You are on page 1of 22

Tugas Keperawatan Medikal Bedah 3

“PBL KASUS SISTEM NEUROSENSORI”

Dosen Pembimbing :
Ns. Siti Fatimah M. Arsad, M.Kep
OLEH
KELOMPOK 2

YOHANES M. HARTOWIYONO (841422169)


FERTIAN ANTON YUNUS (841422157)
FERON LADIKU (841422177)
DANDY EKO PRATAMA (841422152)
INDRA WAHYU PRATAMA DAI (841422165)
LILLA PUJIARSIH ABDULLAH (841422173)
NURYATI HARUN (841422161)
NURMAWATI (841422190)
NINDI HARDIYANTI M. HARUN (841422148)
RAJIMAN (841422144)
SARTIKA BACHMID (841422185)
YUSRIL D. LATINAPA (841422181)

JURUSAN KEPERAWATAN PROGRAM NON REGULER


FAKULTAS OLAHRAGA DAN KESEHATAN
UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO
2022
KATA PENGANTAR

Pertama-tama marilah kita panjatkan puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat, taufik serta petunjuk-Nya, sehingga kami bisa menyelesaikan
pembuatan Asuhan Keperawatan ini dengan judul “ PBL Kasus Sistem Neurosensori”.
Shalawat serta salam kita panjatkan kepada baginda Rasulullah SAW yang kita
nanti – nantikan syafa’atnya di akhirat. Kemudian kami juga mengucapkan terima kasih
kepada Ns. Siti Fatimah, M.Kep yang telah membimbing kami dalam mata kuliah
Keperawatan Medikal Bedah 3 hingga kami mampu mengerjakan Asuhan Keperawatan
ini dengan baik.
Pada kesempatan ini pula kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak
yang telah membantu dalam penyeselaian Asuhan Keperawatan ini dan teman-teman
serta semua pihak yang tidak bisa kami ucapkan satu-persatu.
Kami sadar makalah ini masih banyak kekeliruan dan kekurangan. Maka besar
kiranya harapan kami untuk mendapatkan kritik dan saran yang membangun demi
kesempurnaan Makalah ini. Dan kami berharap PBL Kasus Sistem Neurosensori ini
bisa benar-benar bermanfaat bagi semua pihak.

Gorontalo, November 2022

Kelompok 2

i
BAB II
LATAR BELAKANG KASUS

MODUL I
GANGGUAN PENGLIHATAN

PEMICU
SKENARIO 3
Seorang pria berusia 75 tahun diantar ke poliklinik oleh anaknya, pasien mengeluh matanya
kabur. Hasil pengkajian: lemah, jantung berdebar,pasien menggunakan kaca mata, pasien
mengatakan penglihatannya seperti tertutup awan putih, TD: 150/90 mmHg, nadi 110
x/menit, pernapasan 22 x/menit, suhu 36.8 C, GDS 250 mg/dl. Keadaan ini membuat klien
kesulitan dalam melakukan aktivitas harian, anak pasien juga mengatakan beberapa hari lalu
ayahnya sempat jatuh saat berjalan di dalam rumah.
A. KLARIFIKASI ISTILAH-ISTILAH PENTING
a. Mata Kabur
kondisi ketika ketajaman penglihatan menurun sehingga tidak mampu melihat objek
secara detail. Penglihatan yang kabur bisa disebabkan karena berbagai macam hal,
mulai dari infeksi mata, mata kering, atau karena adanya masalah mata yang lebih
serius.
b. Jantung berdebar
Jantung berdebar atau palpitasi adalah sensasi ketika jantung Anda terasa berdegup
dengan kencang. Memang pada kondisi tertentu, jantung berdebar dapat menjadi
tanda penyakit jantung. Namun, secara umum jantung berdebar tidaklah berbahaya
dan hanya terjadi sesekali karena suatu sebab.
c. GDS (Gula Darah Sewaktu)
Pemeriksaan gula darah sewaktu adalah pemeriksaan gula darah yang dapat
dilakukan kapan saja tanpa perlu berpuasa terlebih dahulu. Pemeriksaan ini biasanya
dilakukan untuk menilai kadar gula pada pasien diabetes atau pasien yang
mengalami penurunan kesadaran.
B. KATA / PROBLEM KUNCI
a. Mata kabur
b. Lemah
c. Jantung berdebar
d. Menggunakan kaca mata
e. Penglihatan seperti tertutup awan putih
f. TD 150/90 mmHg
g. Nadi 110x/menit
h. GDS 250 mg/dl
i. Sempat jatuh saat berjalan

