You are on page 1of 20
KEMENTERIAN PERHUBUNGAN DIREKTORAT JENDERAL PERHUBUNGAN LAUT BALAI TEKNOLOGI KESELAMATAN PELAYARAN Jl Raya Ancol Baru No. 4 Telp. : 021-435 6767 | Email :btkp.perhubungan@gmal.com ‘Tanjung Priok, Jakarta Utara - 14310 | Fax : 021-435 6767 btkp@dephub.go.id SURAT KEPUTUSAN KEPALA BALAI TEKNOLOGI KESELAMATAN PELAYARAN NOMOR : UM\001 /1/3 /TKP/2019 TENTANG PEDOMAN PENYELANGGARAAN SERVICE STATION ALAT KESELAMATAN PELAYARAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BALAI TEKNOLOGI KESELAMATAN PELAYARAN Menimbang :a. bahwa dalam rangka mewujudkan penyelenggaraan pelayanan publiK sesuai dengan asas penyelenggaraan Pemerintahan yang baik (Good Governance) dan guna mendapatkan kepastian hak dan kewajiban berbagai pihak terkait dengan penyelenggaraan pelayanan; b. bahwa dalam rangka mewujudkan _ standarisasi, optimalisasi, professional kinerja dan tanggung jawab penyelenggara kegiatan perawatan dan perbaikan alat keselamatan pelayaran pada Service Station Alat Keselamatan Pelayaran. Mengingat ©: 1. Undang - Undang Nomor 17 tahun 2008 tentang Pelayaran (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 64, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4849); 2. Peraturan Pemerintah Nomor 51 Tahun 2002 tentang Perkapalan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2002 Nomor 95, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4227); Model Takah 02] “Keselamatan Pelayaran Merupakan Kebutuhan dan Tanggung Jawab Bersama” -2- Peraturan Pemerintah Nomor 15 tahun 2016 Tentang Jenis dan Tarif atas Jenis Penerimaan Negara Bukan Pajak yang Berlaku pada Kementerian Perhubungan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2016 Nomor 102, Tambahan Lemabaran Negara Republik Indonesia Nomor 5884); Keputusan Presiden Nomor 65 tahun 1980 tentang Mengesahkan International Convention For The Safety Of Life at Sea, 1974 (SOLAS 74) (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1980 Nomor 65); Keputusan Menteri Perhubungan No. KM 67 tahun 2002 tentang Struktur Organisasi Balai Teknologi Keselamatan Pelayaran; Surat Kawat Direktur Jenderal Perhubungan Laut Nomor: 22/PHBL-06 perihal Penerbitan Surat Persetujuan Kegiatan Perawatan dan Perbaikan ILR (Inflatable Liferaft}; Surat Edaran Direktur Perkapalan dan Kepelautan Nomor: UM.003/II/20/DF-16 tentang Penyamaan Pemahamaan terhadap PP 15 tahun 2016 tentang Jenis dan tarif Jenis Penerimaan Negara bukan Pajak yang Berlaku pada Kementerian Perhubungan, Penerimaan Uang Perkapalan dan Kepelautan mengenai Pengujian dan Sertifikasi Perlengkapan Keselamatan Kapal, Peralatan Pemadam Kebakarandan Peralatan Pencegahan Pencemaran (Type Approval); Surat Keputusan Kepala Balai Teknologi Keselamatan Pelayaran Nomor: PK.004/6/6/TKP-17 tentang Pedoman Penyelenggaraan Sarana dan Prasarana Service Station; Surat Keputusan Kepala Balai Teknologi Keselamatan Pelayaran Nomor: PK.004/6/7/TKP-17 _ tentang Pembentukan dan Kewenangan Asosiasi Service Station Alat Keselamatan Pelayaran. MEMUTUSKAN Menetapkan : KEPUTUSAN KEPALA BALAI TEKNOLOGI KESELAMATAN PELAYARAN TENTANG PEDOMAN PENYELENGGARAAN SERVICE STATION ALAT KESELAMATAN PELAYARAN. BABI KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Keputusan ini yang dimaksud dengan: 1, Administrator adalah pembina penyelenggaraan kegiatan perawatan dan perbaikan