat-kalaimat yang dikumpulkan melalui observasi dengan


penyebaran angket pada siswa, wawancara pada sebagian guru diolah dan di analisis supaya
menghasilkan kesimpulan yang valid.

Peneliti menggunakan dua komponen pokok dalam tahap analisis, yaitu data reduksi dan
penguraian data. Data reduksi merupakan proses seleksi pemfokusan data yang ada dalam
angket dan juga dalam bentuk recording. Proses pemfokusan ini bagian dari analisis yang
mempertegas, memperpendek, dan membuang hal yang tidak penting. Proses ini
berlangsung

sepanjang pelaksanaan penelitian dan saat pengumpulan data, setelah data yang
dikumpulkan lebih fokus pada permasalahan. Selanjutnya pada tahap penguraian data
peneliti menjabarkan permasalahan sehingga kesimpulan akhir dapat diperoKegiata

BAB IV

HASIL PENELITIAN
A.Analisis Permasalahan

Data yang telah terkumpul, kebanyakan permasalahan yang timbul di sekolah ialah
kurangnya motivasi belajar bagi siswa dan penegasan dari guru dalam melaksanakan
kewajibannya. Akibat yang ditimbulkan siswa menjadi bosan, mengantuk dan malas
mengikuti mata pelajaran yang berlangsung.

Memotivasi siswa dalam belajar menjadi kewajiban utama bagi guru di MA Nurul Jadid.
Sesuai pengamatan terhadap tingkah laku yang tidak di inginkan dalam proses
pembelajaran, peneliti melakukan pengamatan terhadap tingkah laku siswa selama KBM
berlangsung. Selama pembelajaran berlangsung, ketika guru menjelaskan materi yang akan
disampaikan, ditemukan bahwa rata-rata siswa di kelas memperlihatkan tingkah laku yang
tidak di inginkan, yaitu mendengarkan musik ketika guru menjelaskan pembelajaran, bicara
dengan teman sebangku, melamun dan bahkan ada yang tidur di saat KBM berlangsung.
Setelah menerapkan aturan-atauran kelas kepada siswa, kebanyakan guru mengabaikan
tingkah laku siswa yang mengacau dan memuji tingkah laku siswa yang memberi
kesempatan guru untuk mengajar.

Keluhan siswa mengenai cara mengajar atau metode pembelajaran yang diberikan guru di
sekolahnya, kebanyakan mereka menuntut sistem pembelajaran yang menyenangkan dan
dapat menghidupkan suasana kelas dan juga tidak ambigu. Siswa hanya dituntut untuk
mendengarkan ceramah dari guru dan apabila siswa tidak memahami, guru menjelaskan
kembali sampai siswa tersebut benar-benar mengerti dan memahami apa yang dimaksud
sang guru.

Pendidik di sini terkesan lebih mementingkan masukan atau input yaitu berupa stimulus
dan siswa harus memahami serta mendapatkan apa yang diberikan oleh guru yakni berupa
respon atau output. Guru berasumsi intinya bahwa semua hasil belajar yang berupa
perubahan tingkah laku yang bisa diamati atau jelas adanya, itu yang di dapatkan dari hasil
belajar siswa. Juga dianggap terlalu menyederhanakan masalah belajar yang sesungguhnya,

Bahwa apa yang terjadi diantara input dan output itu dianggap tidak penting di perhatikan
sebab tidak bisa diamati. Siswa memahami penjelasan yang di sampaikan guru, di sini siswa
telah dianggap belajar tanpa memperhatikan apakah yang diberikan guru dan diterima oleh
siswa itu berpengaruh bagi proses belajar siswa dalam memahami pelajarannya.

Demikian yang diperoleh dari salah satu angket siswa dengan jumlah keseluruhan angket
lima puluh yang di sebarkan peneliti pada dua kelas yang berbeda, sebagai sampel untuk
mengetahui proses pembelajaran di MA Nurul Jadid yang menerapkan model pembagian
dua kelas yakni kelas MBI (Madrasah Berstandart Internasional) dan kelas reguler.