1
C. MIND MAP

Pterygiumkatarak
awalnya tidak terasa mengganggu. Namun, lama-kelamaan, adalah akan
penyakit mata yangpenglihatan
mengganggu ditandai dengan tumbuhnya
dan membuat selaputmerasa
pengidap pada bagian
sepertiputih bolajendela
melihat mata yang bisa mencapai
berkabut, kornea.
sulit menyetir, Kondisi serta
membaca, ini d

MASALAH PADA SISTEM NEUROPERSEPSI

g melapisi permukaanGlaukoma
bola mataadalah kerusakan
dan kelopak mata pada
bagiansaraf mata
dalam akibat tingginya
(konjungtiva mata). tekanan di dalam
Selain mata merah,bola mata. Kondisi
konjungtivitis inidisertai
dapat ditandai dengan
rasa gatal nyeri di mata,
pada mata danmata
mata merah,
berair. penglihatan kabur, sert

2
PENYAKIT
TANDA DAN GEJALA
KATARAK PTERYGIUM KONJUNGTIVITIS GLAUKOMA

Mata kabur    
Lemah  - - -
Jantung berdebar  - - -
Penglihatan seperti   - -
tertutup awan putih
Hiperglikemi  - - -
Hipertensi  - - 

Takikardia  - - 

D. PERTANYAAN-PERTANYAAN PENTING
1. Apakah katarak tidak dapat dihindari?
2. Bagaimana cara mencegah katarak makin parah?

E. JAWABAN PERTANYAAN.
1. Katarak hampir mustahil dihindari seiring bertambahnya usia. Jadi, orang-orang di
atas 40 tahun sebaiknya memeriksakan mata secara rutin sebagai langkah
pencegahan
2. Meskipun katarak berkembang perlahan-lahan, mungkin butuh waktu beberapa
tahun sebelum seseorang merasa kesulitan untuk menyelesaikan tugas sehari-hari.
Sayangnya, perkembangan ini tidak reversibel. Namun, Anda dapat melakukan
beberapa langkah pencegahan untuk memperlambatnya:
- Buatlah janji temu dengan dokter mata secara rutin karena penemuan dini
membantu Anda menangani kondisi dengan lebih baik.
- Lakukan diet seimbang yang terdiri dari sayuran hijau, ikan yang kaya asam
lemak omega-3, buah-buahan sitrus, serealia utuh, dan kacang-kacangan.
- Lindungi mata dari matahari menggunakan topi dengan visor panjang atau topi
yang luas dan/atau kacamata hitam dengan perlindungan UV yang memadai.
- Beritahukan preskripsi yang sedang Anda gunakan, seperti steroid, karena
dapat memiliki efek samping yang mempercepat perkembangan katarak.
- Jaga agar diabetes Anda berada dalam kendali.
- Berhenti merokok dan kurangi minum alkohol.

F. TUJUAN PEMBELAJARAN SELANJUTNYA

3
Setelah pembelajaran ini mahasiswa dapat mengetahui bagaimana cara menentukan
penatalaksanaan keperawatan pada kasus yang telah di berikan dan untuk
mengetahui pemeriksaan selanjutnya untuk menegakkan diagnose dari kasus diatas.
G. INFORMASI TAMBAHAN
Tempe dapat menjadi obat tradisional untuk mengurangi katarak pada mata dengan
mengkonsumsinya.
H. KLARIFIKASI INFORMASI
Ihsan Otriami, Dkk dalam penelitiannya Potensi Tempe (Rhyzopus.Sp) Sebagai
Sumber Phytoestrogens Untuk Mengaktifkan Dan Mencapai Sel Stem Dalam
Perbaikan Lensa Katarak Dan Perbaikan Metanolik Dari Ekstrak Garlic (Allium
Sativum) Sebagai Terapi Terapi Dalam Katarak Diabetik pada tahun 2019
menyatakan Saat ini telah dikembangkan terapi etnobotani bersifat fitoestrogen yang
terdapat pada tempe. Fitoestrogen memiliki fungsi yang sama dengan 17βestradiol.
Pada sel punca, fitoestrogen akan berperan mengaktivasi sinyal parakrin aktin (Akt)
dan stromal cell denved factor-1 (SDF-1). Fitoestrogen akan mempercepat laju
mesenchymal stem cell (MSC) atau induced pluripotential stem cell dan berikatan
dengan reseptor yang tepat, sehingga mampu meningkatkan efektivitas kerja dari sel
puncak. Dalam 250 mg tempe terdapat kandungan isoflavonoid sebanyak 20 mg.
Sehingga dengan pengkonsumsian tempe sebanyak 750 mg sudah dihasilkan
isoflavonoid sebanyak 70 mg. di dalam tubuh yang mampu menghasilkan efek yang
sama dengan 17β-estradiol. Mengnsumsi tempe sebanyak 750 mg sudah dihasilkan
isoflavonoid sebanyak 70 mg di dalam tubuh yang mampu menghasilkan efek yang
sama dengan 17βestradiol.