alat keselamatan pelayaran yaitu Balai Teknologi Keselamatan Pelayaran. Service Station adalah perusahan berbadan hukum yang mendapatkan persetujuan teknis dan administratif untuk melakukan kegiatan perawatan dan perbaikan alat-alat keselamatan pelayaran; Alat-Alat keselamatan pelayaran adalah alat yang di pakai untuk keselamatan berlayar yang mengacu pada standar yang dikeluarkan Internasional Maritime Organization, diantaranya yaitu a. s m9 a0 Fire protection, fire detection and fire extinction; Life saving appliances; Radio communication and safety navigation; Jarak tampak lampu sarana bantu navigasi (SBNP); Ship rigging and slinging, towing material, dan Alat-alat keselamatan pelayaran lainnya. SPK adalah Surat Persetujuan Kegiatan yang di terbitkan oleh BTKP kepada Service Station setelah memenuhi persyaratan tertentu; 10. 11. 12. eae Sertifikat Re-Inspection dan atau Periodical Testing Certificate adalah Legalitas kegiatan Perawatan dan Perbaikan yang dilakukan Maker Service Station dan di awasi oleh Penanggung Jawab Service Station; Monitoring adalah Kegiatan kunjungan ke lapangan yang di lakukan secara berkala untuk mengevaluasi Service station terkait dengan Kinerja, Fasilitas dan Administrasi; Sertifikat Maker adalah sertifikat kopetensi yang di miliki teknisi Service station alat keselamatan pelayaran yang di keluarkan oleh manufacture / pabrikan yang di sahkan oleh BTKP. Basic Certificate adalah sertifikat dasar ketrampilan dalam melakukan perawatan dan perbaikan alat keselamatan pelayaran yang di terbitkan oleh BTKP kepada teknisi Service station yang melakukann perawatan alat-alat keselamatan pelayaran kapal non konvensi. Advance Certificate sertifikat_lanjutan —_(mahir) ketrampilan dalam melakukan perawatan dan perbaikan alat keselamatan pelayaran yang di terbitkan olen BTKP kepada teknisi service station yang melakukann perawatan alat-alat keselamatan pelayaran kapal non konvensi. Dimensi Service station adalah Ukuran Luas standar Workshop untuk melakukan kegiatan kerja Perawatan dan Perbaikan Alat Keselamatan Pelayaran; Uji Petik / Ramp Check oleh BTKP adalah kunjungan petugas BTKP ke atas kapal untuk melakukan uji fungsi alat-alat keselamatan sebagai bentuk pengawasan hasil kerja Service station; Persyaratan Administrasi adalah Persyaratan dibidang administrasi terkait dengan dokumen Legalitas Pendirian Service station; oe 13. Persyaratan Teknis adalah Persyaratan dibidang teknis terkait dengan dukungan terhadap kegiatan operasional Service station dilapangan; 14. Laporan Kegiatan Service station adalah laporan kegiatan dalam melaksanakan kegiatan Perawatan dan Perbaikan Alat Keselamatan Pelayaran; 15. Assosiasi adalah organisasi khusus yang didirikan oleh para anggota atau pemilik Service station yang melakukan kegiatan perawatan dan perbaikan alat keselamatan pelayaran; 16. Ketua asosiasi pusat adalah seorang yang di pilih dan di angkat oleh ketua asosiasi serta di kukuhkan oleh kepala BTKP; 17. Ketua asosiasi daerah adalah seorang yang dipilih dan di angkat oleh anggota asosiasi daerah dan di kukuhkan oleh kepala BTKP; 18. Marine surveyor adalah seorang yang memiliki kopetensi untuk melakukan pemeriksaan terhadap sistem dan moda transportasi laut yang di gunakan dalam basis pelayaran dengan berbaagai jenis pemeriksaan meliputi pemeriksaan kondisi