Professional Documents
Culture Documents
Responsi Ska
Responsi Ska
Pembimbing :
dr. Intan Komalasari, Sp.JP., FIHA
Penyusun :
Jihan Delima Harvina 20200420092
Jocelyn Christabella 20200420093
RESPONSI
ILMU PENYAKIT JANTUNG
SINDROM KORONER AKUT
Menyetujui :
Dokter Pembimbing Klinik,
2
DAFTAR ISI
3
BAB I
PENDAHULUAN
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
Sindrom koroner akut (SKA) menggambarkan berbagai
keadaan iskemik miokard yang mencakup angina tidak stabil (UA), infark
miokard non-ST yang meningkat (NSTEMI), atau infark miokard dengan
peningkatan ST (STEMI). Diagnosis dan klasifikasi ACS didasarkan pada
tinjauan menyeluruh dari gambaran klinis, termasuk temuan
elektrokardiogram (EKG) dan penanda biokimia dari nekrosis miokard.1 UA
didefinisikan oleh adanya gejala iskemik tanpa peningkatan biomarker dan
EKG sementara, jika ada. perubahan.2 Istilah infark miokard (MI) digunakan
ketika ada bukti nekrosis miokard dalam pengaturan iskemia miokard akut.
STEMI dibedakan dari NSTEMI dengan adanya temuan EKG persisten dari
elevasi segmen ST.
2.2 Epidemiologi
Penyakit jantung koroner (PJK) bertanggung jawab untuk
lebih dari setengah dari semua kejadian kardiovaskular pada individu
kurang dari 75 tahun. Prevalensi dari PJK diperkirakan 6,4% di Amerika
Serikat (AS) orang dewasa yang berusia lebih dari atau sama dengan 20
tahun, yang mewakili sekitar 15,4 juta orang Amerika. Selama beberapa
tahun terakhir, tingkat rawat inap untuk MI dan kematian terkait dengan PJK
telah menurun. Penurunan PJK kematian sebagian mencerminkan
perubahan dalam pola presentasi klinis ACS. Ada: merupakan
pengurangan substansial dalam insiden STEMI dan peningkatan insiden
berikutnya dari NSTEMI.3 Analisis 46.086 rawat inap untuk ACS dalam
studi yang dilakukan oleh Kaiser Permanente menunjukkan bahwa
persentase Kasus STEMI menurun dari 48,5% menjadi 24% antara 1999
dan 2008,Meskipun ada perbaikan dalam kelangsungan hidup terkait
5
dengan ACS, kondisi medis ini terus memiliki hubungan dengan fatal hasil
dan menempatkan beban pada kesehatan secara keseluruhan sistem
perawatan. Diagnosis MI bertanggung jawab untuk sekitar 125.000
kematian di AS pada tahun 2009, dan ACS dikaitkan dengan sekitar
625.000 keluar dari rumah sakit pada tahun 2010. Terbukti bahwa ada
adalah ruang untuk perbaikan dalam pencegahan dan pengelolaan ACS.
2.3 Patofisiologi
Sebagian besar SKA merupakan manifestasi akut dari plak atheroma
pembuluh darah coroner yang ruptur akibat perubahan komposisi plak dan
penipisan lapisan fibrosa yang menutupi plak tersebut (Juzar et al., 2018).
Inflamasi terjadi dari fase terawal pembentukan hingga plak tersebut pecah
dan thrombosis. Monosit berubah menjadi makrofag setelah pindah ke
tunika intima kemudian mengubah partikel LDL menjadi foam cell, yang
berperan dalam pembentukan lesi aterosklerosis. Foam cell tersebut
kemudian melepaskan sitokin, growth factor, metalloproteinase (MMP),
Reactive Oxygen Species (ROS) dan faktor jaringan yang memperpanjang
respon inflamasi, membuat plak lebih rentan pecah, dan akhirnya mengarah
pada pembentukan thrombus (Harun et al., 2018).