I. ANALISA & SINTESIS INFORMASI


Berdasarkan tanda dan gejala yang di gambarkan melalui kasus diatas kami
dapat menyimpulkan bahwa kasus diatas merupakan kasus Katarak memiliki gejala
dan pencetus beragam yang umumnya menyebabkan mata kabur dan penglihatan
seperti tertutup awan putih.
Tanda dan gejala yang ada di kasus di atas adalah : pasien mengeluh matanya
kabur. Hasil pengkajian: lemah, jantung berdebar,pasien menggunakan kaca mata,
pasien mengatakan penglihatannya seperti tertutup awan putih, TD: 150/90 mmHg,
nadi 110 x/menit, pernapasan 22 x/menit, suhu 36.8 C, GDS 250 mg/dl. Keadaan ini
membuat klien kesulitan dalam melakukan aktivitas harian, anak pasien juga
mengatakan beberapa hari lalu ayahnya sempat jatuh saat berjalan di dalam rumah.

Dari kasus diatas kami menarik 3 diagnosa keperawatan yaitu :

4
a. Gangguan Persepsi Sensori b.d Gangguan Penglihatan d.d mengeluh
matanya kabur adalah Perubahan presepsi stimulasi baik internal maupun
eksternal yang disertai dengan respon yang berkurang, berlebihan atau terdistrosi.
b. Risiko Jatuh d.d beberapa hari lalu ayahnya sempat jatuh saat berjalan di
dalam rumah adalah Berisiko mengalami kerusakan fisik dan gangguan
kesehatan akibat terjatuh.
c. Ketidakstabilan Kadar Glukosa Darah b.d Gangguan Toleransi Glukosa
Darah d.d GDS 250 mg/dl adalah Variasi kadar glukosa darah nail/turun dari
rentang normal.
J. LAPORAN DISKUSI

5
BAB II
KONSEP MEDIS
A. Pengertian Katarak
Katarak adalah kekeruhan lensa. Katarak memiliki derajat kepadatan yang
sangat bervariasi dan dapat disebabkan oleh berbagi hal, tetapi biasanya berkaitan
dengan penuaan (Vaughan, 2000).
Katarak adalah opasitas lensa kristalina yang normalnya jernih. Biasanya terjadi
akibat proses penuaan, tapi dapat timbul pada saat kelahiran (katarak kongenital).
Dapat juga berhubungan dengan trauma mata tajam maupun tumpul, penggunaan
kortikosteroid jangka panjang, penyakit sistemis, pemajanan radiasi, pemajanan sinar
matahari yang lama, atau kelainan mata yang lain (seperti uveitis anterior) (Smeltzer,
2001) Hal 1996
.Katarak menyebabkan penglihatan menjadi berkabut/buram. Katarak
merupakan keadaan patologik lensa dimana lensa menjadi keruh akibat hidrasi cairan
lensa atau denaturasi protein lensa, sehingga pandangan seperti tertutup air terjun atau
kabut merupakan penurunan progresif kejernihan lensa, sehingga ketajaman
penglihatan berkurang (Corwin, 2000).
Katarak adalah suatu keadaan dimana lensa mata yang biasanya jernih dan
bening menjadi keruh. Asal kata katarak dari kata Yunani cataracta yang berarti air
terjun. Hal ini disebabkan karena pasien katarak seakan-akan melihat sesuatu seperti
tertutup oleh air terjun didepan matanya (Ilyas, 2006) hal 2. Jadi dapat disimpulkan,
katarak adalah kekeruhan lensa yang normalnya transparan dan dilalui cahaya ke
retina, yang dapat disebabkan oleh berbagai hal sehingga terjadi kerusakan
penglihatan.
B. Etiologi Katarak
Katarak bisa disebabkan karena kecelakaan atau trauma.Sebuah benda asing
yang merusak lensa mata bisa menyebabkan katarak.Namun, katarak paling lazim
mengenai orang-orang yang sudah berusia lanjut. Biasanya kedua mata akan terkena
dan sebelah mata lebih dulu terkena baru mata yang satunya lagi.
Katarak juga bisa terjadi pada bayi-bayi yang lahir prematur atau baru
mendapatkannya kemudian karena warisan dari orang tuanya.Namun kembali lagi,
katarak hanya lazim terjadi pada orang-orang yang berusia lanjut.Coba perhatikan
hewan yang berumur tua, terkadang bisa kita melihat pengaburan lensa di
matanya.Semua ini karena faktor degenerasi.
Berikut penyebab katarak yang lazim:
 Trauma atau cedera pada mata (luka/terbentur)
 Penyakit lain pada mata dan penyakit lainnya seperti diabetes dan hipertensi
 Mata sering terpapar cahaya langsung sinar matahari (ultraviolet)

6
 Radiasi bahan kimia
 Faktor genetik
 Akibat mengonsumsi obat-obatan tertentu dalam waktu yang lama seperti
(kortikosteroid dan seroquel)
Katarak akan berkembang secara perlahan-lahan. Orang-orang tua yang hidup
sendiri (sedikit orang-orang disekitarnya/kurang dirawat) lebih sering terkena
katarak.Karena kebanyakan dari mereka kurang minum air atau cairan lainnya guna
menjaga peredaran darahnya tetap mengalir sebagaimana mestinya.