kapal secara umum dan hal-hal yang berkaitan dengan pelayaran. BAB II SERVICE STATION Pasal 2 Bahwa dalam rangka mewujudkan keseragaman dan optimalisasi penyelenggaraan kegiatan perawatan dan perbaikan alat keselamatan pelayaran dipandang perlu untuk mendelegasikan sebagian kegiatan perawatan alat keselamatan pelayaran dari Balai Teknologi Keselamatan ee fi ti te Oi ee ee ee -6- Pelayaran kepada pihak swasta sebagai perusahaan Service Station yang membidangi pelaksanaan kegiatan perawatan dan perbaikan alat keselamatan pelayaran. Pasal 3 Sevice station adalah perusahan yang memenuhi persyaratan administrasi dan teknis sesuai dengan standar dan mendapat Surat Persetujuan Kegiatan (SPK) dari Balai Teknologi Keselamatan Pelayaran untuk melakukan kegiatan service perawatan dan perbaikan alat keselamatan pelayaran. Pasal 4 Service station yang telah memiliki SPK yang di terbitkan oleh BTKP harus terdaftar di organisasi / asosiasi di mana Service station tersebut melakukan kegiatan BAB III PERSYARATAN PENDIRIAN SERVICE STATION Pasal 5 Perusahaan yang menjadi Service station harus memenuhi persyaratan administrasi, teknis dan yang antara lain : (1) Legalitas perusahaan Service station harus berbadan hukum dan memiliki dokumen sebagai berikut: a, Berbadan Hukum dan Usaha; >. Akta Pendirian; c. Surat Izin Usaha Perdagangan (SIUP); -T- 4. Tanda Daftar Perusahaan (TDP); Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP); DOMISILI; IZIN HO; dan AMDAL / Surat keterangan pengelolaan limbah yang moo PR di kluarkan dinas lingkungan hidup. (2) Persayatan administrasi Rekomendasi Hasil Survey BTKP; Dokumentasi workshop; c. Standard Operasional Prosedur (SOP); . Tenaga Ahli Teknisi (Sertifikat Maker); e. Daftar Peralatan dan Perlengkapan Teknis; f Kajian Pengelolahan Limbah; dan g. Struktur perusahaan. (3) Persyaratan Teknis Setiap Service station harus memenuhi standard minimum bengkel perawatan dan perbaikan dengan dimensi bangunan sebagai berikut: a) Panjang minimum : 15 Meter b) Lebar minimum : 7 Meter ©) Tinggi minimum: ‘6 Meter 1. Inflatable Liferaft (ILR) Setiap Service station yang melakukan kegiatan perawatan ILR harus memenuhi persyaratan area kerja sebagai berikut: a) Luas ruanggan bengkel ILR minimal dapat men-display 2 buah ILR dengan kapasitas minimal 25 Orang tidak bercampur dengan kegiatan perawatan alat keselamatan lainnya; b) Service station harus memiliki Tenaga ahli yang memiliki sertifikat MAKER yang disahkan oleh BTKP; -8- ©) Tenaga pembantu/asisten harus memiliki sertifikat BASIC perawatan dari BTKP; dan d) Tersedia Tempat pembuangan limbah. 2. Fire Extinguisher (PMK) Setiap Service Station yang melakukan kegiatan perawatan PMK harus memenuhi persyaratan area kerja sebagai berikut: a) Luas Minimum _ : 10 Meter persegi; b) Tinggi Minimum : 3 Meter; c) Tenaga ahli memiliki sertifikat yang di keluarkan oleh Manufaktur; @) Tenaga pembantu harus memiliki sertifikat BASIC perawatan dari BTKP; ¢) Tersedianya: 1) Pembuangan / pengelolaan limbah: 2) Pintu darurat 3) Alat penghisap udara. BABIV KEGIATAN SERVICE STATION Pasal 6 Service station dapat melakukan pekerjaan perawatan LSA dan FFA hanya di domisili terdaftar dan apabila melakukan pekerjaan di luar domisili maka harus bekerja sama dengan service station setempat. Pasal 7 (1) Penerbitaan sertifikat re-inspeksi di