You are on page 1of 12

MAKALAH FILSAFAT ILMU

Membedah Epistemologi Konstruktivisme

Dosen Pengampu: Dr.H, Z. Sukawi, M.A.


Disusun Oleh:
Muhamad Zaki (2021080018)
Bella Indah Saputri (2021080015)
Fathul Mubin (2021080026)
Salma Fitriani (2021080017)
Sri Septianingsih (2021080028)

PROGRAM STUDI ILMU-QURAN DAN TAFSIR


FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM
UNIVERSITAS SAINS AL-QUR”AN WONOSOBO
JAWA TENGAH
KATA PENGANTAR

‫اسالم عليكم ورحمة اهللا وبركته‬


‫ه‬9‫د وعلى ال‬99‫يدنا مح ّم‬9‫ام س‬9‫ير االءن‬99‫لىم على خ‬99‫لى ويس‬9‫ ونص‬.‫الم‬9‫ان واالئس‬99‫ة االئم‬99‫ا بنعم‬99‫ذي انعمن‬9‫االمد هللا ال‬
‫ا ّما بعد‬. ‫وصحبه اجمعين‬
Makalah ini disusun sebagai realisasi untuk memenuhi salah satu tugas mata
kuliah
filsafat Ilmu. Dan harapan kami semoga makalah ini dapat menambah
pengetahuan dan pengalaman bagi para pembaca, untuk kedepannya dapat
memperbaiki makalah agar menjadi lebih baik lagi.
Karena keterbatasan pengetahuan, kami yakin masih banyak kekurangan dalam
makalah ini, oleh karena itu kami sangat mengharapkan saran dan kritik yang
sifatnya membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.
Cukup sekian yang dapat kami sampaikan kurang dan lebihnya terimakasih.
‫واسالم عليكم ورحمةهللا وبر كته‬

ii
Daftar Isi

KATA PENGANTAR.............................................................................................ii
Daftar Isi...........................................................................................................iii
BAB 1......................................................................................................................1
PENDAHULUAN...................................................................................................1
A. Latar belakang...............................................................................................1
B. Rumusan masalah..........................................................................................2
BAB 2......................................................................................................................3
PEMBAHASAN......................................................................................................3
a. Pengertian Konstruktivisme..........................................................................3
b. Tujuan Konstruktivisme...............................................................................4
c. Pengaruh konstruktivisme terhadap proses belajar-mengajar di
perguruan tinggi.................................................................................................5
d. Langkah-Langkah Konstruktivisme............................................................5
e. Strategi mengajar...........................................................................................6
f. Keunggulan Pendekatan Konstruktivisme...................................................7
g. Hubungan guru/dosen dan murid/ mahasiswa............................................7
BAB 3......................................................................................................................8
PENUTUP................................................................................................................8
A. Kesimpulan....................................................................................................8
Daftar pustaka....................................................................................................9

iii
BAB 1
PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Terdapat beberapa alasan mengapa judul di atas dinilai penting.Pertama,


epistemologi konstruktivisme sebagai suatu cabang filsafat yang membahas
tentang hakikat pengetahuan dan produk pengetahuan dalam dua dekade tarakhir
ini sangat mempengaruhi perkembangan dunia pendidikan tinggi di seluruh dunia,
yang terutama pada peran aktif siswa dalam membentuk pengetahuan.Kedua,
belum banyak literatur mengenai teori ini yang ditulis dalam bahasa Indonesia.
Lagi pula, di Indonesia yang bersemangat mempraktekkan filsafat ini dalam dunia
pendidikan baru sekolah-sekolah unggulan yang dalam kondisi sekarang sebagian
besar masih tergolong sekolah yang mahal sehingga belum banyak siswa yang
bisa menikmatinya.

Maka dengan tulisan ini diharapkan semakin banyak pendidik dan pecinta
pendidikan mengenal dan memahami inti filsafat tersebut dan dapat memperluas
dasar filsafat mengajar mereka.Ketiga, para penggemar filsafat, terutama filsafat
pendidikan dan pengetahuan, dapat memperluas gagasannya dengan filsafat
konstruktivisme ini. Pembahasan dalam makalah ini dibagi dalam dua bagian.
Bagian 1 membahas inti epistemologi konstruktivisme. Bagian 2 membahas
pengaruh epistemologi konstruktivisme terhadap proses belajar-mengajar di
perguruan tinggi.