6
2.4 Klasifikasi
Berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik, pemeriksaan
elektrokardiogram (EKG), dan pemeriksaan biomarker jantung, Sindrom
Koroner Akut dibagi menjadi :
7
Jika pemeriksaan EKG awal tidak menunjukkan kelainan (normal)
atau menunjukkan kelainan yang non -diagnostik sementara angina masih
berlangsung, maka pemeriksaan diulang 10-20 menit kemudian. Jika EKG
ulangan tetap menunjukkan gambaran non-diagnostik sementara keluhan
angina sangat sugestif SKA, maka pasien dipantau selama 12-24 jam. EKG
diulang setiap terjadi angina berulang atau setidaknya 1 kali dalam 24 jam.
2.5 Diagnosis
Anamnesis
1. Angina tipikal yang persisten selama lebih dari 20 menit. Dialami oleh
sebagian besar pasien (80%)
8
2. Angina awitan baru (de novo) kelas III klasifikasi The Canadian
Cardiovascular Society (CCS). Terdapat pada 20% pasien.
1. Pria
9
sebagai risiko tinggi, risiko sedang, atau risiko rendah menurut National
Cholesterol Education Program (NCEP).
3. Nyeri dada yang dapat ditunjuk dengan satu jari, terutama di daerah
apeks ventrikel kiri atau pertemua kostokondral
Pemeriksaan Fisik
10
karena perikarditis, kekuatan nadi tidak seimbang, dan regurgitasi katup
aorta akibat diseksi aorta, pneumothoraks, nyeri pleuritik disertai suara
napas yang tidak seimbang perlu dipertimbangkan dalam memikirkan
diagnosis banding SKA.
Pemeriksaan Elektrokardiogram
Semua pasien dengan keluhan nyeri dada atau keluhan lain yang
mengarah kepada iskemia harus menjalani pemeriksaan EKG 12 sadapan
sesegera mungkin sesampainya di ruang gawat darurat. Sadapan V3R dan
V4R, serta V7-V9 sebaiknya direkam pada semua pasien dengan
perubahan EKG yang mengarah kepada iskemia dinding inferior. Sadapan
V7-V9 juga harus direkam pada semua pasien angina yang mempunyai
EKG awal non-diagnostik. Sedapat mungkin, rekaman EKG dibuat dalam
10 menit sejak kedatangan pasien di ruang gawat darurat. Pemeriksaan
EKG sebaiknya diulang setiap keluhan angina timbul kembali.
11
Depresi segmen ST yang resiprokal , sadapan yang berhadapan
dengan permukaan tubuh segmen elevasi ST, dapat dijumpai pada pasien
IMA-EST kecuali jika IMA-EST terjadi di mid anterior (elevasi di V3-V6).
Pasien SKA dengan elevasi segmen ST dikelompokkan bersama dengan
LBBB (komplet) baru/prasangkaan baru mengingat pasien tersebut adalah
kandidat terapi reperfusi. Oleh karena itu pasien dengan EKG yang
diagnostik untuk IMA-EST dapat segera mendapat terapi reperfusi sebelum
hasil pemeriksaan biomarker jantung tersedia.
12
Pada LBBB, diagnosis EKG untuk IMA sulit ditegakkan tetapi
seringkali dimungkinkan jika ditemukan abnormalitas segmen ST yang
bermakna. Terdapat beberapa algoritme kompleks untuk membantu
diagnosis, tetapi tidak memberikan kepastian diagnostik. Adanya elevasi
segmen ST konkordan merupada salah satu indikator terbaik IM yang
sedang berlangsung dengan arteri infark yang mengalami oklusi. Pasien
dengan dugaan klinik iskemia miokard dengan LBBB baru/dianggap baru,
dirawat sebagai pasien IMA-EST. Sementara pasien dengan dugaan klinis
iskemia miokard dan LBBB sebelumnya, dianjurkan untuk menjalani
pemeriksaan angiografi koroner.
13
1. Depresi segmen ST dan /atau inversi gelombang T ; dapat disertai
dengan elevasi segmen ST yang tidak persisten (<20 menit).
3. Non-diagnostik
4. Normal
14
sehingga diagnosis yang seharusnya dibuat adalah kemungkinan
SKA atau Definitif SKA. (Gambar 1.2)
15
Stress test dapat dilakukan untuk provokasi iskemia jika dalam masa
pemantauan nyeri dada tidak berulang, EKG tetap non-diagnostik,
biomarker jantung negatif, dan tidak terdapat tanda gagal jantung. Hasil
stres tes positif meyakinkan diagnosis atau menunjukkan persangkaan
tinggi APTS atau IMA-NEST. Hasil stress tes negatif menunjukkan
diagnosis SKA diragukan dan dilanjutkan dengan rawat jalan. (Gambar 1.2)
16
CK -MB terpilih untuk mendiagnosis ekstensi infark (infark berulang maupun
infark periprosedural).