terbitkan oleh Service station yang melakukan kegiatan perawatan dan perbaikan. (2) Setiap alat-alat keselamatan yang telah di lakukan perawatan atau perbaikan, harus di tempelkan stiker re- inspection yang terdapat logo BTKP. (3) Pemilik / penanggung jawab service station bertanggung jawab penuh dalam hal pengawasan kegiatan perawatan dan perbaikan alat keselamatan pelayaran, (4) Teknisi perusahaan service station bertanggung jawab penuh atas hasil kerja perawatan dan perbaikan alat keselamatan pelayaran Pasal 8 (1) Pemilik/penaggung jawab perusahaan Service station tidak dapat merangkap sebagai teknisi perusahaan Service station. (2) Kepada semua Service station (Otorized Class dan Non Class) yang berkerja di wilayah NKRI wajib memiliki teknisi dengan sertifikat dasar (basic) dan sertifikat mahir (advance) yang di terbitkan oleh BTKP. (3) Setiaap service station wajib memiliki minimal 1 orang teknisi yg memiliki sertifikat Maker dan 2 orang helper yang memiliki sertifikat dasar (basic) apabila melakukan kegiatan perawatan alat-alat keselamatan pelayaran yang terdaftar di Class. (4) Semua sertifikat maker yang di terbitkan kepada teknisi service station harus di lakukan endorsement di BTKP. S107) (5) Semua sertifikat maker yang tidak mendapatkan endorsement di BTKP tidak diizinkan dan tidak boleh dipergunakan sebagai dasar teknisi untuk melakukan perawatan dan perbaikan alat keselamatan pelayaran. (6) Setiap Service station wajib memiliki 1 orang orang yang memiliki sertifikat mahir (advance) dan 2 orang helper yang memiliki sertifikat dasar apabila melakukan kegiatan perawatan alat-alat keselamatan pelayaran non konvensi dan tidak berlayar untuk keluar perairan indonesia/non class. (7) Masa berlaku sertifikat dasar (basic) dan sertifikat mahir (advance) yang dikeluarkan oleh BTKP berlaku untuk 3 tahun dan akan di lakukan refreshment setiap 3 tahun sebelum melakukan perpanjangan sertifikat teknisi. (8) Untuk bisa memiliki sertifikat mahir (advance), teknisi harus mengikuti pelatihan dasar terlebih dahulu dan memiliki masa telah di pergunakan minimal 2 tahun serta mendapat rekomendasi dari perusahaan. (9) Bagi yang memiliki sertifikat maker dapat langsung mengambil sertifikat_mahir (advance) tanpa harus menunggu 2 tahun dan memiliki rekomendasi dari perusahaan. Pasal 9 Semua kegiatan perawatan dan perbaikan alat keselamatan pelayaran hanya dapat dilakukan oleh perusahan Service station yang terdaftar dan mendapatkan izin dari BTKP selaku administrator. Evie BAB V PENERBITAN SPK Pasal 10 Penerbitan Surat Persetujuan Kegiatan (SPK) merupakan yang diberikan BTKP kepada Service station yang memiliki legalitas hukum, memenuhi persyaratan Teknis dan Administratif serta dokumen pendukung lainnya. Pasal 11 Surat Persetujuan Kegiatan (SPK) berlaku selama 1 (satu) tahun dan dapat diperpanjang sebelum habis masa berlaku. Pasal 12 Surat Persetujuan Kegiatan (SPK) di berikan kepada service station berdasarkan jenis kegiatan yang di limpahkan. Jenis kegiatan yang dapat di lakukan oleh Service Station sebagai berikut: a. Perawatan ILR dan HRU; b. Perawatan PMK APAR; c. Perawatan radio komunikasi; d. Perawatan MES; e. Perawatan Life Boat; f. Perawatan PMK COz Fixed System; dan g. Perawaran Peralatan Navigasi. -12- BAB VI SERTIFIKAT HASIL Pasal 13 Hasil pekerjaan service station harus