C. Patofisiologi Katarak
Lensa yang normal adalah struktur posterior iris yang jernih, transparan,
berbentuk seperti kancing baju dan mempunyai kekuatan refraksi yang besar. Lensa
mengandung tiga komponen anatomis. Pada zona sentral terdapat nukleus, di perifer
ada korteks, dan yang mengelilingi keduanya adalah kapsul anterior dan posterior.
Dengan bertambahnya usia, nukleus mengalami perubahan warna menjadi coklat
kekuningan. Disekitar opasitas terdapat densitas seperti duri di anterior dan posterior
nukleus. Opasitas pada kapsul posterior merupakan bentuk katarak yang paling
bermakna, nampak seperti kristal salju pada jendela.
Perubahan fisik dan kimia dalam lensa mengakibatkan hilangnya transparansi.
Perubahan pada serabut halus multipel (zunula) yang memanjang dari badan silier ke
sekitar daerah diluar lensa, misalnya dapat menyebabkanpenglihatan mengalamui
distorsi. Perubahan kimia dalam protein lensa dapat menyebabkan koagulasi, sehingga
mengabutkan pandangan dengan menghambat jalannya cahaya ke retina. Salah satu
teori menyebutkan terputusnya protein lensa normal terjadi disertai influks air ke
dalam lensa. Proses ini mematahkan serabut lensa yang tegang dan mengganggu
transmisi sinar. Teori lain mengatakan bahwa suatu enzim mempunyai peran dalam
melindungi lensa dari degenerasi. Jumlah enzim akan menurun dengan bertambahnya
usia dan tidak ada pada kebanyakan pasien yang menderita katarak.
D. Klasifikasi Katarak
Jenis- jenis katarak menurut (Vaughan, 2000) hal 177- 181 terbagi atas :
1. Katarak terkait usia (katarak senilis)
Katarak senilis adalah jenis katarak yang paling sering dijumpai. Satu- satunya
gejala adalah distorsi penglihatan dan penglihatan yang semakin kabur.
2. Katarak anak- anak
Katarak anak- anak dibagi menjadi dua kelompok, yaitu :
a. Katarak kongenital
Yang terdapat sejak lahir atau segera sesudahnya. Banyak katarak kongenital
yang tidak diketahui penyebabnya walaupun mungkin terdapat faktor genetik,

7
yang lain disebabkan oleh penyakit infeksi atau metabolik, atau beerkaitan
dengan berbagai sindrom.
b. Katarak didapat
Yang timbul belakangan dan biasanya terkait dengan sebab-sebab spesifik.
Katarak didapat terutama disebabkan oleh trauma, baik tumpul maupun
tembus. Penyyebab lain adalah uveitis, infeksi mata didapat, diabetes dan
obat.
3. Katarak traumatik
Katarak traumatik paling sering disebabkan oleh cedera benda asing di lensa atau
trauma tumpul terhadap bola mata. Lensa menjadi putih segera setelah masuknya
benda asing karena lubang pada kapsul lensa menyebabkan humor aqueus dan
kadang- kadang korpus vitreum masuk kedalam struktur lensa.
4. Katarak komplikata
Katarak komplikata adalah katarak sekunder akibat penyakit intraokular pada
fisiologi lensa. Katarak biasanya berawal didaerah sub kapsul posterior dan
akhirnya mengenai seluruh struktur lensa. Penyakit-penyakit intraokular yang
sering berkaitan dengan pembentukan katarak adalah uveitis kronik atau rekuren,
glaukoma, retinitis pigmentosa dan pelepasan retina.
5. Katarak akibat penyakit sistemik
Katarak bilateral dapat terjadi karena gangguan- gangguan sistemik berikut:
diabetes mellitus, hipoparatiroidisme, distrofi miotonik, dermatitis atropik,
galaktosemia, dan syndrome Lowe, Werner atau Down.
6. Katarak toksik
Katarak toksik jarang terjadi. Banyak kasus pada tahun 1930-an sebagai akibat
penelanan dinitrofenol (suatu obat yang digunakan untuk menekan nafsu makan).
Kortokosteroid yang diberikan dalam waktu lama, baik secara sistemik maupun
dalam bentuk tetes yang dapat menyebabkan kekeruhan lensa.
7. Katarak ikutan
Katarak ikutan menunjukkan kekeruhan kapsul posterior akibat katarak traumatik
yang terserap sebagian atau setelah terjadinya ekstraksi katarak ekstrakapsular
8. Katarak juvenil
Katarak yang lembek dan terdapat pada orang muda yang mulai terbentuk nya
pada usia kurang dari 9 tahun dan lebih dari 3 bulan 
9. Katarak intumesen
Katarak yang terjadi akibat kekeruhan lensa di sertai pembengkakan lensa akibat
lensa degenerative yang menyerap air
10. Katarak immatur
Katarak dengan lensa masih memiliki bagian yang jernih