1
B. Rumusan masalah
Berdasarkan latar belakang makalah tentang epistemologi konstruktivisme diatas,
maka dapat dirumuskan beberapa masalah berikut ini:

1. Apa itu konstruktivisme ?


2. Apa saja tujuan dari konstruktivisme ?
3. Bagaimana pengaruh konstruktivisme dalam proses belajar mengajar ?
4. Bagaimana tahap-tahap pendekatan konstruktivisme ?

2
BAB 2
PEMBAHASAN

Epistemologi konstruktivisme Sepanjang sejarah ilmu pengetahuan, selalu


dipertanyakan tentang apa yang membentuk pengetahuan ilmiah.
Epistemologi sebagai suatu cabang filsafat yang membahas tentang hakikat
pengetahuan dan produk pengetahuan, banyak bicara mengenai pembentukan
pengetahuan tersebut. Menurut Shapiro (1994), paling sedikit ada dua aliran
epistemologi yaitu positivisme dan konstruktivisme. Positivisme, adalah suatu
epistemologi yang telah mendominasi pemikiran Barat sejak awal abad 17, dan
konstruktivisme, yang lambat laun menggeser dominasi positivisme, adalah dua
epistemologi yang berlawanan.

a. Pengertian Konstruktivisme
Konstruktivisme adalah suatu pendekatan terhadap belajar yang
berkeyakinan bahwa orang secara aktif membangun atau membuat
pengetahuannya sendiri dan realitas ditentukan oleh pengalaman orang itu
sendiri pula (Abimanyu, 2008: 22).
Epistemologi konstruktivis mendasarkan karyanya dengan petunjuk sebagai
berikut. Asumsi sentral karyanya adalah bahwa pengetahuan adalah produk
konstruksi manusia. Pertanyaan yang muncul kemudian adalah dimana letak
proses konstruksi manusia? Konstruksi pengetahuan adalah terletak di kecerdasan
otak dan struktur pengetahuan. Kecerdasan otak dan struktur pengetahuan akan
menghasilkan apa yang disebut sebagai “struktur kognitif”. Ausabel, seorang
psikolog pendidikan, mengatakan bahwa struktur kognitif menunjukkan suatu
kerangka kerja konsepkonsep yang diorganisasikan secara hierarkhis (Novak,
1997: 25).

3
Dalam kerangka konstruktivis, konstruksi pengetahuan adalah merupakan
respon dari individu. Hal ini dicapai melalui belajar. Pengetahuan yang dihasilkan
adalahidiosyncratic, bagi setiap person yang hidup dalam suatu pengalamannya
yang unik. Sebagai sebuah pengetahuan yang dihasilkan dari pengalaman,
masing-masing individu merasakan informasi baru dalam suatu cara yang berbeda
dengan individu yang lain. Juga, pengalaman-pengalaman individual sebelumnya
membentuk kreasi pengetahuan baru. Karena itu menurut N.R. Hanson (1982:
24)) factor yang sangat penting yang mempengaruhi kreasi pengetahuan adalah
apa yang creator telah ketahui.
Berdasarkan pengertian tersebut maka dapat dikatakan bahwa
pengetahuan bukanlah seperangkat fakta-fakta, konsep, atau kaidah yang siap
untuk diambil dan diingat. Tetapi manusia harus mengkonstruksi pengetahuan
itu dan memberi makna melalui pengalaman nyata.

b. Tujuan Konstruktivisme
Tujuan dilaksanakannya pembelajaran konstruktivisme yaitu (1)
memberikan kesempatan kepada siswa untuk berinteraksi langsung kepada
benda-benda konkrit ataupun model artifisial, (2) memperhatikan konsepsi
awal siswa guna menanamkan konsep yang benar, dan (3) sebagai proses
mengubah konsepsi-konsepsi siswa yang sudah ada dan mungkin salah (Karfi,
dkk, 2002:6). Tujuan konstruktivisme yaitu: 1) Mengembangkan kemampuan
siswa untuk mengajukan pertanyaan dan mencari sendiri pertanyanya 2)
Membantu siswa untuk mengembangkan pengertian dan pemahaman konsep
secara lengkap 3) Mengembangkan kemampuan siswa untuk menjadi pemikir
yang mandiri (Thobroni, 2015:95).
Berdasarkan uraian di atas maka untuk mencapai tujuan yang telah
ditetapkan, baik dalam tujuan intruksional umum maupun tujuan intruksional
khusus, diperlukan penggunaan metode yang tepat yang sesuai dengan materi
yang
akan diajarkan. Dalam menyampaikan materi pelajaran, seorang guru harus
menggunakan metode yang tepat agar dapat meningkatkan motivasi siswa dalam