ditandatangani oleh Teknisi dan penanggungjawab Service station yang merupakan dasar penerbitan Sertifikat Re-Infection atau periodical Testing dan pemberian labeling oleh BTKP yang merupakan legalitas pengujian berkala terhadap fungsi alat keselamatan pelayaran yang eksisting. BAB VII HAK DAN KEWAJIBAN SERVICE STATION Pasal 14 Hak-hak Service station dalam menjalankan persetujuan kegiatan yang diberikan BTKP adalah sebagai berikut: a. Service station berhak meminta bantuan arahan dan petunjuk pada BTKP terkait dengan status dan legalitas serta persyaratan teknis dan administrasi b. Dalam menciptakan kondisi persaingan bisnis yang kondusif Service station berhak meminta petunjuk pada Assosiasi yang telah terbentuk di wilayahnya masing- masing sesuai dengan zona yang telah ditetapkan. pige Pasal 15 Kewajiban Service station dalam menjalankan persetujuan kewenangan yang di berikan adalah sebagai berikut: a. Setiap Service station wajib memiliki 1 (satu) orang teknisi yang memegang sertifikat Maker yang sudah di sahkan oleh BTKP dan 2 (dua) orang asisten teknisi yang memiliki sertifikat dasar (basic) yang diterbitkan oleh BTKP untuk melakukan perawatan dan perbaikan _alat-alat keselamatan di atas kapal yang class atau 1 (satu) orang teknisi yang memiliki sertifikat advance yang di terbitkan oleh BTKP dan 2 (dua) orang asisten teknisi yang memiliki sertifikasi dasar (basic) yang diterbitkan BTKP untuk melakukan perawatan dan perbaikan _alat-alat keselamatan di atas kapal yang non class dan non konvensi. b. Setiap Service station Wajib memajang fotocopy dari sertifikat teknisi dan asisten dan dapat menunjukan sertifikat yang asli apabila diminta oleh petugas BTKP atau yang diberi kewenangan oleh BTKP. cc. Wajib membuat laporan bulanan kegiatan re-inspection dan dilaporkan ke BTKP baik berupa softcopy maupun hardcopy dengan tembusan kantor Kesyahbandaran Utama, KSOP, Kantor Pelabuhan atau Kantor UPP setempat dan Asosiasi. 4. Wajib mematuhi dan menjalakan standar Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3). ¢. Wajib menjalankan Standard Operating Procedure (SOP) yang di tetapkan oleh BTKP. f. Setiap Service station wajib membuat laporan pengolahan limbah alat-alat LSA serta FFA dan mendapat sertifikat Q) (2) (3) iat dari Kementerian Lingkungan Hidup bahwa limbah tersebut telah selesai di olah atau di hanguskan. Service station wajib melaporkan kepada BTKP atas setiap perubahan AKTA PENDIRIAN, NAMA PERUSAHAAN, ALAMAT KANTOR (DOMISILI), NPWP dan NAMA PENANGGUNG JAWAB Wajib memasang papan nama perusahaan dan ditempatkan di depan gedung Service station yang dapat dilihat dengan jelas. Dalam hal melaksanakan kegiatan sevice alat keselamatan pelayaran, Service station wajib menjaga kualitas pelayanan dengan penuh tanggung jawab moral dan privacy perusahaan. BAB VIII PENGAWASAN Pasal 16 Hasil Perawatan dan Perbaikan Alat Keselamatan Pelayaran yang dilaksanakan oleh Service Station diawasi oleh BTKP dengan melaksanakan kegiatan dari hulu (Monitoring) sampai hilir (Uji Petik) serta audit terhadap hasil kinerja Service station. Monitoring sebagai bentuk pembinaan adalah hal pengawasan dari Balai Teknologi Keselamatan Pelayaran dengan Tim khusus untuk melakukan survey dan pengecekan baik dokumen administrasi dan dokumen teknis serta peralatan dan perlengkapan kerja pada