Professional Documents
Culture Documents
Disusun Oleh :
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur saya panjatkan ke-hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat rahmat dan
karunia-Nya kami dapat menyelesaikan makalah dalam mata kuliah “Psikologi Komunikasi”
pada makalah ini, saya yakin masih banyak kekurangan dalam penyusunan maupun kesalahan
dan kekeliruan pengejaan kata. Oleh karena itu, kami mengharapkan untuk kalian para pembaca
memberikan kritik dan saran agar saya dapat mengerjakan makalah lebih baik untuk kedepannya.
Tidak lupa kami mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada Dosen Psikologi
Komunikasi Mad Yoman, S.I.Kom.,M.Kom, yang telah memberikan tugas ini agar saya lebih
bisa mengerti tentang pembuatan makalah dan isi dari dalam makalah ini sendiri, yang berjudul
“Pengantar Konunikasi” Akhir kata, saya ucapkan terimakasih dan semoga makalah ini
bermanfaat bagi pembaca.
DAFTAR ISI
Judul......................................................................................................................................i
Kata Pengantar.....................................................................................................................ii
Daftar isi.............................................................................................................................iii
Bab 1 Pendahuluan
Bab 2 Pembahasan
A. Apa pengertian dari pancasila sebagai sistem filsafat.....……………………………...2
B. Apa yang menjadikan kesatuan pancasila sebagai suatu sistem
filsafat..........................................................................................………………………....2
C. Apa yang menjadi aspek atau dasar dari pancasila sebagai sistem
filsafat........................................................………………....……………………………..3
D. Peran pancasila sebagai suatu sistem filsafar ………………………………………….4
Bab 3 Penutup
A. Kesimpulan...................................................................................................................13
B. Saran..............................................................................................................................13
C. Studi Kasus......................................................................................................................13
BAB I
PENDAHULUAN
A.Latar Belakang
Dalam sidang BPUPKI pada tanggal 1 Juni 1945, Soekarno memberi judul pidatonya dengan nama
Philosofische Grondslag daripada Indonesia Merdeka. Pancasila sebagai sistem filsafat merupakan hasil
perenungan yang mendalam dari para tokoh kenegaraan Indonesia. Hasil perenungan itu semula
dimaksudkan untuk merumuskan dasar negara yang akan merdeka. Selain itu, hasil perenungan tersebut
merupakan suatu sistem filsafat karena telah memenuhi ciri-ciri berpikir kefilsafatan. Fungsi utama
Pancasila menjadi dasar negara dan dapat disebut dasar filsafat adalah dasar filsafat hidup kenegaraan
atau ideologi negara. Pancasila adalah dasar politik yang mengatur dan mengarahkan segala kegiatan
yang berkaitan dengan hidup kenegaraan, seperti perundang-undangan, pemerintahan, perekonomian
nasional, hidup berbangsa, hubungan warga negara dengan negara, dan hubungan antarsesama warga
negara, serta usaha-usaha untuk menciptakan kesejaheraan bersama.
Pancasila sebagai Weltanschauung, artinya nilai-nilai Pancasila itu merupakan sesuatu yang telah ada
dan berkembang di dalam masyarakat Indonesia, yang kemudian disepakati sebagai dasar filsafat negara.
Contohnya: Pancasila sebagai dasar filsafat negara => nilai-nilai filosofis yang terkandung dalam sila-sila
Pancasila mendasari seluruh peraturan hukum yang berlaku di Indonesia. Artinya, nilai ketuhanan,
kemanusiaan, persatuan, kerakyatan, dan keadilan harus mendasari seluruh peraturan perundang-
undangan yang berlaku.
B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa pengertian dari pancasila sebagai sistem filsafat ?
2. Apa yang menjadikan kesatuan pancasila sebagai suatu sistem filsafat ?
3. Apa yang menjadi aspek atau dasar dari pancasila sebagai sistem filsafat ?
C. TUJUAN
1. Mendeskripsikan pengertian pancasila sebagai sistem filsafat
2. Mendeskripsikan dinamika pancasila sebagat asas atau dasar sistem filsafat
3. Mendeskripsikan faktor-faktor yang mendasari pancasila sebagai sistem filsafat
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian filsafat
Pancasila sebagai sistem filsafat memenuhi tiga aspek: ontologis, epistemologis, dan aksiologis.
Ontologi adalah ilmu tentang “ada”, terkait dengan “ada”-nya Pancasila atau hakikat
keberadaannya yang memberi jawab terhadap pertanyaan “apa” (what). Epistemologi adalah
ilmu tentang “cara berada”, terkait dengan bagaimana cara Pancasila berada, yang memberi
jawab terhadap pertanyaan “bagaimana” (how). Aksiologi adalah ilmu tentang penerapan,
aplikasi, manfaat atau kegunaan, terkait dengan penerapan nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan
berbangsa dan bernegara, memberi jawab atas pertanyaan “untuk apa” (for what). Ketiga aspek
tersebut dijelaskan lebih lanjut berikut ini.Filsafat Pancasila adalah penggunaan nilai-nilai
pancasila sebagai dasar negara dan pandangan hidup bernegara. Pancasila sebagai filsafat juga
bahwa pancasila mengandung pandangan, nilai, dan pemikiran yang dapat menjadi substansi dan
isi pembentukan ideologi Pancasila. Maka, sebagai sistem filsafat, Pancasila berarti refleksi kritis
dan rasional sebagai dasar negara dan kenyataan budaya bangsa dengan tujuan mendapatkan
pokok-pokok pengertiannya yang mendasar dan menyeluruh.