17
Pemeriksaan ekokardiografi transtorakal saat instirahat dapat
memberikan gambaran fungsi ventrikel kiri secara umum dan berguna
untuk menentukan diagnosis banding. Hipokinesia atau akinesia segmental
dinding ventrikel kiri dapat terlihat saat iskemia dan menjadi normal saat
iskemia menghilang. Selain itu, diagnosis banding seperti stenosis aorta,
kardiomiopati hipertrofik, atau diseksi aorta dapat dideteksi melalui
pemeriksaan ekokardiografi. Jika memungkinkan, pemeriksaan
ekokardiografi transtorakal saat istirahat harus tersedia di ruang gawat
darurat dan dilakukan secara rutin dan sesegera mungkin pada pasien
tersangka SKA.
18
eksentrisitas, batas yang ireguler, ulserasi, penampakkan yang kabur, dan
filling defect yang menyesankan adanya trombus intrakoroner.
Pemeriksaan laboratorium
Foto polos dada harus dilakukan di ruang gawat darurat dengan alat
portabel. Tujuan pemeriksaan adalah untuk membuat diagnosis banding,
identifikasi komplikasi dan penyakit penyerta.
1. Nyeri dada yang sesuai dengan kriteria angina ekuivalen atau tidak
seluruhnya tipikal pada saat evaluasi di ruang gawat darurat
1. Angina tipikal
19
darurat.(gambar 1.2). Definitif SKA dan angina tipikal dengan gambaran
EKG yang non-diagnostik sebaiknya dirawat di ruang ICCU/ICVCU.
2.7 Tatalaksana
a. UAP - NSTEMI
i. Anti iskemia
- Beta blocker
Keuntungan utama beta blocker yaitu efek terhadap beta-1
yang mengakibatkan turunnya konsumsi oksigen miokardium.
Direkomendasikan pada UAP atau NSTEMI terutama jika
terdapat hipertensi dan/atau takikardi. Berikut beberapa beta
blocker yang sering digunakan : (Juzar et al., 2018).
20
Jenis dan dosis beta blocker (Juzar et al., 2018)
- Nitrat
Keuntungan terapi nitrat yaitu efek dilatasi vena yang
mengakibatkan berkurangnya preload dan volume akhir diastolik
ventrikel kiri sehingga konsumsi oksigen miokardium berkurang.
Efek lainnya yaitu dilatasi pembuluh darah koroner baik yang
normal maupun yang mengalami aterosklerosis. Nitrat oral atau
iv efektif menghilangkan keluhan dalam fase akut dari episode
angina. Pasien UAP atau NSTEMI yang mengalami nyeri dada
berlanjut sebaiknya diberikan nitrat sublingual setiap 5 menit
sampai maksimal 3 kali, setelah itu pertimbangkan beri secara iv.
Nitrat tidak diberikan pada pasien dengan TDS <90 mmHg atau
>30 mmHg dibawah nilai awal, bradikardia berat (<50kali/menit),
takikardia tanpa gejala gagal jantung atau infark ventrikel kanan.
Berikut beberapa nitrat : (Juzar et al., 2018).
21
- Calcium channel blocker (CCB)
Nifedipine atau amlodipine mempunyai efek vasodilator arteri
dengan sedikit atau tanpa efek pada nodus SA atau AV.
Verapamil dan diltiazem mempunyai efek terhadap nodus SA dan
AV yang menonjol dan seklaigus efek dilatasi arteri. Semua CCB
memiliki efek dilatasi koroner yang seimbang (Juzar et al., 2018).
iii. Antikoagulan
Disarankan untuk semua pasien yang menerima terapi
antiplatelet. Fondaparinux memiliki profil keamanan disbanding
22
resiko paling baik. Dosis yang diberikan 2.5 mg setiap hari secara
subkutan. Enoxaparin 1 mg/kg 2x1 apabila fondaprinux tidak
tersedia. UFH (unfractionated heparin) dengan target aPTT 50-70
detik atau LMWH (low molecular weight heparin) lainnya
diindikasikan apabila fondaparinux atau enoxaparin tidk tersedia.