4
mengikuti pembelajaran. Untuk itu seorang guru harus dapat memilih metode
yang
benar-benar sesuai dan mampu meningkatkan motivasi serta pemahaman siswa
dalam mengikuti pelajaran dan menerima pelajaran. Pembelajaran pada
hakekatnya
adalah proses interaksi antara peserta didik dengan lingkungannya, sehingga
terjadi
perubahan perilaku kearah yang lebih baik. Dalam interaksi tersebut banyak sekali
faktor yang mempengaruhinya, baik faktor internal yang datang dari dalam diri
individu, maupun faktor eksternal yang datang dari lingkungan.

c. Pengaruh konstruktivisme terhadap proses belajar-mengajar di perguruan


tinggi
Pendidikan Tinggi yang salah satu tugasnya memproduk ilmu pengetahuan, ingin
melihat mahasiswa belajar sebagai suatu proses. Mereka, terlebih di Amerika
Serikat, ingin menyaksikan para mahasiswa belajar dengan cara yang berarti,
memperkaya, dan memungkinkan mereka menginterpretasikan alam semesta ini
dalam pengertian ilmiah. Banyak pembaharuan system belajar mengajar serta
kurikulum didasarkan pada konstruktivisme, yang terutama menekankan peran
aktif siswa dalam membentuk pengetahuan dalam bidang tersebut. Suparno,
(1996: 11-12). Hal ini menunjukkan bahwa konstruktivisme memang sedang
menjadi aliran yang cukup banyak dipelajari, diteliti, dan diperbincangkan.
Menurut kaum konstruktivisme belajar merupakan proses mengasimilasikan dan
menghubungkan pengalaman atau bahan yang dipelajari dengan pengertian yang
sudah dipunyai seseorang sehingga pengertiannya dikembangkan.

d. Langkah-Langkah Konstruktivisme
Tahapan-tahapan dalam pembelajaran dengan pendekatan konstruktivisme,
yaitu sebagai berikut:
1. Tahap pertama, peserta didik didorong agar mengemukakan pengetahuan
awalnya tentang konsep yang akan dibahas. Bila perlu, guru memancing

5
dengan pertanyaan problematik tentang fenomena yang sering dijumpai sehari
hari oleh peserta didik dan mengaitkannya dengan konsep yang akan dibahas.
Selanjutnya, peserta didik diberi kesempatan untuk mengkomunikasikan dan
mengilustrasikan pemhamannya tentang konsep tersebut.
2. Tahap kedua, peserta didik diberi kesempatan untuk menyelidiki dan
menemukan konsep melalui pengumpulan, pengorganisasian, dan
penginterprestasian data dalam suatu kegiatan yang telah dirancang oleh
guru. Secara keseluruhan dalam hidup ini akan terpenuhi rasa
keingintahuan peserta didik tentang fenomena dalam lingkungannya.
3. Tahap ketiga, peserta didik melakukan penjelasan dan solusi yang
didasarkan pada hasil observasi peserta didik, ditambah dengan penguatan
guru. Selanjutnya peserta didik membangun pemahaman baru tentang
konsep yang sedang dipelajari.
4. Tahap keempat, guru berusaha menciptakan iklim pembelajaran yang
memungkinkan peserta didik dapat mengaplikasikan pemahaman
konseptualnya, baik melalui kegiatan maupun pemunculan masalah
masalah yang berkatian dengan isu-isu dalam lingkungan peserta didik
tersebut (Yager dalam Lapono, dkk, 2008: 3-28)
Berdasarkan uraian di atas maka dapat dikatakan bahwa tahapan
tahapan dalam pembelajaran dengan pendekatan konstruktivisme pada
dasarnya merupakan upaya untuk memaksimalkan potensi yang dimiliki siswa
sehingga proses pembelajaran yang dilakukan sesuai dengan ketentuan yang
telah ditetapkan. Guru juga memberikan arahan atau solusi yang tepat dalam
proses pembelajaran yang dilakukan.

e. Strategi mengajar
Strategi mengajar perlu disesuaikan dengan kebutuhan dan situasi murid. Oleh
karena itu, tidak ada suatu strategi mengajar yang satu-satunya yang dapat
digunakan di mana pun dan dalam situasi apa pun. Strategi yang disusun selalu
hanya menjadi tawaran dan saran, bukan suatu menu yang sudah jadi. Setiap guru
yang baik akan memperkembangkan caranya sendiri. Mengajar adalah suatu seni