Pancasila sebagai suatu sistem filsafat pada hakekatnya juga merupakan suatu sistem pengetahuan.
Dalam kehidupan sehari-hari pancasila merupakan pedoman atau dasar bagi bangsa Indonesia
dalam memandang realitas alam semesta, manusia, masyarakat, bangsa dan negara tentang makna
hidup serta sebagai dasar bagi manusia dalam menyelesaikan masalah yang dihadapi dalam hidup
dan kehidupan. Pancasila disebut juga menjadi suatu ideologi dalam kehidupan manusia di bumi
Indonesia ini, sebagai suatu ideologi maka pancasila memiliki 3 unsir pokok agar dapat menarik
loyalitas dari pendukungnya yaitu :
Pancasila sebagai suatu objek pengetahuan pada hakekatnya meliputi masalah sumber pengetahuan
pancasila dan susunan pengetahuan pancasila. Tentang sumber pengetahuan pancasila,
sebagaimana dipahami bersama bahwa sumber pengetahuan pancasila adalah nilai-nilai yang ada
pada bangsa Indonesia sendiri, bukan berasal dari bangsa lain, bukannya hanya merupakan
perenungan serta pemikiran seseorang atau beberapa orang saja namun dirumuskan oleh wakil-
wakil bangsa Indonesia dalam mendirikan negara. Oleh karena sumber pengetahuan pancasila
adalah bagsa indonesia sendiri yang memilik nilai-nilai adat istiadat serta kebudayaan dan nilai
religius maka diantara bangsa Indonesia sebagai pendukung sila-sila pancasila dengan pancasila
sendiri sebagai suatu sistem pengetahuan memiliki kesesuaian yang bersifat korespondensi.
Sedangkan pancasila sebagai sistem pengetahuan maka pancasila memiliki susunan yang bersifat
formal logis baik dalam arti susunan sila-sila pancasila maupun isi arti sila-sila pancasila.
Dasar-dasar rasional logis pancasila juga menyangkut isi arti sila-sila pancasila. Susunan isi arti
pancasila meliputi 3 hal yaitu :
1. Isi arti pancasila yang umum universal yaitu hakikat sila-sila pancasila artinya hal itu merupakan
esensi atau inti sari pancasila sehingga merupakan pangkal tolak derivasi baik dalam bidang
kenegaraan dan tertib hukum Indonesia serta dalam realisasi praksis dalam berbagai bidang
kehidupan konkrit.
2. Isi arti pancasila yang umum kolektif artinya yaitu isi arti pancasila sebagai pedoman kolektif
negara dan bangsa Indonesia terutama dalam tertib hukum Indonesia.
3. Isi arti pancasila yang bersifat khusus dan konkrit yaitu isi arti pancasila dalam realisasi praksis
dalam berbagai bidang kehidupan sehingga memiliki sifat yang khusus konkrit serta dinamis.
Di dalam Pancasila terdapat manusia yang bersifat monopluralis dan terdiri dari Jiwa dan raga.
Tingkatan di dalam raga manusia terdiri dari : Fisis Anorganis, Vegetatif serta animal. Dan urutan
tingkatan jiwa manusia yang terdiri atas unsur-unsur potensi jiwa manusia meliputi :
1. Akal yaitu suatu potensi unsur kejiwaan manusia dalam mendapatkan kebenaran pengetahuan
manusia
2. Rasa yaitu suatu potensi jiwa manusia dalam tingkatan kemampuan estetis (keindahan), dan
3. Kehendak adalah unsur potensi jiwa manusia dalam kaitannya dalam bidang moral atau etika.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Kesimpulan Berdasarkan pembahasan diatas dapat disimpulkan bahwa berfilsafat
adalah berpikir secara mendalam dan sungguh-sungguh. Sedangkan Pancasila
sebagai sistem filsafat adalah suatu kesatuan bagian-bagian yang saling
berhubungan, saling bekerjasama antara sila yang satu dengan sila yang lain untuk
tujuan tertentu dan secara keseluruhan merupakan suatu kesatuan yang utuh yang
mempunyai beberapa inti sila, nilai dan landasan yang mendasar. Filsafat adalah
pandangan hidup seseorang atau sekelompok orang yang merupakan konsep dasar
mengenai kehidupan yang dicita-citakan. Filsafat juga diartikan sebagai suatu sikap
seseorang yang sadar dan dewasa dalam memikirkan segala sesuatu secara
mendalam dan ingin melihat dari segi yang luas dan menyeluruh dengan segala
hubungan. Ciri sistem Filsafat Pancasila itu antara lain:
1. Sila-sila Pancasila merupakan satu-kesatuan sistem yang bulat dan utuh. Dengan
kata lain, apabila tidak bulat dan utuh atau satu sila dengan sila lainnya terpisah-
pisah maka bukan Pancasila.