workshop Service station. Uji. Petik merupakan kegiatan Balai Teknologi Keselamatan Pelayaran dalam melakukan pengawasan di lapangan terhadap kualitas dan kuantitas hasil -15- perawatan dan perbaaikan alat keselamatan pelayaran di atas kapal baik kapal penumpang (Passengers) dan Kapal Barang (General Cargo) yang memiliki pola trayek tetap (Linear) dan tidak tetap (Tramper). (4) Audit merupakan kegiatan pengawasan terhadap hasil kinerja Service station yang bersifat administratif dan teknis. (5) Hasil pelakanaan monitoring, ujipetik dan Audit menjadi salah satu dasar pertimbangan perpanjangan Surat Persetujuan Kegiatan Perawatan dan Perbaikan Alat Keselamatan Pelayaran. BAB IX ASOSIASI SERVICE STATION Pasal 17 (1) Asosiasi Service station adalah organisasi khusus yang didirikan oleh para anggotanya sebagai pemilik Service Station yang melakukan kegiatan perawatan dan perbaikan alat keselamatan pelayaran pada suatu wilayah kerja (2) Asosiasi Service station berfungsi sebagai tempat berkumpul dan berserikat para Service station yang ada di Indonesia. (3) Wilayah kerja asosiasi terbagi menjadi 4 wilayah a, Pusat ( berada di Ibu Kota); b. Barat ( Pulau sumatera dan Jawa Barat); c. Timur ( Pulau Bali, Pulau NTB, Pulau NTT, Pulau Sulawesi, Pulau Maluku dan Maluku Utara, Pulau Papua); dan d. Tengah (Jawa Tengah, Jawa Timur, Pulau Borneo (Kalimantan)). Fie” Pasal 18 (1) Assosiasi Service station dalam melaksanakan kegiatan terkait dengan suatu kebijakan atau keputusan terhadap anggotanya terlebih dahulu harus melakukan koordinasi dengan Balai Teknologi Keselamatan Pelayaran. (2) Assosiasi Service station bertanggung jawab langsung pada Balai Teknologi Keselamatan Pelayaran, oleh karena itu harus patuh dan taat dalam menjalankan tugas dan fungsinya pada Balai Teknologi Keselamatan Pelayaran. BABX TUGAS DAN FUNGSI ASOSIASI Pasal 19 Adapun fungsi dari asosiasi di sebagai berikut: a. Assosiasi berfungsi bersama anggotanya untuk dapat memberikan Standart Pelayanan yang baik kepada pengguna jasa dengan menetapkan standart biaya dan standart pelayanan jasa perawatan dan perbaikan alat keselamatan pelayaran b. Asosiasi mengawasi anggotanya agar tidak menggunakan barang re-kondisi dalam melakukan perawatan alat keselamatan pelayaran yang telah habis masa berlaku (Expired). c. Asosiasi berfungsi sebagai mediasi terhadap interaksi anggota dengan pihak terkait, baik dari luar maupun dalam daerah ataupun negara (manufacture). -17- BAB XI LARANGAN DAN SANKSI Pasal 20 Service station dilarang melakukan kegiatan-kegiatan perawatan yang sebagai berikut: a, Melakukan pekerjaan perawatan dan perbaikan ILR di atas kapal (on board) kecuali Lifeboat, b. Memberikan data/dokumen yang tidak dapat dipertanggungjawabkan (data palsu) dalam hal untuk memperoleh izin kewenangan dari BTKP; c, Melakukan pekerjaan “fiktif” atau tidak sesuai dengan prosedur yang berlaku dengan pemilik kapal (owner) maupun instansi terkait; 4. Melaksanakan pekerjaan perawatan dan perbaikan alat keselamatan pelayaran apabila masa berlaku_ izin kewenangan BTKP telah berakhir (expired); ¢. Melakukan pekerjaan perawatan dan perbaikan alat keselamatan pelayaran apabila masa berlaku sertifikat keahlian teknisi (maker) telah berakhir (expired); f Melakukan pekerjaan perbaikan dan perawatan alat keselamatan pelayaran di wilayah yang bukan