Pada strategi terapi yang konservatif, antikoagulan perlu dilanjutkan
hingga saat pasien KRS (Juzar et al., 2018).
b. STEMI
Terapi reperfusi
23
Dilakukan segera baik dengan PCI (percutaneuous coronary
intervention) atau farmakologis, diindikasikan untuk semua pasien
dengan gejala yang timbul dalam 12 jam dengan ST elevasi yang
menetap atau LBBB. Pada RBBB dengan gejala iskemi yang
persisten harus dipertimbangkan PCI primer. Terapi reperfusi
diindikasikan bila ada bukti klinis maupun EKG adanya iskemia yang
sedang berlangsung atau bila ada gejala yang telah ada lebih dari
12 jam yang lalu atau bila nyeri dan perubahan EKG tersendat (Juzar
et al., 2018).
Langkap terapi perfusi yaitu, yang pertama tentukan ada atau
tidak rumah sakit sekitar yang memiliki fasilitas PCI, bila tidak ada
langsung berikan terapi fibrinolitik. Bila ada pastikan waktu tempuh
kurang lebih 2 jam. Jika membutuhkan waktu lebih reperfusi pilihan
adalah fibrinolitik. Setelah selesai diberikan, jika memungkinkan
pasien dapat dikirim ke rumah sakit dengan fasilitas PCI (Juzar et al.,
2018).
Jika memilih untuk memberikan fibrinolitik maka
pemberiannya sebaiknya dimulai dalam 10 menit sejak didiagnosa
STEMI. Waktu absolut dari diagnosa STEMI ke terapi reperfusi yaitu
120 menit, jika lebih makan fibrinolitik menjadi pilihan. Setelah
diberikan pasien dirujuk ke RS dengan fasilitas PCI (Juzar et al.,
2018).
i. Percutaneous Coronary Intervention (PCI)
PCI merupakan terpai reperfusi pilihan apabila dilakukan oleh tim
yang berpengalaman dalam waktu 120 menit dari diagnosa. PCI
diindikasikan untuk pasien dengan gagal jantung akut yang berat
atau syok kardiogenik, kecuali bila diperkirakan bahwa pemberian
PCI akan tertunda lama dan bila pasien datang denga onset gejala
yang sudah lama.
ii. Terapi fibrinolitik
Direkomendasikan diberikan salam 12 jam setelah onset gejala pasa
pasien tanpa kontraindikasi apabila PCI primer tidak dapat dilakukan.
24
Agen yang spesifik terhadap fibrin (Tenecteplase, altepase,
reteplase) lebih disarankan dibandingkan dengan agen yang tidak
spesifik terhdapa fibrin (streptokinase). Harus diberikan aspirin oral.
Clopidogrel diindikasih diberikan sebagai tambahan untuk aspirin.
Antikoagulan direkomendasikan pada pasien STEMU yang diobati
dengan fibrinolitik sampai revaskularisasi (jika dilakukan) atau
selamat di rawat di RS hinggan 5 hari. Angtikoagulan yang dapat
digunakan yaitu enoxaparin subkutan; unfractionated heparin
secara bolus iv sesuai kgBB dan infus selama 3 hari; pada pasien
yang diberikan streptokinase, fondaparinus iv secara bolus dilajutkan
dengan dosis subkutan 24 jam kemudian (Juzar et al., 2018).
25
2.8 Komplikasi
Komplikasi yang dapat terjadi pada pasien SKA yaitu, gagal jantung
(hipotensi, kongesti paru, syok kardiogenik), aritmia, komplikasi kardiak
(regurgitasi mitral, ruptur jantung, pericarditis, thrombus ventrikel kiri) (Juzar
et al., 2018). Selain itu depresi dan ansietan merupakan kelainan yang
sering dijumpai pada pasien SKA, namun sering underdiagnosed dan
undertreated (Indrajaya, 2018). Malnutrisi dapat meningkatkan resiko
mortalitas dan resiko kejadian vaskular mendatang (Raposeiras et al,
2020).