8
11. Katarak matur
Katarak dengan lensa sudah seluruhnya keruh
12. Katarak hipermatur
Katarak bagian permukaan lensa yang sudah merembes melalui kapsul lensa dan
bisa menyebabkan peradangan pada struktur mata yang lainnya
13. Katarak kortikal
Katarak kotikal ini biasanya terjadi pada korteks .mulai dengan kekeruhan putih
mulai dari tepi lensa dan berjalan ketengah sehinnga menggangu penglihatan.
Banyak padapenderita DM

E. Manifestasi Klinis
Katarak didiagnosis terutama dengan gejala subjektif. Biasanya, pasien
melaporkan penurunan ketajaman fungsi penglihatan, silau, dan gangguan fungsional
sampai derajat tertentu yang diakibatkan karena kehilangan penglihatan tadi, temuan
objektif biasanya meliputi pengembunan seperti mutiara keabuan pada pupil sehingga
retina tak akan tampak dengan oftalmoskop.
Ketika lensa sudah menjadi opak, cahaya akan dipendarkan dan bukannya
ditransmisikan dengan tajam menjadi bayangan terfokus pada retina. Hasilnya adalah
pandangan kabur atau redup, menyilaukan yang menjengkelkan dengan distorsi
bayangan dan susah melihat di malam hari. Pupil yang normalnya hitam, akan tampak
kekuningan, abu-abu atau putih. Katarak biasanya terjadi bertahap selama bertahun-
tahun , dan ketika katarak sudah sangat memburuk, lensa koreksi yang lebih kuat pun
tak akan mampu memperbaiki penglihatan. Orang dengan katarak secara khas selalu
mengembangkan strategi untuk menghindari silau yang menjengkel yang disebabkan
oleh cahaya yang salah arah. Misalnya, ada yang mengatur ulang perabotan rumahnya
sehingga sinar tidak akan langsung menyinari mata mereka. Ada yang mengenakan
topi berkelepak lebar atau kaca mata hitam dan menurunkan pelindung cahaya saat
mengendarai mobil pada siang hari (Smeltzer, 2001).
F. Komplikasi
1. Hilangnya vitreous.
Jika kapsul posterior mengalami kerusakan selama operasi maka gel vitreous dapat
masuk ke dalam bilik anterior, yang merupakan resikoterjadinya glaucoma atau
traksi pada retina. Keadaan ini membutuhkan pengangkatan dengan satu instrument
yang mengaspirasi dan mengeksisi gel (virektomi). Pemasanagan lensa intraocular
sesegera mungkin tidak bias dilakukan pada kondisi ini.

9
2. Prolaps iris.
Iris dapat mengalami protrusi melalui insisi bedah pada periode pasca operasi dini.
Terlihat sebagai daerah berwarna gelap pada lokasi insisi. Pupil mengalami distorsi.
Keadaan ini membutuhkan perbaikan segera dengan pembedahan.
3. Endoftalmitis.
Komplikasi infeksi ekstraksi katarak yang serius, namun jarang terjadi.

G. Terapi
Obat tetes mata dapat digunakan sebagai terapi pengobatan. Ini dapat diberikan
pada pasien dengan katarak yang belum begitu parah. Senyawa aktif dalam obat tetes
mata yang bertanggung jawab terhadap penyembuhan penyakit katarak adalah
saponin. Saponin ini memiliki efek meningkatkan aktivitas proteasome yaitu protein
yang mampu mendegenerasi berbagai jenis protein menjadi polipeptida pendek dan
asam amino. Karena aktivitas inilah lapisan protein keluar dari mata berupa cairan
kental warna putih kekuningan. Dan saran untuk mencegah penyakit katarak
dianjurkan untuk banyak mengkonsumsi buah – buahan yang banyak mengandung
vitamin C, vitamin A, dan vitamin E.