Permasalahan guru sendiri, dari hasil wawancar terhadap sebagian guru-guru yang
mengajar di MA Nurul Jadid, kesulitan guru dalam pembelajaran kebanyakan minimnya
metode yang di gunakan pendidik dalam menghadapi peserta didik yang memiliki pola
belajar yang beragam dan minimnya pengetahuan guru mengenai apa-apa yang di butuhkan
siswa dalam pembelajaran.

Demikian permasalahan yang dapat ditemukan peneliti di lapangan, dari uraian diatas
dapat di simpulkan bahwa masalah yang dihadapi guru dalam penerapan model
pembelajaran dua macam kelas di MA Nurul Jadid yang di jabarkan dalam dua sub masalah
di bawah ini, yaitu:

1. Minimnya pemahaman guru mengenai karakteristik siswa atau apa yang siswa
butuhkan dan minimnya metode atau keterbatasan guru dalam hal mengelola dua macam
kelas seperti yang diterapkan di sekolah itu.
2. Kurangnya penegasan dan rasa sebagai pemotivator dari diri pendidik dalam
usahanya meningkatkan hasil belajar siswa dan penggunaan metode yang terlalu ambigu
yang dapat menurunkan nafsu belajar siswa.

B.Alternatif Masalah

Dengan diadakannya pembagian sub masalah, sehingga dapat di berikan alternatif atau
penyelesaian mengenai masalah-masalah tersebut yang di jabarkan dalam beberapa sub
alternatif, yaitu:

1. Menganalisis kemampuan awal dan karakteristik siswa

Mengenai pemahaman karakteristik siswa, siswa sebagi subjek didik yang di harapkan
mampu memiliki kompetensi sebagaimana yang telah diterapkan dalam standart
kompetensi, perlu kiranya dianalisis kemampuan awal dan karakteristiknya. Hal ini dilakukan
mengingat siswa yang belajar di sekolah tidak datang tanpa berbekal apapun sama sekali
dan juga setiap siswa memiliki karakteristik sendiri-sendiri dalam hal merespon atau
memahami sejumlah materi dalam pembelajaran. Dengan diadakannya analisis kemampuan
awal dan karakteristik pada siswa, guru akan memperoleh gambaran yang lengkap dan
terperinci tentang kemampuan awal para siswanya, yang berfungsi sebagai pandangan atau
acuan bagi bahan baru yang akan di sampaikan. Selain itu, guru juga dapat memperoleh
gambran, mengetahui tingkat penguasaan pengetahuan yang telah diperoleh siswa
sebelumnya, kebutuhan para siswa.dengan berdasarkan pengalaman tersebut, guru dapat
memberikan bahan yang lebih relevan dan memberi contoh serta ilustrasi yang tidak asing
bagi siswa (Muflihin, 2009:2).

Alternatif kedua, guru dapat merencanakan materi pembelajaran yang akan di sampaikan
terlebih dulu. Seharusnya proses pembelajaran yang di laksanakan oleh guru benar-benar
sesuai dengan apa yang diharapkan siswa dan juga sesuai dengan kondisi siswa, sehingga di
sini guru tidak terlalu mengekang dan melebihi terhadap kebutuhan siswa dalam materi
pelajaran. Kenyataan dilapangan, sebagian siswa ada yang sudah tahu dan sebagian yang
lain belum tahu sama sekali tentang materi yang akan di berikan di dalam kelas. Untuk itu
sesuai dengan kemampuan awal dan karakteristik masing-masing siswa, kita dapat
menggunakan dua pendekatan yaitu “siswa dituntut untuk menyesuaikan diri dengan
materi yang akan dibelajarkan, yaitu dengan cara guru melakukan tes dan pengelompokan,
dalam hal ini tes dilakukan sebelum siswa mengikuti pelajaran dan materi pembelajaran di
sesuaikan dengan keadaan siswa” Suparman dalam(Muflihin, 2009:1).

You might also like