2.9 Prognosis
Prognosis dari SKA tergantung dari pada tatalaksana dini dan terapi
yang tepat (Mulia et al., 2021). Untuk menilai prognosis dapat
menggunakan stratifikasi resiko menggunakan sistem skoring. Sistem
skoring yang dapat digunakan yaitu TIMI (thrombolysis in myocardial
infarction) dan GRACE (global registry of acute coronary events). Skor TIMI
telah divalidasi untuk prediksi kematian 30 hari dan 1 tahun pada berbagai
spektrum SKA. Skor GRACE ditujukan untuk memprediksi mortalitas saat
perawatan di rumah sakit dan dalam 6 bulan setelah KRS (Juzar et al.,
2018).
26
Skor TIMI (Juzar et al., 2018).
27
Skor GRACE (Juzar et al., 2018).
28
BAB III
ILUSTRASI KASUS
Identitas Pasien
Nama : Tn. W
Usia : 53 thn
Alamat : Krian
No. RM : 188477
Anamnesis
Keluhan Utama
Keluhan Tambahan
Pasien datang dengan keluhan nyeri dada sejak 1 hari sebelum MRS. Nyeri
dada dibagian dada kanan dan kiri, tidak menjalar, tidak tembus ke
punggung, terasa seperti ditekan dengan benda tumpul. Pasien juga
mengatakan dada terasa panas seperti terbakar.
29
Nyeri dada disertai rasa berdebar dan sesak napas. Pasien mengatakan
napas menjadi pendek.
Mual dan muntah dirasakan di hari yang sama dengan nyeri dada. Pasien
muntah sebanyak 1 kali sebanyak sekitar 2 gelas.
Riwayat Keluarga
Riwayat Alergi
Disangkal
Disangkal.
Riwayat kebiasaan
Merokok (+), sejak pasien SMP (sekitar 40 tahun), 1 bungkus per hari. Suka
makan gorengan dan suka minum kopi (3-4 gelas/hari)
30
Pemeriksaan fisik
Tanda Vital
Pernapasan : 17x/menit
Suhu : 36,40C
Sp02 : 99%
Status Generalis
Kepala
A/I/C/D: -/-/-/-
Leher
JVP : +- 6 cm H2O
Thoraks
Pulmo
31
Jantung
Abdomen
Perkusi : Timpani
Ekstremitas
Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan Laboratorium
Darah Lengkap
DL (19/4/2022)
Jumlah Sel Darah
Hb : 10.4 g/dL (menurun)
HCT : 32.1 % (menurun)
WBC : 6.5 ribu/mm3
PLT : 30.1 ribu/mm3
Eritrosit : 3.86 juta/uL (menurun)
RDW-CV : 12.01 %
32
MPV : 8.45 fL
Index
MCV : 83.1 fL
MCH : 26.9 pg
MCHC : 32.4 %
Differential
LYM% : 31.3 %
MONO% : 11.9 % (meningkat)
NEU% : 55.8 %
EOS% : 0.7 % (menurun)
BASO% : 0.3%
(19/4/2022)
GDA : 120 mg/dL
Urea : 69.8 mg/dL (meningkat)
BUN : 32.457
33
Kreatinin : 2.01 mg/dL
SGOT : 87.3 u/L
SGPT : 54.1 u/L
Natrium : 127.1 Meq/L (menurun)
Kalium : 3.66 Meq/L
Clorida : 103.2 Meq/L
Kesan:
34
Kesimpulan:
EKG
19/4/2022
Interpretasi EKG
20/4/2022
35
Interpretasi EKG
21/4/2022
36
Interpretasi EKG
Diagnosis
Planning
Diagnosis Kerja
Terapi
Terapi farmakologis
- Oksigen 3lpm
- Nitroglicerin : nitrokaf 2.5mg 2x1
- Aspirin : loading dose 325mg, maintenance 80mg 1x1
- Clopidogrel: loading dose 300mg, maintenance 75mg 1x1
- Jika memadai lakukan PCI
- Fibrinolitik 1.5 juta unit dalam 100ml NS 0.9% dalam waktu 30-60
menit
Monitoring
Keluhan pasien
37
Edukasi
38
DAFTAR PUSTAKA
39