10
BAB III
KONSEP KEPERAWATAN

A. PENGKAJIAN
1. Identitas
a. Pasien
Nama :    Tidak Terkaji
Jenis Kelamin               :    Laki-laki        
Umur                            :    75 tahun
Agama                          :  Tidak Terkaji
Suku/bangsa                 :    Tidak Terkaji
Pendidikan                   :    Tidak Terkaji
Pekerjaan                       :    Tidak Terkaji
Alamat                         :    Tidak Terkaji
b. Penanggung Jawab
Nama                            :    Tidak Terkaji   
Umur                            :    Tidak Terkaji
Jenis Kelamin               :    Tidak Terkaji
Agama                          :    Tidak Terkaji
Pekerjaan : Tidak Terkaji
Alamat : Tidak Terkaji
Tanggal masuk : Tidak Terkaji
Tanggal pengkajian : Tidak Terkaji
1. Riwayat kesehatan
a. Kesehatan sekarang
1) Keluhan utama : Mata Kabur
2) Riwayat Keluhan : lemah, jantung berdebar,pasien menggunakan kaca
mata, pasien mengatakan penglihatannya seperti tertutup awan putih
b. Riwayat kesehatan dahulu : beberapa hari lalu sempat jatuh saat berjalan
2. Pola aktivitas fisik sehari-hari
a. Nutrisi : Tidak Terkaji
b. Eliminasi : Tidak Terkaji
c. Istirahat dan Tidur : Tidak Terkaji
d. Aktifitas Fisik : Tidak Terekaji
e. Personal Hygiene : Tidak Terkaji
3. Data psikososial
a. Status Emosi : Tidak Terkaji
b. Konsep Diri : Tidak Terkaji

11
c. Interaksi Sosial : Tidak Terkaji
4. Pengkajian fisik
a. Keadaan Umum : Tidak Terkaji
b. Kesadaran : Tidak Terkaji
c. Tanda vital :
Tekanan darah : 150/90 mmHg
Nadi : 110 x/menit
Respirasi : 22 x/menit
Suhu tubuh : 36.8 C
d. Kepala : Tidak Terkaji
e. Leher : Tidak Terkaji
f. Dada dan Thorak :
Inpeksi : Tidak Dikaji
Palpasi : Tidak Terkaji
Perkusi : Tidak Terkaji
Auskultasi : Tidak Terkaji
g. Abdomen : Tidak Terkaji
h. Ekstremitas : Tidak Terkaji
i. Genetalia : Tidak Terkaji
5. Pemeriksaan penunjang
a. GDS : 250 mg/dl (Normal : <200 mg/dl)

12
PATHWAY KATARAK

Usia lanjut dan Congenital atau Cedera mata


proses penuaan bisa diturunkan. Diabetes mellitus

Hiperglikemi
Nukleus mengalami perubahan warna menjadi
coklat kekuningan
Ketidakstabilan
Kadar Glukosa Darah
Perubahan fisik (perubahan pada serabut halus
multiple (zunula) yang memanjang dari badan silier
ke sekitar daerah lensa)

Hilangnya tranparansi
lensa

Perubahan kimia dalam protein


lensa

koagulasi

Terputusnya protein lensa disertai


influks air ke dalam lensa

Penurunan enzim

Degenerasi pada lensa

KATARAK

Mengabutkan pandangan

Menurunnya ketajaman
penglihatan

Gangguan penerimaan Gangguan persepsi sensori –


sensori/status organ indera perceptual penglihatan

Risiko Jatuh

13
B. TABEL PES
DATA DATA SUBJEKTIF & DIAGNOSA
NO ETIOLOGI
DATA OBJEKTIF KEPERAWATAN

Ds : Usia lanjut dan proses


- Klien mengeluh matanya penuaan/ diabetes mellitus
kabur ↓
- Klien mengatakan Nukleus mengalami
penglihatannya seperti tertutup perubahan warna menjadi
awan putih coklat kekuningan
Do : ↓
- Klien menggunakan kaca mata Perubahan fisik
(perubahan pada serabut
halus multiple (zunula)
yang memanjang dari
badan silier ke sekitar
daerah lensa)

Hilangnya tranparansi
lensa

Perubahan kimia dalam
protein lensa GANGGUAN
↓ PERSEPSI SENSORI
Koagulasi

Terputusnya protein lensa
disertai influks air ke
dalam lensa

Penurunan enzim

Degenerasi pada lensa

Katarak

Mengabutkan pandangan

Menurunnya ketajaman
penglihatan

GANGGUAN
PERSEPSI SENSORI
Ds : Usia lanjut dan proses RESIKO JATUH
- anak pasien juga mengatakan penuaan/ diabetes mellitus
beberapa hari lalu ayahnya ↓
sempat jatuh saat berjalan di Nukleus mengalami
dalam rumah perubahan warna menjadi
coklat kekuningan

Perubahan fisik
(perubahan pada serabut
halus multiple (zunula)
yang memanjang dari
badan silier ke sekitar
daerah lensa)