domisilinya. g. Melakukan kegiatan jual dan beli serta memakai barang bekas suku cadang dan alat keselamatan pelayaran Pasal 21 Bagi Service station akan diberikan sanksi apabila : a. Tidak mematuhi dan mentaati ketentuan / ketetapan yang berlaku sebagaimana diatur pada pasal 26 di atas -18- b. Tidak melakukan tindak lanjut terhadap hasil kajian Tim Monitoring dari BTKP atas dasar Surat Pernyataan yang telah dibuat; ¢. Tidak bisa menciptakan kondisi kerja yang kondusif baik terhadap sesama Service station maupun pihak terkait; d. Memberikan data/dokumen yang tidak — dapat dipertanggungjawabkan (data palsu) dalam hal untuk memperoleh izin kewenangan dari BTKP; . Tidak melaksanakan pengiriman laporan _ kegiatan operasional per bulan yang sudah menjadi ketentuan Wajib dilaksanakan; f, Melakukan kegiatan dengan tidak memperpanjang SPK yang telah berakhir masa berlakunya; g. Apabila ditemukan langsung oleh Tim Pengawas bahwa kegiatan Perawatan dan Perbaikan Alat Keselamatan Pelayaran dilaksanakan tidak sesuai dengan Laporan dan SOP; h. Service station mengabaikan nilai — nilai keselamatan pelayaran baik secara sadar maupun tidak dengan melakukan manipulasi perawatan dan peerbaikan. i. Tidak mengindahkan peringatan dan arahan yang di berikan oleh BTKP. Pasal 22 Sanksi yng diberikan kepada Service station, akan dijatuhi sesuai dengan tingkat pelanggran / keslahan yang dilakukan sebagai berikut : a, Tingkat Sanksi terdiri dari: 1, Sanksi Ringan apa bila melalukan pelanggaran berdasarkan pasal 22 huruf a; 2. Sanksi Sedang apabila melakukan pelanggaran berdasarkan pasal 22 ayat a,b,c dan d ; Bion 3. Sanksi Berat apa bila melalukan pelanggaran berdasarkan pasal 22. b. Jenis sanksi sedang sebagaimana dimaksud pada huruf a angka 2 (dua) terdiri dari: 1. Penundaan izin perpanjangan kegiatan perbaikan dan perawatan alat - alat keselamatan pelayaran; dan 2. Pembekuan sementara kegiatan perbaikan dan perawatan alat keselamatan pelayaran; c. Jenis sanksi berat sebagimana dimaksud pada huruf b angka 3 (tiga) yaitu : 1. Pencabutan izin melakukan kegiatan perawatan dan perbaikan alat keselamatan pelayaran; dan 2. Tidak diberikan izin baru dengan nama perusahaan yang sama. BAB XII KETENTUAN LAIN-LAIN DAN PENUTUP Pasal 23 Perubahan dan penyempurnaan yang berkaitan dengan ketentuan lain yang belum ditetapkan dalan keputusan ini akan dilakukan, setelah terlebih_ dahulu mendapat persetujuan tertulis Direktur Jenderal Perhubungan Laut yang bertanggung jawab dibidang keselamatan dan keamanan pelayaran sub sektor transportasi laut. -20- Keputusan Kepala Balai Teknologi Keselamatan Pelayaran ini, mulai berlaku sejak tanggal ditetepkan dan terhadap ketentuan lain yang terkait dengan Pedoman Pendirian Dan Penyelanggaraan Service Station Alat Keselamatan Pelayaran kiranya dapat disesuaikan. Ditetapkan di: JAKARTA Pada Tanggal (9 duti__2019 KEPALA BALAI TEKNOLOGI KESELAMATAN PELAYARAN =~ en — ah BIN®RT SINURAL Tembusan : NIP. 19610927 198302 1 001 NOuponr Direktur Jenderal Perhubungan Laut; Sekretaris Direktorat Jenderal Perhubungan Laut; Direktur Perkaplan dan Kepelautan; Kepala Kesyahbandaran Utama; Kepala Kesyahbandaran dan Otoritas Pelabuhan Kelas | s/d IV; Kepala Kantor Kesyahbandaran dan Otoritas Pelabuhan Khusus Batam; Kepala Unit Penyelenggara Pelabuhan Kelas | s/d III.

You might also like