6
yang menuntut bukan hanya penguasaan teknik, melainkan juga intuisi. Terdapat
beberapa strategi alternative yang dapat dilakukan selain ceramah dan diskusi
yaitu power of two, question students have, card sort, active debate, planted
question, information search, learning contrack, everyone is an teacher here, dan
lain-lain. Mel Silberman (1996) menunjukkan 101 strategi belajar aktif untuk
berbagai mata kuliah.
f. Keunggulan Pendekatan Konstruktivisme
Menurut teori belajar konstruktivisme, pengetahuan tidak dapat
dipindahkan begitu saja dari pikiran guru kepada peserta didik. Artinya, bahwa
peserta didik harus aktif secara mental membangun struktur pengetahuannya
berdasarkan kematangan kognitif yang dimilikinya. Pembelajaran yang
mengacu pada teori belajar konstruktivisme lebih memfokuskan pada
kesuksesan peserta didik dalam refleksi atas apa yang telah diperintahkan dan
dilakukan oleh guru, dengan kata lain peserta didik lebih didorong untuk
mengkontruksi sendiri pengetahuan mereka melalui kegiatan asimilasi dan
akomodasi (Lapono, 2008: 28).
Kelangsungan proses pembelajaran disekolah ditentukan juga oleh banyaknya
faktor yang mendukung dalam pencapaian tujuan yang diharapkan. Salah satu
faktor yang menentukan adalah bagaimana seorang guru mengadakan interaksi
dalam proses pembelajaran di kelas, dengan menggunakan metode yang tepat,
akan membuat pemahaman siswa terhadap materi pengajaran secara baik dan
optimal.

g. Hubungan guru/dosen dan murid/ mahasiswa


Dalam aliran konstruktivisme, guru bukanlah sesorang yang maha tahu dan murid
bukanlah yang belum tahu dan karena itu harus diberi tahu. Dalam proses belajar
murid murid aktif mencari tahu dengan membentuk pengetahuannya, sedangkan
guru membantu agar pencarian itu berjalan baik. Dalam banyak hal guru dan
murid bersama-sama membangun pengetahuan. Dalam artian inilah hubungan
guru dan murid lebih sebagai mitra yang bersama-sama membangun pengetahuan
(Suparno, 1996: 71).

7
BAB 3
PENUTUP

A. Kesimpulan
1. Belajar adalah proses mengkonstruksi pengetahuan dari abstraksi pengalaman
manusia. Proses konstruksi dilakukan secara pribadi dan sosial. Proses ini adalah
proses yang aktif. Beberapa factor seperti pengalaman, pengetahuan yang telah
dipunyai, kemampuan kognitif dan lingkungan sosial budaya berpengaruh
terhadap hasil belajar. Kelompok belajar dianggap sangat membantu belajar
karena mengandung beberapa unsur yang berguna menantang pemikiran dan
meningkatkan harga diri seseorang.

2. Mengajar adalah proses membantu seseorang untuk membentuk


pengetahuannya sendiri. Mengajar bukanlah mentransfer pengetahuan dari orang
yang sudah tahu (guru) kepada yang belum tahu (murid), melainkan membantu
seseorang agar dapat mengkonstruksi sendiri pengetahuannya lewat kegiatannya
terhadap fenomen dan objek yang ingin diketahui.

Dalam hal ini penyediaan prasarana dan situasi yang memungkinkan dialog secara
kritis perlu dikembangkan. Tugas guru dalam proses ini lebih menjadi mitra yang
aktif bertanya, merangsang pemikiran, menciptakan persoalan, membiarkan murid
mengungkapkan gagasan dan konsepnya, serta kritis menguji konsep murid. Di
sini yang terpenting adalah menghargai dan menerima pemikiran murid apa pun
adanya sambil menunjukkan apakah pemikiran itu jalan atau tidak. Guru harus

8
menguasai bahan secara luas dan mendalam sehingga dapat lebih fleksibel
menerima gagasan murid yang berbeda.

Daftar pustaka
https://publikasiilmiah.ums.ac.id/handle/11617/5083

https://id.scribd.com/document/403702435/Jiptummpp-Gdl-Fungkyheri-49802-3-
Babii

You might also like