14
Hilangnya tranparansi
lensa

Perubahan kimia dalam
protein lensa

Koagulasi

Terputusnya protein lensa
disertai influks air ke
dalam lensa

Penurunan enzim

Degenerasi pada lensa

Katarak

Mengabutkan pandangan

Menurunnya ketajaman
penglihatan

Gangguan penerimaan
sensori/status organ indera

RESIKO JATUH
Ds :
- lemah, Diabetes Mellitus
- jantung berdebar ↓
Do : Hiperglikemi
KETIDAKSTABILAN
- TD: 150/90 mmHg, ↓
KADAR GLUKOSA
- nadi 110 x/menit, KETIDAKSTABILAN
- pernapasan 22 x/menit, KADAR GLUKOSA
- suhu 36.8 C, DARAH
- GDS 250 mg/d

C. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Gangguan Persepsi Sensori b.d Gangguan penglihatan
2. Resiko Jatuh d.d Beberapa Hari Lalu Ayahnya Sempat Jatuh Saat Berjalan Di
Dalam Rumah
3. Ketidakstabilan Kadar Glukosa Darah b.d Gangguan Toleransi Glukosa Darah

D. INTERVENSI KEPERAWATAN
NO. Diagnosa Keperawatan Tujuan Dan Kriteria Intervesi Keperawatan

15
Hasil
Gangguan Persepsi Persepsi Sensori Minimalisasi Rangsangan
Sensori (D.0085) (L.09083) (I.08241)
Definisi : Persepsi Definisi : Mengurangi jumlah
Kategori : Psikologis
realitas terhadap atau pola rangsangan yang ada
Subkategori : Integritas stimulus baik internal (baik internal maupun
Ego maupun eksternal. eksternal)
Kriteria Hasil : Observasi
Definisi : Perubahan
Setelah dilakukan 1. Periksa status mental,
presepsi stimulasi baik intervensi status sensori, dan tingkat
internal maupun keperawatan selama 3 kenyamanan (mis nyeri,
x 24 jam maka kelelahan)
eksternal yang disertai
Persepsi Sensori Terapeutik
dengan respon yang Membaik, dengan 1. Diskusikan tingkat toleransi
berkurang, berlebihan kriteria hasil: terhadap beban sensori
atau terdistrosi. - Verbalisasi melihat (mis. bising, terlalu terang)
bayiangan 2. Batasi stimulus lingkungan
Penyebab : (mis cahaya, suara,
menurun
1. Gangguan - Verbalisasi aktivitas)
penglihatan merasakan sesuatu 3. Jadwalkan aktivitas harian
melalui indera dan waktu istirahat
2. Gangguan
penglihatan 4. Kombinasikan
pendengaran menurun prosedur/tindakan dalam
3. Gangguan - Respon sesuai satu waktu, sesuai
stimulus membaik kebutuhan
penghiduan
- Konsentrasi Edukasi
4. Gangguan perabaan 1. Ajarkan cara
membaik
5. Hipoksia serebral - Orientasi membaik meminimalisasi stimulus
(mis. mengatur
6. Penyalahgunaan zat
pencahayaan ruangan,
7. Usia lanjut mengurangi kebisingan,
8. Pemajanan toksin membatasi kunjungan)
lingkungan Kolaborasi
1. Kolaborasi dalam
meminimalkan prosedur/
tindakan
2. Kolaborasi pemberian obat
yang mempengaruhi
persepsi stimulus
Risiko Jatuh (D.0143) Tingkat Jatuh Pencegahan Jatuh (I.14540)
Kategori : Lingkungan (L.14138) Definisi : Mengidentifiasi dan
Definisi : Derajat menurunkan risiko terjatuh
Subkategori :
jatuh berdasarkan akibat perubahan kondisi fisik
Keamanan dan Proteksi observasi atau sumber atau psikologis.
Definisi : Berisiko informasi. Observasi
Kriteria Hasil : 1. Identifikasi faktor risiko
mengalami kerusakan fisik
Setelah dilakukan (mis.usia >65th, penurunan
dan gangguan kesehatan
intervensi tingkat kesadaran, defisit
akibat terjatuh. keperawatan selama 3 kognitif, hipotensi ortostatik,