2. Susunan Pancasila dengan suatu sistem yang bulat dan utuh itu dapat
digambarkan sebagai berikut:
Sila 1, meliputi, kekayaan dan menjiwai sila 2,3,4 dan 5;
Sila 2, diliputi, berdasarkan, dijiwai sila 1, dan menjiwai sila 3, 4 dan 5;
Sila 3, diliputi, didasari, dijiwai sila 1, 2, dan ciptakan dan menjiwai sila 4, 5;
Sila 4, diliputi, didasari, dijiwai sila 1,2,3, dan ciptakan dan menjiwai sila 5;
Sila 5, diliputi, didasari, dijiwai sila 1,2,3,4
B. Saran
Demikian yang dapat penulis paparkan mengenai materi yang menjadi pokok
bahasan dalam makalah ini, Tentunya masih banyak kekurangan dan kelemahannya,
karena terbatasnya pengetahuan dan kurangnya rujukan atau referensi yang ada
hubungannya dengan judul makalah ini. Penulis banyak berharap para pembaca yang
budiman dapat memberikan kritik dan saran yang membangun kepada penulis demi
sempurnanya makalah ini dan penulisan makalah di kesempatan kesempatan
berikutnya. Semoga makalah ini berguna bagi penulis pada khususnya juga para
pembaca yang budiman pada umumnya
C. STUDY KASUS
Kasus-kasus yang Berkaitan dengan Filsafat Pancasila ;
A. Kasus pada sila pertama Bom Bunuh Diri di Solo VI. Juru bicara jamaah
Anshorut Tauhid Jawa Timur Zulkamain menduga bom bunuh diri di Gereja Bethel
Injil Sepenuh di Keponton, Solo, Jawa Tengah, berkaitan langsung dengan gejolak
yang terjadi di Ambon beberapa waktu lalu. "Pemerintah harus waspada, gejolak
seperti di Ambon sudah menjalar dan tidak hanya terjadi di Ambon" kata Zulkarnain
kepada Tempo, Ahad 25 September 2011. Bom bunuh diri di Solo sendiri, tambah
dia, merupakan imbas dari ketidakseriusan pemerintah dalam menuntaskan kasus
Ambon. Konflik yang terjadi di Ambon, tambah dia, telah menyulut banyak
kelompok yang bersiap jihad ke Ambon. Hanya, pengetahuan pintu-pintu masuk ke
Ambon membuat banyak kelompok yang akhirnya memutuskan untuk menyalurkan
niatan jihadnya diluar Ambon. "Ini sebab-akibat, di Ambon, polisi tidak tegas dan
terkesan desmikrimatif," kata Zulkarnain sembari mencontohkan tidak transparannya
polisi dalam mengungkap kasus kematian seorang tukang ojek di Ambon. "Kami
tahunya si Tukang ojek di Ambon itu tidak diatopsi. Jadi jangan heran kalau ada
yang marah," ujar dia. Tak hanya itu, polisi dalam kerusuhan di Ambon dinilai juga
tidak transparan dalam menjelaskan terkait isu penembakan oleh sniper. Zulkarnain
melihat, selama pemerintah ataupun penegak hukum tidak tegas dan transparan
dalam menyikapi kasus Ambon, selama itu pula aksi-aksi seperti yang terjadi di Solo
akan terus terulang. Dari kasus tersebut, menandakan bahwa sudah dari kasus
tersebut, menandakan bahwa sudah tidak relavannya warga Indonesia dengan nilai
pancasila khusus nya pada sila pertama yaitu menunjukkan bahwa adanya
pendangkalan iman.
B. Kasus pada sila kedua Pelanggaran Hak Asasi terhadap anak di Ponogoro, di
lokalisasi kedung Banteng, anak-anak dari kelompok marginal ini hak-hak anak
tidak terpenuhi dengan baik. Meraka tidak mendapat pendidikan yang layak. Situasi
yang sama di masyarakat pinggir hutan Lenkok Nganjuk, di Desa Bangkak, untuk
sekolah TK saja mereka harus mengeluarkan biaya yang sangat mahal karena habis
untuk biaya tranportasi karena jalan nya rusak total. Biaya seorang anak setara
dengan membeli sapi. Tentunya, ini menjadi tidak seperti yang sering kali muncul di
televisi dimana anak bebas dan gratis menikmati bangku sekolah dan diantar
orangtuanya penuh dengan kegembiraan. Dari kasus tersebut, menandakan bahwa di
Indonesia saat ini hak asasi belum berjalan sebagaimana mestinya, karena masih
banyak orang yang tidak mendapatkan hak nya secara benar. Hal ini dapat kita lihat
dari kurangnya perhatian pemerintah terhadap anggaran biaya pendidikan terhadap
masyarakat yang tidak mampu atau terhadap daerah yang terisolir dari pantauan
pemerintah. Sementara hal ini bertentangan dengan anggaran biaya seperti fasilitas
mobil mewah, rumah mewah yang disediakan khusus bagi menteri maupun anggota
dewan lainnya
DAFTAR PUSTAKA