16
Penyebab : X 24 jam maka gangguan keseimbangan,
1. Usia >65 tahun (pada Tingkat Jatuh gangguan penglihatan,
Menurun, dengan neuropati).
dewasa) atau <2 tahun
kriteria hasil: 2. Identifikasi risiko jatuh
(pada anak). - Jatuh saat setidaknya sekali setiap shift
2. Riwayat jatuh. berjalan menurun atau sesuai dengan kebijakan
- Jatuh saat naik institusi.
3. Anggota gerak bawah
tangga menurun 3. Identifikasi faktor
prostesis (buatan). - Jatuh saat di lingkungan yang
4. Penggunaan alat kamar mandi meningkatkan risiko jatuh
menurun (mis.lantai licin, penerangan
bantu berjalan.
kurang).
5. Penurunan tingkat 4. Hitung risiko jatuh dengan
kesadaran. menggunakan skala
6. Perubahan fungsi (mis.Fall Morse Scale,
Humpty Dumpty Scale),jika
kognitif. perlu
7. Lingkungan tidak 5. Monitor kemampuan
aman (mis. licin, berpindah dari tempat tidur
ke kursi roda sebaliknya
gelap, lingkungan
Terapeutik
asing). 1. Orientasikan ruangan pada
8. Kondisi pasca pasien dan keluarga
2. Pastikan roda tempat tidur
operasi.
dan kursi roda selalu dalam
9. Hipotensi ortostatik. kondisi terkunci
10. Perubahan kadar 3. Pasang handrail tempat tidur
4. Atur tempat tidur mekanis
glukosa darah.
pada posisi terendah
11. Anemia. 5. Tempatkan pasien berisiko
12. Kekuatan otot tinggi jatuh dekat dengan
menurun. pantauan perawat dariNurse
station
13. Gangguan 6. Gunakan alat bantu berjalan
pendengaran. (mis.kursi roda,walker)
14. Gangguan 7. Dekatkan bel pemanggil
dalam jangkauan pasien
keseimbangan.
Edukasi
15. Gangguan 1. Anjurkan memanggil
penglihatan (mis. perawat jika membutuhkan
bantuan untuk berpindah
glaukoma, katarak,
2. Anjurkan menggunakan alas
ablasio, retina, kaki yang tidak licin
neuritis optikus). 3. Anjurkan berkonsentrasi
untuk menjaga
16. Neuropati.
keseimbangan tubuh
17. Efek agen 4. Anjurkan melebarkan jarak
farmakologis (mis. kedua kaki untuk
sedasi, alkohol, meningkatkan keseimbangan

17
anastesi umum). saat berdiri
5. Ajarkan cara menggunakan
bel pemanggil untuk
memanggil perawat
Kolaborasi
-
Ketidakstabilan Kadar Kestabilan Kadar Manajemen Hiperglikemi
Glukosa Darah Glukosa Darah (I.03115)
(L.03022) Definisi : Mengidentifikasi dan
(D.0027)
Definisi : Kadar mengelola kadar glukosa darah
Kategori : Fisiologis glukosa darah berada di atas normal.
Subkategori : Nutrisi pada rentang normal. Observasi
Kriteria Hasil : 1. Identifikasi kemungkinan
dan Cairan
Setelah dilakukan penyebab hiperglikemia
Definisi : Variasi kadar intervensi 2. Identifikasi situasi yang
glukosa darah nail/turun keperawatan selama 3 menyebabkan insulin
dari rentang normal. x 24 jam maka meningkat (mis. penyakit
Kestabilan Kadar kambuhan)
Penyebab :
Glukosa Darah 3. Monitor kadar glukosa
1. Disfungsi Pankreas Meningkat, dengan darah, jika perlu
2. Resistensi insulin kriteria hasil: 4. Monitor tanda dan gejala
- Lelah/ lesu hiperglikemia (mis. poliuri,
3. Gangguan toleransi
menurun polydipsia, polifagia,
glukosa darah - Berkeringat, rasa kelemahan, pandangan
4. Gangguan glukosa haus menurun kabur, sakit kepala)
darah puasa - Kadar glukosa 5. Monitor intake dan output
dalam darah cairan
membaik 6. Monitor keton urine, AGD,
elektrolit, tekanan
ortostatik, frekuensi nadi
Terapeutik
1. Berikan asupan cairan oral
2. Konsultasi dengan medik
jika tanda dan gejala
hiperglikemi memburuk
3. Fasilitasi ambulasi jika ada
hipotensi ortostatik
Edukasi
1. Anjurkan menghindari
olahraga saat kadar glukosa
lebih dari 250 mg/dL
2. Anjurkan monitor kadar
glukosa darah secara
mandiri
3. Anjurkan kepatuhan
terhadap diet dan olahraga
4. Ajarkan pengelolaan
diabetes
5. Ajarkan indikasi dan
pentingnya pengujian keton

18
urine, jika perlu
Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian
insuluin
2. Kolaborasi pemberian
kalium
3. Kolaborasi pemberian
cairan IV

19
DAFTAR PUSTAKA

PPNI, T. P. (2017). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia. Jakarta Selatan: DPP


PPNI.

PPNI, T. P. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia. Jakarta Selatan: DPP


PPNI.

PPNI, T. P. (2019). Standar Luaran eperawatan Indonesia. Jakarta Selatan: DPP PPNI.

20

You might also like